Ilustrasi Foto: Pinterest
Menjaga kebersihan merupakan kewajiban bagi setiap muslim, hal tersebut sebagaimana telah disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW dalam hadist "kebersihan itu sebagian dari iman,"
Untuk menjalankan kewajiban tersebut tentu seharusnya dimulai dari hal-hal kecil, salah satunya adalah kebiasaan membuang sampah pada tempatnya.
Sayangnya sebagian dari orang menganggap hal tersebut merupakan hal yang sepele dan memiliki dampak yang kecil. Padahal hal yang dianggap sepele tersebut akan menjadi sebuah kebiasaan jika dilakukan secara rutin dan bertahap.
Selain itu kebersihan lingkungan sekitar juga dapat mencerminkan bagaimana kebersihan setiap individu yang menduduki atau melakukan aktivitas di lingkungannya. Misalnya saja di sekitar sekolah, jika sekolah tersebut bersih maka dapat dipastikan bahwa semua warga menjaga kebersihan sekolah tersebut.
Hari jumat kemarin Saya mendatangi salah satu daerah di Cirebon, di daerah tersebut banyak sampah yang berserakan namun Saya juga menyoroti ketersediaan tempat sampah di area yang saya kunjungi tersebut sangat minim. Jika dibandingkan antara banyaknya sampah dengan tong sampah, maka kebanyakan adalah sampah.
Artinya, bisa jadi orang-orang membuang sampah sembarangan karena memang kurangnya ketersediaan tempat sampah di sekitarnya.
Sebagai upaya menjalankan misi keimanan mengenai kebersihan ini, kebiasaan membuang sampah sembarangan secara perlahan harus kita tinggalkan. Salah satu caranya adalah mengajarkan kepada anak-anak mengenai pentingnya disiplin dalam membuang sampah pada tempatnya dan menjaga lingkungan sekitar.
Untuk menerapkan upaya tersebut maka tentu sarana prasarana dianggap sangat penting untuk keberlangsungan pembiasaan membuang sampah pada tempatnya. Salah satunya adalah ketersediaan tong sampah di setiap lingkungan. Kalau misal di lingkungan sekolah minimal satu kelas memiliki satu tong sampah. Selain itu bisa dibuat aturan penghuni kelas harus senantiasa bertanggungjawab menjaga kebersihan serta membuang sampah pada tempatnya.
Mengenai masalah pengelolaan sampah memang menurut Saya belum menemukan solutif yang tepat, kalaupun ada pasti masalahnya karena tidak bisa konsisten.
Maka dari itu, mari kita saling mengingatkan untuk mulai mencintai lingkungan dengan cara disiplin membuang sampah pada tempatnya.
Penulis: Zahra Mega
Editor: Meina Maspupah
Sumber Dokumentasi Penulis |
Cirebon, LPM FatsOeN - Telah beredar susunan kepanitian Panitia Pemilihan Mahasiswa Institut (PPMI) yang baru dalam unggahan cerita akun Instagram fmr.iaincirebon pada Kamis sore, (23/1).
Hal ini dibenarkan oleh salah satu ketua Dema Fakultas yang juga tergabung dalam aksi tuntutan aliansi ormawa untuk membuat kepanitiaan PPMI yang baru. Ia mengungkapkan bahwa kepanitiaan ditandatangani Rektor pada hari Senin.
Tentunya, informasi tersebut menjadi sinyal bagi mahasiswa terhadap kepastian Sema dan Dema di IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Pasalnya, antara melanjutkan tahap ke pelantikan Sema-Dema atau pemilihan ulang dengan kepanitiaan PPMI yang baru masih menjadi pertanyaan.
Namun, Aan Jaelani selaku rektor, menyangkal adanya tanda tangan atas kepanitiaan baru tersebut. Aan dengan tegas menyatakan bahwa tidak ada tanda tangan yang dimintakan kepadanya terkait kepanitiaan baru.
"Yang tiga orang tah? Tanda tangan apa? Gak ada, gak ada tanda tangan. Iya kalau iya tanda tangan, mana sih tanda tangan rektor? Gitu dong dijawabnya," ungkap Aan ketika ditemui di Grand Tryas pada Kamis malam,(23/1).
Ungkapan tersebut juga diiringi dengan penegasan bahwa terdapat narasi kebohongan yang menyebut Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan Unit Kegiatan Khusus (UKK) terlibat dalam pemilihan Sema-Dema. Pasalnya UKM-UKK dalam Musyawarah Sema dan Musyawarah Dema hanya sebagai peserta peninjau.
"Direkam ya! dia bohong UKM dilibatkan untuk dalam pemilihan, padahal sebaliknya, artinya ga kongkrit," Tegas Aan.
Ia menganggap pertemuan antar pihak terkait semakin penting untuk dilakukan. Diantaranya aliansi ormawa, UKM-UKK, dan panitia PPMU (yang sebelumnya). Bahkan sebelumnya, ia meminta kepada Warek III untuk mangadakan pertemuan dengan Dekanat yang ada di IAIN Syekh Nurjati guna mempertimbangkan keputusan pembatalan Sema-Dema dan permasalahan PPMU.
Selanjutnya, ia meminta terhadap perwakilan pihak-pihak yang berselisih datang dengan membawa tuntutan yang jelas. Kemudian melakukan pertemuan pada hari Senin, (25/3).
Penulis : Raihan Athaya Mustafa
Editor : Tina Lestari
Cirebon, LPM FatsOeN - Keresahan mewarnai Mahasiswa Program Studi Ilmu Falak di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon, yang selama tiga tahun terakhir belum pernah merasakan fasilitas Laboratorium Falak. Fasilitas yang seharusnya menjadi pusat kegiatan riset dan pengajaran masih terbengkalai sejak selesai pembangunannya tiga tahun yang lalu, menimbulkan dampak yang signifikan bagi perkembangan ilmu falak di kampus tersebut.
Laboratorium Falak ini didirikan bersamaan dengan pembukaan Program Studi Ilmu Falak di IAIN Syekh Nurjati Cirebon tiga tahun yang lalu. Namun, sejak saat itu, laboratorium tersebut tidak pernah digunakan. Bahkan, fasilitas teleskop yang merupakan perangkat utama dalam lab tersebut dilaporkan dalam kondisi berjamur karena tidak pernah digunakan dan tidak dalam perawatan khusus.
Sumber Dokumentasi Penulis |
Para mahasiswa yang terlibat dalam Program Studi Ilmu Falak menyatakan kekecewaannya karena belum bisa memanfaatkan fasilitas tersebut untuk praktek lapangan.
"Lab falak itu penting karena belajar teori terus akan tidak mengerti secara penglihatan. Kalau secara pemahaman mungkin tahu, tapi kita tidak pernah melihat, bagaimana mau paham, padahal kita sama-sama bayar tapi kok belom dapat fasilitas yang memadai, apa karena mahasiswanya sedikit, tapi kan itu kewajiban kampus buat ngasih fasilitas." Ujar Akhmad Faiz mahasiswa ilmu falak angkatan pertama.
Meskipun faktor-faktor yang menyebabkan terbengkalainya laboratorium ini masih belum jelas, beberapa pihak menduga bahwa permasalahan terkait peralatan, pendanaan, dan manajemen menjadi penyebab utamanya. Kurangnya perawatan rutin juga memperburuk kondisi laboratorium tersebut.
Selama masa pembelajaran yang memerlukan bantuan alat untuk praktikum, Mahasiswa Ilmu Falak mengungkapkan hanya bisa meminjam kepada beberapa instansi dan organisasi diluar kampus.
"Malu sebenernya mesti pinjem peralatan kesana-kesini, apalagi kalo udah d ledekin Falak kok gapunya alat-alat lab bisanya minjem aja." Ungkap Minatulmaola Mahasiswa Jurusan Ilmu Falak.
Otoritas IAIN Syekh Nurjati Cirebon telah diminta untuk segera mengatasi masalah ini agar fasilitas berharga ini dapat dimanfaatkan secara maksimal. Langkah-langkah perbaikan dan pemeliharaan yang tepat diharapkan dapat dilakukan untuk mengembalikan fungsi laboratorium observatorium falak ini agar dapat mendukung kegiatan akademik dan riset di kampus tersebut.
Penulis: Tina Lestari