Sumber Foto: Pinterest 

Tidak sekali saya bilang, Ramadan merupakan bulan suci yang penuh dengan kemuliaan dan keberkahan. Di bulan Ramadan, umat muslim diwajibkan untuk berpuasa. Puasa berarti menahan. Saya pernah mengatakan bahwa menahan dalam hal ini konteksnya luas, bukan hanya menahan lapar dan dahaga, melainkan menahan diri dari berbagai ucapan, tindakan atau aktivitas yang kurang baik (nir-akhlak) juga. 

Ramadan, ibadah puasa dan zakat (salah satu ibadah yang dianjurkan lagi di bulan suci) erat kaitannnya dengan tujuan transformasi akhlak bagi pribadi dan transformasi sosial bagi lingkungan kolektif. Erat kaitannya dengan transformasi akhlak dan sosial karena tujuan semua ibadah yang ada di bulan Ramadan berujung kepada takwa. Takwa inilah yang bisa membuat transformasi dalam dua hal itu terwujud. 

Transformasi akhlak sekarang menjadi sesuatu yang penting. Isu akhlak atau moral menjadi isu yang terus digembar-gemborkan oleh banyak pihak di Indonesia. Mulai dari aktivis demokrasi, mahasiswa atau kalangan intelektual. Banyak yang merasa, termasuk saya, bahwa isu akhlak mesti dihadirkan ke permukaan. 

Melihat perilaku oknum pejabat di lingkungan pemerintahan, dari pusat sampai akar rumput begitu mengkhawatirkan. Perilakunya seolah-olah mengesampingkan tanggung jawab dan kewajiban melayani rakyat. Seolah-olah tidak takut akan pertanggungjawaban yang di kemudian hari pasti ditagih oleh Tuhan. 

Belum lagi perilaku mereka (individu/lembaga) yang bertugas menangkap oknum-oknum pejabat yang melalaikan tugas dan memet (senang mengambil) uang rakyat, yang belakangan bertindak sama saja, ikut-ikutan memet, melakukan pungli bahkan pemerasan di gedung tahanan. 

Sungguh kenyataan yang perlu disikapi dengan bijak. Dan kebijaksanaan itu salah satunya tercermin dalam komitmen kita untuk tidak melakukan hal serupa ketika diamanahi berbagai tanggung jawab seperti di atas. Kebijaksanaan itu tercermin juga dalam ikhtiar kita memperbaiki dan menjaga akhlak (meninggikan rasa malu atau moralitas kemanusiaan) dalam semua keadaan. Dan momen Ramadan ini amat pas untuk berlatih dan berusaha ke arah sana. 

Di samping itu, Ramadan juga momen yang pas bagi kita untuk belajar, menumbuhkan kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan sosial. Terhadap tetangga, karib kerabat, sanak saudara, sohib (kawan dekat) maupun sesama manusia (utamanya yang butuh pertolongan). 

Diri terkadang merasa heran sekaligus resah, melihat semakin banyak orang (secara pribadi maupun kelompok) yang semakin sungkan melihat realitas sosial, entah karena peradaban yang semakin canggih atau memang karena sisi kemanusiaan banyak orang semakin terkikis oleh individualisme (sikap mementingkan diri sendiri yang muncul sebab faktor-faktor tertentu). 

Mereka yang jadi pejabat hanya peduli dengan jabatannya, mereka yang jadi akademisi hanya peduli dengan penelitian untuk mengejar pangkat atau sekedar menggugurkan tugas, sampai mereka yang jadi pelajar, pemuda atau mahasiswa yang hanya peduli dengan progres akademik pribadinya di kampus atau dimana pun dia berada.

Selain itu, sikap suatu kelompok, entah mengatasnamakan ormas Islam, ormas kepemudaan atau lainnya, yang mempunyai program kurang konkret, tidak berorientasi pada penyelesaian problem sosial di lingkungan masyarakat seperti kemiskinan, pengangguran, kelaparan, rendahnya tingat pendidikan dan sebagainya juga menjadi sebab lain dari keresahan diri. 

Padahal, hakikatnya manusia diciptakan untuk menjadi khalifah dan memelihara bumi dengan seisinya. Dalam Islam, muslim muslimah pun diperintahkan untuk peduli terhadap siapa pun di lingkungan sekitar yang mengalami keadaan payah. Terlebih bagi seorang muslim muslimah yang punya tanggung jawab. Baik secara struktural di lingkungan pemerintahan atau organisasi. 

Karena itu, momen Ramadan harus dievaluasi dan mulai diniatkan untuk membuat diri menjadi pribadi yang hatinya mau melihat keadaan sekitar (bukan diri sendiri saja). Dahulu, Rasulullah dan para sahabat serta tokoh-tokoh besar Islam lain adalah sosok-sosok yang rela banting tulang untuk membantu yang membutuhkan. 

Rasulullah rela menyuapi makanan setiap hari kepada seorang yang buta dan membencinya sebab sisi kemanusiaanya begitu luhur, atau sahabat Umar yang rela blusukan ke rumah-rumah warga untuk mencari siapa saja yang perlu mendapat bantuan ekonomi (bahasa kita sekarang bansos) sebab ketakutannya akan sikap lalai dari amanah. 

Maka, maknai Ramadan dengan penuh arti. Gunakan waktu-waktu di bulan Ramadan untuk ikhtiar meningkatkan kualitas iman dan ketakwaan. Dengan begitu, semoga pribadi yang tiada luput dari khilaf dan salah ini mampu menjadi promotor/penggerak perubahan di lingkungan sosial, pemerintahan, bangsa dan negara. Dengan upaya menerapkan dan menyebarkan ajaran akhlak yang terpuji, serta meningkatkan kesadaran untuk menjadi pribadi yang lebih peduli dan bertanggung jawab dalam berbagai situasi. 


Penulis: Ega Adriansyah 


Sumber Foto: Pinterest 

Tidak terasa Idulfitri tinggal menghitung hari. Seperti yang kita ketahui, pada umumnya perayaan Idulfitri di Indonesia lebih meriah dibandingkan dengan negara lain. Idulfitri menjadi momen yang dinantikan oleh semua orang, karena tidak hanya sebagai bentuk perayaan keagamaan umat Islam saja, Idulfitri juga menjadi waktu yang tepat untuk bersua dengan keluarga, mempererat tali persaudaraan (silaturahim) dan menikmati berbagai hidangan lezat, seperti ketupat, opor ayam dan lainnya. 

Di Indonesia, ada beragam tradisi atau kebiasaan yang menjadi ciri khas menjelang atau ketika hari Idulfitri yang dilakukan masyarakatnya, di antaranya mudik, halal bihalal, mmembuat ketupat, takbiran, menyalakan kembang api, ziarah kubur, hingga adanya Tunjangan Hari Raya (THR). 

Pasca Ramadan, masyarakat muslim di Indonesia dan seluruh dunia tentunya sangat gembira sekaligus sedih karena akan ditinggalkan oleh bulan yang penuh kemuliaan. Pada malam Idulfitri, kita dianjurkan untuk menghidupkan malam dengan beragam ibadah dan kebaikan. 

Setidaknya ada 7 amalan sunah yang bisa dikerjakan untuk menambah pahala dan keberkahan pada saat Idulfitri. 

Pertama, mandi sebelum salat Idulfitri. Dalam sebuah hadis dijelaskan, Rasulullah Saw melakukan mandi terlebih dahulu sebelum melaksanakan salat sunah Idulfitri. 

Dari Nafi’ ia berkata: “Abdullah bin Umar biasa mandi pada hari Idulfitri sebelum pergi ke tanah lapang.” (HR Imam al-Bukhari)

Selain menjadi bagian dari sunah Rasulullah, mandi sebelum melaksanakan salat Idulfitri juga bertujuan agar seseorang bersih dari hadas atau kotoran ketika hendak melaksanakan ibadah kepada Allah. Ada pun niat mandi sebelum salat Idulfitri adalah: 

نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِعِيْدِ اْلفِطْرِ سُنَّةً لِلهِ تَعَالَى

Nawaitul ghusla li’idil fithri sunnatan lillahi

Artinya: “Aku niat mandi untuk merayakan Idulfitri sebagai sunah karena Allah ta’ala.”


Kedua, makan sebelum salat Idulfitri. Salah satu kegiatan yang disunahkan pada hari Idulfitri adalah makan sebelum berangkat menunaikan salat Idulfitri. Hal Ini menjadi pembeda antara Idulfitri dengan Iduladha. Ketika Iduladha, yang disunahkan adalah sebaliknya, tidak makan sebelum berangkat salat Iduladha. Hukum makan sebelum salat Idulfitri bukanlah wajib, melainkan sunah. Apabila kita tidak sempat makan sebelum salat Idulfitri tidak menjadi masalah.


Ketiga, berhias dan memakai pakaian terbaik. Berhias dan memakai pakaian terbaik saat Idulfitri sudah menjadi tradisi budaya umat Islam. Hal ini merupakan bagian dari bentuk syukur kepada Allah atas semua kebaikan, nikmat dan seterusnya yang Allah berikan selama bulan Ramadan. Berhias bisa diakukan dengan cara membersihkan badan, memotong kuku, memakai wewangian, dan mengenakan pakaian terbaik. 


Al-Hakim, dari Hasan bin Ali ra, berkata: "Rasulullah Saw menyuruh kami agar memakai pakaian terbaik dan wewangian terbaik yang kamu miliki pada dua hari raya." (HR Al-Hakim)


Keempat, memperbanyak membaca takbir. Diimulai dari satu hari sebelum Idulfitri (tepatnya setelah tenggelamnya matahari di hari terakhir Ramadan) sampai hari Idulfitri tiba. Di Indonesia, masyarakat mengenalnya sebagai takbiran. Takbir Idulfitri bisa dikumandangkan di mana saja, di rumah, jalan, masjid, atau di tempat lain (kecuali di tolilet).


Ibnu Mas’ud berkata, Rasulullah Saw mengucapkan: Allahu akbar, allahu akbar laa ilaha ilallahu walahu akbar allahu akbar aalilahil Hamd. "Beliau mengucapkan takbir ini di masjid, di rumah dan di jalan-jalan.” (HR. Mushanaf Abi Syaibah)

Berdasarkan hadis di atas, maka lafaz takbir Idulfitri yang biasa dikumandangkan adalah sebagai berikut.

اَللهُ أًكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ اْلحَمْدُ.

Allahu akbar allahu akbar, la ilaha illallah wallahu akbar alllahu akbar walillahil hamd.

Artinya: “Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tiada Tuhan melainkan Allah dan Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, dan bagi Allah-lah segala puji.”

Kelima, melaksanakan salat Idulfitri. Hukum salat Idulfitri merupakan sunnah muakkad. Artinya, setiap muslim sangat dianjurkan untuk melaksanakannya. Akan tetapi, ketika ada halangan-halangan tertentu tidak melaksanakannya juga tidak berdosa. Namun yang lebih baik tetap berusaha melaksanakannya. 

Keenam, mengambil jalan berbeda ketika berangkat dan pulang salat Idulfitri. Misalnya, ketika berangkat salat kita lewat jalan A, maka pulang salat kita lewat jalan B. Hal ini sesuai dengan hadis Jabir, ia berkata: “Adalah Rasulullah saw ketika di hari ‘Ied berbeda jalan (ketika berangkat dan pulang).” (HR. Bukhari). 

Ketujuh, saling memberi ucapan selamat. Ucapannya boleh berupa doa seperti, "Taqabbalallahu minna wa minkum", yang artinya, “Semoga Allah menerima (amal ibadah) dari kita dari kalian”. Selain itu, boleh juga kalimat lain seperti, “Minal ‘aidin wal faizin” yang artinya, “Semoga kalian termasuk orang-orang yang kembali (ke fitrah) dan orang-orang yang sukses (dalam akhirat)." 

Demikian penjelasan tentang amalan sunah di hari Idulfitri. Setelah mengetahui amalan-amalan tersebut, saya berharap FatsOeNist dapat mengerjakannya guna menambah pahala dan keberkahan pada saat Idulfitri. Semoga di hari yang fitri, kita kembali bersih dari segala dosa dan segala penyakit hati.


Oleh: Muhamad Hijar Ardiansah

Editor: Ega Adriansyah

 

Sumber Foto: Dokumentasi Penulis 

Menurut Sukron (2020), lahirnya KPMDB (Keluarga Pelajar Mahasiswa Daerah Brebes). Pada tanggal 19 Desember 1964, merupakan sebuah wadah yang menaungi pelajar-pelajar daerah di Brebes. Yang merantau ke daerah lain, dalam menimba ilmu pengetahuan. Untuk perantara komunikasi, aktualisasi, dan partisipasi dalam melaksanakan pengembangan organisasi profesional. Sebagai implementasi dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, dimana KPMDB adalah jembatan dan penyambung lidah pada masyarakat.

KPMDB terdapat beberapa komisariat atau tingkat kampus, yang tersebar di Pulau Jawa. Dan memiliki 3 tingkatan. Yakni KPMDB Pusat yang terletak di Pusat Pemerintahan Kabupaten Brebes dan tersebar di 11 wilayah lainnya. Juga tersebar di beberapa wilayah Jawa Barat, yakni di Bandung, Cirebon dan Bogor. Lalu Jawa Tengah, yakni di Semarang, Pekalongan, Surakarta dan Purwokerto. Kemudian Jawa Timur, yakni di Malang dan Kediri. Selanjutnya tersebar pula di Ibu Kota Jakarta dan di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Berapa rata-rata pendidikan di Brebes?

Menurut data yang didapat dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Brebes dalam tahun 2021, menyatakan bahwa rata-rata pendidikan di Kabupaten Brebes berada pada angka 6,22 %. Artinya penduduk di Kabupaten Brebes, hanya mengenyam pendidikan sekolah dasar dan hanya setahun duduk di bangku sekolah menengah pertama.

Kemudian untuk data kemiskinan di Brebes berada pada angka 15,78 %, dengan pendapatan perkapita perhariannya sebesar Rp 11.000,00. Oleh karena itu, kita dapat memberikan suatu pandangan bahwa penduduk brebes masih berada di garis kemiskinan. Karena kurangnya kesejahteraan, dimana masih banyak masyarakat yang memiliki pendidikan rendah.

Bahkan kemiskinan tersebut, dikatakan sebagai kabupaten dengan kemiskinan ekstrem di Jawa Tengah. Dengan demikian, mahasiswa brebes yang tergabung dalam KPMDB sebagai fasilitator dan promotor. Agar dapat menggerakan dan berkontribusi sebagai agen perubahan, dikarenakan betapa pentingnya pendidikan dan kemiskinan harus diatasi.

Melalui bakti sosial kami KPMDB wilayah Cirebon merupakan sekelompok mahasiswa yang sadar, bahwa banyak sekali kekurangan yang terjadi di Kabupaten Brebes. Secara Geografis memiliki 17 kecamatan, dengan luas wilayah mencapai 1.770 km dan 1.809 juta penduduk pada tahun 2019.
Sumber Foto: Dokumentasi Penulis 
Sebagai seorang mahasiswa, yang dalam hal ini kami masih belajar. Maka dari itu, ketika melaksanakan kegiatan bakti sosial, kami menggunakan metode dialog. Setiap anggota harus diberi ruang, untuk mendialektika mengenai hal apa yang mereka dapatkan. Terhadap masalah yang mereka hadapi bersama, untuk terlibat terhadap setiap proses dalam bersosialisasi dengan masyarakat.

Seperti dalam salah satu teori psikologi, yakni Behaviorisme menurut Glassman dan Hadad pada tahun 2009, menyatakan bahwa Behaviorisme merupakan aliran psikologi, yang berfokus kepada perilaku. Dan menekankan bagaimana peran stimulus, yang ada di luar diri manusia membentuk perilaku melalui proses belajar. KPMDB wilayah cirebon juga menerapkan hal yang sama, seperti aliran Behaviorisme yang dicetus John Broadus Watson.

Penerapan yang di implementasikannya, melalui agenda bakti sosial yang dilaksanakan pada tahun 2022 di Dusun Jemasih, Desa Kamalasih, Kecamatan Ketanggungan dan Kabupeten Brebes. Desa ini merupakan desa yang jauh dari pusat pemerintahan, termasuk daerah yang memiliki akses pendidikan dan kesehatan yang kurang memadai.

Hanya terdapat 1 (satu) posyandu, dengan sekolah dasar hanya memiliki 3 kelas. Siswa-siswi ketika naik ke kelas 4 sampai dengan kelas 6, mereka harus menempuh jarak sekitar 1,5 km jauhnya yang berlokasi di desa Karanganyar. Kemudian, hal ini juga diperparah oleh kondisi jalan yang rusak dan berlubang.

Sebuah fakta bahwa daerah ini termasuk ke dalam wilayah dataran tinggi, sehingga cukup berbahaya ketika kendaraan roda dua melintas karena kondisi jalan yang ekstrem. Dengan melakukan program bakti sosial, agenda yang kami laksanakan yakni mengajar anak-anak TK dan SD. Berupa belajar mengaji dan ikut berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Sumber Foto: Dokumentasi Penulis 
Mensosialisasikan kepada masyarakat, mengenai program wajib belajar 12 tahun. Sebagai sarana dalam meningkatkan kualitas SDM (Sumber Daya Manusia), khususnya di Dusun Jemasih Desa Kamalasih tersebut. Selain itu terdapat pula agenda sunatan masal dan santunan kepada anak yatim-piatu, yang bekerja sama dengan Lembaga Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Brebes dan Yayasan Gerak Sedekah Brebes. Serta pembagian Sembako, untuk warga yang kurang mampu.
Sumber Foto: Dokumentasi Penulis

Selain itu, kami juga melakukan sensus kepada warga yang kurang mampu. Dan yang memiliki rumah tidak layak huni, yang belum tersentuh oleh pemerintah daerah. Yang dimana tidak mendapatkan bantuan, berupa program keluarga harapan atau bantuan sosial. Supaya kedepanya bantuan seperti ini dapat tersalurkan kepada pihak yang tepat, yakni warga Dusun Jemasih yang masih dilanda kemiskinan.
Sumber Foto: Dokumentasi Penulis 

Dengan demikian, kader KPMDB dapat memahami perilaku masyarakat sekitar. Dan dapat merangsang masyarakat, agar terdorong untuk melanjutkan pendidikan. Melalui pendidikan yang layak, mengurangi mata rantai kemiskinan. Diharapkan menambah lapangan pekerjaan. Maka dari, itu kader KPMDB dapat mempunyai sifat empati dan simpati. Melalui proses kegiatan bakti sosial, belajar berkomunikasi dan bermasyarakat yang di laksanakan oleh KPMDB wilayah Cirebon.

Penulis : Rizki Saputro 
Editor: Noviati Farisa

 

Sumber Foto: Dokumentasi Penulis  

Himpunan Mahasiswa Filsafat (Himafil) IAIN Syekh Nurjati Cirebon melakukan kegiatan pengabdian masyarakat di Desa Kertaunggaran, Kecamatan Sindang Agung, Kabupaten Kuningan. Kegiatan itu diberi nama “Waraspati Berkelana” dengan tema "Aksioma" atau kepanjangan dari "Aksi Sosial Mahasiswa”. Kegiatan sosial ini fokus ke tiga bidang, yaitu sosial dan kewirausahaan, pendidikan dan keagamaan. Berikut penjabarannya: 

Bidang Sosial dan Kewirausahaan

Di bidang ini, kami berusaha menggali informasi mengenai kondisi geografis, mata pencaharian, dan usaha usaha yang di lakukan oleh masyarakat desa. Selain menggali informasi itu, kami juga belajar membaur di lingkungan sosial, mulai dari berinteraksi dengan masyarakat, diskusi sederhana terkait kehidupan bermasyarakat, sampai membantu beberapa di antara mereka dalam usaha-usaha pertanian, perternakan dan kebersihan. 

Pertama, kami menggali informasi tentang semua itu di Dusun Pahing. Secara Geografis, kata Lurah Pepen, Kepala Dusun Pahing, Dusun Pahing memiliki 1292 penduduk. Terdiri dari 267 Kepala Keluarga (KK) serta 2 RW dan 6 RT. Desa Kertaungaran sendiri memiliki program “Jumat Berkah”. Sebuah program udunan dari masyarakat yang dipungut setiap hari Jumat yang hasil udunan tersebut dipakai untuk kepentingan warga setempat. Ada pun konsep pemungutannya dilakukan oleh Dusun Pahing dibuat secara terstruktur dengan melibatkan RT/RW di masing-masing dusun yang kemudian secara kolektif disetorkan kepada Kepala Dusun. 

“Alhamdulillah di Dusun Pahing warga selalu antusias terkait Program Desa khususnya program udunan di “Jumat Berkah” yang penting dari atasnya memberikan pengertian yang jelas terkait penggunaan uang tersebut. Bilamana ada warga yang tidak aktif biasanya saya sendiri yang memanggil ketua RT/RW dan menanyakan mengapa hal itu bisa terjadi," tutur Pepen. 

Dia melanjutkan, pekerjaan masyarakat Dusun Pahing mayoritas adalah pedagang yang menyebar ke beberapa daerah perantauan seperti Jakarta, Yogyakarta, Semarang, Bandung dan kota-kota lainnya. Tidak banyak masyarakat Pahing yang memilih membuka usaha pribadi (UMKM) dan menetap di desa. Masyarakat yang bertani pun hanya beberapa saja. Yang membedakan Dusun Pahing dengan dusun lain adalah terdapatnya 10 tambak ikan. 10 tambak ikan tersebut milik warga setempat dan menjadi salah satu mata pencaharian tambahan. 

Dalam wawancara yang dilakukan kepada salah seorang pemilik tambak ikan bernama Yos Rosidi, di awal-awal pembenihan, kata Yos, desa memberikan bantuan berupa dana untuk perawatan pertama yang boleh dikelola secara mandiri oleh masing-masing pemilik tambak ikan. Lebih lanjut, usaha Tambak ikan tidak selalu menuai keuntungan dan sangat bergantung pada kondisi cuaca, katanya. 

Selain itu, pendekatan cara perawatan antara ikan bawal dan gurame juga berbeda. Mengenai teknis pembudidayaan, dia menuturkan, “Biasanya dalam satu tambak itu diisi benih ikan sebanyak 500 biji. Nah, dari benih tersebut berat totalnya menghasilakan 1.5 Kuintal ikan dan dijual 15.000 per kilo. Bila kita hitung-hitung kan harusnya keuntungan itu bisa sampe 2 kali lipat tuh, tetapi kembali lagi bila cuacanya tidak stabil biasanya ikan tuh banyak yang mati, bukannya dapet untung tapi malah rugi."

Setelah di Dusun Pahing, kami beralih ke Dusun Puhun. Di sanap kami bertemu dengan Ibu Kepala Dusun Puhun. Secara Geografis, Dusun Puhun memiliki 6 RT dan 3 RW. Profesi masyarakatnya hampir serupa dengan masyarakat di Dusun Pahing, sebagai pedagang yang merantau ke luar daerah. 

“Kalau UMKM sih sedikit ya yang aktif, kalo dulu itu ada tuh usaha rumahan keripik emping, terus ibu-ibunya bikin kue, menjahit, kalau sekarang kebanyakan ngewarkop dan pada merantau ke luar masyarakatnya itu,” ujarnya.

Selepas dari Dusun Puhun, kami lanjutkan penelusuran Dusun Wage. Secara geografis, Dusun Wage terletak di bagian barat Dusun Pahing dan berujung di Dusun Manis. Secara wilayah, Dusun Wage tersebar menjadi 4 RT dan 2 RW. 

“Mayoritas penduduk sini mereka berdagang ke luar daerah seperti Jakarta dan Yogyakarta tapi kebanyakan memang ke Yogyakarta sih. Terkait kegiatan masyarakat sini ya paling Jum’at bersih ya, biasa dilaksanakan pada awal dan akhr bulan secara rutin," ucap Kepala Dusun Wage.

Pada hari Sabtu, tanggal 30 Maret 2024, kami melanjutkan kegiatan ke Dusun Manis, di sana kami bertemu dengan kepala dusun yang bernama Ateng. Banyak sekali ilmu serta informasi yang kami dapatkan darinya. Secara garis besar, pesawahan mendominasi segi geografis dusun manis, dusun yang terdiri dari 1 RW dan 3 RT serta 130 jumlah rumah yang terdiri dari 170 KK lebih. 

Mayoritas masyarakat Dusun Manis berprofesi sebagai petani. Mereka memanfaatkan lahannya untuk di tanam padi dan bawang merah. Banyak masyarakat dusun lain yang juga mememiki lahan sawah di Dusun manis. Demi terciptanya hasil panen yang bagus dan harga yang tinggi, para petani membutuhkan pasokan pupuk yang mudah diakses untuk memperbaiki kondisi tanah, meningkatkan kesuburan tanah, serta memberikan nutrisi pada tanaman. Pupuk yang di gunakan petani Dusun Manis adalah pupuk organik berupa kotoran hewan ternak dan pupuk anorganik yang mereka dapatkan dari bantuan pemerintah. 

Tidak mudah bertani di zaman sekarang. Ada beberapa kendala yang sering dihadapi para petani, di antaranya soal biaya produksi yang lebih besar dari harga jual. 

“Terkait hasil panen padi dan bawang biasanya masyarakat sini hanya mengkonsumsi 50% dan 50% nya lagi dijual. Karena biaya perawatan nya terhitung lebih besar daripada dulu. Apalagi makin kesini subsidi pupuk nya itu makin dikurangi, nggak tau pokoknya sisanya kemana. Mangkanya membuat petani sekarang itu pada nangis," tambahnya. 

Petani Dusun Manis terkenal masih ingin bersifat praktis terkait pemupukan, sehingga 
mereka sangat bergantung kepada pupuk anorganik khususnya bantuan pupuk subsidi dari pemerintah. Peran pemuda dalam bidang pertanian pun masih dibilang kurang karena mereka lebih memilih untuk merantau dan bekerja di luar daerah. Selain bidang pertanian, Dusun Manis juga memiliki program peternakan domba dan kambing desa mandiri yang dikelola oleh masyarakat. Programnya bernama Pasang Grahan KTI “Milenial”.  

Dusun terakhir yang kami sambangi adalah Dusun Kliwon. Masyarakat Dusun Kliwon mayoritas berprofesi sebagai petani. Mereka memanfaatkan lahan luas di daerahnya untuk bertani, sedangkan pemuda pemudi di sana 
lebih memilih untuk merantau atau bekerja dan melanjutkan pendidikan lanjut ke luar daerah. 

Bidang Pendidikan 

Dalam bidang pendidikan, kegiatan dilakukan dengan cara mengajar siswa Sekolah Dasar (SD) dari kelas 1-6. Kegiatan tersebut berlangsung di SDN Kertaungaran. Sebelum belajar, para siswa dibiasakan untuk melaksanakan sholat dhuha yang dilanjut dengan kegiatan tadarus dan penyampaian kultum. Setelah itu, para siswa masuk ke kelas masing-masing untuk melaksanakan proses belajar mengajar. Mengajar siswa-siswa SD memang bukan perkara mudah, mengingat usianya yang belum matang dan dewasa. Hal itu menuntut kami untuk lebih sabar ketika mengajar. 

Diketahui, penggunaan kurikulum di SDN Kertaungaran berbeda-beda antar kelas yang satu dan kelas lainnya. 

“Di Sekolah ini, kelas 1 dan kelas 4 itu (menggunakan) Kurikulum Merdeka. Kalau kelas 2, 3, 5, 6 masih menggunakan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)," imbuh Kepala Sekolah SDN Kertaungaran ketika diwawancara.

Bidang Keagamaan

Dalam bidang keagamaan, kami menyoroti Yayasan Hasan Maolani sebagai lembaga pendidikan dan keagamaan yang memiliki sejarah panjang di desa tersebut. Yayasan Hasan Maolani awalnya merupakan sebuah majelis pengajian yang dirintis oleh Anang Dimyati pada tahun 1972 setelah menyelesaikan studinya di Mesir.  

Majelis ini mulanya bertempat di masjid. Seiring berjalannya waktu, masjidnya kemudian berkembang menjadi pondok pesantren dan secara resmi mendapatkan legalitas pada tahun 1976. Di bawah kepemimpinan Anang, pengajian ini menarik minat masyarakat setempat untuk belajar agama. Perkembangannya pun bisa dibilang baik, sebab mampu mendirikan lembaga pendidikan formal di sana sekitar tahun 1980. 

Yayasan sempat menghadapi tantangan dalam urusan administrasi, manajemen dan keuangan yang mengakibatkan progresnya mengalami kemunduran pada tahun 2000-an. Setelah melakukan evaluasi dan menggani kepemimpinan pada tahun 2007, yayasan kembali hidup dan kemudian mengubah  
mengadopsi aliran Tarekat Qadiriyah wan Naqsabandiyah dalam aktivitas pendidikannya. 

Program Jumat Bersih dan Santunan Anak Yatim Piatu

Ini merupakan program tambahan dari kegiatan sosil yang diadakan. Acara ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 29 Maret 2024. Kegiatan Jumsih (Jum’at Bersih) yang dilakukan sebulan dua kali yaitu pada awal bulan dan akhir bulan. Jumsih bertujuan untuk merekatkan ikatan persaudaraan dan melestarikan budaya gotong royong masyarakat dalam urusan kebersihan. 

Pagi sekitar pukul 08.30 WIB kami berangkat menuju pemakaman umum untuk membantu 
warga membersihkan tempat tersebut. Kemudian dilanjutkan dengan agenda “Santunan Kepada 40 Anak Yatim” pukul 14.00 WIB. Agenda ini dihadiri oleh Kepala Desa setempat dan 40 Anak Yatim Piatu. Di sana, kami menyalurkan sedikit sembako dan pakaian hasil donasi dari masyarakat.

Tanggapan Ketua Jurusan Akidah dan Filsafat Islam

Aksioma yang dilakukan sendiri mendapat reapon positif dari Ketua Jurusan Akidah dan Filsafat Islam, Fuad nawawi. Dia mengapresiasi kegiatan sosial yang dilakukan Himafil. 

“Saya menyambut baik dan mengapresiasi atas terselenggaranya program pengabdian 
ini. Menurut saya ini sebuah program yang keren perlu dilanjutkan untuk periode-periode 
selanjutnya karena ini merupakan perwujudan cinta dari mahasiswa terhadap masyarakat. Mungkin juga menurut saya harapannya ini menjadi sebuah role model pada periode-periode berikutnya sehingga ini bisa terus dilestarikan ya karena manfaatnya memang banyak untuk diri kita juga sebagai penyelenggara sehingga kita ini "terlatih" 
untuk menjadi manusia yang bermanfaat kepada orang lain," pungkasnya. 

Semoga tulisan ini menginspirasi. 

Penulis: Muhamad Fadlan, Ulul Azmi, Muhammad Rifqi Rizqon R.
Editor: Ega Adriansyah

 

Sumber Foto: Bagas Khadafi 

Dalam lorong gelap kampus yang rindang

Terlihat potret yang mengherankan

Ideal demokrasi hanyalah angan

Diterpa intrik birokrasi, politik pun memburu


Demonstrasi meronta, ketidakpuasan terbuka,

PPMU ditolak, keputusan kaku.

Pandora terbuka, menggambarkan betapa

Demokrasi terancam oleh kepentingan curang.


Birokrat turut campur, mengatur agenda

Menggerus demokrasi, tak terasa

Perjuangan mahasiswa, hanya sandiwara

Politik kekuasaan menjelma main hakim sendiri 


Konflik merajalela di arena ormawa

Rasisme menjulang, intoleransi menggema

Ironisnya, mahasiswa bertumpu dalamnya

Membenamkan harapan akan demokrasi yang sejahtera


Demokrasi kampus hanya pajangan

Di tengah struktur kekuasaan yang terbelenggu,

Kebijaksanaan terkubur, di dalam luka.

Di bawah sorotan, prasangka menghampiri


Namun pelajaran berharga terukir jelas

Dari IAIN Syekh Nurjati Cirebon yang terpenjara

Demokrasi tak sekadar kata,

Melainkan praktek yang harus terus dijaga.


Partisipasi dan kepercayaan menjadi kunci

Untuk menjaga ruh demokrasi yang merdeka

Kampus menjadi arena, bukan sekadar impian

Bagi masyarakat yang haus akan keadilan.


Demokrasi kampus haruslah jadi nyata

Bukan sekadar cerita di atas kertas,

Melalui pendidikan dan tindakan tegas,

Mewujudkan demokrasi yang sejati, tanpa cela.


Penulis: Nisa Nurul Hamdiyah 


Sumber Foto: Pinterest 

Tak terasa saat ini kita sudah berada di penghujung Ramadan. Sebelum Ramadan berakhir mari kita lakukan salah satu aktivitas baik yakni muhasabah, untuk tujuan memperbaiki diri dan berbenah agar pasca Ramadan, kita bisa tetap istikamah dalam takwa. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), muhasabah berarti introspeksi. Sementara introspeksi berarti peninjauan atau koreksi terhadap perbuatan, sikap, kesalahan, dari diri sendiri. Muhasabah adalah salah satu cara membersihkan diri dari kesalahan-kesalahan yang pernah dibuat.

Muhasabah berasal dari bahasa Arab. Akar kata dari muhasabah adalah hasaba-yahsubu-hisaaban. Artinya menghisab atau menghitung. Sedangkan dalam terminologi Islam, muhasabah merupakan upaya seseorang dalam melakukan evaluasi diri terhadap setiap kebaikan serta keburukan pada semua aspek kehidupan seseorang. Setidaknya ada dua hal yang perlu diinstrospeksi atau menjadi bahan muhasabah di akhir Ramadan. 

Pertama berkenaan dengan perbaikan hubungan kita dengan Allah. Selama Ramadan, kita terbiasa menahan diri dari sesuatu yang Allah membatalkan puasa, makan dan minum. Selain itu, selama Ramadan kita juga dianjurkan untuk memperbanyak ibadah, kebaikan serta menjauhi sikap dan perbuatan yang mengandung dosa semacam ghibah, namimah, dan lainnya yang memang menjadi makna lebih dalam dari menahan. 

Pasca Ramadan, sebisa mungkin berbagai ibadah, kebaikan dan sikap menahan diri dari sesuatu yang mengandung dosa itu harus dipertahankan. Termasuk budaya tadarus Al-Qur’an dan masih banyak lagi. Adanya Ramadan dan kewajiban berpuasa di sisi lain memang bertujuan untuk melatih dan menguatkan keimanan seorang muslim/muslimah. Sehingga mereka yang disebut menjadi pemenang adalah mereka yang berhasil mempertahankan keistikamahan dalam beribadah dan berbuat baik bahkan selain di bulan Ramadan. 

Bulan Ramadan merupakan bulan yang penuh kemuliaan karena di dalamnya terdapat momen-momen sejarah yang penting seperti Lailatul Qadar dan Nuzulul Qur’an. Pada bulan ini, rahmat dan ampunan Allah dibuka selebar-lebarnya kepada hamba-hamba di dunia. Sehingga Rasulullah Saw mengatakan dalam sabdanya: “Barang siapa yang mendapatkan bulan Ramadhan tetapi dia tidak mendapatkan ampunan Allah semoga dia jauh dari rahmat-Nya, maka Nabi pun mengamini doa malaikat Jibril tersebut”. (HR. Ibnu Hibban). Maka, manfaatkan sisa-sisa bulan Ramadan dengan baik dan doa kepada Allah agar setelah Ramadan Dia limpahkan kepada kita kemampuan untuk istikamah dalam ibadah dan berbuat baik. 

Kedua, berkenaan dengan hubungan antara kita dengan sesama manusia. Entah hubungan kita dengan orang tua, pasangan, tetangga, teman, sanak saudara dan lainnya. Momen bulan Ramadan harus membuat hubungan kita dengan sesama semakin baik. Silaturahim yang tadinya renggang harus kembali dikuatkan, hubungan yang tadinya ada masalah harus kembali direkatkan di bulan ini. Di Indonesia, kita mengenal ada tradisi mudik dan berkunjung dengan sanak saudara ketika Idulfitri tiba. Momen itulah yang mesti dimanfaatkan untuk memperbaiki hubungan kita dengan sesama manusia (menyambung silaturahim). 

Rasulullah Saw bersabda: “Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman, dan kalian tidak akan beriman dengan sesungguhnya sampai kalian saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang jika kalian lakukan kalian akan saling mencintai? Yaitu tebarkan salam di antara kalian” (HR. Muslim)

Rasulullah juga berpesan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari: "Barang siapa yang mempunyai kesalahan dengan sesamanya maka mintalah maaf karena di akhirat nanti tidak ada dinar atau dirham untuk menebusnya sebelum kebaikannya diberikan kepada temannya yang dizholimi, jika dia tidak memiliki kebaikan maka dosa teman yang dizholiminya itu diberikan kepadanya”. (HR. Al-Bukhari).

Mengakhiri tulisan ini, saya mengajak FatsOeNist untuk bersama melakukan muhasabah. Dengan begitu, semoga Ramadan kita semua diliputi berkah, kebaikan, ampunan sekaligus membuat diri meraih predikat takwa yang istikamah.  


Penulis: Muhamad Hijar Ardiansah (Anggota Magang LPM FatsOeN 2024) 

Editor: Ega Adriansyah 


 

Sumber Foto: Pinterest 

Akhir-akhir ini waktu terasa begitu cepat, lelah rasanya namun akhirnya beberapa hal  yang dianggap sebagai beban perlahan satu persatu terselesaikan. Beberapa hal juga terasa ganjal, mata yang tidak bisa terlelap pada malam hari karena pikiran terlalu berbelit-belit mencari arah jalan pulang namun entah rutenya yang mana? Tertidur pada pukul dini hari, kemudian kembali berbenah untuk kembali menjalani aktifitas pagi sampai petang—di antara semua waktu itu terkadang tak ada jeda waktu untuk berleha-leha, rumah yang harus dibersihkan dan tugas mepet-mepet deadline harus diselesaikan, semuanya seakan memperebutkan manusia kecil dengan semangat dan tenaga pas-pasan.

Seiring dengan waktu yang semakin terasa cepat, keluhan dan rintihan menjadi bagian dari setiap hentakan kaki dalam suatu proses perjalanan. Bertemu dengan banyak orang dan bergurau ternyata cukup menghibur bagi sebagian orang, sebagian yang lainnya mungkin mencari kebahagiaan tersendiri dalam menjalani hidup. Kalau tiba waktu dihampiri lelah, rasanya ingin menyerah namun beruntung masih takut mati. "Emang dasarnya manusia," Anin bergumam dalam Hati.

“Bi, mie ayam tiga porsi ya,” Ucap Abel pada Bi Ema. 

Di sebuah warung sepi pengunjung, tiga manusia tanpa beban itu duduk dengan santai sambil iseng-iseng membuat vlog. Diam-diam masing-masing dari mereka memanjatkan harapan yang yang sama, berharap dunia mereka akan selalu baik-baik saja. Mereka bergurau sampai cekikikan hingga Bi Ema datang dengan nampan berisi mangkuk dan es teh manis masing-masing tiga porsi di sana. 

Warung ini memang seringkali terlihat sepi dan kumuh namun sejak kedatangan ketiga gadis ini suasana terasa lebih ramai, bahkan ada sedikit peningkatan pengunjung yang datang kemari karena melihat beberapa vlog gadis itu, tak disangka ternyata video itu membuat beberapa orang tergiur karena mie ayam yang dibuat Bi Ema terlihat begitu lezat. Sayangnya tak lama saat warung terpencil dengan pemandangan sawah di depan itu mulai ramai pelanggan, rupanya pandemi merenggut kembali pelanggan Bi Ema.

Gadis dengan kerudung bergo serta baju atasan yang dipadukan cardigan di sana bernama Abela Pirsya Aini. Di sebelahnya gadis dengan pashmina tanpa pentul berwarna hitam bernama Lerina Agung Darmono. Di sebelahnya lagi gadis dengan tubuh yang lebih mungil dari keduanya namun konon paling dewasa itu, bernama Sanindyah Retami Putri Jaya Ade Ayu, haha benar namanya memang cukup penjang karena itulah setiap ujian nasional tiba gadis yang kerap dipanggil Anin itu senantiasa mempersingkat namanya dengan nama Sanindyah Retami P.J.A.D.

“Udah makan belum, Bi?” tanya Abel kepada Bi Ema, kemudian Wanita paruh baya itu membalasmnya dengan anggukan serta senyum yang terlihat teduh. 
“Bi, aku mau cerita tentang mama,” ucap Abel kepada Bi Ema. 

Kemudian Bi Ema duduk di hadapan gadis yang kerap dipanggil Abel itu. Wanita paruh baya itu mendengar dan mencermati setiap kalimat yang terlontar dari gadis cantik dengan lesung pipi yang terlihat saat ia tersenyum. 

Memiliki kehidupan yang sesuai keinginan adalah dambaan bagi setiap orang namun hidup ternyata memang tidak selalu mengikuti setiap apa yang kita inginkan. Pun dengan kehidupan ketiga gadis ini, mulai dari mama Abel yang sekarang banyak melamun, orangtua Lerina yang nyaris kehilangan pekerjaan, hingga papanya Anin yang harus memutar otak agar bisnisnya terus berjalan.

Ayah Abel yang berumur 40 tahun meninggal dunia sejak satu minggu lalu, kata dokter beliau terkena Covid-19. Memang setelah pulang dari luar kota kondisi kesehatan ayah Abel menjadi buruk sampai akhirnya Abel dan mamanya pun ikut tertular. Abel masih ingat waktu ketika mereka melaksanakan karantina bersama, ketika akhirnya kondisi Abel dan mamanya yang semakin membaik namun berbalik dengan kondisi ayahnya yang semakin memburuk dan sampailah mereka pada waktu yang selama ini ditakutkan, mengiringi kepergian ayahnya dengan tangisan sesak. Ingatan Abel terus menjelajah pada masa-masa yang membuat dirinya kembali merasakan pedih di hatinya.

Hari itu ketika awal Covid-19 diberitakan, tak ada bayangan seram yang akan menyebabkan rasa perih yang ia rasakan sekarang. Bahkan ketika sekolah mengumumkan bahwa pembelajaran tidak bisa dilakukan secara tatap muka, waktu itu justru rasa senang menyeruak di dalam hatinya.

Kesenangan itu nyatanya tidak bertahan lama, bahkan sejak pembelajaran dilakukan secara daring pun rasa bosan dan mencekam mulai terasa menyiksa dan setelah itu bukan lagi hanya rasa bosan yang dirasa namun kala itu kesedihan seperti menyelimuti seluruh penjuru bumi ini. Bukan hanya perihal Abel yang ditinggalkan oleh ayahnya namun di luar sana juga banyak orang-orang yang kehilangan orang tercintanya, kehilangan pekerjaan dan kelimpungan mencari cara untuk memenuhi kebutuhan rumah.

Abel menyudahi ceritanya kepada Bi Ema bersamaan dengan sesendok terakhir mie ayam yang disantapnya, begitupun dengan kedua sahabatnya. Bi Ema bangkit dari duduknya kemudian berjalan ke belakang, terlihat Bi Ema mulai mengemasi bahan-bahan dagangannya. Tak ingin berkerumun terlalu lama ketiga gadis itu pun pamit pergi. Dengan membawa sepeda motor, Anin dan Lerina berboncengan sedangkan Abel menumpangi motornya sendirian, mereka berpisah di perempatan jalan pantura. Rasanya begitu pengap memakai masker begini, mungkin karena belum terbiasa. 

Di satu sisi mereka yang masih berusia 17 tahun itu amat senang saat sekolah mengumumkan libur panjang dan pembelajaran yang dilakukan jarak jauh. Sebab, mereka jadi tidak usah terburu bangun pagi-pagi lagi namun nyatanya di balik hal menyenangkan itu ternyata menjadi penderitaan untuk banyak jiwa, dan masing-masing mereka berharap bumi segera pulih. Tak apa jikalau mereka harus bangun pagi-pagi dan pulang petang daripada harus terkurung didalam rumah, ketakutan dan melihat tangisan pada setiap raga yang  merasa kehilangan.

Tiga bulan lamanya perkembangan Covid-19 belum juga membaik—yang ada hanyalah berita tentang perpanjangan Sosial distancing dan terus saja begitu. Lewat chat grup yang beranggotakan tiga orang yaitu, Anin, Abel dan Lerina. Mereka tengah bertukar cerita mengenai keluh kesah masing-masing, Ada Abel yang putus dengan pacarnya yang sudah menjalin hubungan kurang lebih dua tahun, Abel harus memikul rasa sakit bertubi karena dua dari orang tersayangnya pergi, sedangkan Lerina yang harus mendengar kabar mobil yang Amam tumpangi tewas terbakar usai tertabrak truk dan tidak ada yang selamat dalam kecelakaan tersebut. Entah ini adalah vibrasi dari rasa takut yang kemudian hinggap dan merenggut supaya kita tersadar atau karna ucapan yang tak senonoh kemudian terkabulkan? 
Sebelum pandemi Lerina dan Amam terus bertengkar, namun masing-masing keduanya enggan berpisah. Bersyukurnya Anin yang masih memiliki keluarga yang utuh, bisnis ayahnya pun tetap berjalan saat Anin mencoba memberi ide ayahnya untuk berjualan secara online.
Anin menutup ponselnya saat teman-temannya menyudahi percakapan di antara mereka. 

Kemudian Anin duduk di taman dekat rumahnya yang kini sepi, terdapat sosok pemuda dengan kaos polos dan celana panjang yang pas dipadukan dengan tubuh tinggi serta berwajah tampan. Pria itu menghampiri Anin dan duduk pada ayunan kosong di sebelahnya.

“Kenapa di luar?,” Tanya Aden sambil menengok ke arah Anin. 

Namanya Aden Dimas Mahanta, dia adalah tetangga Anin sejak dua tahun lalu dan berlajar di sekolah yang sama, hanya saja menurut Anin mereka berdua tidak cukup akrab untuk dibilang sebagai seorang teman. Berbeda dengan Aden, terlihat dari gerak-geriknya tidak ada rasa canggung sedikitpun dari pemuda itu. 
Mata elang, hidung mancung serta warna kulit tan yang membuatnya semakin terlihat menawan, Anin sedikit memujanya di dalam hati.

"Bosen di dalem terus. Keluar karena di sini sepi tapi kamu malah nyamperin,” Jawab Anin tanpa melihat ke arah Aden. 

Anin sepenuhnya tidak berbohong, saat ia duduk di balkon kamarnya dan pandangannya tertuju pada taman yang sepi walau sebelumnya amat ramai, banyak anak kecil yang bermain dan bahkan Anin dapat melihat beberapa diantara mereka yang kerap menangis berebut ayunan yang dapat ia amati dari balkon kamarnya.

Pemuda beragama Hindu tersebut hanya bisa terkekeh. 
“Ngga baik di luar kelamaan. Ayo pulang," Ajaknya 
“Dih ngatur,” Pandangan Anin masih lurus ke depan
“Yaudah kalo nggak mau,” Pemuda itu beranjak pergi dengan kedua tangan yang dimasukkan pada saku celananya. 
“Berarti lu mau terjangkit virus terus ayah ibu lu nangis?” Ucap Aden sambil kembali menengok ke arah Anin. 

Aden mengerti kelemahan terbesar Anin ada pada keluarganya. Melihat Anin yang sudah mengikutinya dari belakang membuat langkahnya terhenti, menunggu kaki pendek itu berjalan sejajar dengan kaki jenjangnya. Aden meyakini setiap ucapan adalah do’a, meski begitu dia pun berucap dalam hatinya “Jangan pernah membebani Anin, Tetaplah senantiasa menyertai Anin, Tuhan,” seolah do’a tersebut ia panjatkan untuk membatalkan perkataan yang ia ucapkan kepada Anin.

“Kalau pandemi ini berakhir hal pertama yang bakal lu lakuin apa?,” tanya Aden kepada Anin, langkahnya sengaja diperlambat meski rumah Anin sudah dekat di depan sana. 

Terlihat Anin tengah berpikir sambil melihat kearah slop berwarna putih yang ia kenakan saat ini. 

“Nulis,” Ia menjawab sambil menengadah menatap wajah Aiden yang memang jauh lebih tinggi, kemudian pandangannya turun melihat jalanan yang amat sepi. 
“Aku mau mengabadikan momen ini. Dimana aku ngga bisa main bareng Abel dan Lerina. Ayah dan ibu yang hampir bangkrut. Dan aku yang ngga bisa lihat tangisan anak-anak yang berebut ayunan di taman,” jawab Anin sambil terus melihat ke depan. 

Aiden tersenyum. Jawabannya terdengar simple, namun Anin belum pernah berbicara sepanjang itu dengannya. Hingga tak terasa dua manusia itu telah berdiri di hadapan pagar kayu
“Aku masuk,” ucapnya 
“Iya,"ucapnya sambil tersenyum, pemuda berinisial ADM itu melambaikan tangan. 

Gadis itu memasuki halaman rumahnya dan menutup kembali pagarnya hingga punggungnya tak nampak dalam penglihatan Aden. Ada sedikit penyesalan dalam benaknya mengajak Anin pulang, jadilah dia tidak dapat melihat wajah menggemaskan itu namun dari pada terus memberi makan egonya dan jikalau ada yang melihat kemudian berpikiran yang bukan-bukan. 

Sudah 5 menit dia berdiri di depan gerbang sambil berharap Anin melambaikan tangannya di atas pada balkon kamarnya. Akhirnya dengan langkah goyah dia berjalan meninggalkan tempat tersebut. 

Di sisi lain, Anin tahu Dimas sudah berdiri di sana sambil melihat kemari cukup lama, namun alih-alih menampakkan diri dan dan melambai seperti harapan Dimas—gadis itu hanya mengamati dari dalam dengan semangkuk sereal ditangannya.


Penulis: Siti Maemuna
Editor: Meina Maspupah