SURAT KLARIFIKASI
Nomor : ISTIMEWA

Dengan beredarnya tulisan Kawal Aksi Premanisme di Kampus dan membuat kegaduhan berbagai pihak. Sehingga Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) FatsOeN harus mengklarifikasi, sebagai bentuk pelurusan desas-desus yang beredar dan tidak jelas:

1. Tulisan itu bukan dari LPM FatsOeN, sebab bentuk jurnalisme tidak provokatif.

2. Segala produk jurnalistik LPM FatsOeN hanya dimuat di Website Fatsun.id dan Bulletin FatsOeN. Tidak dengan sebaran serampangan yang beredar di WhatsApp.

3. FatsOen merasa dirugikan atas anggapan bahwa itu adalah produk jurnalisme. Broadcast yang menyebar adalah seruan aksi atau propaganda yang sama sekali bukan bagian dari aktivitas liputan fatsOen.

4. Hal-hal yang beredar di luar Website dan Bulletin, bukan produk jurnalistiknya LPM FatsOeN.

Atas dasar itu, Maka LPM FatsOeN menyatakan tidak pernah menyebar tulisan broadcast. Terimakasih atas perhatiannya.


LPM FatsOeN

Suasana di lantai satu Perpustakaan IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Foto : LPM FatsOeN/Nur Azizah

LPM FatsOeN, Cirebon-Keberadaan perpustakaan sangatlah penting bagi mahasiswa di IAIN Syekh Nurjati Cirebon.  Kampus ini sendiri memiliki perpustakaan yang terletak di lingkungan Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam  (FSEI) serta Fakultas Usuludin Adab dan Dakwah (FUAD). Jika ditilik dari dua tahun ke belakang, perkembangan Perpustakaan IAIN Syekh Nurjati Cirebon cukup signifikan. Hal ini bisa dirasakan dari segi pelayanan dan tata ruang perpustakaan. 

Menurut salah satu staff Perpustakaan IAIN Syekh Nurjati Cirebon bernama Tuti , dalam pelayanannya, pengelola perpustakaan menyediakan kotak saran dan mesin antrean untuk pengembalian buku. Informasi yang disediakan pengelola perpustakaan pun cukup lengkap, mulai dari tata cara mengoperasikan katalog elektronik, alur layanan peminjaman buku, hingga ketentuan sanksi keterlambatan pengembalian buku. Dirinya menambahkan, bagi mahasiswa yang terlambat mengembalikan buku pinjaman, akan dikenakan sanksi selving atau literasi kepustakaan sesuai dengan jumlah hari terlambat. Semakin banyak jumlahnya, semakin lama pula literasi kepustakaan yang wajib dilakukan mahasiswa. Tuti mengaku, hal tersebut adalah konsekuensi bagi mahasiswa yang kurang disiplin dan sebagai bentuk peningkatan tanggung jawab mahasiswa dalam menjaga buku. Namun tidak sedikit juga mahasiswa yang mengabaikan tanggung jawabnya untuk literasi kepustakaan. 

 “Tidak sedikit mahasiswa yang tidak mau melakukan itu  (literasi kepustakaan), buktinya adalah kartu yang menumpuk di sini (di perpustakaan), karena kartu itu sebagai jaminan bahwa pemiliknya harus melakukan literasi kepustakaan.” kata Tuti saat detemui LPM FatsOeN, belum lama ini.

Tuti menyampaikan, setiap harinya, pengunjung perpustakaan bisa mencapai 700 mahasiswa, bahkan bisa lebih. Pada tahun 2019, persentase pengujung meningkat hingga 15%. Hal ini menurut Tuti perlu diimbangi dengan jumlah buku yang memadai. Dari penuturannya, anggaran pendanaan buku perpustakaan IAIN Syekh Nurjati Cirebon  berasal dari Anggaran APBN sesuai kebutuhan dosen dan mahasiswa dalam proses pembelajaran, kerja sama dengan penerbit, kerja sama dengan  Dinas dan Arsip Perpustakaan Daerah dan Nasional, kerja sama dengan BI, serta hibah buku dari Alumni.

Lebih lanjut Tuti menjelaskan, dari segi tata ruang, perpustakaan IAIN Syekh Nurjati Cirebon juga sudah cukup baik. Perpustakaan ini memiliki tiga lantai. Lantai satu digunakan untuk pelayanan pengembalian dan perpanjangan buku, ruang input data, ruang kepala perpustakaan, BI Corner, Cirebonese Corner, Panggung Literasi, tempat penyimpanan barang bawaan, toilet, serta pelayanan OPAC (katalog elektronik). Sedangkan di lantai dua, pengunjung dapat menjumpai koleksi buku terkait mata kuliah, novel, maupun buku bacaan lainnya. Di lantai tiga, pengunjung dapat menjumpai koleksi karya ilmiah, seperti skripsi dan tesis.

Sementara itu, Yayat Suryatna selaku Kepala Perpustakaan IAIN Syekh Nurjati Cirebon menyatakan, bahwa ada tiga indikator manajemen yang baik. Pertama, dari segi gedung perpustakaan yang memadai, dapat dilihat dari luas perpustakaan dan jumlah mahasiswa yang seimbang. Kedua, dari segi pelayanan yang memadai, dan yang ketiga adanya prosedur perpustakaan. Ia berharap perpustakaan bisa memberikan pelayanan yang terbaik untuk mahasiswa, salah satunya dengan menyosialisasikan sistem dalam peminjaman buku saat pengenalan mahasiswa baru. Menurutnya, terwujudnya perpustakaan yang baik yaitu ketika semua elemen ikut serta menjaganya. Begitu pun untuk pengunjung perpustakaan, alangkah baiknya ikut menjaga dan merawat, baik ruang perpustakaan, menyimpan buku pada tempatnya, serta tidak sabotase buku. Pihak perpustakaan pun mengimbau kapada pengunjung untuk menjaga barang bawaan, serta tidak teledor sehingga insiden pencurian tidak lagi ada.

“Ada tiga indikator manajemen yang baik. Pertama, dari segi gedung perpustakaan yang memadai, dapat dilihat dari luas perpustakaan dan jumlah mahasiswa yang seimbang. Kedua, dari segi pelayanan yang memadai, dan yang ketiga adanya prosedur perpustakaan,” ujar Yayat.

Di sisi lain Nurkholifah, mahasiswa semester  III IAIN Syekh Nurjati Cirebon merasa kesulitan dalam mencari buku karena letak buku tidak sesuai dengan raknya. Sedangkan menurut Rifatul Mahmudah mahasiswa semester VII IAIN Syekh Nurjati Cirebon kenyamanan pengunjung ketika berada di dalam perpustakaan pun perlu diperhatikan. Selain itu, Rifatul menilai sistem keamanan perpustakaan IAIN Syekh Nurjati Cirebon perlu dibenahi. 

“Loker yang sudah disediakan seharusnya disertakan kunci agar lebih aman. Tidak lupa, pulpen yang disediakan untuk menulis daftar buku pinjaman mahasiswa masih terbatas,” ucap Rifatul. 

Reporter : Siti Aisyah, Casmirah, Ineu Yulyani
Penulis   : Siti Aisyah, Casmirah, Ineu Yulyani
Penampilan Penyanyi Putri Delina di Acara HARPA. Foto : LPM FatsOeN/Putri Gemma Guntari

LPM FatsOeN, Cirebon–Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Paduan Suara Mahasiswa (PSM) IAIN Syekh Nurjati Cirebon menggelar acara bertajuk Harmoni Pagelaran (HARPA), di Halaman Parkir Gedung Fakultas UAD dan Fakultas Syariah pada Sabtu (2/11).

HARPA sendiri merupakan salah satu program kerja tahunan dari UKM PSM IAIN Syekh Nurjati Cirebon. HARPA bertujuan sebagai wadah untuk eksplorasi talenta para anggota. Selain itu HARPA juga dijadikan sebagai ajang silaturahmi antar pengurus, anggota kehormatan, demisioner, dan juga dewan pendiri. 

“Tujuannya sebagai eksplorasi atau acara puncak anak PSM setelah dilatih di UKM PSM. Selain itu juga sebagai ajang siltaruhami antar pengurus, anggota kehormatan, demisioner, dan juga dewan pendiri,” ujar Rudi selaku Ketua Pelaksana kepada LPM FatsOeN, Sabtu (2/11).

Dikatakan Rudi, HARPA juga merupakan salah satu dari rangkaian kegiatan hari ulang tahun UKM PSM IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Tahun ini menjadi tahun ke-24 HARPA diselenggarakan. Dengan tema Wind Beneath My Wings yang berarti seperti sayap burung, HARPA 24 menjadi HARPA yang berbeda dari tahun sebelumnya. 

Menurut Rudi, tahun ini adalah tahun pertama UKM PSM mengadakan konser musik dengan menghadirkan guest stars dari penyanyi nasional, yakni Putri Delina. Selain itu masih banyak penampilan dari band maupun penyanyi lokal seperti Ahsan dan Puja, Excercise, Bang Jem, K-Project, dan lainnya. 

"Untuk HARPA tahun ini, selain kita terlibat dari internal, kita juga melibatkan dari luar seperti Putri Delina. Kita juga bekerjasama dengan beberapa sponsor juga, dan ini hal yang pertama dari PSM,” ungkapnya.

Reporter : Puteri Gemma Guntari
Penulis   : Puteri Gemma Guntari
Sejumlah seniman internasional tampil menghibur di acara Jagakali Art Festival 8. Foto : LPM FatsOeN/Fathnur Rohman

LPM FatsOeN, Cirebon- Pembukaan acara Jagakali Art Festival 8 dilaksanakan di daerah Cadas Ngampar, Kopi Luhur Kelurahan Argasunya, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon. Jum'at (25/10). Jagakali Art Festival ini merupakan acara rutin yang diadakan oleh perkumpulan komunitas seni dan pecinta lingkungan. Acara tahun ini merupakan yang ke 8. 

Salah seorang voullenteer Jagakali Art Festival 8 bernama Telly menjelaskan, 
acara itu bermula dari keresahan seorang seniman bernama Niko terhadap lingkungan. Niko melihat banyak lingkungan yang rusak, serta banyak masyarakat sekitar yang kurang peduli terhadap lingkungan.

Niko kemudian tergerak hatinya untuk mengajak masyarakat sekitar mencintai lingkungan, namun tetap dalam kapasitasnya sebagai seorang seniman. Niko akhirnya mengadakan acara seni yang didalamnya terdapat pesan untuk menjaga lingkungan, yakni Jagakali Art Festival. 

Niko mengawali hal tersebut dengan teman-teman sesama komunitasnya untuk mengadakan acara seni. Tidak hanya itu, mereka menyelipkan pesan agar masyarakat tetap mencintai lingkungannya. Enam kali acara itu berlangsung, dan tepat pada Jagakali Art Festival yang ke 7 acara ini sudah dalam kancah internasional. Mereka mengajak teman atau kenalan dari luar negri untuk ikut serta dalam acara tersebut. 

"Setiap acara Jagakali ini tuh mengambil tempat acaranya beda-beda. Tema setiap acaranya  juga beda dengan maksud dan pesan tertentu yang terkandung di dalamnya." Ucap Telly kepada LPM FatsOeN, Jumat (25/10).

Telly menuturkan, tema yang diangkat dalam Jagakali Art Festival yang ke 8 ini yaitu Cinta Sejati. Maksud dari tema ini adalah sebagai pembuktian sejauh mana cinta kita terhadap Bumi yang sudah memberikan segalanya kepada kita.
 
Banyak rangkaian acara yang ada. Jagakali Art Festival menggaet beberapa seniman ternama, komunitas-komunitas seni, juga beberapa elemen lainnya untuk ikut serta meramaikan acara. Hal itu dilakukan untuk menarik perhatian khalayak agar ikut dalam acara tersebut, dan pesan yang hendak disampaikan bisa diterima oleh lebih banyak orang. 

Tidak hanya itu, Jagalai Art Festival juga mengadakan pra event yang dimana isinya adalah kegiatan menjaga lingkungan seperti membersihkan sungai, dan sebagainya. Hal tersebut dilakukan agar pesan utama yang dimaksud tetap sampai keda masyarakat, yaitu menjaga lingkungan.

Reporter : Ade Rahmawati
Penulis   : Ade Rahmawati
Ogoh-ogoh karya RT 14 Desa Gadingan, bertemakan Anjing Pelacak. Sumber foto : Istimewa. 

LPM FatsOeN, Indramayu- Haul Mbah Buyut Gading yang dilaksanakan pada tanggal 21-23 Oktober 2019, disambut antusias oleh masyarakat setempat. Terutama oleh para pemuda-pemudi di desa Gadingan dan Mekargading. Antusias tersebut dibuktikan dengan kreativitas pemuda antar blok dalam membuat ogoh-ogoh (gegawean). 

Dalam Haul Mbah Buyut Gading, setiap blok di desa Gadingan dan Mekargading, berlomba-lomba membuat ogoh-ogoh terbaik. Ogoh-ogoh tersebut di arak mengelilingi desa di Kecamatan Sliyeg pada puncak acara Haul Mbah Buyut Gading.

Menurut salah seorang pemuda setempat bernama Aryono, biaya yang diperlukan ketika membuat sebuah ogoh-ogoh dengan ukuran tidak terlalu besar berkisar Rp. 3,5 juta. Dirinya menerangkan, untuk mengumpulkan dana tersebut ia dan warga lainya membayar iuran atau patungan. Tahun ini Aryono serta teman-temannya membuat ogoh-ogoh bertemakan anjing pelacak. 

“Kami membutuhkan dana sekitar 3,5 juta karena tahun ini kita membuat ogoh-ogoh yang tidak terlalu besar. Dana tersebut diperoleh dari iuran warga blok setempat dan beberapa orang yang dirasa mampu, kami meminta dana sebesar 100 ribu rupiah per-kepala rumah tangga” ujar Aryono kepada LPM FatsOeN belum lama ini. 

Aryono menambahkan, tujuan pemuda-pemudi membuat ogoh-ogoh bukanlah untuk mendapat hadiah, yang biasanya diberi oleh Pemerintah Desa setempat. Melainkan agar acara Haul Mbah Buyut Gading semakin meriah, sembari mengasah kreativitas mereka. 

Dirinya berharap, supaya acara Haul Mbah Buyut Gading bisa semakin ramai. Sehingga masyarakat di luar Indramayu bisa tertarik untuk melihatnya. Selain itu, Ia juga ingin tradisi Haul Mbah Buyut Gading tidak hilang termakan waktu, agar generasi muda selanjutnya bisa mengingat warisan dari leluhurnya tersebut. 

"Saya berharap semoga di tahun depan acara haul Mbah Buyut Gading ini semakin ramai dan menarik perhatian warga luar kota juga. Diharapkan pula adat seperti ini tidak hilang termakan waktu, agar kita selaku generasi muda selalu mengingat leluhur yang telah tiada” tambahnya. 

Sementara itu, salah satu perangkat desa setempat bernama Lukman mengaku, selain melestarikan tradisi yang ada, acara Haul Mbah Buyut Gading bisa menjadi ikon untuk desa Gadingan dan Mekargading. Ia pun sangat mengapresiasi warga yang memeriahkan acara ini. 

“Kami sangat mengapresiasi acara haul Mbah Buyut Gading ini, di samping untuk melestarikan kebudayaan, juga menjadikan acara ini sebagai salah satu ikon desa Gadingan dan Mekargading, dan kami juga sangat mengapresiasi antusiame dari para warga," ucapnya. 

Reporter : Isah Siti Khodijah
Penulis   : Isah Siti Khodijah


Ilustrasi Matahari Terbit. Sumber foto : Freepik

"Di saat setiap orang menyimpan rahasia yang tak pernah terdeteksi oleh ribuan kata-kata, ketulusan dan bahasa tubuh seseorang bisa menjadi senjata untuk meruntuhkan segala macam pertahanan diri."

Seorang perempuan berhenti di bawah sorot lampu jalan, ia terlihat lelah dari gurat wajahnya yang dirundung kesedihan. Air matanya mulai berjatuhan sejak ia memasuki gang tempatnya tinggal dan pada setiap langkah perjalanannya ia mencoba menghapus tetesan air mata itu. Hingga pada puncaknya ia menyerah, tak sanggup lagi melanjutkan jalan, pun tak sanggup lagi menahan air mata agar tidak terus berjatuhan. Ia berjongkok di tempatnya berdiri, menarik urat wajah yang tertahan, lalu menangis sejadinya. 
 
Di sepanjang jalan yang sepi, tangisnya menjadi satu-satunya sumber suara di tengah-tengah keheningan malam. Ponsel yang digenggamnya bergetar sebab panggilan masuk dari seseorang. Puluhan pesan teks dan panggilan telepon dari seorang laki-laki tak pernah digubris olehnya. Ia marah pada semuanya, pada kehidupan pula. Rasanya disaat seperti ini ia ingin memutuskan hubungan dengan siapa pun, dengan teman-teman, dengan sahabat, bahkan dengan keluarganya sendiri. Dan panggilan itu kembali berakhir sebelah pihak sebelum berhasil dijawab.

Beberapa menit berikutnya, cahaya dari sepeda motor yang dikendarai oleh seorang laki-laki mampu menemukan perempuan itu, ia masih dengan posisi yang sama, berjongkok dan menangis. Laki-laki itu buru-buru menghampirinya, "Kamu kenapa? Kenapa tidak ada kabar sejak tadi sore? Kenapa pesan dan teleponku tidak dijawab? Aku khawatir, takut terjadi apa-apa sama kamu," serunya penuh nada cemas bercampur emosi.

Perempuan itu hanya menangis tak bisa mengeluarkan sepatah kata pun. Bahkan ia bukan marah pada semua orang, tapi ia pun marah pada diri sendiri. Mengapa masih seperti ini saja? Mengapa masih belum menerima takdir? Mengapa masih memikirkan hal-hal yang dibenci? Mengapa setiap masalah itu datang, hanya bisa menangis dan tidak bisa apa-apa? Mengapa?

***
Udara cukup dingin di sore hari. Ditemani semilir angin, aku duduk sembarang di meja-meja bekas yang telah usang dimakan usia. Matahari nampak begitu jingga menembus mata coklatku yang menyala karenanya. Aku berada di atap gedung tempatku tinggal, melamun tanpa arah pemikiran yang jelas. Mataku masih sedikit bengkak bekas menangis semalaman. Emosi yang masih tertahan belum puas aku luapkan, belum puas aku membentak laki-laki itu tadi malam, belum puas aku menyalakan semuanya. Hanya karena persoalan klasik yang aku sendiri sulit lepas dari permasalahan itu. 
Aku memiliki pemikiran yang konyol. Sejak SMA aku berpikir aku tidak akan pernah menikah. Saking tidak ingin menyaksikan perpisahan aku tidak pernah menjalin hubungan dengan siapa pun, lebih dari itu aku hanya takut aku mendapatkan begitu banyak rasa sakit dan kecewa dari hubungan yang aku jalani tersebut. Benar bahwa aku memiliki trauma yang begitu dalam. Aku tidak suka jika ada yang tahu bahwa keluargaku berantakan, aku marah saat ayah dan ibu selalu bertengkar, aku benci menyaksikan semua itu. Aku sangat muak.

Semua itu berjalan dengan bergulirnya waktu yang begitu cepat, tak kusangka aku hidup di tengah-tengah keadaan keluarga yang tidak sehat, 10 tahun menyembunyikan rahasia dari semua orang, menahan semua perasaan sakit hati, selalu mencoba memikirkan kebaikan yang bagiku itu begitu absurd. Mengapa aku disuruh sabar dan pasrah pada Tuhan di tengah-tengah kesendirianku menghadapi masalah ini? Aku tahu sabar itu ada batasannya dan sejak dulu aku sudah muak dengan kesabaranku, dengan kepasrahanku melihat perilaku ayah yang tidak baik pada ibu dan berdampak pada anak-anaknya.

Suatu hari aku pernah mengatakan pada ibu bahwa aku tidak akan pernah menikah dengan alasan rasa takut, lalu ibu marah. Katanya aku harus menikah, aku harus merasakan yang perempuan lain rasakan,  katanya aku juga harus memiliki seorang anak. Aku hanya tidak habis pikir, mengapa ibu masih bisa mengatakan seperti itu disaat hubungan pernikahannya dengan ayah berantakan. Aku hanya menyayangkan keputusan ibu yang tidak bijaksana. Mungkin ibu tahu, aku begitu adalah bentuk protes karena ibu tak lekas bercerai dengan ayah.
Kenapa ibu masih mempertahankan hubungan yang ia sendiri menjalaninya dengan susah payah? Dengan rasa sakit hati yang bertubi-tubi, dengan mencoba diri untuk ikhlas menerima takdir, ibu meyakini bahwa pengorbanannya bisa digantikan dengan kenikmatan di surga nanti. Omong kosong perkara surga, faktanya, ibu menjalani proses menuju surga itu dengan selalu mengeluh padaku, mengeluh tentang perilaku ayah, tentang sikap ayah, tentang keburukan ayah yang sangat aku benci. Kenapa ibu begitu? Selalu memberi kabar padaku bahwa ayah telah begini dan begitu? Membuat aku muak, membuat aku sakit hati, membuat aku ingin bunuh diri saja. Yang pasti aku tidak akan pernah menikah jika Tuhan tetap menyuruhku hidup panjang di masa depan. Itu keputusanku. 

***
Aku masih menikmati matahari yang akan pamit di ufuk barat sana, sendirian di atap gedung tempatku tinggal. Tanpaku sadari ternyata seseorang telah berdiri di sampingku, entah sejak kapan. Dia adalah laki-laki itu, yang selalu menatapku dengan keibaan paling tinggi, seolah-olah ia bisa merasakan apa yang kini kurasakan, seolah-olah ia telah hidup 10 tahun di dalam keluargaku yang hancur. Aku masih belum menyadarinya, sebelum ia menempelkan minuman cup berisi jus jeruk di pipiku. Aku kedinginan lalu menjauhi pipiku dari minuman itu. 

"Melamun saja sih, ini minum dulu," katanya memulai pembicaraan.

Aku diam, tak peduli dan menatap matahari lagi. Semilir angin meniup rambutku berulang kali, itu pun aku tidak peduli. Aku hanya melamun dan memikirkan satu kalimat yaitu aku tidak akan pernah menikah. Tidak akan. Aku tidak akan menyakiti perasaan anak-anakku nanti, tidak akan mengecewakan mereka.

"Sudahlah, sayang, ada aku di sini," laki-laki itu berbisik, meraih puncak kepalaku lalu mengelusnya lembut. Aku menoleh padanya, "Kenapa masih menemaniku? Aku bilang kan aku tidak akan pernah menikah, orangtuamu tidak mengerti hubungan kita bagaimana, 'kan?"

"Bukan begitu. Bapak dan ibu minta maaf atas kejadian kemarin, mereka gak tahu keadaan keluarga kamu bagaimana, aku sudah jelaskan dan mereka mengerti sekarang," sahutnya hati-hati.

Laki-laki itu selalu begitu, dia sangat baik dan berhati-hati merawatku. Sejak dulu ia mengetahui bahwa aku tidak akan pernah menikah, hubungan kami pun tidak diikat oleh status apa pun, meski dulu dia sangat ingin aku menjadi kekasihnya. Aku memberi banyak pemahaman dan begitu aneh, yang pemahaman itu pasti merugikan aku sebagai perempuan. Seperti pasangan lainnya, aku mengizinkannya melakukan apa saja denganku termasuk bersenang-senang di atas ranjang, tapi ia selalu menolak melakukan itu saat kutawarkan. Bagiku tidak menjadi masalah jika aku hamil sekali pun, aku senang jika aku memiliki anak darinya, aku hanya tidak bisa menerima sebuah hubungan dengan status pernikahan, aku hanya tidak ingin perpisahan yang tertulis, aku tidak ingin orang-orang tahu jika mungkin nanti aku gagal dalam pernikahan.

Kemarin malam aku kabur saat berkunjung ke rumahnya, orangtuanya menyuruh aku harus menikah, juga keluargaku harus begini dan begitu. Aku paling tidak suka orang lain dengan seenaknya menyinggung keluargaku. Belum lagi aku baru saja dapat kabar bahwa ayah berulah lagi di rumah. Aku memang sulit, terkadang pikiranku juga sakit, tapi laki-laki itu selalu datang lagi dan lagi meski sudah aku usir beribu kali. 

"Aku salah, aku yang tidak pernah dewasa menyikapi keadaan. Dan aku tetap tidak akan pernah menikah, bagaimana menjelaskan itu pada orangtuamu?" tanyaku.

"Tidak masalah, kamu hanya perlu tahu aku menunggu kamu, begitu juga dengan orangtuaku, sampai kapan pun mereka menunggu kita menikah," katanya memegang kedua pipiku, aku ditatapnya penuh harap, tapi aku hanya mampu meneteskan air mata terus menerus. Sebab aku tidak begitu tega membiarkan waktunya habis untuk menungguku dan membuatnnya kecewa, karena aku tetap memilih untuk tidak menikah.

Penulis : Poni Rahayu
Ilustrasi Alquran. Sumber foto : Republika

LPM FatsOeN, Cirebon – IAIN Syekh Nurjati Cirebon gagal menyabet gelar juara  dalam lomba Tilawatil Quran pada Pekan Ilmiah, Olahraga Seni dan Riset (PIONIR) IX PTKIN yang diselenggarakan tanggal 15-21 Juli 2019 di UIN Maulana Malik Ibrahim, Kota Malang, Jawa Timur. IAIN Syekh Nurjati Cirebon merupakan salah satu peserta PIONIR IX Tahun 2019.

Dalam ajang tersebut, IAIN Syekh Nurjati Cirebon menerjunkan sejumlah kontingen untuk mengikuti beberapa cabang perlombaan seperti dibidang ilmiah, olahraga, seni maupun riset. Dari beberapa cabang lomba itu, kontingen dari IAIN Syekh Nurjati Cirebon tidak semuanya gagal mendapat gelar juara. Beberapa cabang lomba yang meraih juara diantaranya seperti lomba Film Pendek, Hadroh, Kaligrafi, Duta Pionir, Pidato dan juga Karya Tulis Ilmiah.
Akan tetapi pada cabang lomba yang berkaitan dengan baca tulis alquran, kontingen IAIN Syekh Nurjati Cirebon gagal meraih gelar juara. Padahal IAIN Syekh Nurjati Cirebon memiliki program unggulan dalam pembelajaran baca tulis alquran, yakni Pusat Pengembangan Tilawatil Quran atau yang biasa dikenal dengan sebutan PPTQ. PPTQ yang digadang-gadangkan menjadi program unggulan milik kampus IAIN Syekh Nurjati Cirebon ini, ternyata gagal dalam mengantarkan mahasiswanya mengikuti perlombaan Tilawatil Quran pada PIONIR IX Tahun 2019. 

Hingga berita ini ditulis, LPM FatsOeN belum bisa mengkonfirmasi kepada Kepala PPTQ Umamatul Khaeriyah, terkait gagalnya kontingen IAIN Syekh Nurjati Cirebon dalam lomba Tilawatil Qur’an pada PIONIR IX tahun 2019. Namun menurut pengakuan salah satu staff PPTQ, yakni Alex, pendelegasian peserta untuk lomba Tilawatil Qur’an pada PIONIR IX Tahun 2019, pihak kampus tidak berkoordinasi dengan pihak PPTQ.

“Kalau PIONIR kemarin kami tidak tahu informasinya sama sekali, mungkin koordinasinya dengan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Saya sebagai staf tidak tahu menahu, mungkin koordinasinya dengan UKM semacam HTQ, FK3. Namun jika koordinasinya dengan kami, kami menyediakan datanya dengan real, siapa yang layak misalnya dapat nilainya A,” ujarnya, saat ditemui LPM FatsOeN, Senin (14/10).

Alex mengungkapkan, pada tahun-tahun sebelumnya, PPTQ berhasil mengantarkan delegasi dari IAIN Syekh Nurjati Cirebon mendapatkan prestasi. Salah satunya yang disebutkannya, dalam perlombaan di Universitas Brawijaya (UNBRAW), Kota Malang, Jawa Timur pada tahun lalu. Saat itu, peserta yang didelegasikan dari PPTQ berhasil menempati peringkat ke-11.

“Ini kejadian tahun lalu, ketika Wakil Rektor III masih Pak Farihin, merekomendasikan PPTQ dalam mendelegasikan peserta lomba di UNBRAW. Pada waktu itu, dari sekian universitas, kami berada di peringkat ke-11,” jelasnya.

Sementara itu, menurut penuturan Ririn Rahayu, mahasiswa Tadris IPA Biologi semester V yang juga merupakan delegasi cabang lomba Tilawatil Quran dari Kontingen IAIN Syekh Nurjati Cirebon mengatakan, bahwa dirinya menjadi delegasi bukan direkomendasikan oleh PPTQ. Ririn mengaku, jika ia mengikuti sleksi langsung yang diadakan oleh akademik. 

“Kalau lomba PIONIR kemarin saya tidak melalui Lembaga PPTQ, akan tetapi mengikuti seleksi langsung dari akademik,” tutur Ririn.

Ririn menyampaikan, adanya pembelajaran baca dan tulis alquran oleh PPTQ sebenarnya sangat membantu saat perlombaan Tilawatil Quran  di PIONIR IX lalu. Namun meski begitu, dirinya merasa bahwa peserta dari kampus lain sangat berkompeten, sehingga akhirnya dirinya tersisihkan.

“Sebetulnya saya sangat terbantu dengan ilmu yang didapatkan dari pengajaran PPTQ, karena penilaiannya bersangkutan dengan ilmu tajwid juga. Namun, kemampuan dari peserta lainnya lebih bagus jadi saya kalah saing dengan mereka,” ucap dia.

Reporter : Puteri Gemma Guntari, Siti Khotimah
Penulis : Puteri Gemma Guntari