Kamu yang pura-pura kuat dengan isak yang terpendam
Hanyalah sebuah alasan berkata "biarlah" saat melihat dia bersamanya.
Tangismu kian menggema dalam gelapnya gulita
Titik cahaya masih saja kau harapkan bagai punjangga muda kala termabuk cinta
Mengelus manja setiap sapaan yang dia berikan
Sajakmu bagai kicau katak yang merindukan hujan
Saling bersautan menunggu mendung datang
Namun kau lupa, saat ini mentari sedang bertengger garangnya bak seperti dia yang tak kunjung menjawab sapaan mesramu walau hanya sebuah candaan
Jika mencintaimu dapat melupakanku dengan indahnya dunia
Aku rela terbang jauh meninggalkan cakrawala bersama akar cinta yang kokoh dan perkasa
Jika memelukmu dapat menghangatkan tubuh yang dalam kesepian
Aku pun rela kehilangan mentari agar selalu dapat lingkar tanganmu di pinggang ini
Mencintaimu bagai purnama yang terang
Memberi cahaya keindahan pada dunia yang fana
Memberi kesejukan pada setiap mata yang memandang
Memberi kenikmatan pada setiap yang merasakan
Dan memberi keharmonisan dalam gelapnya sang malam
Rinduku bagai kabut gelap yang mengitari waktu
Tak pandang bulu untuknya belabu
Tak pandang tempat untuknya memikat
Tak pandang rasa untuknya bersenda
Aku hanyalah pengembala yang tersesat
Mencari buih-buih cinta pada sang ratu dunia
Tersesat dalam tajamnya sorot mata yang menggelora
Mencari jalan menuju pintu keharmonisan
Dan menerobos masuk bagai prajurit kekaisaran
Ku lukiskan wajahmu dalam pekatnya sang memori
Ku gambarkan wajahmu dalam terangnya hati nurani
Dan ku tepiskan wajahmu karena telah melukai hati tanpa mengasihi
Kau menikam buas bagai lupa dengan masa yang kita lalui
Kau pergi jauh dari langkah yang tak biasa
Pergi jauh membunuh seluruh cinta dan rasa rindu milikku
Dan kini aku seperti lembaran kosong yang tak bertepian
Menunggu warna baru menghiasi setiap sudut yang telah rapuh ini
Kamis, 23 Desember 2021
Ku coba melupakan namun kau melekat kuat dalam ingatan