Sumber Foto: Pinterest 

Setelah kekalahannya, Fathur meninggalkan Pit dan kembali kepada timnya. Raut mukanya terlihat sedih sekaligus kecewa karena kalah dalam pertandingan dan gagal membawa nama baik timnya. Glorius Hunter Race, itulah nama tim atau klub motor yang Fathur dirikan saat berusia 25 tahun. Di klub itu, dia mempunyai teman bernama Ramhan. Ramhan adalah teman Fathur yang sudah dianggap seperti saudara sendiri. Ramhan merupakan orang yang selalu ada di saat Fathur diacuhkan oleh orang-orang.

Fathur dan timnya bertanding di stadion Linggar. Salah satu stadion terbesar kedua di Bandung, dan merupakan stadion motor balap ke-2 di Indonesia. 

Dari cahaya lampu yang menyorot, Fathur berjalan menuju Ramhan. Ramhan berdiri dan berkata, “Tidak apa-apa, kau sudah berusaha keras,”
“Aku tidak berpikir bahwa aku akan kalah,” ujar Fathur sambil memeluk Ramhan. 

Ramhan mengerti keadaan Fathur. Dia tahu Fathur sedang berjuang mati-matian untuk
mendapatkan uang. Ekonomi keluarga Fathur sedang kacau, sehingga membuatnya harus menjadi tulang punggung keluarga. 

“Jika aku kalah, bagaimana dengan mereka? Bagaimana dengan lu?” kata Fathur dengan pelukan yang semakin erat sampai membuat Ramhan sedikit terangkat.
“Jangan terlalu dipikirkan begitu, rileks sejenak. Ini masih pertandingan pertama, kita masih punya banyak waktu dan kesempatan," ucap Ramhan.

Master Champion merupakan perlombaan balap motor yang diminati banyak orang. Hadiah dari perlombaannya tidak main-main. Uang tunai sebesar 23 juta rupiah untuk yang berhasil mencapai garis finish dengan waktu tercepat. Perlombaannya sudah berjalan 2 tahun. Sudah memiliki 2 master atau pemenang perlombaan juga.

"Selamat siang pemirsa, bertemu lagi dengan saya, Rotana, pembawa acara pada hari ini, Selasa 23 Maret 2019. Sebagai informasi, Master Champion lap ke-2 akan segera dimulai, bisa terlihat pada stadion Linggar yang sudah semakin ramai. Dipenuhi oleh lautan manusia. Bahkan jalanan di seberang stadion pun macet karena banyaknya pengunjung yang ingin menonton
pertandingan ini," katanya. 

Di salah satu daerah di kota Bandung, terdapat sebuah wilayah yang isinya para jagoan. Mereka adalah orang-orang yang bertarung untuk mendapatkan uang hanya untuk
makan. Di situ, terdapat sebuah bengkel yang merupakan bengkel tunggal di wilayah tersebut. Seorang mekaniknya bernama Fandi. Dia sedang mengobrak-abrik sebuah mesin dari salah satu motor pelanggannya. 

“Fan, gua mau istirahat dulu, belum makan dari pagi,” ujar salah seorang montir.
“Ohh oke, kalau gitu biar gua handle sementara," jawab Fandi sambil memperlihatkan senyum pepsodentnya. 

Sebagai seorang montir, Fandi sudah sangat paham bagian-bagian mesin motor. Sudah lama ia memahami motor karena hobi bermotornya. Tidak heran jika motornya pun penuh dengan modifikasi unik dan terlihat keren. 

Sambil menghela nafas, Fandi termenung dan berkata, “Setelah selesai ini, gua bujuk dia lagi
deh.”

Seorang montir lain menepuk pundak Fandi dan tersenyum, “Dia pasti akan senang.”

Di lain tempat, dalam sebuah mobil berwarna oranye yang bergerak keluar stadion Linggar, Fathur masih memikirkan
kekalahannya, “Han, Gua kan punya tim, kalo gua gagal di satu pertandingan, mereka nggak bakal dapet apa-apa kan?”
“Maksudnya nggak dapet apa-apa itu gimana? Kita kan sudah diskusi kalau lu kalah ya it's oke, kalah itu wajar dalam sebuah pertandingan bukan?" ucap Ramhan bingung. 

“Gua mikirin uangnya,” Fathur
"Owhh, lagi ngomongin gaji toh, kirain apaan," Ramhan
“Kirain apaan, eh gaji itu masalah serius tau!” Fathur ngegas.
“Iya tau, tapi ya nggak usah terlalu serius gitu loh mikirinya. Santai, rileks,” Ramhan
menepuk-nepuk paha Fathur.

Mobil yang mereka naiki sampai di rumah Fathur. 

“Sudah, istirahat saja sana, jangan dipikirkan," Ucap Ramhan sambil tersenyum.
“Okelah, makasih banyak ya sudah mau mengantar sampai ke rumah,” ucap Fathur.
“Aman-aman, ya sudah, gua balik yaa!” Ramhan mengangkat tangannya.
“Ya, hati hati!" Fathur balas mengangkat tangan.

Fathur tinggal di rumah yang sederhana, tidak terlalu bagus dan tidak terlalu jelek. Dia hidup
bersama sang adik karena orang tuanya sedang dalam proses penceraian. Sejak kecil, Fathur selalu manjadi pelampiasan orang tuanya hingga tangan kirinya patah dan harus menggunakan gips. Namun, itu adalah cerita lama, sekarang tangan kiri Fathur sudah pulih. 

“Assalaamualaikum,” ucap fathur sambil mengetuk pintu.
“Waalaikuumusallam,” balas Shantika, adik Fathur sambil membuka pintu.
“Eh, Mas Fathur sudah pulang,” lanjutnya dibarengi dengan pelukan erat dan tangisan.

Fathur sudah paham dengan keadaan adiknya yang tidak bisa ditinggalkan jauh oleh
dirinya karena Shantika trauma dengan masa lalu keluarga mereka. Fathur selalu
menjadi pelampiasan sang ayah saat kalah dalam judi dan sang ibu saat pekerjaannya selalu digagalkan olehnya tanpa sengaja.

“Sudah, aku sudah di sini. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan," Fathur mengusap
rambut adiknya. 
“Tadi di sekolah aku dibully lagi sama Chealsea, Mas!” Shantika merenge
Mendengar hal itu Fathur kaget dan marah. Saat itu juga Shantika langsung
menggenggam tangan kakaknya. Walaupun pernah trauma, Fathur memang tidak pernah
membiarkan sang adik menangis karena suatu hal.

“Tapi aku tidak apa apa Mas," ucap Shantika sambil tersenyum.
“Kau yakin?”kata Fathur.
"Iya, lagi pula dia hanya usil,” Shantika merenggangkan pelukannya.
“Sudah Mas, Mas baru pulang pasti capek kan? Aku sudah masak Mas air panas. Mandi dulu ya, abis itu baru kita makan,” Shantika melepaskan pelukannya sambil tersenyum.

Hari pun mulai berganti malam, di bagian kota adalah tempat yang paling sering di kunjungi
banyak orang, sehingga tempatnya selalu ramai. Berbeda dengan di
pinggir kota, kumuh, kotor, tidak terurus sehingga menjadi kandang kuman. 

Seseorang pria brewokan berjalan dengan santai sambil menghisap rokok bermerk Magnum Filter. Pria itu bernama Nugraha Ali, seorang mantan ketua preman di salah satu wilayah di Bandung.

Ali berjalan menuju seseorang di ujung jalan “Apa kalian anak buah Remi?" tanya Ali dari
kejauhan. 

Mereka tidak menjawab ataupun merespon dan hanya melihat. Ali geram dan langsung menggerakan kakinya "Braaakk!!!!’ satu orang terjatuh dan disusul dua orang
berhasil ditumbangkan.

“Kalian jangan macam-macam sama gua, yang kalian keroyok tadi siang itu anak buah gua!” kata Ali sambil menarik baju salah satu dari mereka.

“Kami hanya dibayar untuk melakukan tugas, tidak lebih dari itu," ucap salah seorang lagi.

“Kalau kalian masih mengganggu gua atau anak buah gua, kalian akan terima
konsekuensinya,” kata Ali.

Ali pun beranjak pergi meninggalkan tempat tersebut. Di pinggir kota yang berantakan, 
ternyata tempat sarang dari para begal dan gank motor brandal. Ali berjalan menuju motor kesayangannya, Kawasaki W 175, lalu pergi. Tanpa ia sadari, seseorang memperhatikannya dari jauh.

“Huaaa, capek juga ya,” ucap gio mengucak mata
“Wajar capek mah, jalani saja,” Balas Fandi.
“Ini motor terakhir kan ya,” Gio melihat keadaan sekitar.
“Iya, selesaikan ini setelah itu kita pulang,” kata Fandi.

Di kota, malam tak terasa semakin larut. Di depan mall Huyi, salah satu mall di
kota bandung, seorang anak muda berbadan besar meminum Coca-Cola berjalan menuju salah satu toko handphone. Anak muda tersebut bernama Hafiz.

“Punten Om, mau nyari HP untuk main game," tanya Hafiz sambil meneguk Coca Cola.
“Mangga, nyari tipe apa mas?" balas penjaga Konter.
“Yang paling murah saja Om, hehe, uangnya pas pasan,” kata Hafiz.

Penjaga counter langsung menunjuk HP yang baru saja keluar, “Ini Mas, baru turun nih."

“Berapa harganya ini Om?" tanya Hafiz
“Kita jual harga 2,5 juta aja mas, lagi ada promo,” jawab penjaga Konter.
“Ram internalnya ada yang berapa aja Om?" Hafiz bertanya lagi.
“Yang 128 harganya 2,3 juta, kalau yang 256 pas di 2,5 juta aja Mas," ujar penjaga Konter.

Kemudian Hafiz mengecek saldo yang ada di e-bankingnya, berharap ada saldo lebih agar sisanya bisa ia belikan casing HP yang bagus untuk HP barunya ini. Dan ternyata saldonya cukup bahkan lebih banyak.

“Kok bisa ya?" Hafiz terheran-heran.
“Kenapa Mas?" penjaga Konter ikut bingung.
“Eh, tidak apa-apa om, cuma dapat notif minta maaf dari pacar,” Hafiz tersenyum.
“Langka itu Mas, jarang-jarang loh cewek minta maaf duluan," ujar penjaga Konter.

Hafiz termenung dan memikirkan, apa ini semua ulah abangnya atau ini adalah hadiah dari dia karena berhasil menang turnamen?

“Eee Om, beli HP-nya besok besok saja ya, makasih,” ucap Hafiz terburu-buru dan
bergegas pergi dari Konter tersebut.

Di tempat berbeda, Fandi dan Gio berhasil menyelesaikan motor pelanggan terakhirnya dan mereka segera bersiap untuk pulang ke rumah masing-masing.

“Yosshh, kita ketemu lagi besok,” Gio mengulurkan tangannya.
“Sampai jumpa besok sobat," Fandi balas mengulurkan tangan.

Bersambung.....

Penulis: Daffa
Editor: Ega Adriansyah 

Sumber Foto: Pinterest 

Ramadhan kali ini bertepatan dengan momen pasca pemilu, pemilihan presiden dan anggota legislatif. Beberapa hari lagi, 20 Maret 2024 pengumuman hasil pemilu akan diinformasikan kepada publik oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Tapi, prediksi kemenangan sudah ada berdasarkan hasil hitung cepat yang dilakukan lembaga survei atau pantauan hitung asli yang dilakukan KPU. Untuk pemilihan presiden dan wakilnya, kemenangan diprediksi menjadi milik pasangan 02, Prabowo-Gibran. 

Momen Pemilu kemarin diakui atau tidak, diwarnai banyak drama dan permainan politik. Kemenangan pasangan 02 sendiri kemudian tidak diterima oleh lawan-lawan yakni kubu 01 dan 03. 

Saat ini, dua kubu yang kalah sedang melawan dengan senjata "angket". Sebuah senjata yang dimiliki oleh para wakil rakyat di lingkungan parlemen. Entah hasilnya nanti akan seperti apa, yang jelas, perlawanan melalui angket itu memang tidak akan mengubah hasil pemilihan. Dalam tulisan ini, saya pun tidak akan mengulas mengenai itu. 

Biarlah urusan angket menjadi fokus lawan-lawan politik pasangan 02 dengan koalisinya, Koalisi Indonesia Maju (KIM). Mumpung Ramadan, tulisan ini dibuat untuk mengajak kita semua evaluasi, khususnya mengevaluasi apa yang telah terjadi dan menjadi kontroversi ketika Pemilu dan sebelum-sebelumnya. Pemilu 2024 ini, seperti diketahui banyak unsur-unsur di luar "nurulnya". Penguasa secara terang-terangan memihak untuk meloloskan kepentingan segelintir pihak, konstitusi juga dilabrak, diutak-atik. 

Di samping itu, selama prosesnya, semua antek-antek untuk tidak menyebut pegawai pemerintah juga ikut camput. "Pipilueun" memenangkan salah satu pasangan calon presiden dan wakil presiden. Antek-antek itu kemudian menggunakan berbagai instrumen kebijakan untuk memuluskan kepentingannya. Kebijakan sembako untuk masyarakat, bantuan sosial dan sebagainya. Semua itu disalahgunakan menjadi amunisi kampanye. Meski timbul dalih dan perdebatan, toh banyak pihak yang menduga kuat ada kecenderungan ke arah sana. 

Bulan Ramadhan ini, harus membuat kita semua dan pihak-pihak yang terlibat dan memperhatikan proses pemilu merenung, apa yang telah dilakukan ketika pemilu, atau sebelum-sebelumnya yang kurang sesuai dengan prinsip agama, yang melanggar aturan dan merugikan rakyat awam, semua harus diingat sebagai sebuah kekhilafan dan kesalahan yang perlu diperbaiki. Kesannya memang agak naif, tapi siapa tahu "barokah" bulan Ramadhan bisa membuat hati kita dan orang-orang tergerak. 

Bagaimanapun, saya merupakan rakyat biasa, wong cilik yang merasa prihatin dengan kondisi politik dan kenegaraan di Indonesia. Lebih-lebih lagi setelah melihat dan mengikuti proses Pemilu kemarin. Ada ketakutan dan kekhawatiran tersendiri menyelimuti hati nurani, apa yang akan terjadi pada bangsa setelah ini? Apakah sikap-sikap penguasa dan segelintir elit akan terus seperti itu sampai beberapa waktu yang tidak bisa ditentukan (minimal satu periode kekuasaan)? 

Ambisi manusia memang terkadang begitu mengerikan. Apalagi ambisi yang dimiliki oleh orang-orang yang punya power. Entah itu kekuasaan, kekayaan dan seterusnya. Meski beragama, terkadang sisi agamis itu dilupakan dan kalah oleh kekuatan sebuah ambisi dan nafsu. 

Di bulan Ramadhan ini, saatnya ambisi dan nafsu-nafsu yang mendorong untuk berlaku kurang bijak kita kekang, jangan dipelihara. 

Para penguasa, wakil-wakil rakyat dan pemangku kepentingan lain harus mulai menyadari tugasnya sebagai pelayan rakyat. Sebagai pemimpin, perlu diingat bahwa menjadi pemimpin artinya memikul tanggung jawab. Terlebih memimpin orang lain yang jumlahnya banyak, pikulan tanggung jawab itu tentunya semakin berat. Dan di hari kemudian (akhirat), kelak semua tanggung jawab itu akan dimintai pertanggungjawaban. 

Bagi orang yang beragama, hal ini mestinya bisa menjadi sebuah pukulan dan peringatan keras. Tapi memang tergantung orangnya. Sebab beragama terkadang hanya formalitas dan identitas lahir, secara batiniah tidak mencerminkan sikap-sikap beragama. Namun tidak ada yang mustahil di hadapan Allah. 

Maka saya berharap Allah melimpahkan hidayah dan rahmat-Nya bagi kita semua, para pejabat sampai rakyat biasa. 

Semoga dengan hidayah dan rahmat-Nya, kita semua bisa mengevaluasi dan menyadari apa yang selama ini menjadi kekeliruan. Semoga kelak evaluasi dan kesadaran itu juga mampu menciptakan sebuah perubahan yang revolusioner. Mampu mengubah wajah bangsa menjadi lebih baik, mampu menyelesaikan masalah-masalah rumah tangganya (di lingkup ekonomi, sosial, pendidikan) dan mampu meraih cita-cita yang diimpikan bersama (Indonesia Emas 2045 dan Net Zero Emission tahun 2050).

Tentunya, ramadhan yang baik ini jangan hanya dijadikan sebagai bulan evaluasi secara kolektif. Secara individu, kita juga perlu menjadikan ramadan sebagai waktu untuk muhasabah diri. 

Ramadhan harus membuat kita menjadi pribadi yang lebih beriman, bertakwa dan berakhlak mulia. Semoga kita semua berhasil meraih kemenangan di bulan yang di dalamnya terdapat momen Lailatul Qadar dan Nuzulul Qur'an. 


Penulis: Ega Adriansyah 

Editor: Zahra Mega 





 

Sumber Foto: Annita Syari'ach 

Cirebon, LPM FatsOeN - Sejumlah Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan Unit Kegiatan Khusus (UKK) mengadakan audiensi dengan Wakil Rektor III di Gedung Rektorat pada Rabu (13/3). Audiensi ini dilakukan sebagai respons terhadap kekosongan kepengurusan Senat Mahasiswa (Sema) dan Dewan Eksekutif Mahasiswa (Dema) yang terjadi akibat pembatalan formatur terpilih.

Kekosongan kepengurusan ini menjadi sorotan utama dalam pertemuan tersebut. Hampir semua UKM-UKK menolak pembentukan panitia baru, mengingat waktu yang dibutuhkan lebih lama. Alasan penolakan ini didasarkan pada aturan Pedoman Organisasi Kemahasiswaan (POK) yang mengatur hal tersebut.

Namun terlepas audiensi tersebut, salah satu peserta audiensi UKM-UKK mengungkapkan terdapat kerancuan pada sistem POK. Bukan hanya permasalahan periode sebelumnya, namun ketika setelah pemira terakhir yang dilakukan IAIN Syekh Nurjati Cirebon pada tahun 2017 silam. 

"2017 itu Warek III (Farihin) membekukan Dema dan Sema Institut. Beku, tiba-tiba enam bulan kemudian, ada ketua Dema-Sema terpilih. Semua mahasiswa diam tak ada yang tahu. Kok bisa? Kemudian gantilah ke pak Ilman, Warek III 2020 bikin POK keterwakilan," ujar salah seorang pembicara audiensi sebagian UKM-UKK.

Selanjutnya, hampir semua UKM-UKK mempertanyakan tugas, fungsi dan isi dari Sema-Dema Fakultas, serta peran Ilman selaku Wakil Rektor II, yang menjadi sorotan dalam pembatalan formatur terpilih sebelumnya.

Di sisi lain, Hajam selaku Wakil Rektor III, diberikan tanggung jawab untuk melakukan perundingan dengan Dekanat di IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Hal ini dilakukan untuk mengevaluasi Panitia Pemilihan Mahasiswa Institut (PPMI) dan aksi aliansi ormawa fakultas guna mencegah masalah yang berkepanjangan.
"Kebetulan bapak diamanahi oleh rektor untuk melakukan audiensi kepada para Dekan Fakultas" ujar Hajam selaku Warek III

Dengan begitu terdapat keselarasan tujuan audiensi UKM-UKK, aksi aliansi ormawa, serta penciptaan ruang dialektis di IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Sehingga hak yang terdapat di setiap ormawa IAIN Syekh Nurjati Cirebon, termasuk UKM-UKK tidak mengalami ketimpangan.

Harapan dari UKM-UKK selanjutnya yakni elemen yang terlibat turut dihadirkan dalam forum. Diantaranya Aliansi Oramawa Fakultas, UKM-UKK dan PPMI yang merupakan Mahasiswa IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Kemudian jajaran Dekan fakultas dan Wakil Rektor III selaku pemangku jabatan dan yang memiliki wewenang.


Penulis : Raihan Athaya
Editor : Tina Lestari

 

Sumber Foto: Pinterest

 Dalam bulan Ramadan yang penuh berkah ini, umat Muslim di seluruh dunia berpuasa sebagai bagian dari ibadah mereka. Namun, bagi sebagian orang, menjaga kesehatan pencernaan selama puasa bisa menjadi tantangan, terutama bagi yang menderita asam lambung. Untuk membantu mengatasi masalah ini, perlu adanya perubahan pola makan dan kesadaran diri yang lebih besar.
Saat berpuasa, pola makan berubah secara signifikan. Waktu untuk makan dan minum terbatas, yang dapat mengarah pada konsumsi makanan yang lebih besar dalam waktu yang lebih singkat. Untuk beberapa orang, ini dapat menyebabkan peningkatan gejala asam lambung seperti mulas, rasa terbakar di dada, dan ketidaknyamanan lainnya.
Untuk mengatasi hal ini, berikut tips mengatasi asam lambung saat berpuasa:

1. Memilih makanan dengan teliti 
Hindari makanan berlemak, pedas, asam, dan berkafein. Pilihlah makanan yang rendah lemak, tinggi serat, dan mudah dicerna seperti buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian.

Sumber Foto: Pinterest 
2. Perhatikan Waktu dan Porsi Makan
Berbuka puasa dengan makanan ringan terlebih dahulu, seperti kurma dan air putih, sebelum menikmati hidangan utama. Hindari makan terlalu cepat atau terlalu banyak, berikan waktu bagi tubuh untuk mencerna makanan secara perlahan.

Sumber Foto: Pinterest 
3. Hindari Minuman Berkafein dan Bersoda
Minuman berkafein dan bersoda dapat meningkatkan produksi asam lambung. Lebih baik pilih minuman seperti air putih, jus buah, atau teh herbal.
Sumber Foto: Pinterest 
4. Habis makan jangan langsung tidur 
Hindari makan dalam posisi terlentang atau berbaring, karena hal ini dapat menyebabkan asam lambung naik ke kerongkongan. Lebih baik makan dalam posisi duduk atau berdiri.
Sumber Foto: Pinterest
5. Jaga Aktivitas Fisik
Berolahraga ringan seperti berjalan-jalan setelah berbuka puasa dapat membantu meningkatkan pencernaan dan mengurangi gejala asam lambung. 
Sumber Foto: Pinterest
6. Minum Air Putih yang Cukup
Pastikan untuk tetap terhidrasi dengan baik antara waktu berbuka dan sahur dengan minum air putih yang cukup. Air putih dapat membantu menjaga produksi asam lambung tetap stabil.
Sumber Foto: Pinterest
7. Mengonsumi obat maag
Jika Anda memiliki kondisi kesehatan tertentu atau sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu, konsultasikan dengan dokter Anda untuk mendapatkan saran yang sesuai mengenai pengaturan pola makan dan pengelolaan asam lambung selama puasa.
Sumber Foto: Pinterest 

Jika mengalami gejala asam lambung yang serius atau berkelanjutan, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Dalam suasana bulan Ramadan yang penuh rahmat ini, mari tingkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan pencernaan selama puasa. Dengan memperhatikan pola makan yang sehat, memperhatikan waktu dan porsi makan, serta mendengarkan tubuh dengan baik, kita dapat mengatasi masalah asam lambung dan menjalani ibadah puasa dengan nyaman dan khusyuk.

Penulis: Tina Lestari

 

Sumber Foto: Pinterest 

Dimasa perkuliahan ini
Para pemimpin terdiam kembali
Di depan rektorat mahasiswa menanti
Tolak kebijakan yang anti hati nurani

Suara lantang di kanan, suara melenting di kiri
Seperti alunan suara yang tak pernah mati
Kau gores dengan noda yang pilu 
Demi sekejap kenikmatan yang tabu

Kau curi hak kami
Kau biarkan kami menderita
Tapi kau?
Seakan menari-nari diatas penderitaan kami

Lihat kami!

Apa tak kau lihat perjuangan kami?
Ah, sang petinggi kampus. ingatkah akan janji?

Ooo... Sungguh! Petinggi kampus sedang sakit

Keletihan kami 
Hanya demi sebuah demokrasi 

Lihat kampus ini!
Sudah tiada kah hati?
Sudah tiada kah mata?
Hingga tak pernah kau lihat kami

Lalu, kami harus kemana ?
Kami memang tak mampu balas dirimu
Karena sang Kuasa yang akan balas dirimu
Sejarah tak pantas mencatat hadirmu

Penulis: Maldini

 

Sumber foto: Raihan Athaya

"Orang Timur dilarang menguasai wilayah Jawa", seru seorang yang ada pada barisan aksi aliansi ormawa hari Jumat (8/3). Atas dasar apa kalimat rasis ini begitu lantang dalam riuh suasana memperjuangkan "demokrasi"? Iya benar, kalimat itu semburat ke salah seorang yang rambutnya ikal dan kulitnya sedikit lebih gelap. Lalu apakah penekanan pada orang timur termasuk dalam tuntutan dari aksi yang mengatasnamakan aliansi ormawa?

Memang saat ini isu sara kerap kali diwajarkan dalam tujuan komedi. Pasalnya komedi sara termasuk kategori dark jokes yang secara teoritis ada tujuannya, yakni mencairkan hal yang tabu untuk dibicarakan. Lelucon ini idealnya menghadirkan unsur satire yang mendobrak stigma-stigma yang ada di masyarakat. Namun menjamurnya dark jokes membuat arah itu hanya sekadar celetukkan yang mencari gelak tawa. Kemudian kita dihadapkan dengan dua pertanyaan. Pertama, apakah teriakan itu berupaya mencairkan nilai-nilai yang kaku di masyarakat? Jelas tidak, pasalnya teriakan itu sengaja ditekankan pada mantan presma terpilih. Kedua, apakah aksi itu celetukkan yang mencari gelak tawa saja? Jika iya, sila direnungkan.

Tulisan ini tidak ada maksud sama sekali membela jabatan presma yang resmi dibatalkan. Namun di mana peran instansi pendidikan yang jelas menginginkan kecerdasan kehidupan bangsa? Ketika perkataan rasis itu mengudara dan di depannya terlihat dua wakil rektor yang dikerumuni pendemo. Penulis tidak melihat birokrat kampus yang turun gunung mengatasi permasalahan rasis ini. Justru yang diatasi hanya isu kontinuitas, yakni Pedoman Organisasi Kemahasiswaan (POK) di ruangan lantai dua gedung rektorat.

Jika membicarakan kesetaraan, siapapun menginginkannya. Namun dalam situasi aksi beberpa hari lalu, rasa-rasanya tidak perlu mengharapkan kesetaraan. Pasalnya ada momen seorang yang didalangkan pembentukkan Panitia Pemilihan Mahasiswa Institut mengklarifikasi pelanggaran POK. Namun belum selesai bicara, suara itu sudah dihantam dengan pertanyaan "kamu berbicara sebagai apa?" oleh wakil rektor II. Bahkan ia juga melebelkan premanisme terhadap tindakan pelanggaran POK. Lalu bagaimana kepekaan terhadap kesetaraan bisa sampai hingga permasalahan rasis tadi?

Penulis menerka-nerka pembelajaran apa yang ingin disampaikan pendidik kepada mahasiswa? Pasalnya mahasiswa diharapkan melampaui pengetahuan kontinuitas bukan? Yakni pendidikan dan pengajaran; penelitian dan pengembangan; serta pengabdian ke masyarakat. Jika memang terbukti dan pantas lebel itu disematkan kepada mahasiswa yang dididiknya, pastinya itu bermula dari pendidiknya.

Untuk menyegarkan proses menerka-nerka itu, mari ulang dengan pikiran positif. Anggap saja pendidik sekaligus pejabat kampus mungkin tidak mendengar umpatan rasis pada sela-sela riuh aksi. Maka, inilah fakta yang penulis dengar dan mungkin beberapa orang yang ada mendengar itu. Kemudian bagaimana mengatasi permasalahan tersebut? Sehingga ada keamanan dan kenyaman kami untuk kesetaraan sekalipun berangkat dari perbedaan.

Penulis: Raihan Athaya

 

Sumber foto dokumentasi LPM FatsOeN

Sebuah kontroversi muncul di IAIN Syekh Nurjati Cirebon terkait tuntutan yang dituduh melibatkan interupsi dari pihak Warek 3 dalam proses demokrasi kampus. Pada Jumat (24/3), aliansi mahasiswa melakukan aksi tuntutan, mengekspresikan ketidakpuasan terhadap pemilihan Senat Mahasiswa Institut (Sema) dan Dewan Eksekutif Mahasiswa Institut (Dema).

Berbicara tentang tuntutan tentu harus ada dasar hukum dan panduan tersendiri, apalagi dalam sebuah demokrasi yang belandasan hukum untuk berorganisasi.

Dalam aliansi yang telah terjadi sekarang pada jumat ( 03/24) banyak sekali beranggapan bahwa aliasi tersebut bukanlah asas dari demokrasi melainkan ada sebuah kepentingan indivudalisme di dalam nya, karena pada dasarnya saat tuntutan tersebut orang yang mungkin sudah tidak lagi bersangkutan dengan mahasiswa kemudian di bawa, ini menjadi pertanyaan yang sangat besar bagi seluruh mahasiswa IAIN Syekh Nurjati Cirebon. 

Sebuah pernyataan dari salah seorang mahasiswa menyebutkan bahwa keterlibatan Warek 2 menjadi sorotan, terutama saat audiensi dengan Warek 3. "Pak Ilman yang memang paham terhadap POK (Pedoman Organisasi Kemahasiswaan) dan PUOK (Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan), menyinggung Pak Hajam karena dianggap tidak paham. Tetapi tujuannya tetap untuk menandatangani tuntutan dengan Pak Hajam sebagai Warek 3" ungkapnya, menciptakan tanda tanya terkait kejelasan tujuan tuntutan tersebut.

Apakah itu yang di ajarkan kepada kami para mahasiswa IAIN Syekh Nurjati tentang dari praktek berdemokrasi ? Sedangkan sangat berjauhan sekali dengan materi yang telah di ajarkan kepada kami.

Sumber: POK

Semestinya dalam berdemokrasi tentu berlandasan hukum tidak dengan interverensi pihak yang memang sudah tidak lagi berwenang di dalam nya. Bahkan jika kita lihat dari proses aliansi jumat (03/24), jalur koordinasi dan intruktif kurang tepat sasaran, Karena dalam POK yang di jelaskan bahwa jalur intruktif yang seharusnya Dema dan Sema Fakultas adalah melalui Dekan dan Wadek III. Lantas bagaimana bisa hal itu meranah ke intruktif ke Warek III ? 

Hal ini menjadi sorotan "apakah organisasi Dema dan Sema Fakultas tidak berlandasan POK? " 

Dalam sebuah hukum tentu ada arah serta maksud dan tujuan mengapa bisa ada jalur koordinatif dan intruktif, hal ini bermaksud menjadi fokus yang dimana dalam aturn birokrasi tentu ada wilayah wewenang setiap kebijakan, Contohnya Dema dan Sema Institut yang mempunyai wilayah dan wewenang mutlak di UKM/UKK. Namun, jika ranahnya adalah Dema dan Sema Fakultas, wilayah yang seharusnya menjadi fokus yakni Himpunan Mahasiswa di setiap jurusan yang ada di fakultas nya, Namun realita yang terjadi saat ini tidak lah sesuai dengan apa yang berada dalam POK. 

Bahkan yang lebih miris adalah hasil dari audiensi merencanakan pembentukan ulang Panitia Pemilihan Mahasiswa Institut (PPMI) pada hari rabu mendatang. 

Meskipun tindakan aliansi dianggap sah, pertanyaan tetap muncul mengenai konsistensi dengan aturan instruktif dan koordinatif yang seharusnya menjadi pedoman tertinggi dalam berorganisasi di IAIN Syekh Nurjati Cirebon.


Penulis : Alfi

Editor : Tina Lestari