Sumber Foto: Pinterest 

Tak terasa saat ini kita sudah berada di penghujung Ramadan. Sebelum Ramadan berakhir mari kita lakukan salah satu aktivitas baik yakni muhasabah, untuk tujuan memperbaiki diri dan berbenah agar pasca Ramadan, kita bisa tetap istikamah dalam takwa. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), muhasabah berarti introspeksi. Sementara introspeksi berarti peninjauan atau koreksi terhadap perbuatan, sikap, kesalahan, dari diri sendiri. Muhasabah adalah salah satu cara membersihkan diri dari kesalahan-kesalahan yang pernah dibuat.

Muhasabah berasal dari bahasa Arab. Akar kata dari muhasabah adalah hasaba-yahsubu-hisaaban. Artinya menghisab atau menghitung. Sedangkan dalam terminologi Islam, muhasabah merupakan upaya seseorang dalam melakukan evaluasi diri terhadap setiap kebaikan serta keburukan pada semua aspek kehidupan seseorang. Setidaknya ada dua hal yang perlu diinstrospeksi atau menjadi bahan muhasabah di akhir Ramadan. 

Pertama berkenaan dengan perbaikan hubungan kita dengan Allah. Selama Ramadan, kita terbiasa menahan diri dari sesuatu yang Allah membatalkan puasa, makan dan minum. Selain itu, selama Ramadan kita juga dianjurkan untuk memperbanyak ibadah, kebaikan serta menjauhi sikap dan perbuatan yang mengandung dosa semacam ghibah, namimah, dan lainnya yang memang menjadi makna lebih dalam dari menahan. 

Pasca Ramadan, sebisa mungkin berbagai ibadah, kebaikan dan sikap menahan diri dari sesuatu yang mengandung dosa itu harus dipertahankan. Termasuk budaya tadarus Al-Qur’an dan masih banyak lagi. Adanya Ramadan dan kewajiban berpuasa di sisi lain memang bertujuan untuk melatih dan menguatkan keimanan seorang muslim/muslimah. Sehingga mereka yang disebut menjadi pemenang adalah mereka yang berhasil mempertahankan keistikamahan dalam beribadah dan berbuat baik bahkan selain di bulan Ramadan. 

Bulan Ramadan merupakan bulan yang penuh kemuliaan karena di dalamnya terdapat momen-momen sejarah yang penting seperti Lailatul Qadar dan Nuzulul Qur’an. Pada bulan ini, rahmat dan ampunan Allah dibuka selebar-lebarnya kepada hamba-hamba di dunia. Sehingga Rasulullah Saw mengatakan dalam sabdanya: “Barang siapa yang mendapatkan bulan Ramadhan tetapi dia tidak mendapatkan ampunan Allah semoga dia jauh dari rahmat-Nya, maka Nabi pun mengamini doa malaikat Jibril tersebut”. (HR. Ibnu Hibban). Maka, manfaatkan sisa-sisa bulan Ramadan dengan baik dan doa kepada Allah agar setelah Ramadan Dia limpahkan kepada kita kemampuan untuk istikamah dalam ibadah dan berbuat baik. 

Kedua, berkenaan dengan hubungan antara kita dengan sesama manusia. Entah hubungan kita dengan orang tua, pasangan, tetangga, teman, sanak saudara dan lainnya. Momen bulan Ramadan harus membuat hubungan kita dengan sesama semakin baik. Silaturahim yang tadinya renggang harus kembali dikuatkan, hubungan yang tadinya ada masalah harus kembali direkatkan di bulan ini. Di Indonesia, kita mengenal ada tradisi mudik dan berkunjung dengan sanak saudara ketika Idulfitri tiba. Momen itulah yang mesti dimanfaatkan untuk memperbaiki hubungan kita dengan sesama manusia (menyambung silaturahim). 

Rasulullah Saw bersabda: “Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman, dan kalian tidak akan beriman dengan sesungguhnya sampai kalian saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang jika kalian lakukan kalian akan saling mencintai? Yaitu tebarkan salam di antara kalian” (HR. Muslim)

Rasulullah juga berpesan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari: "Barang siapa yang mempunyai kesalahan dengan sesamanya maka mintalah maaf karena di akhirat nanti tidak ada dinar atau dirham untuk menebusnya sebelum kebaikannya diberikan kepada temannya yang dizholimi, jika dia tidak memiliki kebaikan maka dosa teman yang dizholiminya itu diberikan kepadanya”. (HR. Al-Bukhari).

Mengakhiri tulisan ini, saya mengajak FatsOeNist untuk bersama melakukan muhasabah. Dengan begitu, semoga Ramadan kita semua diliputi berkah, kebaikan, ampunan sekaligus membuat diri meraih predikat takwa yang istikamah.  


Penulis: Muhamad Hijar Ardiansah (Anggota Magang LPM FatsOeN 2024) 

Editor: Ega Adriansyah 


 

Sumber Foto: Pinterest 

Akhir-akhir ini waktu terasa begitu cepat, lelah rasanya namun akhirnya beberapa hal  yang dianggap sebagai beban perlahan satu persatu terselesaikan. Beberapa hal juga terasa ganjal, mata yang tidak bisa terlelap pada malam hari karena pikiran terlalu berbelit-belit mencari arah jalan pulang namun entah rutenya yang mana? Tertidur pada pukul dini hari, kemudian kembali berbenah untuk kembali menjalani aktifitas pagi sampai petang—di antara semua waktu itu terkadang tak ada jeda waktu untuk berleha-leha, rumah yang harus dibersihkan dan tugas mepet-mepet deadline harus diselesaikan, semuanya seakan memperebutkan manusia kecil dengan semangat dan tenaga pas-pasan.

Seiring dengan waktu yang semakin terasa cepat, keluhan dan rintihan menjadi bagian dari setiap hentakan kaki dalam suatu proses perjalanan. Bertemu dengan banyak orang dan bergurau ternyata cukup menghibur bagi sebagian orang, sebagian yang lainnya mungkin mencari kebahagiaan tersendiri dalam menjalani hidup. Kalau tiba waktu dihampiri lelah, rasanya ingin menyerah namun beruntung masih takut mati. "Emang dasarnya manusia," Anin bergumam dalam Hati.

“Bi, mie ayam tiga porsi ya,” Ucap Abel pada Bi Ema. 

Di sebuah warung sepi pengunjung, tiga manusia tanpa beban itu duduk dengan santai sambil iseng-iseng membuat vlog. Diam-diam masing-masing dari mereka memanjatkan harapan yang yang sama, berharap dunia mereka akan selalu baik-baik saja. Mereka bergurau sampai cekikikan hingga Bi Ema datang dengan nampan berisi mangkuk dan es teh manis masing-masing tiga porsi di sana. 

Warung ini memang seringkali terlihat sepi dan kumuh namun sejak kedatangan ketiga gadis ini suasana terasa lebih ramai, bahkan ada sedikit peningkatan pengunjung yang datang kemari karena melihat beberapa vlog gadis itu, tak disangka ternyata video itu membuat beberapa orang tergiur karena mie ayam yang dibuat Bi Ema terlihat begitu lezat. Sayangnya tak lama saat warung terpencil dengan pemandangan sawah di depan itu mulai ramai pelanggan, rupanya pandemi merenggut kembali pelanggan Bi Ema.

Gadis dengan kerudung bergo serta baju atasan yang dipadukan cardigan di sana bernama Abela Pirsya Aini. Di sebelahnya gadis dengan pashmina tanpa pentul berwarna hitam bernama Lerina Agung Darmono. Di sebelahnya lagi gadis dengan tubuh yang lebih mungil dari keduanya namun konon paling dewasa itu, bernama Sanindyah Retami Putri Jaya Ade Ayu, haha benar namanya memang cukup penjang karena itulah setiap ujian nasional tiba gadis yang kerap dipanggil Anin itu senantiasa mempersingkat namanya dengan nama Sanindyah Retami P.J.A.D.

“Udah makan belum, Bi?” tanya Abel kepada Bi Ema, kemudian Wanita paruh baya itu membalasmnya dengan anggukan serta senyum yang terlihat teduh. 
“Bi, aku mau cerita tentang mama,” ucap Abel kepada Bi Ema. 

Kemudian Bi Ema duduk di hadapan gadis yang kerap dipanggil Abel itu. Wanita paruh baya itu mendengar dan mencermati setiap kalimat yang terlontar dari gadis cantik dengan lesung pipi yang terlihat saat ia tersenyum. 

Memiliki kehidupan yang sesuai keinginan adalah dambaan bagi setiap orang namun hidup ternyata memang tidak selalu mengikuti setiap apa yang kita inginkan. Pun dengan kehidupan ketiga gadis ini, mulai dari mama Abel yang sekarang banyak melamun, orangtua Lerina yang nyaris kehilangan pekerjaan, hingga papanya Anin yang harus memutar otak agar bisnisnya terus berjalan.

Ayah Abel yang berumur 40 tahun meninggal dunia sejak satu minggu lalu, kata dokter beliau terkena Covid-19. Memang setelah pulang dari luar kota kondisi kesehatan ayah Abel menjadi buruk sampai akhirnya Abel dan mamanya pun ikut tertular. Abel masih ingat waktu ketika mereka melaksanakan karantina bersama, ketika akhirnya kondisi Abel dan mamanya yang semakin membaik namun berbalik dengan kondisi ayahnya yang semakin memburuk dan sampailah mereka pada waktu yang selama ini ditakutkan, mengiringi kepergian ayahnya dengan tangisan sesak. Ingatan Abel terus menjelajah pada masa-masa yang membuat dirinya kembali merasakan pedih di hatinya.

Hari itu ketika awal Covid-19 diberitakan, tak ada bayangan seram yang akan menyebabkan rasa perih yang ia rasakan sekarang. Bahkan ketika sekolah mengumumkan bahwa pembelajaran tidak bisa dilakukan secara tatap muka, waktu itu justru rasa senang menyeruak di dalam hatinya.

Kesenangan itu nyatanya tidak bertahan lama, bahkan sejak pembelajaran dilakukan secara daring pun rasa bosan dan mencekam mulai terasa menyiksa dan setelah itu bukan lagi hanya rasa bosan yang dirasa namun kala itu kesedihan seperti menyelimuti seluruh penjuru bumi ini. Bukan hanya perihal Abel yang ditinggalkan oleh ayahnya namun di luar sana juga banyak orang-orang yang kehilangan orang tercintanya, kehilangan pekerjaan dan kelimpungan mencari cara untuk memenuhi kebutuhan rumah.

Abel menyudahi ceritanya kepada Bi Ema bersamaan dengan sesendok terakhir mie ayam yang disantapnya, begitupun dengan kedua sahabatnya. Bi Ema bangkit dari duduknya kemudian berjalan ke belakang, terlihat Bi Ema mulai mengemasi bahan-bahan dagangannya. Tak ingin berkerumun terlalu lama ketiga gadis itu pun pamit pergi. Dengan membawa sepeda motor, Anin dan Lerina berboncengan sedangkan Abel menumpangi motornya sendirian, mereka berpisah di perempatan jalan pantura. Rasanya begitu pengap memakai masker begini, mungkin karena belum terbiasa. 

Di satu sisi mereka yang masih berusia 17 tahun itu amat senang saat sekolah mengumumkan libur panjang dan pembelajaran yang dilakukan jarak jauh. Sebab, mereka jadi tidak usah terburu bangun pagi-pagi lagi namun nyatanya di balik hal menyenangkan itu ternyata menjadi penderitaan untuk banyak jiwa, dan masing-masing mereka berharap bumi segera pulih. Tak apa jikalau mereka harus bangun pagi-pagi dan pulang petang daripada harus terkurung didalam rumah, ketakutan dan melihat tangisan pada setiap raga yang  merasa kehilangan.

Tiga bulan lamanya perkembangan Covid-19 belum juga membaik—yang ada hanyalah berita tentang perpanjangan Sosial distancing dan terus saja begitu. Lewat chat grup yang beranggotakan tiga orang yaitu, Anin, Abel dan Lerina. Mereka tengah bertukar cerita mengenai keluh kesah masing-masing, Ada Abel yang putus dengan pacarnya yang sudah menjalin hubungan kurang lebih dua tahun, Abel harus memikul rasa sakit bertubi karena dua dari orang tersayangnya pergi, sedangkan Lerina yang harus mendengar kabar mobil yang Amam tumpangi tewas terbakar usai tertabrak truk dan tidak ada yang selamat dalam kecelakaan tersebut. Entah ini adalah vibrasi dari rasa takut yang kemudian hinggap dan merenggut supaya kita tersadar atau karna ucapan yang tak senonoh kemudian terkabulkan? 
Sebelum pandemi Lerina dan Amam terus bertengkar, namun masing-masing keduanya enggan berpisah. Bersyukurnya Anin yang masih memiliki keluarga yang utuh, bisnis ayahnya pun tetap berjalan saat Anin mencoba memberi ide ayahnya untuk berjualan secara online.
Anin menutup ponselnya saat teman-temannya menyudahi percakapan di antara mereka. 

Kemudian Anin duduk di taman dekat rumahnya yang kini sepi, terdapat sosok pemuda dengan kaos polos dan celana panjang yang pas dipadukan dengan tubuh tinggi serta berwajah tampan. Pria itu menghampiri Anin dan duduk pada ayunan kosong di sebelahnya.

“Kenapa di luar?,” Tanya Aden sambil menengok ke arah Anin. 

Namanya Aden Dimas Mahanta, dia adalah tetangga Anin sejak dua tahun lalu dan berlajar di sekolah yang sama, hanya saja menurut Anin mereka berdua tidak cukup akrab untuk dibilang sebagai seorang teman. Berbeda dengan Aden, terlihat dari gerak-geriknya tidak ada rasa canggung sedikitpun dari pemuda itu. 
Mata elang, hidung mancung serta warna kulit tan yang membuatnya semakin terlihat menawan, Anin sedikit memujanya di dalam hati.

"Bosen di dalem terus. Keluar karena di sini sepi tapi kamu malah nyamperin,” Jawab Anin tanpa melihat ke arah Aden. 

Anin sepenuhnya tidak berbohong, saat ia duduk di balkon kamarnya dan pandangannya tertuju pada taman yang sepi walau sebelumnya amat ramai, banyak anak kecil yang bermain dan bahkan Anin dapat melihat beberapa diantara mereka yang kerap menangis berebut ayunan yang dapat ia amati dari balkon kamarnya.

Pemuda beragama Hindu tersebut hanya bisa terkekeh. 
“Ngga baik di luar kelamaan. Ayo pulang," Ajaknya 
“Dih ngatur,” Pandangan Anin masih lurus ke depan
“Yaudah kalo nggak mau,” Pemuda itu beranjak pergi dengan kedua tangan yang dimasukkan pada saku celananya. 
“Berarti lu mau terjangkit virus terus ayah ibu lu nangis?” Ucap Aden sambil kembali menengok ke arah Anin. 

Aden mengerti kelemahan terbesar Anin ada pada keluarganya. Melihat Anin yang sudah mengikutinya dari belakang membuat langkahnya terhenti, menunggu kaki pendek itu berjalan sejajar dengan kaki jenjangnya. Aden meyakini setiap ucapan adalah do’a, meski begitu dia pun berucap dalam hatinya “Jangan pernah membebani Anin, Tetaplah senantiasa menyertai Anin, Tuhan,” seolah do’a tersebut ia panjatkan untuk membatalkan perkataan yang ia ucapkan kepada Anin.

“Kalau pandemi ini berakhir hal pertama yang bakal lu lakuin apa?,” tanya Aden kepada Anin, langkahnya sengaja diperlambat meski rumah Anin sudah dekat di depan sana. 

Terlihat Anin tengah berpikir sambil melihat kearah slop berwarna putih yang ia kenakan saat ini. 

“Nulis,” Ia menjawab sambil menengadah menatap wajah Aiden yang memang jauh lebih tinggi, kemudian pandangannya turun melihat jalanan yang amat sepi. 
“Aku mau mengabadikan momen ini. Dimana aku ngga bisa main bareng Abel dan Lerina. Ayah dan ibu yang hampir bangkrut. Dan aku yang ngga bisa lihat tangisan anak-anak yang berebut ayunan di taman,” jawab Anin sambil terus melihat ke depan. 

Aiden tersenyum. Jawabannya terdengar simple, namun Anin belum pernah berbicara sepanjang itu dengannya. Hingga tak terasa dua manusia itu telah berdiri di hadapan pagar kayu
“Aku masuk,” ucapnya 
“Iya,"ucapnya sambil tersenyum, pemuda berinisial ADM itu melambaikan tangan. 

Gadis itu memasuki halaman rumahnya dan menutup kembali pagarnya hingga punggungnya tak nampak dalam penglihatan Aden. Ada sedikit penyesalan dalam benaknya mengajak Anin pulang, jadilah dia tidak dapat melihat wajah menggemaskan itu namun dari pada terus memberi makan egonya dan jikalau ada yang melihat kemudian berpikiran yang bukan-bukan. 

Sudah 5 menit dia berdiri di depan gerbang sambil berharap Anin melambaikan tangannya di atas pada balkon kamarnya. Akhirnya dengan langkah goyah dia berjalan meninggalkan tempat tersebut. 

Di sisi lain, Anin tahu Dimas sudah berdiri di sana sambil melihat kemari cukup lama, namun alih-alih menampakkan diri dan dan melambai seperti harapan Dimas—gadis itu hanya mengamati dari dalam dengan semangkuk sereal ditangannya.


Penulis: Siti Maemuna
Editor: Meina Maspupah 

Sumber Foto: Zakariya Robbani 
Cirebon, LPM FatsOeN - Pasangan Senat Mahasiswa (Sema) dan Dewan Eksekutif Mahasiswa (Dema) Institut Agama Islam Negeri Syekh Nurjati Cirebon resmi terpilih melalui sidang Musyawarah Sema (Musema) pada hari Senin, (1/4/2024).

Sidang yang berlangsung di gedung Rektorat itu menghasilkan Osamah-Irfan sebagai Ketua dan Wakil Ketua Sema, serta Fachry-Shidqi sebagai Ketua dan Wakil Ketua Dema Institut.

Terpilihnya pasangan Ketua dan Wakil Ketua Dema maupun Sema ini sekaligus mengakhiri gejolak perpolitikan kampus yang sempat ramai dan menuai kontroversi. Utamanya dalam konteks mengisi kekosongan jabatan di lingkungan Sema-Dema ketika memasuki bulan administrasi organisasi.

Ketua Sema terpilih, Osamah, dalam hal ini mengatakan, dirinya akan berkomunikasi dengan seluruh pengurus Ormawa, UKM dan UKK di kampus untuk tujuan koordinasi tentang Rapat Koordinasi Mahasiswa (Rakorwa) pasca dilantik.

"Kita akan menindak lanjuti dan berkordinasi pada jajaran-jajaran formasi terkait apa saja si yang ada pada seluruh Ormawa, UKM dan UKK yang ada di lingkungan IAIN itu sendiri," ujar Osamah.

Untuk itu, ia juga mengungkap, akan berbagi tugas dengan wakilnya. Sebab seorang wakil pun sejatinya punya tanggung jawab untuk melakukan improvisasi dan mendukung perubahan guna mencapai implementasi nilai positif. Di dalamnya, komunikasi, konsultasi, dan mengumpulkan informasi juga akan menjadi cara-cara yang dikedepankan untuk menyukseskan koordinasi ini. 

Di sisi lain, Wakil Ketua Dema terpilih, Shidqi, dalam kampanye monologis menjabarkan visi dan misinya untuk Dema Institut selam satu periode kepengurusannya. Dia melanjutkan, visi dan misinya adalah ingin mewujudkan Dema sebagai wadah yang berintegritas dan profesional sebagai wadah aspirasi mahasiswa IAIN Syekh Nurjati.

Karena itu, ia akan berusaha membangun jajaran kepengurusan internal yang berintegritas dan kekeluargaan serta mengadvokasi kebutuhan mahasiswa yang aktif dan bersahabat. Termasuk di dalamnya adalah berusaha mengadvokasi mereka yang terkena imbas dari gejolak politik yang sempat terjadi beberapa waktu lalu. 

Menurut Shidqi, masalah dalam urusan ini terletak pada komunikasi. Sehingga setelah berkomunikasi, dia yakin masalah yang berkaitan dengan gejolak politik kampus hisa terselesaikan. 

"Ketika dasarnya sudah kami komunikasikan, seperti UKM, Ormawa, dan Sema, Dema fakultas. Ketika itu sudah terjalin sangat bersahabat, gamapang menyelesaikan permasalahan-permasalahan seperti kemarin," jelas Shidqi.

Lebih lanjut, Sema dan Dema terpilih berkomitmen untuk mengupayakan semangat baru di lingkungan organisasi internal kampus. Karenanya mewujudkan integritas dan mengumpulkan informasi merupakan kata kunci yang tersimpul dari penjabaran arah Sema dan Dema ke depannya.

Penulis: Raihan Athaya
Editor: Ega Adriansyah

 

Sumber Foto: Website IAIN Syekh Nurjati Cirebon 

Cirebon, LPM FatsOeN- Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon, kini semakin fokus memperkuat keberadaan website mereka sebagai sumber informasi utama bagi mahasiswa dan calon mahasiswa. Hal ini disampaikan dalam pertemuan antara perwakilan humas dengan LPM FatsOeN pada hari Senin (1/4), mereka menegaskan pentingnya website sebagai platform yang resmi dan valid untuk mengakses informasi terkini.

Dalam pertemuan tersebut, perwakilan humas menyampaikan bahwa meskipun akun Instagram mereka mengalami ketidakaktifan sejak November 2023, hal ini tidak memengaruhi upaya mereka dalam menyediakan informasi terbaru. Mereka mengungkapkan bahwa website telah menjadi platform utama sejak awal, dan bahwa penggunaan Instagram hanyalah sebagai alat bantu tambahan. 
"Jadi nanti jangan jadi alasan IG kena hack, jadi awalnya kemana-mana. Pengen saya fokus aja. Kalau permasalahannya IG mah kita sudah berupaya sebenernya kita tuh lagi upayakan centang biru, kalau mau tau medsos kita mau cetang biru sebenernya, dikit lagi itu cuma kan centang biru tidak banyak PTKIN di Indonesia cuma dua." Ungkap nya. 

Menurut perwakilan humas, website telah menjadi platform utama sejak awal, sementara penggunaan Instagram hanya sebagai alat bantu tambahan. Mereka menegaskan bahwa masalah teknis seperti serangan hack tidak boleh mengubah fokus, dan bahwa upaya telah dilakukan untuk memperbaiki masalah tersebut dengan kolaborasi bersama Pusat Teknologi Informasi dan Pangkalan Data (PTIPD) serta lembaga keamanan terkait.

Dalam konteks ini, humas berkomitmen untuk terus meningkatkan keberadaan dan kualitas website mereka sebagai sumber informasi yang valid dan terpercaya bagi mahasiswa dan calon mahasiswa. Mereka juga memperluas kerja sama dengan media untuk memastikan penyebaran informasi yang akurat dan bermanfaat bagi semua pihak terkait.

Reporter: Ajeng
Penulis: Zakariya Robbani
Editor: Tina Lestari 

Ilustrasi Foto: Pinterest 

Menjaga kebersihan merupakan kewajiban bagi setiap muslim, hal tersebut sebagaimana telah disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW dalam hadist "kebersihan itu sebagian dari iman,"

Untuk menjalankan kewajiban tersebut tentu seharusnya dimulai dari hal-hal kecil, salah satunya adalah kebiasaan membuang sampah pada tempatnya.

Sayangnya sebagian dari orang menganggap hal tersebut merupakan hal yang sepele dan memiliki dampak yang kecil. Padahal hal yang dianggap sepele tersebut akan menjadi sebuah kebiasaan jika dilakukan secara rutin dan bertahap. 

Selain itu kebersihan lingkungan sekitar juga dapat mencerminkan bagaimana kebersihan setiap individu yang menduduki atau melakukan aktivitas di lingkungannya. Misalnya saja di sekitar sekolah, jika sekolah tersebut bersih maka dapat dipastikan bahwa semua warga menjaga kebersihan sekolah tersebut. 

Hari jumat kemarin Saya mendatangi salah satu daerah di Cirebon, di daerah tersebut banyak sampah yang berserakan namun Saya juga menyoroti ketersediaan tempat sampah di area yang saya kunjungi tersebut sangat minim. Jika dibandingkan antara banyaknya sampah dengan tong sampah, maka kebanyakan adalah sampah. 

Artinya, bisa jadi orang-orang membuang sampah sembarangan karena memang kurangnya ketersediaan tempat sampah di sekitarnya.

Sebagai upaya menjalankan misi keimanan mengenai kebersihan ini, kebiasaan membuang sampah sembarangan secara perlahan harus kita tinggalkan. Salah satu caranya adalah mengajarkan kepada anak-anak mengenai pentingnya disiplin dalam membuang sampah pada tempatnya dan menjaga lingkungan sekitar. 

Untuk menerapkan upaya tersebut maka tentu sarana prasarana dianggap sangat penting untuk keberlangsungan pembiasaan membuang sampah pada tempatnya. Salah satunya adalah ketersediaan tong sampah di setiap lingkungan. Kalau misal di lingkungan sekolah minimal satu kelas memiliki satu tong sampah. Selain itu bisa dibuat aturan penghuni kelas harus senantiasa bertanggungjawab menjaga kebersihan serta membuang sampah pada tempatnya. 

Mengenai masalah pengelolaan sampah memang menurut Saya belum menemukan solutif yang tepat, kalaupun ada pasti masalahnya karena tidak bisa konsisten. 

Maka dari itu, mari kita saling mengingatkan untuk mulai mencintai lingkungan dengan cara disiplin membuang sampah pada tempatnya.


Penulis: Zahra Mega 

Editor: Meina Maspupah


 

Sumber Foto: Alisa 
Cirebon, LPM FatsOen- Himpunan Mahasiswa Jurusan Akidah Filsafat Islam (Himafil) di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon menggelar acara Pengabdian Kepada Masyarakat yang berlangsung selama 5 hari, mulai dari tanggal 27 hingga 31 Maret mendatang. Acara ini diselenggarakan di Desa Kertaungaran, Kabupaten Kuningan, sebagai bagian dari upaya mahasiswa untuk berkontribusi aktif dalam memberikan manfaat kepada masyarakat.

Dengan mengusung tema "Waraspati Berkelana, Aksioma (Aksi Sosial Masyarakat)", acara ini diresmikan oleh Bapak Fuad Nawawi, Kepala Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam IAIN Syekh Nurjati Cirebon.

"Acara ini merupakan Perwujudan dari cita idealisme seorang filsafat ialah bagaimana dia bisa terjun langsung ke bawah" ujar Kepala jurusan dalam sambutannya.

Hal ini mencerminkan komitmen jurusan dalam mengembangkan nilai-nilai keilmuan Islam dan filsafat yang dapat diaplikasikan secara langsung dalam kehidupan masyarakat.

Acara ini dirancang dengan berbagai kegiatan yang mencakup tiga bidang utama, yaitu pendidikan, keagamaan, serta sosial dan kewirausahaan. Himafil menghadapi tantangan baru dengan waktu yang singkat untuk merencanakan kegiatan ini, tetapi hal ini juga menjadi representasi dari semangat mahasiswa untuk mengimplementasikan nilai-nilai Tridharma Perguruan Tinggi dalam tindakan nyata.

Diharapkan bahwa acara ini tidak hanya memberikan manfaat langsung kepada masyarakat di Desa Kertaungaran, tetapi juga menjadi inspirasi bagi mahasiswa lainnya untuk aktif berkontribusi dalam pengembangan dan kesejahteraan masyarakat.

Reporter: Alisa 
Penulis: Siti Hamidah, Alisa 
Editor : Tina Lestari 


Sumber Foto: Dokumentasi Penulis 

Cirebon, LPM FatsOeN - Kontroversi mewarnai pembentukan Panitia Pemilihan Mahasiswa Institut (PPMI) di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon setelah terungkap bahwa Surat Keputusan (SK) tidak memiliki tanda tangan Rektor. Klarifikasi dari Ali Rido selaku Ketua PPMI, mengungkap proses yang melibatkan Wakil Rektor III (Warek III) dalam pembentukan kepanitiaan tersebut.

Dalam hasil wawancara dengan Ketua PPMI, diketahui bahwa SK telah diajukan ke Warek III setelah mendapatkan rekomendasi dari Jurusan dan Senat Mahasiswa (sema) Fakultas. Namun, yang mencolok adalah absennya tanda tangan Rektor dalam SK tersebut, sebagaimana yang telah dilarinsir pada berita yang diterbitkan oleh LPM FatsOeN pada (24/3) bahwa rektor IAIN Syekh Nurjati Cirebon menyangkal adanya tanda tangan atas kepanitiaan pemilihan yang baru. 

Meskipun demikian, ketua PPMI menanggapi dengan adanya tanda tangan Warek III dianggap sebagai konfirmasi dari pihak Rektorat terkait pembentukan panitia baru. Ketua PPMI juga menegaskan bahwa proses pembentukan panitia ini berawal dari delegasi Sema Fakultas.

"Disitu juga ada tanda tangan warek III itu mengartikan pak rektor juga sudah konfirmasi kepanitian baru dan dari kami pun masa ingin memalsukan tandatangan dari pihak rektorat," Ungkap Ali Rido ketika ditemui di Taman Pelangi IAIN Syekh Nurjati Cirebon pada Senin siang (25/3). 

Kontroversi terkait keabsahan SK ini juga dipicu oleh penolakan terhadap PPMI yang baru, menunjukkan perbedaan pandangan di kalangan mahasiswa terkait proses pemilihan ini.

Sementara itu, ketua PPMI mengungkapkan keinginannya untuk memasukkan tanda tangan dari pihak Rektorat dalam SK sebagai langkah untuk memastikan kejelasan dan legalitas dari kepanitiaan tersebut.

Perkembangan selanjutnya terkait keaslian SK PPMI diharapkan dapat memberikan kejelasan bagi seluruh Mahasiswa di IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Pihak terkait diharapkan untuk memastikan transparansi dan keterbukaan dalam proses pemilihan mahasiswa ini.

Reporter: Raihan Athaya Mustafa
Penulis: Tina Lestari