Sumber Foto: Pinterest 

Dalam labirin kompleksitas kehidupan kampus IAIN Syekh Nurjati Cirebon, tergambar sebuah potret dinamis tentang bagaimana demokrasi—sebuah ideal yang dijunjung tinggi dalam teori—seringkali menghadapi ujian berat ketika diimplementasikan dalam praktik. Kisah yang terurai dari peristiwa ini bukan hanya tentang konflik internal atau perbedaan pandangan semata, melainkan tentang bagaimana kekuatan birokrasi, kepentingan sempit, dan dinamika kekuasaan dapat mengikis fondasi demokrasi, bahkan di lingkungan yang seharusnya menjadi bastion pemikiran bebas dan keberagaman.

John Dewey, seorang pemikir besar, mengatakan, "Democracy has to be born anew every generation, and education is its midwife." Pendidikan di kampus seharusnya menjadi katalis untuk demokrasi yang sehat, tempat di mana nilai-nilai kebebasan, keadilan, dan kesetaraan dihidupkan. Namun, apa yang terjadi di IAIN Syekh Nurjati Cirebon menunjukkan bahwa praktik demokrasi kerap kali kalah oleh taktik dan strategi politik yang mengutamakan kekuasaan.

Diawali dari sebuah demonstrasi yang dilatarbelakangi oleh ketidakpuasan bahkan bersikap menolak dan tidak mengakui keputusan Panitia Pemilihan Mahasiswa Universitas (PPMU) terkait pemilihan Senat Mahasiswa (Sema) dan Dewan Eksekutif Mahasiswa (Dema), terbukanya kotak Pandora menunjukkan lebih dari sekedar ketidakharmonisan antar individu atau kelompok. Ini merupakan simbol dari pertarungan yang lebih besar: antara idealisme demokrasi dengan realitas politik kekuasaan. Intervensi oleh Warek 2, yang menurut beberapa sumber, bertujuan mendukung satu golongan ekstra kampus, menjadi titik nyala yang memperlihatkan bagaimana demokrasi bisa dibelokkan dari jalurnya oleh kepentingan-kepentingan yang lebih ingin mempertahankan status quo daripada mewujudkan keadilan dan kesetaraan.

Konflik yang terjadi, yang melibatkan Warek 2 dan dinamika organisasi mahasiswa, mencerminkan sebuah dinamika yang lebih luas dalam masyarakat. Seperti yang dikatakan oleh Hannah Arendt, "The most radical revolutionary will become a conservative the day after the revolution." Ini menggambarkan ironi yang sering terjadi dalam perjuangan kekuasaan: begitu tujuan tercapai, nilai-nilai yang diperjuangkan bisa dengan mudah dilupakan.

Intervensi birokrasi dan kecenderungan untuk mendukung satu golongan tertentu mengungkapkan bagaimana kepentingan politik bisa merusak esensi demokrasi. Kisah ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga agar ruang-ruang demokratis, seperti kampus, tetap terbuka dan inklusif. Alexis de Tocqueville dalam "Democracy in America" mengingatkan, "The health of a democratic society may be measured by the quality of functions performed by private citizens." Ini menekankan pentingnya partisipasi aktif warga negara—dalam konteks ini, mahasiswa—dalam menjaga kesehatan demokrasi.

Pernyataan rasisme yang mencuat selama aksi aliansi ormawa menjadi sebuah warna yang menarik perhatian penulis. "Orang Timur dilarang menguasai wilayah Jawa" merupakan kalimat yang merobek harapan akan sebuah demokrasi kampus yang adil dan inklusif. Ironisnya, hal ini muncul dari salah satu aktor yang mengikuti demonstrasi aliansi ormawa, menunjukkan adanya ketumpulan nalar berfikir dan rasisme yang seharusnya tidak ada tempatnya dalam wadah demokrasi.

Fenomena ini menyoroti sebuah paradoks, di mana mahasiswa yang seharusnya menjadi garda terdepan dalam melawan diskriminasi dan ketidaksetaraan justru terlibat dalam aksi yang mencemari semangat demokrasi kampus. Ironi semakin memuncak ketika kita menyadari bahwa demokrasi seharusnya merangkul semua suara, tanpa memandang latar belakang etnis, dan menjadikan kampus sebagai tempat di mana keberagaman dihormati dan diperjuangkan.

Kasus intoleransi dan rasisme yang muncul di tengah konflik bukan hanya mencerminkan ketumpulan nalar dan kekurangmampuan untuk menerima perbedaan. Lebih dari itu, ini menunjukkan bagaimana ketika struktur kekuasaan di kampus memihak, hal tersebut bisa memperkuat prasangka dan memperdalam jurang pemisah antara komunitas. Ironisnya, lembaga pendidikan yang seharusnya menjadi tempat untuk membangun pemahaman dan toleransi malah menjadi arena untuk mempertajam konflik.

Pengalaman di IAIN Syekh Nurjati Cirebon memberikan pelajaran berharga tentang bagaimana demokrasi harus terus dijaga dan diperjuangkan. Mengutip pemikiran dari seorang filsuf timur yang mengatakan, "Kebijaksanaan bukanlah produk dari sekolah, tapi dari perjalanan hidup yang menantang," kita diingatkan bahwa kebijaksanaan dalam mengelola demokrasi kampus bukan hanya datang dari teori, tapi dari pengalaman nyata menghadapi dan menyelesaikan konflik.

Robert D. Putnam dalam "Making Democracy Work," menunjukkan bahwa kunci dari demokrasi yang berfungsi adalah partisipasi sosial dan kepercayaan antar individu. Ini berarti, di kampus, perlu adanya komunitas akademik yang tidak hanya aktif secara politik, tapi juga saling percaya dan bekerja sama untuk tujuan yang lebih besar dari sekedar kepentingan pribadi atau kelompok.

Potret di IAIN Syekh Nurjati Cirebon menjadi sebuah contoh vivid dari tantangan dan peluang dalam membangun demokrasi yang sehat. Kita diingatkan bahwa demokrasi adalah proses yang terus menerus, memerlukan pengawasan, partisipasi, dan terutama, pendidikan yang terus-menerus. Melalui pendidikan dan praktek demokrasi yang sehat, kampus dapat menjadi model bagi masyarakat yang lebih luas dalam memahami dan mengimplementasikan nilai-nilai demokrasi yang sejati.

Penulis: Ahmad Rizki Alimudin

 

Sumber Foto: Dokumenter Fatsun 

Pada hari Jumat (08/03) sejumlah mahasiswa melakukan aksi demonstrasi di halaman rektorat IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Mereka adalah ormawa yang mengatasnamakan dirinya sebagai Aliansi Mahasiswa IAIN Syekh Nurjati Cirebon.

Tuntutan yang dilayangkan adalah pemakzulan ketua umum SEMA-I yakni Lukman Hakim dan Rasyid Mone sebagai ketua DEMA-I IAIN Syekh Nurjati Cirebon terpilih. 

Dalam pelaksanaannya, mereka juga menuntut untuk adanya pemilihan ulang dan hasil pemilihan ketua SEMA-I dan DEMA-I serta mengganti dan membubarkan PPMU. 

Hal tersebut menjadi polemik dikarenakan mereka yang melakukan aksi tuntutan tersebut berasal dari organisasi biru kuning yang notabenya dianggap penguasa di setiap kampus PTKIN. 

Berikut merupakan rincian dari tuntutan ormawa fakultas yang mengatasnamakan sebagai Aliansi mahasiswa yang melakukan tuntutan pemakzulan ketua umum SEMA-I dan DEMA-I terpilih

TUNTUTAN ORMAWA FAKULTAS APAKAH PANTAS ? : TENTANG INTERPENSI WAREK DITETAPKAN II DAN KONFLICT OF INTEREST DALAM TUNTUTANNYA”

Menanggapi tuntutan dari aliansi Ormawa fakultas dan berikut adalah tuntutan yang dilayangkan :

1. Menolak Segala keputusan yang ditetapkan PPMU yang disangka ilegal.

2. ⁠Menolak pemilihan SEMA dan DEMA terpilih.

3. ⁠ Menuntut untuk membatalkan ketua formatur SEMA dan DEMA terpilih.

4. ⁠Menuntut untuk membubarkan dan membentuk PPMU kembali secara resmi, dengan SK Rektor.

5. ⁠Menuntut untuk mentransparansikan landasan hukum yang dibuat PPMU.

Dengan rasionalisasi :

1. SEMA tidak berhak membentuk PPMU Karena SEMA sudah dinyatakan Non aktif sejak masa tugas di SK berakhir.

2. ⁠PPMU adalah lembaga pemilihan mahasiswa secara independensi dan tidak dapat diintervensi oleh siapapun.

3. ⁠Tidak ada landasan hukum yang jelas yang dibuat oleh PPMU.

Penulis membandingkan hal tersebut dengan PUOK Bab 4 bagan struktur organisasi kemahasiswaan dalam bagian struktur organisasi kemahasiswaan. Bahwasanya yang berhak menangani bagian keorganisasian dan kemahasiswaan adalah Wakil Rektor III atau Rektor tidak ada sangkut pautnya dengan Wakil Rektor II yaitu Ilman Nafia. 

Pemilihan DEMA-I, SEMA-I dan PPMU yang seharusnya menjadi tanggungjawab Wakil Rektor III dan tanpa wewenang Wakil Rektor II menjadi rancu dengan datangnya Ilman Nafia yang dicurigai mengintervensi pemilihan SEMA-I dan DEMA-I, begitupun PPMU yang ternyata dalam prosesnya malah dibuat tanpa izin Wakil Rektor III. Hal tersebut membuat penulis beranggapan bahwa didalamnya terdapat kepentingan Wakil Rektor II yang dirahasiakan dari masyarakat kampus.

Kemudian kalau misalnya Wakil Rektor II ikut campur tahu berarti terdapat sesuatu di sana entah itu kepentingan atau hal lain. 

Akan tetapi dalam hal ini walaupun sudah ada materai, seharusnya hal tersebut masih bisa dicabut dan bisa digagalkan. Karena jika melihat pada fungsi materai adalah surat pernjanjian yang nantinya dijadikan sebagai alat bukti di pengadilan yang artinya bukan berarti syarat sah untuk perjanjian. Jadi walaupun sudah ada materai dan syarat sudah terpenuhi tetap hal tersebut masih bisa dicabut dan bisa digagalkan. 

Selain itu Agam selaku ketua SEMA-I sebelumnya, juga berpendapat bahwasanya hal ini berkepentingan dengan golongan dan mengapa mereka melakukan aksi demonstrasi setelah keputusan sudah final. 

Dalam hal ini penulis yang merupakan kontestan pencalonan DEMA-I dan menjadi lawan debat dari Rasyid Mone pun merasa dicurangi. Hal tersebut penulis lontarkan karena secara administrasi semua persyaratan yang diberikan oleh PPMU sudah lengkap diserahkan namun ternyata Saya dan kawan Saya malah dijadikan sasaran golongan biru kuning yang haus akan kekuasaan dan ingin merengsek kembali menguasai ormawa khususnya di IAIN Syekh Nurjati Cirebon. 

Mereka menuduh Iman Sariman selaku ketua pelaksana PPMU adalah boneka tapi mereka yang masanya banyak juga bonekanya Wakil Rektor II, ibaratnya maling teriak maling. 

Mereka sungguh tidak dewasa dalam berfikir dan berdemokrasi sehingga membuat carut marut dan kegaduhan ketika keputusan sidang MUSEMA dan MUDEMA telah dilaksanakan dan ditetapkan.


Penulis: Rizki Saputro

Editor: Meina Maspupah

 

Sumber Foto: Pinterest 

Setelah kekalahannya, Fathur meninggalkan Pit dan kembali kepada timnya. Raut mukanya terlihat sedih sekaligus kecewa karena kalah dalam pertandingan dan gagal membawa nama baik timnya. Glorius Hunter Race, itulah nama tim atau klub motor yang Fathur dirikan saat berusia 25 tahun. Di klub itu, dia mempunyai teman bernama Ramhan. Ramhan adalah teman Fathur yang sudah dianggap seperti saudara sendiri. Ramhan merupakan orang yang selalu ada di saat Fathur diacuhkan oleh orang-orang.

Fathur dan timnya bertanding di stadion Linggar. Salah satu stadion terbesar kedua di Bandung, dan merupakan stadion motor balap ke-2 di Indonesia. 

Dari cahaya lampu yang menyorot, Fathur berjalan menuju Ramhan. Ramhan berdiri dan berkata, “Tidak apa-apa, kau sudah berusaha keras,”
“Aku tidak berpikir bahwa aku akan kalah,” ujar Fathur sambil memeluk Ramhan. 

Ramhan mengerti keadaan Fathur. Dia tahu Fathur sedang berjuang mati-matian untuk
mendapatkan uang. Ekonomi keluarga Fathur sedang kacau, sehingga membuatnya harus menjadi tulang punggung keluarga. 

“Jika aku kalah, bagaimana dengan mereka? Bagaimana dengan lu?” kata Fathur dengan pelukan yang semakin erat sampai membuat Ramhan sedikit terangkat.
“Jangan terlalu dipikirkan begitu, rileks sejenak. Ini masih pertandingan pertama, kita masih punya banyak waktu dan kesempatan," ucap Ramhan.

Master Champion merupakan perlombaan balap motor yang diminati banyak orang. Hadiah dari perlombaannya tidak main-main. Uang tunai sebesar 23 juta rupiah untuk yang berhasil mencapai garis finish dengan waktu tercepat. Perlombaannya sudah berjalan 2 tahun. Sudah memiliki 2 master atau pemenang perlombaan juga.

"Selamat siang pemirsa, bertemu lagi dengan saya, Rotana, pembawa acara pada hari ini, Selasa 23 Maret 2019. Sebagai informasi, Master Champion lap ke-2 akan segera dimulai, bisa terlihat pada stadion Linggar yang sudah semakin ramai. Dipenuhi oleh lautan manusia. Bahkan jalanan di seberang stadion pun macet karena banyaknya pengunjung yang ingin menonton
pertandingan ini," katanya. 

Di salah satu daerah di kota Bandung, terdapat sebuah wilayah yang isinya para jagoan. Mereka adalah orang-orang yang bertarung untuk mendapatkan uang hanya untuk
makan. Di situ, terdapat sebuah bengkel yang merupakan bengkel tunggal di wilayah tersebut. Seorang mekaniknya bernama Fandi. Dia sedang mengobrak-abrik sebuah mesin dari salah satu motor pelanggannya. 

“Fan, gua mau istirahat dulu, belum makan dari pagi,” ujar salah seorang montir.
“Ohh oke, kalau gitu biar gua handle sementara," jawab Fandi sambil memperlihatkan senyum pepsodentnya. 

Sebagai seorang montir, Fandi sudah sangat paham bagian-bagian mesin motor. Sudah lama ia memahami motor karena hobi bermotornya. Tidak heran jika motornya pun penuh dengan modifikasi unik dan terlihat keren. 

Sambil menghela nafas, Fandi termenung dan berkata, “Setelah selesai ini, gua bujuk dia lagi
deh.”

Seorang montir lain menepuk pundak Fandi dan tersenyum, “Dia pasti akan senang.”

Di lain tempat, dalam sebuah mobil berwarna oranye yang bergerak keluar stadion Linggar, Fathur masih memikirkan
kekalahannya, “Han, Gua kan punya tim, kalo gua gagal di satu pertandingan, mereka nggak bakal dapet apa-apa kan?”
“Maksudnya nggak dapet apa-apa itu gimana? Kita kan sudah diskusi kalau lu kalah ya it's oke, kalah itu wajar dalam sebuah pertandingan bukan?" ucap Ramhan bingung. 

“Gua mikirin uangnya,” Fathur
"Owhh, lagi ngomongin gaji toh, kirain apaan," Ramhan
“Kirain apaan, eh gaji itu masalah serius tau!” Fathur ngegas.
“Iya tau, tapi ya nggak usah terlalu serius gitu loh mikirinya. Santai, rileks,” Ramhan
menepuk-nepuk paha Fathur.

Mobil yang mereka naiki sampai di rumah Fathur. 

“Sudah, istirahat saja sana, jangan dipikirkan," Ucap Ramhan sambil tersenyum.
“Okelah, makasih banyak ya sudah mau mengantar sampai ke rumah,” ucap Fathur.
“Aman-aman, ya sudah, gua balik yaa!” Ramhan mengangkat tangannya.
“Ya, hati hati!" Fathur balas mengangkat tangan.

Fathur tinggal di rumah yang sederhana, tidak terlalu bagus dan tidak terlalu jelek. Dia hidup
bersama sang adik karena orang tuanya sedang dalam proses penceraian. Sejak kecil, Fathur selalu manjadi pelampiasan orang tuanya hingga tangan kirinya patah dan harus menggunakan gips. Namun, itu adalah cerita lama, sekarang tangan kiri Fathur sudah pulih. 

“Assalaamualaikum,” ucap fathur sambil mengetuk pintu.
“Waalaikuumusallam,” balas Shantika, adik Fathur sambil membuka pintu.
“Eh, Mas Fathur sudah pulang,” lanjutnya dibarengi dengan pelukan erat dan tangisan.

Fathur sudah paham dengan keadaan adiknya yang tidak bisa ditinggalkan jauh oleh
dirinya karena Shantika trauma dengan masa lalu keluarga mereka. Fathur selalu
menjadi pelampiasan sang ayah saat kalah dalam judi dan sang ibu saat pekerjaannya selalu digagalkan olehnya tanpa sengaja.

“Sudah, aku sudah di sini. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan," Fathur mengusap
rambut adiknya. 
“Tadi di sekolah aku dibully lagi sama Chealsea, Mas!” Shantika merenge
Mendengar hal itu Fathur kaget dan marah. Saat itu juga Shantika langsung
menggenggam tangan kakaknya. Walaupun pernah trauma, Fathur memang tidak pernah
membiarkan sang adik menangis karena suatu hal.

“Tapi aku tidak apa apa Mas," ucap Shantika sambil tersenyum.
“Kau yakin?”kata Fathur.
"Iya, lagi pula dia hanya usil,” Shantika merenggangkan pelukannya.
“Sudah Mas, Mas baru pulang pasti capek kan? Aku sudah masak Mas air panas. Mandi dulu ya, abis itu baru kita makan,” Shantika melepaskan pelukannya sambil tersenyum.

Hari pun mulai berganti malam, di bagian kota adalah tempat yang paling sering di kunjungi
banyak orang, sehingga tempatnya selalu ramai. Berbeda dengan di
pinggir kota, kumuh, kotor, tidak terurus sehingga menjadi kandang kuman. 

Seseorang pria brewokan berjalan dengan santai sambil menghisap rokok bermerk Magnum Filter. Pria itu bernama Nugraha Ali, seorang mantan ketua preman di salah satu wilayah di Bandung.

Ali berjalan menuju seseorang di ujung jalan “Apa kalian anak buah Remi?" tanya Ali dari
kejauhan. 

Mereka tidak menjawab ataupun merespon dan hanya melihat. Ali geram dan langsung menggerakan kakinya "Braaakk!!!!’ satu orang terjatuh dan disusul dua orang
berhasil ditumbangkan.

“Kalian jangan macam-macam sama gua, yang kalian keroyok tadi siang itu anak buah gua!” kata Ali sambil menarik baju salah satu dari mereka.

“Kami hanya dibayar untuk melakukan tugas, tidak lebih dari itu," ucap salah seorang lagi.

“Kalau kalian masih mengganggu gua atau anak buah gua, kalian akan terima
konsekuensinya,” kata Ali.

Ali pun beranjak pergi meninggalkan tempat tersebut. Di pinggir kota yang berantakan, 
ternyata tempat sarang dari para begal dan gank motor brandal. Ali berjalan menuju motor kesayangannya, Kawasaki W 175, lalu pergi. Tanpa ia sadari, seseorang memperhatikannya dari jauh.

“Huaaa, capek juga ya,” ucap gio mengucak mata
“Wajar capek mah, jalani saja,” Balas Fandi.
“Ini motor terakhir kan ya,” Gio melihat keadaan sekitar.
“Iya, selesaikan ini setelah itu kita pulang,” kata Fandi.

Di kota, malam tak terasa semakin larut. Di depan mall Huyi, salah satu mall di
kota bandung, seorang anak muda berbadan besar meminum Coca-Cola berjalan menuju salah satu toko handphone. Anak muda tersebut bernama Hafiz.

“Punten Om, mau nyari HP untuk main game," tanya Hafiz sambil meneguk Coca Cola.
“Mangga, nyari tipe apa mas?" balas penjaga Konter.
“Yang paling murah saja Om, hehe, uangnya pas pasan,” kata Hafiz.

Penjaga counter langsung menunjuk HP yang baru saja keluar, “Ini Mas, baru turun nih."

“Berapa harganya ini Om?" tanya Hafiz
“Kita jual harga 2,5 juta aja mas, lagi ada promo,” jawab penjaga Konter.
“Ram internalnya ada yang berapa aja Om?" Hafiz bertanya lagi.
“Yang 128 harganya 2,3 juta, kalau yang 256 pas di 2,5 juta aja Mas," ujar penjaga Konter.

Kemudian Hafiz mengecek saldo yang ada di e-bankingnya, berharap ada saldo lebih agar sisanya bisa ia belikan casing HP yang bagus untuk HP barunya ini. Dan ternyata saldonya cukup bahkan lebih banyak.

“Kok bisa ya?" Hafiz terheran-heran.
“Kenapa Mas?" penjaga Konter ikut bingung.
“Eh, tidak apa-apa om, cuma dapat notif minta maaf dari pacar,” Hafiz tersenyum.
“Langka itu Mas, jarang-jarang loh cewek minta maaf duluan," ujar penjaga Konter.

Hafiz termenung dan memikirkan, apa ini semua ulah abangnya atau ini adalah hadiah dari dia karena berhasil menang turnamen?

“Eee Om, beli HP-nya besok besok saja ya, makasih,” ucap Hafiz terburu-buru dan
bergegas pergi dari Konter tersebut.

Di tempat berbeda, Fandi dan Gio berhasil menyelesaikan motor pelanggan terakhirnya dan mereka segera bersiap untuk pulang ke rumah masing-masing.

“Yosshh, kita ketemu lagi besok,” Gio mengulurkan tangannya.
“Sampai jumpa besok sobat," Fandi balas mengulurkan tangan.

Bersambung.....

Penulis: Daffa
Editor: Ega Adriansyah 

Sumber Foto: Pinterest 

Ramadhan kali ini bertepatan dengan momen pasca pemilu, pemilihan presiden dan anggota legislatif. Beberapa hari lagi, 20 Maret 2024 pengumuman hasil pemilu akan diinformasikan kepada publik oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Tapi, prediksi kemenangan sudah ada berdasarkan hasil hitung cepat yang dilakukan lembaga survei atau pantauan hitung asli yang dilakukan KPU. Untuk pemilihan presiden dan wakilnya, kemenangan diprediksi menjadi milik pasangan 02, Prabowo-Gibran. 

Momen Pemilu kemarin diakui atau tidak, diwarnai banyak drama dan permainan politik. Kemenangan pasangan 02 sendiri kemudian tidak diterima oleh lawan-lawan yakni kubu 01 dan 03. 

Saat ini, dua kubu yang kalah sedang melawan dengan senjata "angket". Sebuah senjata yang dimiliki oleh para wakil rakyat di lingkungan parlemen. Entah hasilnya nanti akan seperti apa, yang jelas, perlawanan melalui angket itu memang tidak akan mengubah hasil pemilihan. Dalam tulisan ini, saya pun tidak akan mengulas mengenai itu. 

Biarlah urusan angket menjadi fokus lawan-lawan politik pasangan 02 dengan koalisinya, Koalisi Indonesia Maju (KIM). Mumpung Ramadan, tulisan ini dibuat untuk mengajak kita semua evaluasi, khususnya mengevaluasi apa yang telah terjadi dan menjadi kontroversi ketika Pemilu dan sebelum-sebelumnya. Pemilu 2024 ini, seperti diketahui banyak unsur-unsur di luar "nurulnya". Penguasa secara terang-terangan memihak untuk meloloskan kepentingan segelintir pihak, konstitusi juga dilabrak, diutak-atik. 

Di samping itu, selama prosesnya, semua antek-antek untuk tidak menyebut pegawai pemerintah juga ikut camput. "Pipilueun" memenangkan salah satu pasangan calon presiden dan wakil presiden. Antek-antek itu kemudian menggunakan berbagai instrumen kebijakan untuk memuluskan kepentingannya. Kebijakan sembako untuk masyarakat, bantuan sosial dan sebagainya. Semua itu disalahgunakan menjadi amunisi kampanye. Meski timbul dalih dan perdebatan, toh banyak pihak yang menduga kuat ada kecenderungan ke arah sana. 

Bulan Ramadhan ini, harus membuat kita semua dan pihak-pihak yang terlibat dan memperhatikan proses pemilu merenung, apa yang telah dilakukan ketika pemilu, atau sebelum-sebelumnya yang kurang sesuai dengan prinsip agama, yang melanggar aturan dan merugikan rakyat awam, semua harus diingat sebagai sebuah kekhilafan dan kesalahan yang perlu diperbaiki. Kesannya memang agak naif, tapi siapa tahu "barokah" bulan Ramadhan bisa membuat hati kita dan orang-orang tergerak. 

Bagaimanapun, saya merupakan rakyat biasa, wong cilik yang merasa prihatin dengan kondisi politik dan kenegaraan di Indonesia. Lebih-lebih lagi setelah melihat dan mengikuti proses Pemilu kemarin. Ada ketakutan dan kekhawatiran tersendiri menyelimuti hati nurani, apa yang akan terjadi pada bangsa setelah ini? Apakah sikap-sikap penguasa dan segelintir elit akan terus seperti itu sampai beberapa waktu yang tidak bisa ditentukan (minimal satu periode kekuasaan)? 

Ambisi manusia memang terkadang begitu mengerikan. Apalagi ambisi yang dimiliki oleh orang-orang yang punya power. Entah itu kekuasaan, kekayaan dan seterusnya. Meski beragama, terkadang sisi agamis itu dilupakan dan kalah oleh kekuatan sebuah ambisi dan nafsu. 

Di bulan Ramadhan ini, saatnya ambisi dan nafsu-nafsu yang mendorong untuk berlaku kurang bijak kita kekang, jangan dipelihara. 

Para penguasa, wakil-wakil rakyat dan pemangku kepentingan lain harus mulai menyadari tugasnya sebagai pelayan rakyat. Sebagai pemimpin, perlu diingat bahwa menjadi pemimpin artinya memikul tanggung jawab. Terlebih memimpin orang lain yang jumlahnya banyak, pikulan tanggung jawab itu tentunya semakin berat. Dan di hari kemudian (akhirat), kelak semua tanggung jawab itu akan dimintai pertanggungjawaban. 

Bagi orang yang beragama, hal ini mestinya bisa menjadi sebuah pukulan dan peringatan keras. Tapi memang tergantung orangnya. Sebab beragama terkadang hanya formalitas dan identitas lahir, secara batiniah tidak mencerminkan sikap-sikap beragama. Namun tidak ada yang mustahil di hadapan Allah. 

Maka saya berharap Allah melimpahkan hidayah dan rahmat-Nya bagi kita semua, para pejabat sampai rakyat biasa. 

Semoga dengan hidayah dan rahmat-Nya, kita semua bisa mengevaluasi dan menyadari apa yang selama ini menjadi kekeliruan. Semoga kelak evaluasi dan kesadaran itu juga mampu menciptakan sebuah perubahan yang revolusioner. Mampu mengubah wajah bangsa menjadi lebih baik, mampu menyelesaikan masalah-masalah rumah tangganya (di lingkup ekonomi, sosial, pendidikan) dan mampu meraih cita-cita yang diimpikan bersama (Indonesia Emas 2045 dan Net Zero Emission tahun 2050).

Tentunya, ramadhan yang baik ini jangan hanya dijadikan sebagai bulan evaluasi secara kolektif. Secara individu, kita juga perlu menjadikan ramadan sebagai waktu untuk muhasabah diri. 

Ramadhan harus membuat kita menjadi pribadi yang lebih beriman, bertakwa dan berakhlak mulia. Semoga kita semua berhasil meraih kemenangan di bulan yang di dalamnya terdapat momen Lailatul Qadar dan Nuzulul Qur'an. 


Penulis: Ega Adriansyah 

Editor: Zahra Mega 





 

Sumber Foto: Annita Syari'ach 

Cirebon, LPM FatsOeN - Sejumlah Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan Unit Kegiatan Khusus (UKK) mengadakan audiensi dengan Wakil Rektor III di Gedung Rektorat pada Rabu (13/3). Audiensi ini dilakukan sebagai respons terhadap kekosongan kepengurusan Senat Mahasiswa (Sema) dan Dewan Eksekutif Mahasiswa (Dema) yang terjadi akibat pembatalan formatur terpilih.

Kekosongan kepengurusan ini menjadi sorotan utama dalam pertemuan tersebut. Hampir semua UKM-UKK menolak pembentukan panitia baru, mengingat waktu yang dibutuhkan lebih lama. Alasan penolakan ini didasarkan pada aturan Pedoman Organisasi Kemahasiswaan (POK) yang mengatur hal tersebut.

Namun terlepas audiensi tersebut, salah satu peserta audiensi UKM-UKK mengungkapkan terdapat kerancuan pada sistem POK. Bukan hanya permasalahan periode sebelumnya, namun ketika setelah pemira terakhir yang dilakukan IAIN Syekh Nurjati Cirebon pada tahun 2017 silam. 

"2017 itu Warek III (Farihin) membekukan Dema dan Sema Institut. Beku, tiba-tiba enam bulan kemudian, ada ketua Dema-Sema terpilih. Semua mahasiswa diam tak ada yang tahu. Kok bisa? Kemudian gantilah ke pak Ilman, Warek III 2020 bikin POK keterwakilan," ujar salah seorang pembicara audiensi sebagian UKM-UKK.

Selanjutnya, hampir semua UKM-UKK mempertanyakan tugas, fungsi dan isi dari Sema-Dema Fakultas, serta peran Ilman selaku Wakil Rektor II, yang menjadi sorotan dalam pembatalan formatur terpilih sebelumnya.

Di sisi lain, Hajam selaku Wakil Rektor III, diberikan tanggung jawab untuk melakukan perundingan dengan Dekanat di IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Hal ini dilakukan untuk mengevaluasi Panitia Pemilihan Mahasiswa Institut (PPMI) dan aksi aliansi ormawa fakultas guna mencegah masalah yang berkepanjangan.
"Kebetulan bapak diamanahi oleh rektor untuk melakukan audiensi kepada para Dekan Fakultas" ujar Hajam selaku Warek III

Dengan begitu terdapat keselarasan tujuan audiensi UKM-UKK, aksi aliansi ormawa, serta penciptaan ruang dialektis di IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Sehingga hak yang terdapat di setiap ormawa IAIN Syekh Nurjati Cirebon, termasuk UKM-UKK tidak mengalami ketimpangan.

Harapan dari UKM-UKK selanjutnya yakni elemen yang terlibat turut dihadirkan dalam forum. Diantaranya Aliansi Oramawa Fakultas, UKM-UKK dan PPMI yang merupakan Mahasiswa IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Kemudian jajaran Dekan fakultas dan Wakil Rektor III selaku pemangku jabatan dan yang memiliki wewenang.


Penulis : Raihan Athaya
Editor : Tina Lestari

 

Sumber Foto: Pinterest

 Dalam bulan Ramadan yang penuh berkah ini, umat Muslim di seluruh dunia berpuasa sebagai bagian dari ibadah mereka. Namun, bagi sebagian orang, menjaga kesehatan pencernaan selama puasa bisa menjadi tantangan, terutama bagi yang menderita asam lambung. Untuk membantu mengatasi masalah ini, perlu adanya perubahan pola makan dan kesadaran diri yang lebih besar.
Saat berpuasa, pola makan berubah secara signifikan. Waktu untuk makan dan minum terbatas, yang dapat mengarah pada konsumsi makanan yang lebih besar dalam waktu yang lebih singkat. Untuk beberapa orang, ini dapat menyebabkan peningkatan gejala asam lambung seperti mulas, rasa terbakar di dada, dan ketidaknyamanan lainnya.
Untuk mengatasi hal ini, berikut tips mengatasi asam lambung saat berpuasa:

1. Memilih makanan dengan teliti 
Hindari makanan berlemak, pedas, asam, dan berkafein. Pilihlah makanan yang rendah lemak, tinggi serat, dan mudah dicerna seperti buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian.

Sumber Foto: Pinterest 
2. Perhatikan Waktu dan Porsi Makan
Berbuka puasa dengan makanan ringan terlebih dahulu, seperti kurma dan air putih, sebelum menikmati hidangan utama. Hindari makan terlalu cepat atau terlalu banyak, berikan waktu bagi tubuh untuk mencerna makanan secara perlahan.

Sumber Foto: Pinterest 
3. Hindari Minuman Berkafein dan Bersoda
Minuman berkafein dan bersoda dapat meningkatkan produksi asam lambung. Lebih baik pilih minuman seperti air putih, jus buah, atau teh herbal.
Sumber Foto: Pinterest 
4. Habis makan jangan langsung tidur 
Hindari makan dalam posisi terlentang atau berbaring, karena hal ini dapat menyebabkan asam lambung naik ke kerongkongan. Lebih baik makan dalam posisi duduk atau berdiri.
Sumber Foto: Pinterest
5. Jaga Aktivitas Fisik
Berolahraga ringan seperti berjalan-jalan setelah berbuka puasa dapat membantu meningkatkan pencernaan dan mengurangi gejala asam lambung. 
Sumber Foto: Pinterest
6. Minum Air Putih yang Cukup
Pastikan untuk tetap terhidrasi dengan baik antara waktu berbuka dan sahur dengan minum air putih yang cukup. Air putih dapat membantu menjaga produksi asam lambung tetap stabil.
Sumber Foto: Pinterest
7. Mengonsumi obat maag
Jika Anda memiliki kondisi kesehatan tertentu atau sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu, konsultasikan dengan dokter Anda untuk mendapatkan saran yang sesuai mengenai pengaturan pola makan dan pengelolaan asam lambung selama puasa.
Sumber Foto: Pinterest 

Jika mengalami gejala asam lambung yang serius atau berkelanjutan, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Dalam suasana bulan Ramadan yang penuh rahmat ini, mari tingkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan pencernaan selama puasa. Dengan memperhatikan pola makan yang sehat, memperhatikan waktu dan porsi makan, serta mendengarkan tubuh dengan baik, kita dapat mengatasi masalah asam lambung dan menjalani ibadah puasa dengan nyaman dan khusyuk.

Penulis: Tina Lestari

 

Sumber Foto: Pinterest 

Dimasa perkuliahan ini
Para pemimpin terdiam kembali
Di depan rektorat mahasiswa menanti
Tolak kebijakan yang anti hati nurani

Suara lantang di kanan, suara melenting di kiri
Seperti alunan suara yang tak pernah mati
Kau gores dengan noda yang pilu 
Demi sekejap kenikmatan yang tabu

Kau curi hak kami
Kau biarkan kami menderita
Tapi kau?
Seakan menari-nari diatas penderitaan kami

Lihat kami!

Apa tak kau lihat perjuangan kami?
Ah, sang petinggi kampus. ingatkah akan janji?

Ooo... Sungguh! Petinggi kampus sedang sakit

Keletihan kami 
Hanya demi sebuah demokrasi 

Lihat kampus ini!
Sudah tiada kah hati?
Sudah tiada kah mata?
Hingga tak pernah kau lihat kami

Lalu, kami harus kemana ?
Kami memang tak mampu balas dirimu
Karena sang Kuasa yang akan balas dirimu
Sejarah tak pantas mencatat hadirmu

Penulis: Maldini