Ilustrasi sesosok makhluk misterius berpangkat Iblis yang mengaku bernama Azazil dalam kisah SIRAP. Ilustrator: Dea Agustin/LPM FatsOeN

Di malam tanggal 30 bulan Sya’ban. Tepat tinggal beberapa jam lagi masuk bulan suci Ramadhan. Sura tengah mengaso di teras luar yang ada di lantai kedua rumahnya. Ia sedang menulis puisi-puisi sembari memandangi langit malam yang kebetulan sedang digandrungi bintang-bintang saat itu.

Suasana yang cukup hening untuk malam-malam yang biasanya berisik oleh suara bocah-bocah yang rajin bermain rental PS setiap malam di sebelah rumahnya. Mungkin karena malam ini adalah malam pembukaan bulan puasa, jadi mereka tidak datang dulu, atau pemilik rental itu tidak membukanya. Entahlah, yang jelas malam kali ini adalah malam yang cukup nikmat.

Sura telah berhasil mendapatkan beberapa bait puisi yang ia buat. Ia kembali mengawang-awang lagi untuk mencari kalimat-kalimat indah yang bisa ia curahkan dalam puisinya. Sampai tiba-tiba, Sura terkagetkan oleh cahaya hitam berbalut merah dari langit yang tiba-tiba melesat masuk melewatinya. Bagai burung elang yang baru menukik dari angkasa, namun ini lebih cepat. Mata Sura tak cukup fokus untuk melihat benda apa yang barusan melewatinya. Benda itu menuju kamar Sura. Sial, ia lupa menutup pintunya.

Sura masih tertegun, ia berusaha mengumpulkan keberaniannya untuk melihat benda itu. Sedikit-sedikit ia mengintip dan mengambil setengah langkah. Terlihat dari luar kamarnya sebuah benda hitam berbalut cahaya merah pudar ada di samping tempat tidurnya. Tunggu, itu bukan sebuah benda. Terlihat jelas di bawah binar lampu tergeletak menelungkup sesosok manusia, tak beda jauh dengan Sura. Apakah itu alien?

Dengan ragu disusul penasaran, Sura mengambil beberapa langkah lagi, perlahan. Hingga jarak beberapa meter, Sura menyaksikan baik-baik makhluk asing itu. Punya dua tangan, dua kaki, sepuluh jari tangan, sepuluh jari kaki, memiliki sepasang mata. Tapi ia masih menelungkup.  Yang berbeda kulitnya berwarna hitam kemerahan. Di kepalanya terdapat dua benda seperti tanduk kambing. Ia juga berambut acak-acakan sebahu, mungkin dikategorikan ikal. Terlihat di punggungnya sesuatu menonjol seperti sayap kelelawar.

Sura masih menerka-nerka makhluk apa itu? Makhluk itu sedikit bergerak. Sura mundur beberapa langkah karena kaget. Ia beranikan diri lagi untuk mendekatinya. Sura berjongkok dan tangannya mulai ia julurkan dengan maksud ingin menyentuhnya. Belum sempat jari Sura merapat dengan tubuh asing itu, makhluk asing itu menggeliat. Wajahnya cukup pucat. Katup matanya terbuka. Matanya berwarna hitam bercampur titik merah di tengahnya. Sura terjatuh dari posisi jongkoknya. Mulut Sura kaku, tak berani mengeluarkan suar. Sura mundur, tapi dengan sigap makhluk itu merambah kakinya.

 “Si... Si... Siapa kau?” tanya Sura gagap.

“Kekekekekekkk,makhluk itu mengeluarkan suara dari mulutnya. Mungkin ia tertawa. “Assalamualaikum,kemudian ia mengucapkan salam.

Sura tertegun. Makhluk itu mengucapkan salam padanya.

“Siapa... Siapa kau?”

“Kau belum menjawab salamku.”

Ia berdiri tersenyum menunggu jawaban salam dari Sura. Tingginya kira-kira 10 cm lebih tinggi dari Sura. Sayap yang mirip sayap kelelawarnya itu menelungkup ke bawah.

Sura masih memerhatikan tubuh makhluk asing itu. Keringat dingin mulai bercucuran.

“Ayolah, jawab salamku. Assalamualaikum.

“Wa... Waalaikumussalam,Sura menjawab agak ragu.

“Wah, bagus. Kuulangi sekali lagi. Assalamualaikum.”

Sura menjawabnya lagi. Rasa takutnya mulai sedikit hilang. Walau ia masih waspada jika makhluk itu tiba-tiba menerkamnya, Sura akan menendangnya sekuat tenaga seperti yang telah diajarkan Abah Suja padanya.

“Katakan, siapa kau sebenarnya?”

“Iblis.

Sontak seketika degup jantung Sura memompa lebih kencang dari sebelumnya. Sura masih termangu menganga tak percaya. Degup jantungnya makin kencang.

“Tunggu... tunggu... kau benar iblis ketua para setan itu?”

“Ya,jawabnya singkat

“Kau yang menggoda Bu Hawa itu?”

“Ya.

“Yang menolak sujud pada Pak Adam itu?”

“Ya.”

“Kau paham bahasaku?”

“Namaku saja Iblis, sebelum dunia ini ada, aku sudah ada.

“Lalu untuk apa kau ke sini?”

“Memangnya kenapa?” tanyanya sambil mengeprak-ngeprak badannya seperti manusia membersihkan pakaian yang sedang dikenakannya.

“Hei, jangan mengotori kamarku. Kemari di luar saja,” Sura berdiri dan mengajak Iblis keluar kamarnya menuju ke teras tempat tadi ia sedang membuat puisi.

“Tidak. Maksudku, untuk apa kau datang kemari. Di malam hari pertama bulan Ramadhan lagi,sambung Sura.

“Ya, tidak ada apa-apa. Aku sedang ingin menyambangi orang saja,jawab Iblis sembari melanjutkan mengeprak-ngeprak badannya lagi.

Melihat kelakuan Iblis yang cukup ramah padanya, hati Sura agak tenang. Walaupun agak sedikit merasa aneh karena di sebelahnya adalah makhluk yang mengaku sebagai Iblis. Mereka akhirnya memutuskan untuk sedikit berbincang dan duduk sila bersampingan.

“Kenapa harus aku?” kembali Sura melontarkan pertanyaan pada Iblis. “Tunggu, kau suka kopi? Mau kubuatkan?”

“Boleh.”

Kemudian Sura pergi menyeduh dua cangkir kopi untuk menjadi teman berbincang mereka berdua. Setelah dua cangkir kopi itu tersaji indah di antara mereka, Iblis melanjutkan menjawab pertanyaan dari Sura.

“Aku hanya iseng saja. Saat aku di antara awan, mataku melihat cahaya lampu dari sebuah rumah. Dan kebetulan pintunya terbuka. Ya aku mendarat masuk saja.” Mendengar jawaban itu dari Iblis, Sura berpikir “Jawaban yang sangat sederhana sekali. Kukira akan layaknya film-film Hollywood yang sudah terjadi peperangan di atas awan.”

“Ada yang ingin kutanyakan padamu, Iblis.”

“Panggil saja aku Azazil. Iblis itu nama pangkatku.

“Baiklah,” kemudian Sura melanjutkan bertanya “Apakah benar pada saat dulu kau menentang Gusti Allah?”

“Kata siapa aku menentang?” jawab Azazil sambil menyeruput kopi miliknya.

Seketika Sura menekuk keningnya alih-alih merasa bingung.

Lha, terus bagaimana yang sebenarnya terjadi?”

“Aku tidak pernah menentang Allah. Aku hormat pada-Nya. Aku tidak berani pada-Nya. Dosaku waktu itu hanya satu, aku hilang kendali. Lalu secara spontan aku membandingkan diriku dengan Adam.”

“Lalu, bagaimana dengan kau yang tidak sujud pada Adam?” Sura melontarkan pertanyaan lagi pada Azazil sembari ia menyesap kretek yang baru saja ia bakar yang ia ambil di sakunya. “Kau mau rokok?”

“Tidak usah,tolak Azazil yang kemudian kembali menyeruput kopinya disambung dengan jawaban dari pertanyaan Sura. “Soal itu, aku di-briefing oleh Allah sendiri untuk tidak sujud pada Adam mana kala ia menyuruhku bersujud pada Adam. Terlepas dari itu juga, aku sebenarnya memang punya prinsip mutlak. Aku tidak akan sujud pada siapapun kecuali pada Allah. Meskipun Allah sendiri yang memerintahkannya.”

“Wah, begitu ya. Aku baru tau. Tapi kau memang benar. Aku salut.”

“Ya. Tidak seperti kebanyakan manusia di bumi ini. Mereka dengan santainya menggadaikan Tuhannya hanya karena uang dan jabatan. Cih, sungguh miris.”

Detik jam dinding berbunyi mengisi kesunyian sepi. Jarumnya menunjukkan angka dua belas lewat empat puluh enam menit. Tidak terasa pertemuan mereka sudah berlangsung setengah jam lebih. Ditemani dua cangkir kopi yang sudah tinggal ampas, mereka berdua tenggelam dalam obrolan perihal banyak hal.

“Hei, aku lupa bertanya. Siapa namamu?”

“Asura Sastrawirya.”

“Dewa kejahatan?”

“Bukan. Itu diambil dari bulan Asyuro. Bulan kelahiranku.

“Begitu.”

“Bisakah kita berteman?” tiba-tiba Sura menanyakan hal yang konyol.

“Di tengah-tengah orang lain menganggapku musuh?” Azazil tersenyum. “Kau yakin?”

“Itu kan hanya anggapan. Tidak semua manusia berfikir kau jahat. Lagian, tidak ada yang benar-benar baik. Begitupun sebaliknya tidak pula ada yang benar-benar salah. Justru karena hal itu dan keanehan detik ini, yang tidak lain adalah bertemu dengan kau, aku jadi ingin bisa mengetahui kebenaran-kebenaran yang belum kuketahui. Yang di mata orang lain hal-hal itu adalah tabu.”

“Kekekekekekkk,” Azazil kembali tertawa setelah beberapa menit ia tidak melakukannya lagi. “Baiklah.”

Kretek keempat Sura habis. Sura membakar kretek kelimanya, kemudian menyambung pertanyaan lagi.

“Tadi kau bilang, kau di-briefing oleh Allah?”

“Ya.”

“Kenapa bisa?”

“Kau bertanya kenapa? Kau lupa aku adalah makhluk istimewa kedua setelah Muhammad. Aku punya akses lebih kepada Allah, dan kau juga lupa jika aku tak menolak sujud pada Adam, seisi manusia tidak akan di dunia yang kau tempati ini. Peradaban manusia tidak akan pernah ada.”

“Waaahhh... Benar juga,” Sura menepuk keningnya.

“Dari setelah peristiwa itu, aku dikenal dengan nama Iblis. Tapi itu adalah nama jabatan saja. Seperti: Presiden, Mentri, Briptu, Kiai, Ustadz, dan lainya, jika di dunia manusia. Allah tidak membenciku. Mana mungkin. Allah sangat menyayangiku, namun ia punya cara sendiri untuk melakukannya. Ia memberiku misi-misi yang hanya mampu dilakukan olehku. Maka dari itu aku juga sangat mencintai-Nya.”

Waktu terus berjalan, udara pagi buta mulai mengawang. Sayup-sayup suara kentongan mulai terdengar dari sudut desa. Pertanda alarm sahur tahap satu tengah berlangsung. Jam satu pagi. Begitupun seterusnya suara kentongan yang dimainkan oleh warga akan terus dimainkan menyeluruh mengelilingi desa setiap satu jam sekali. Azazil berdiri dari bersilanya, memandang ke arah langit.

“Hei, sepertinya kuharus kembali.”

“Karena suara kentongan itu?”

“Tidak. Kau tak perlu tahu alasannya.”

“Ke mana? Memangnya sekarang kau tinggal di mana?

“Itupun kau tak perlu tau.”

“Baiklah.” Sura menunduk. “Tapi apakah kita akan bertemu lagi? Aku sudah mulai biasa dengan wujud cukup mengerikanmu itu. Hehe.”

Seketika wujud Azazil berubah menjadi seutuhnya bentuk manusia. Berwajah cukup tampan. Bermata tajam. Berdagu lancip. Dan berhidung mancung. Kemudian ia menatap Sura. “Maksudmu begini?”

“Hah?... Kenapa tak kau lakukan sejak awal.”

“Kekekekekekkk... Kau tak bilang kalau kau anggap wujudku cukup menakutkan di matamu.”

“Benar juga. Tapi sudahlah. Lupakan. Kau belum menjawab, apa kita akan bertemu lagi?”

“Pasti,jawab Iblis tegas. “Tunggu saja. Kedatanganku akan selalu tiba-tiba.”

“Baiklah,setidaknya Sura menganggap ini adalah janji.

Kembali Azazil ke wujud awalnya. Ia melompat dari lantai dua sebelum ia membeberkan sayapnya. Menjatuhkan diri dahulu sebelum akhirnya ia mengepakkan sayap pekatnya itu. Kemudian di ketinggian satu meter di atas rumah Sura, Azazil melihat Sura yang tengah berdiri di teras luar lantai duanya itu sedang melambaikan tangan pertanda ucapan sampai jumpa. Dengan harapan mereka berdua akan bertemu kembali untuk membicarakan hal-hal random yang tengah terjadi.

Di kejauhan, Azazil membalas lambaian tangan Sura. Ia mengangkat tangan kanannya sembari mengucapkan, “Sampai jumpa, kawan,dengan berbisik. Namun suara bisikan itu terdengar jelas di telinga Sura. Sura menyadarinya, namun kini ia sudah tak mengambil opsi untuk merasa kaget, dan ingat apa yang dikatakan sang Azazil itu.

“Namaku saja Iblis, sebelum dunia ini ada, aku sudah ada”

Tak heran memang. Senyum kini tersemat di bibir Sura. Setelah itu, Azazil alias Iblis melesat dengan sekali kepakan kedua sayapnya. Kemudian menghilang melintas ke atas. 

Pertemuan dan pembicaraan yang berlangsung hanya sekitar satu jam lebih itu membuahkan sebuah hubungan aneh antara dua makhluk yang berbeda. Yang mereka sebut sebagai ‘teman’.


Ari Surya, 2021

SiMPeL App, Salah Satu Aplikasi Learning Management System di IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Ilustrator: Rifki Al Wafi/LPM FatsOeN

IAIN, LPM FatsOeN - Menjadikan sistem pembelajaran beralih sepenuhnya daring sudah menjadi hal yang tak asing, terkhusus untuk sebuah universitas. Apalagi, sudah hampir dua tahun sejak munculnya pandemi Covid-19, di Indonesia.

IAIN Syekh Nurjati, sebagai salah satu institusi pendidikan di wilayah Cirebon, tengah mencoba terobosan baru dalam sistem pembelajaran daring.

Aplikasi SiMpeL merupakan salah satu contoh sistem pembelajaran secara e-learning atau Learning Management System (LMS) yang baru-baru ini dipublikasikan, menyusul aplikasi sebelumnya yakni Damel (Daring melalui e-learning).

Sejak diluncurkan aplikasi SiMpeL per bulan Februari, sampai saat ini masih menuai komentar dan keluhan dari sejumlah mahasiswa.

Berangkat dari hal di atas, reporter LPM FatsOeN mencoba menelusuri apa yang menjadi kendala dalam penggunaan SiMpeL atau Learning Management System (LMS) tersebut.

Per tanggal 12 Maret, LPM FatsOeN membuka kuisioner tentang kendala apa yang dialami ketika mengakses LMS.

Diketahui, kebanyakan mahasiswa merasa kebingungan dan tidak familiar dengan tampilan yang disajikan.

Selain itu, kendala lain yakni seringnya error dan kesulitan mengakses ketika akan masuk/login.

Kendala-kendala tersebut tentunya menimbulkan asumsi negatif dari para mahasiswa mengenai sistem pembelajaran daring yang digunakan. Apalagi dengan aplikasi terbaru yang menggunakan nama SimPeL, namun nyatanya tak se-simpel itu dalam penggunaannya.

"Sering error, belum bisa akses absen, dan sinyal kenceng tapi tetep belum bisa akses, dan seperti biasa di jam 07.20 - 08.00 selalu '502 Bad Gateaway'," komentar salah satu mahasiswa saat dimintai keluhan mengenai LMS.

Dari kendala-kendala tersebut, tentu menimbulkan asumsi negatif mengenai sistem pembelajaran daring yang digunakan. Apalagi, nama aplikasi terbarunya dinamakan SimPeL. Namun, nyatanya tak se-simpel itu dalam penggunaannya.


Tanggapan PTIPD mengenai Learning Management System (LMS) atau SimPeL

Setelah beberapa hari mengumpulkan keluhan yang dialami mahasiswa, tim LPM FatsOeN mencoba mendatangi kantor Pusat Teknologi Informasi dan Pangkalan Data (PTIPD) IAIN Syekh Nurjati Cirebon, untuk meminta kejelasan mengenai LMS, Selasa (22/3).

Dr. Darwan, M.Kom., selaku ketua PTIPD, ia menyampaikan bahwa kejadian ini merupakan hak yang tak diprediksi sebelumnya.

Lantas, ia memberikan tanggapan mengenai kendala-kendala yang dialami sejumlah mahasiswa.

"Penyebab LMS error, itu dikarenakan ada kurang lebih 2800 mahasiswa intensif bahasa Inggris maupun Arab, masuk dalam waktu yang bersamaan. Khususnya pada hari Jum’at dan Sabtu yang menyebabkan traffict sedikit terkendala. Ini di luar prediksi PTIPD," jelasnya.

Ia juga menjelaskan langkah antisipasi selanjutnya dalam merespon kejadian itu, agar membuat server khusus.

"Sejak kejadian itu server LMS reguler dan untuk PPB dipisahkan, SimPeL khusus untuk reguler. Jadi dari minggu kemarin PPB memakai server sendiri yang dinamakan Enggal (English and Arabic Language)," katanya.


Harapan Mengenai Kehadiran LMS atau Aplikasi SiMpeL

Dengan munculnya kejadian ini, sudah semestinya IAIN Syekh Nurjati, khususnya PTIPD segera berbenah. Apalagi, untuk mendukung transformasi menuju UISSI.

Salah satu tanggapan mahasiswa dari kuisioner tempo hari, menuliskan harapannya agar LMS bisa tercapai tujuannya.

"Harapannya, tercapainya tujuan diadakannya LMS yaitu mempermudah mahasiswa jangan malah mempersulit mahasiswa," tulisnya.

Ada pula harapan lain yang tertulis di kuisioner tersebut. Berharap agar LMS atau SiMpeL sesuai dengan fungsinya.

"Semoga lebih simpel, sesuai namanya."

Begitu pula dari pihak PTIPD, khususnya dari Darwan, ia juga selalu berupaya memperbaiki agar lebih baik.

"Harapan ke depan itu, kita satu-satu dulu. Kita juga, kan, selalu memperbaiki, pasti lebih baik lagi," pungkasnya.


Penulis: Rifki Al Wafi/LPM FatsOeN

Reporter: Pandu Satria, Tina Lestari/LPM FatsOeN

Suasana foto bersama tamu undangan setelah selesai acara pembukaan seminar keprofesian matematika di gedung Auditorium FITK lantai 5. Selasa, (29/03/22). Foto: Siska/LPM FatsOeN

IAIN, LPM FatsOeN - Selasa (29/03/22), Himpunan Mahasiswa Matematika (HIMKA)  IAIN Syekh Nurjati Cirebon mengadakan kegiatan Seminar Keprofesian Matematika. Kegiatan ini diselenggarakan di auditorium lantai 5 gedung FITK yang dihadiri oleh WADEK III Kemahasiswaan, DEMA F, dan para mahasiswa dari jurusan Matematika serta yang lainnya.

Acara ini mengusung tema "The Importance Math Profession In Society 5.0". Haris Maulana  mengatakan bahwa acara ini dilatarbelakangi karena stigma orang-orang bahwa lulusan jurusan Tadris Matematika hanya bisa menjadi guru, namun tidak hanya terpaku menjadi guru, lulusan Matematika bisa berkarir di jenjang yang lainnya.

"Yang melatarbelakangi acara ini adalah, masih banyak orang yang beranggapan bahwa lulusan jurusan Matematika hanya menjadi guru saja, dalam acara ini kami memfasilitasi dan mewadahi bahwa lulusan jurusan Matematika tidak hanya menjadi guru saja tapi bisa berkarir dibidang yang lain seperti content creator dan yang lainnya". Ucap Haris Maulana kepada reporter LPM FatsOeN.

Acara yang diadakan dalam satu hari ini selain bertemu langsung di auditorium lantai 5 gedung FITK juga dilaksanakan virtual daring, dikarenakan terbatasnya tempat untuk banyaknya peserta yang mengikuti acara ini.


Penulis: Iswanto/LPM FatsOeN

 

Suasana Aksi Solidaritas dari para demonstran bertempat di depan Balai Kota Cirebon. Selasa, (22/03/22). Foto: Imas Endang Murdaningrum/LPM FatsOeN

LPM FatsOeN, Cirebon - Aliansi Solidaritas Untuk Wadas (A.S.U.W) Cirebon gelar aksi solidaritas, Bertempat di depan Balai Kota Cirebon. Selasa (22/02/22).

Aksi ini di latarbelakangi oleh, aksi kemanusiaan yang sebelumnya sudah di gelar diskusi publik pada hari Senin, (14/03/22) di auditorium FSEI yang di gagas oleh Salam Isntitut bersama DEMA FSEI. 

Aksi ini di ikuti oleh, beberapa unsur dari organisasi mahasiswa yang ada di Kota Cirebon. Aksi ini berlangsung cukup alot di awal, dikarenakan Wali Kota Cirebon yang tidak bisa menemui para demonstran. 

Bapak Sumanto, selaku asisten Ekonomi dan Pembangunan Kota Cirebon mengatakan bahwa, beliau akan menyampaikan aspirasi dari mahasiswa kepada pimpinannya.

" Saya akan menyampaikan aspirasi semua mahasiswa yang ada disini kepada pimpinan saya. " Ujarnya

Tambahnya, beliau akan menyampaikan tuntutan ini kepada pimpinan (Wali Kota), karena beliau tidak mempunyai kebijakan. 

"Saya disini sebagai asisten ekonomi dan pembangunan, hanya membantu dan jadi saya  tidak mempunyai kebijakan. Insyallah harapan yang kalian sampaikan akan kami sampaikan dan insyallah pimpinan kita akan menyampaikan sesuatu yang terbaik"tambahnya.

Dalam aksi ini, salah satu warga Wadas didatangkan langsung untuk mengikuti aksi dan menyatakan tuntutannya kepada pihak pemerintah Kota Cirebon. 

Salah satu warga Wadas mengatakan bahwa, Kondisi di Wadas saat ini sudah lebih baik dibanding tragedi tanggal 8 Februari lalu.

"Kondisi di Wadas sudah lebih baik menurut saya, cuma akhir-akhir ini itu masih banyak polisi yang berpatroli di tengah malam. Saat ditanya alasannya apa,mereka tidak mengungkap alasan yang jelas." Ujarnya.

Mba Zen, salah satu warga Wadas mengatakan harapannya setelah adanya aksi solidaritas ini. 

"Saya berharap, untuk aksi ini bisa membangun solidaritas lebih kuat. Karena saya yakin bahwa yang warga Wadas lakukan ini merupakan suatu kebenaran dan harus di suarakan" ungkapnya

Tambahnya, dia menginginkan untuk usut tuntas masalah persoalan di Wadas ini sampai tuntas. 

"Unsut tuntas dalam dibalik pengepungan dan tindakan represif aparat kepolisian terhadap warga Wadas"pungkasnya 


Penulis: Dea Mariyana/LPM FatsOeN

Suasana Pembukaan Sekolah Responsif Gender bertempat di Gedung Auditorium FITK Lt. 5 IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Senin (22/03/22). Foto: LPM FatsOeN/Akromah

IAIN, LPM FatsOeN - Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan  (FITK) menggelar sekolah responsif gender yang bertempat di gedung Auditorium FITK Lt.5, Selasa (22/3/22).

Dengan mengusung tema, "Achieving an Equal Future in Society Era 5.0 with Gender Education", diharapkan kegiatan ini memberikan manfaat untuk orang lain tanpa khawatir akan diskriminasi. 

"Sekolah Responsif Gender ini merupakan harapan untuk mengasah diri, sehingga dapat memperbaiki taraf hidup dan sapat memberikan manfaat tanpa khawatir akan diskriminasi," ujar Ojah selaku Ketua Pelaksana pada acara ini. 

Ketua Umum DEMA FITK, Saifuddin mengatakan bahwa acara ini penting dilaksanakan, karena agar masyarakat lebih menghargai hak tanpa memandang gender. 

"Acara ini sangat penting. Karena, dengan adanya acara ini kita bisa menjawab keluhan-keluhan yang terjadi pada era society 5.0. Bahwa banyak sekali sesuatu yang tidak kita inginkan terjadi, salah satunya itu tentang kekerasan seksual dan juga banyak sekali sterotype dimana laki-laki harus mendapatkan segalanya, dan melupakan hak yang memang seharusnya didapatkan oleh perempuan," katanya.

Selain itu, Wadek III FITK Dr. H. Saifuddin,M.Ag mengatakan wanita tidak boleh minder atas kemampuannya sendiri. 

"Inti dalam perspektif gender yaitu semuanya dapat berkiprah baik wanita maupun lelaki. Wanita tidak boleh minder karena memiliki kemampuan yang sama juga seperti lelaki. Sama karirnya, sama kesempatannya," katanya.

Saifuddin juga menyampaikan harapan dari kegiatan sekolah responsif gender tersebut.

"Maka dari itu, dengan diadakannya acara ini. Saya berharap mahasiswa di kalangan IAIN Syekh Nurjati Cirebon lebih menghargai hak-hak yang memang harus didapatkan itu tanpa adanya diskriminasi gender," pungkasnya.


Penulis: Eka Rohmawati/LPM FatsOeN 


(Ilustrator : LPM FatsOeN/Iswanto)

Redup redam lentera harapan

Kini, senyap sudah suara-suara kebenaran

Seutas cakap disekat dan dibungkam

Selalu saja acap kali tutup telinga

Serta mencerca kami dengan sebuah ancaman

Sayu lesuh wajah para mahasiswa

Mendengar kabar dibekukannya lembaga pers penyuara aspirasinya


Kami memang tak punya kuasa

Tapi, kami bisa melantangkan suara

Yang mencoba menyuarakan aspirasi nyata

Tentang ketidaktransparanan pihak kampus dalam membela


Terik mentari yang kian memanas

Pelecehan kian ganas

Para pelaku bersorak ria dengan beringas

Para korban terbungkam oleh pihak yang culas


Kami pers mencoba membuktikan kebenaran

Tolong, kampus jangan mudah baperan

Kami mengkritik untuk membuat kampus lebih baik

Bukan dipenuhi orang-orang yang licik


Kalian ingin bukti

Kami selalu berusaha mengungkap dengan redaksi

Namun, pihak kampus tak segera membentuk tim investigasi

Terkesan menyepelekan tindakan keji ini


Wahai, rektorat yang terhormat

Sepertinya anda kurang sehat

Segeralah untuk berobat


Penulis : Nayanika 

Cirebon, 18 Maret 2022



Prosesi pelantikan Pengurus Besar dan Dewan Pimpinan Wilayah IKMAPISI ke-3 Periode 2022/2023. Bertempat di gedung auditorium pascasarjana Lantai 3 IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Senin (14/03/22). Foto: LPM FatsOeN.

IAIN, LPM FatsOeN - Senin (14/3/22), Ikatan Mahasiswa Pendidikan Islam Anak Usia Dini Seluruh Indonesia (IKMAPISI), melaksanakan pelantikan Pengurus Besar (PB) dan Dewan Pengurus Wilayah (DPW) IKMAPISI ke-3 periode 2022/2023.

Bertempat di gedung auditorium pascasarjana IAIN Syekh Nurjati Cirebon  lantai 3, kegiatan ini mengusung tema “Meningkatkan Kreativitas, Solidaritas, dan Integritas Mahasiswa PIAUD seluruh Indonesia di Era 5.0”.

Kegiatan tersebut, dihadiri oleh 45 orang dari perwakilan 21 kampus di Indonesia.

Dalam sesi sambutan, Devi Aprillia menyampaikan, "Dukungan dan bimbingan para dosenlah yang membuat kiprah mahasiswa PIAUD diakui secara luas."

Ilman Nafi'a, selaku Wakil Rektor III IAIN Syekh Nurjati Cirebon, turut mengapresiasi kegiatan dan prestasi yang telah dicapai oleh mahasiswa PIAUD di tingkat nasional.

"Kreasi mahasiswa PIAUD IAIN Syekh Nurjati Cirebon selalu berbasis pada prestasi dan output karya. Makanya, banyak sekali karya-karya yang dihasilkan oleh mahasiswa PIAUD," ujarnya.

Masih dari Ilman, ia menambahkan, "Beberapa kegiatan seni khususnya, biasanya anak-anaknya berprestasi, mendominasi banyak dari mahasiswa PIAUD. Karena mereka memang dari awal-awal sudah diajarkan dosennya untuk punya emosi seni, baik bersifat lokal, regional, maupun nasional," tambahnya.

Kemudian, kegiatan dilanjut dengan prosesi pelantikan PB dan DPW IKMAPISI, serta serah terima bendera dari ketua umum sebelumnya periode 2019/2021 kepada ketua umum baru periode 2022-2023.

Setelah sambutan dari ketua umum sebelumnya dan terpilih, kegiatan dilanjut pengarahan dari Sidik Sisdiyanto selaku Kasubdit Sarpras Kemahasiswaan Diktis Ditjen Pendidikan Islam, dan ditutup dengan pembacan doa.


Penulis: Rifki Al Wafi