Sumber Foto: Dokumentasi Penulis
Belakangan ini, Smart Campus, platform layanan akademik digital yang digunakan oleh banyak mahasiswa di UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon, sering mengalami gangguan teknis yang memicu keresahan terutama di kalangan mahasiswa tingkat akhir. Mahasiswa yang tergantung pada sistem ini untuk berbagai keperluan akademik, seperti mengakses nilai, mencetak transkrip, dan mendaftar sidang. Mereka merasa sangat dirugikan dengan seringnya platform ini mengalami eror.
Sejak adanya pengalihan layanan ke Portal Akademik untuk mahasiswa angkatan tahun 2022 dan seterusnya, Smart Campus seolah menjadi platform yang mulai diabaikan. Meskipun demikian, angkatan 2021 ke bawah masih sepenuhnya bergantung pada platform ini untuk memenuhi persyaratan akademik mereka. Karena itu, ketika Smart Campus mengalami gangguan, dampaknya sangat terasa, terutama di kalangan mahasiswa yang sedang berada di masa-masa kritis, seperti persiapan sidang skripsi dan penyelesaian studi.
Smart Campus sering disalahgunakan oleh pihak tidak bertanggung jawab dan berubah menjadi situs judi online. Ini menunjukkan adanya kelemahan besar dalam sistem keamanan siber kampus. Dalam era digital seperti sekarang, keamanan data menjadi prioritas yang tidak bisa diabaikan. Ketika platform yang mengelola data akademik mahasiswa rentan terhadap serangan siber, ini tentu menimbulkan kekhawatiran besar. Pihak kampus diharapkan dapat berinvestasi lebih banyak dalam pengembangan dan mendukung infrastruktur keamanan siber untuk melindungi data mahasiswa, yang seharusnya dijaga dengan baik.
Sayangnya, hingga saat ini, tindakan perbaikan dari pihak kampus masih belum terlihat signifikan. Hal ini menimbulkan spekulasi bahwa kampus mungkin sengaja mengabaikan Smart Campus karena platform ini hanya digunakan oleh angkatan terakhir yang segera lulus. Banyak yang berpendapat bahwa karena kampus sudah beralih ke Portal Akademik, Smart Campus seolah dibiarkan begitu saja hingga masanya berakhir.
Bagi mahasiswa tingkat akhir, Smart Campus sekali lagi adalah sistem yang krusial, terutama dalam mengurus kebutuhan administratif untuk kelulusan. Ketika platform ini mengalami gangguan, mereka harus menghadapi berbagai kendala, mulai dari kesulitan mencetak transkrip nilai hingga keterlambatan dalam pendaftaran sidang. Situasi ini jelas menambah beban dan tekanan di masa-masa akhir perkuliahan yang sudah berat.
Mahasiswa merasa geram karena Smart Campus yang seharusnya berfungsi sebagai pendukung akademik malah menjadi penghalang. Ketika platform digital yang diandalkan justru sering eror dan tidak bisa diakses, mereka kehilangan akses terhadap layanan akademik yang sangat dibutuhkan. Situasi ini juga mencerminkan kurangnya perhatian kampus terhadap kebutuhan mahasiswa, terutama di momen-momen penting seperti penyelesaian studi.
Kampus memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan bahwa semua layanan akademik, termasuk platform digital seperti Smart Campus, berjalan dengan baik hingga akhir. Mengingat pentingnya platform ini bagi kelancaran proses akademik mahasiswa, pihak kampus diharapkan dapat segera mengambil tindakan konkret untuk memperbaiki sistem dan meningkatkan keamanan sibernya. Selain itu, kampus juga harus memberikan kepastian kepada mahasiswa bahwa hak-hak mereka sebagai pengguna layanan akademik akan dilindungi, terlepas dari apakah mereka termasuk angkatan terakhir pengguna Smart Campus atau bukan.
Jika Smart Campus memang akan dihapus setelah angkatan terakhir selesai, kampus tetap harus memastikan bahwa selama platform tersebut masih aktif, fungsinya tetap berjalan dengan baik. Jangan sampai platform ini dibiarkan rusak begitu saja, karena ini akan semakin mencoreng reputasi kampus di mata mahasiswa.
Dalam jangka panjang, pembenahan sistem layanan akademik digital harus menjadi prioritas kampus. Era digitalisasi menuntut transparansi, efisiensi, dan keamanan dalam pengelolaan data akademik. Ketidakmampuan untuk mengelola sistem ini dengan baik hanya akan merugikan semua pihak, terutama mahasiswa yang merupakan pengguna utama layanan tersebut.
Penulis: Zakariya Robbani
Editor: Ega Adriansyah