Sumber Foto: Annita Syari'ach 

Cirebon, LPM FatsOeN - Sejumlah Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan Unit Kegiatan Khusus (UKK) mengadakan audiensi dengan Wakil Rektor III di Gedung Rektorat pada Rabu (13/3). Audiensi ini dilakukan sebagai respons terhadap kekosongan kepengurusan Senat Mahasiswa (Sema) dan Dewan Eksekutif Mahasiswa (Dema) yang terjadi akibat pembatalan formatur terpilih.

Kekosongan kepengurusan ini menjadi sorotan utama dalam pertemuan tersebut. Hampir semua UKM-UKK menolak pembentukan panitia baru, mengingat waktu yang dibutuhkan lebih lama. Alasan penolakan ini didasarkan pada aturan Pedoman Organisasi Kemahasiswaan (POK) yang mengatur hal tersebut.

Namun terlepas audiensi tersebut, salah satu peserta audiensi UKM-UKK mengungkapkan terdapat kerancuan pada sistem POK. Bukan hanya permasalahan periode sebelumnya, namun ketika setelah pemira terakhir yang dilakukan IAIN Syekh Nurjati Cirebon pada tahun 2017 silam. 

"2017 itu Warek III (Farihin) membekukan Dema dan Sema Institut. Beku, tiba-tiba enam bulan kemudian, ada ketua Dema-Sema terpilih. Semua mahasiswa diam tak ada yang tahu. Kok bisa? Kemudian gantilah ke pak Ilman, Warek III 2020 bikin POK keterwakilan," ujar salah seorang pembicara audiensi sebagian UKM-UKK.

Selanjutnya, hampir semua UKM-UKK mempertanyakan tugas, fungsi dan isi dari Sema-Dema Fakultas, serta peran Ilman selaku Wakil Rektor II, yang menjadi sorotan dalam pembatalan formatur terpilih sebelumnya.

Di sisi lain, Hajam selaku Wakil Rektor III, diberikan tanggung jawab untuk melakukan perundingan dengan Dekanat di IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Hal ini dilakukan untuk mengevaluasi Panitia Pemilihan Mahasiswa Institut (PPMI) dan aksi aliansi ormawa fakultas guna mencegah masalah yang berkepanjangan.
"Kebetulan bapak diamanahi oleh rektor untuk melakukan audiensi kepada para Dekan Fakultas" ujar Hajam selaku Warek III

Dengan begitu terdapat keselarasan tujuan audiensi UKM-UKK, aksi aliansi ormawa, serta penciptaan ruang dialektis di IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Sehingga hak yang terdapat di setiap ormawa IAIN Syekh Nurjati Cirebon, termasuk UKM-UKK tidak mengalami ketimpangan.

Harapan dari UKM-UKK selanjutnya yakni elemen yang terlibat turut dihadirkan dalam forum. Diantaranya Aliansi Oramawa Fakultas, UKM-UKK dan PPMI yang merupakan Mahasiswa IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Kemudian jajaran Dekan fakultas dan Wakil Rektor III selaku pemangku jabatan dan yang memiliki wewenang.


Penulis : Raihan Athaya
Editor : Tina Lestari

 

Sumber Foto: Pinterest

 Dalam bulan Ramadan yang penuh berkah ini, umat Muslim di seluruh dunia berpuasa sebagai bagian dari ibadah mereka. Namun, bagi sebagian orang, menjaga kesehatan pencernaan selama puasa bisa menjadi tantangan, terutama bagi yang menderita asam lambung. Untuk membantu mengatasi masalah ini, perlu adanya perubahan pola makan dan kesadaran diri yang lebih besar.
Saat berpuasa, pola makan berubah secara signifikan. Waktu untuk makan dan minum terbatas, yang dapat mengarah pada konsumsi makanan yang lebih besar dalam waktu yang lebih singkat. Untuk beberapa orang, ini dapat menyebabkan peningkatan gejala asam lambung seperti mulas, rasa terbakar di dada, dan ketidaknyamanan lainnya.
Untuk mengatasi hal ini, berikut tips mengatasi asam lambung saat berpuasa:

1. Memilih makanan dengan teliti 
Hindari makanan berlemak, pedas, asam, dan berkafein. Pilihlah makanan yang rendah lemak, tinggi serat, dan mudah dicerna seperti buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian.

Sumber Foto: Pinterest 
2. Perhatikan Waktu dan Porsi Makan
Berbuka puasa dengan makanan ringan terlebih dahulu, seperti kurma dan air putih, sebelum menikmati hidangan utama. Hindari makan terlalu cepat atau terlalu banyak, berikan waktu bagi tubuh untuk mencerna makanan secara perlahan.

Sumber Foto: Pinterest 
3. Hindari Minuman Berkafein dan Bersoda
Minuman berkafein dan bersoda dapat meningkatkan produksi asam lambung. Lebih baik pilih minuman seperti air putih, jus buah, atau teh herbal.
Sumber Foto: Pinterest 
4. Habis makan jangan langsung tidur 
Hindari makan dalam posisi terlentang atau berbaring, karena hal ini dapat menyebabkan asam lambung naik ke kerongkongan. Lebih baik makan dalam posisi duduk atau berdiri.
Sumber Foto: Pinterest
5. Jaga Aktivitas Fisik
Berolahraga ringan seperti berjalan-jalan setelah berbuka puasa dapat membantu meningkatkan pencernaan dan mengurangi gejala asam lambung. 
Sumber Foto: Pinterest
6. Minum Air Putih yang Cukup
Pastikan untuk tetap terhidrasi dengan baik antara waktu berbuka dan sahur dengan minum air putih yang cukup. Air putih dapat membantu menjaga produksi asam lambung tetap stabil.
Sumber Foto: Pinterest
7. Mengonsumi obat maag
Jika Anda memiliki kondisi kesehatan tertentu atau sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu, konsultasikan dengan dokter Anda untuk mendapatkan saran yang sesuai mengenai pengaturan pola makan dan pengelolaan asam lambung selama puasa.
Sumber Foto: Pinterest 

Jika mengalami gejala asam lambung yang serius atau berkelanjutan, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Dalam suasana bulan Ramadan yang penuh rahmat ini, mari tingkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan pencernaan selama puasa. Dengan memperhatikan pola makan yang sehat, memperhatikan waktu dan porsi makan, serta mendengarkan tubuh dengan baik, kita dapat mengatasi masalah asam lambung dan menjalani ibadah puasa dengan nyaman dan khusyuk.

Penulis: Tina Lestari

 

Sumber Foto: Pinterest 

Dimasa perkuliahan ini
Para pemimpin terdiam kembali
Di depan rektorat mahasiswa menanti
Tolak kebijakan yang anti hati nurani

Suara lantang di kanan, suara melenting di kiri
Seperti alunan suara yang tak pernah mati
Kau gores dengan noda yang pilu 
Demi sekejap kenikmatan yang tabu

Kau curi hak kami
Kau biarkan kami menderita
Tapi kau?
Seakan menari-nari diatas penderitaan kami

Lihat kami!

Apa tak kau lihat perjuangan kami?
Ah, sang petinggi kampus. ingatkah akan janji?

Ooo... Sungguh! Petinggi kampus sedang sakit

Keletihan kami 
Hanya demi sebuah demokrasi 

Lihat kampus ini!
Sudah tiada kah hati?
Sudah tiada kah mata?
Hingga tak pernah kau lihat kami

Lalu, kami harus kemana ?
Kami memang tak mampu balas dirimu
Karena sang Kuasa yang akan balas dirimu
Sejarah tak pantas mencatat hadirmu

Penulis: Maldini

 

Sumber foto: Raihan Athaya

"Orang Timur dilarang menguasai wilayah Jawa", seru seorang yang ada pada barisan aksi aliansi ormawa hari Jumat (8/3). Atas dasar apa kalimat rasis ini begitu lantang dalam riuh suasana memperjuangkan "demokrasi"? Iya benar, kalimat itu semburat ke salah seorang yang rambutnya ikal dan kulitnya sedikit lebih gelap. Lalu apakah penekanan pada orang timur termasuk dalam tuntutan dari aksi yang mengatasnamakan aliansi ormawa?

Memang saat ini isu sara kerap kali diwajarkan dalam tujuan komedi. Pasalnya komedi sara termasuk kategori dark jokes yang secara teoritis ada tujuannya, yakni mencairkan hal yang tabu untuk dibicarakan. Lelucon ini idealnya menghadirkan unsur satire yang mendobrak stigma-stigma yang ada di masyarakat. Namun menjamurnya dark jokes membuat arah itu hanya sekadar celetukkan yang mencari gelak tawa. Kemudian kita dihadapkan dengan dua pertanyaan. Pertama, apakah teriakan itu berupaya mencairkan nilai-nilai yang kaku di masyarakat? Jelas tidak, pasalnya teriakan itu sengaja ditekankan pada mantan presma terpilih. Kedua, apakah aksi itu celetukkan yang mencari gelak tawa saja? Jika iya, sila direnungkan.

Tulisan ini tidak ada maksud sama sekali membela jabatan presma yang resmi dibatalkan. Namun di mana peran instansi pendidikan yang jelas menginginkan kecerdasan kehidupan bangsa? Ketika perkataan rasis itu mengudara dan di depannya terlihat dua wakil rektor yang dikerumuni pendemo. Penulis tidak melihat birokrat kampus yang turun gunung mengatasi permasalahan rasis ini. Justru yang diatasi hanya isu kontinuitas, yakni Pedoman Organisasi Kemahasiswaan (POK) di ruangan lantai dua gedung rektorat.

Jika membicarakan kesetaraan, siapapun menginginkannya. Namun dalam situasi aksi beberpa hari lalu, rasa-rasanya tidak perlu mengharapkan kesetaraan. Pasalnya ada momen seorang yang didalangkan pembentukkan Panitia Pemilihan Mahasiswa Institut mengklarifikasi pelanggaran POK. Namun belum selesai bicara, suara itu sudah dihantam dengan pertanyaan "kamu berbicara sebagai apa?" oleh wakil rektor II. Bahkan ia juga melebelkan premanisme terhadap tindakan pelanggaran POK. Lalu bagaimana kepekaan terhadap kesetaraan bisa sampai hingga permasalahan rasis tadi?

Penulis menerka-nerka pembelajaran apa yang ingin disampaikan pendidik kepada mahasiswa? Pasalnya mahasiswa diharapkan melampaui pengetahuan kontinuitas bukan? Yakni pendidikan dan pengajaran; penelitian dan pengembangan; serta pengabdian ke masyarakat. Jika memang terbukti dan pantas lebel itu disematkan kepada mahasiswa yang dididiknya, pastinya itu bermula dari pendidiknya.

Untuk menyegarkan proses menerka-nerka itu, mari ulang dengan pikiran positif. Anggap saja pendidik sekaligus pejabat kampus mungkin tidak mendengar umpatan rasis pada sela-sela riuh aksi. Maka, inilah fakta yang penulis dengar dan mungkin beberapa orang yang ada mendengar itu. Kemudian bagaimana mengatasi permasalahan tersebut? Sehingga ada keamanan dan kenyaman kami untuk kesetaraan sekalipun berangkat dari perbedaan.

Penulis: Raihan Athaya

 

Sumber foto dokumentasi LPM FatsOeN

Sebuah kontroversi muncul di IAIN Syekh Nurjati Cirebon terkait tuntutan yang dituduh melibatkan interupsi dari pihak Warek 3 dalam proses demokrasi kampus. Pada Jumat (24/3), aliansi mahasiswa melakukan aksi tuntutan, mengekspresikan ketidakpuasan terhadap pemilihan Senat Mahasiswa Institut (Sema) dan Dewan Eksekutif Mahasiswa Institut (Dema).

Berbicara tentang tuntutan tentu harus ada dasar hukum dan panduan tersendiri, apalagi dalam sebuah demokrasi yang belandasan hukum untuk berorganisasi.

Dalam aliansi yang telah terjadi sekarang pada jumat ( 03/24) banyak sekali beranggapan bahwa aliasi tersebut bukanlah asas dari demokrasi melainkan ada sebuah kepentingan indivudalisme di dalam nya, karena pada dasarnya saat tuntutan tersebut orang yang mungkin sudah tidak lagi bersangkutan dengan mahasiswa kemudian di bawa, ini menjadi pertanyaan yang sangat besar bagi seluruh mahasiswa IAIN Syekh Nurjati Cirebon. 

Sebuah pernyataan dari salah seorang mahasiswa menyebutkan bahwa keterlibatan Warek 2 menjadi sorotan, terutama saat audiensi dengan Warek 3. "Pak Ilman yang memang paham terhadap POK (Pedoman Organisasi Kemahasiswaan) dan PUOK (Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan), menyinggung Pak Hajam karena dianggap tidak paham. Tetapi tujuannya tetap untuk menandatangani tuntutan dengan Pak Hajam sebagai Warek 3" ungkapnya, menciptakan tanda tanya terkait kejelasan tujuan tuntutan tersebut.

Apakah itu yang di ajarkan kepada kami para mahasiswa IAIN Syekh Nurjati tentang dari praktek berdemokrasi ? Sedangkan sangat berjauhan sekali dengan materi yang telah di ajarkan kepada kami.

Sumber: POK

Semestinya dalam berdemokrasi tentu berlandasan hukum tidak dengan interverensi pihak yang memang sudah tidak lagi berwenang di dalam nya. Bahkan jika kita lihat dari proses aliansi jumat (03/24), jalur koordinasi dan intruktif kurang tepat sasaran, Karena dalam POK yang di jelaskan bahwa jalur intruktif yang seharusnya Dema dan Sema Fakultas adalah melalui Dekan dan Wadek III. Lantas bagaimana bisa hal itu meranah ke intruktif ke Warek III ? 

Hal ini menjadi sorotan "apakah organisasi Dema dan Sema Fakultas tidak berlandasan POK? " 

Dalam sebuah hukum tentu ada arah serta maksud dan tujuan mengapa bisa ada jalur koordinatif dan intruktif, hal ini bermaksud menjadi fokus yang dimana dalam aturn birokrasi tentu ada wilayah wewenang setiap kebijakan, Contohnya Dema dan Sema Institut yang mempunyai wilayah dan wewenang mutlak di UKM/UKK. Namun, jika ranahnya adalah Dema dan Sema Fakultas, wilayah yang seharusnya menjadi fokus yakni Himpunan Mahasiswa di setiap jurusan yang ada di fakultas nya, Namun realita yang terjadi saat ini tidak lah sesuai dengan apa yang berada dalam POK. 

Bahkan yang lebih miris adalah hasil dari audiensi merencanakan pembentukan ulang Panitia Pemilihan Mahasiswa Institut (PPMI) pada hari rabu mendatang. 

Meskipun tindakan aliansi dianggap sah, pertanyaan tetap muncul mengenai konsistensi dengan aturan instruktif dan koordinatif yang seharusnya menjadi pedoman tertinggi dalam berorganisasi di IAIN Syekh Nurjati Cirebon.


Penulis : Alfi

Editor : Tina Lestari

Sumber Foto: Raihan Athaya 

Cirebon, LPM FatsOeN - Aliansi Ormawa IAIN Syekh Nurjati Cirebon menolak dan tidak mengakui keputusan Panitia Pemilihan Mahasiswa Universitas (PPMU) terkait pemilihan Senat Mahasiswa (Sema) dan Dewan Eksekutif Mahasiswa (Dema). Aksi protes terjadi di depan halaman gedung rektorat pada Jumat Sore (9/3). Tuntutan aliansi mencakup pelanggaran LPJ Dema Institut, aturan yang dilanggar dalam forum Musema, ketidakjelasan dalam kepanitiaan PPMU dan intervensi Sema Institut terhadap regulasi PPMU.  

Respon dari Ilman Nafi'a selaku Wakil Rektor II (Bagian Administrasi dan Keuangan) bahwa "Anggota dan pengurus masih diakomodasi masuk pada semester tujuh ke delapan. Namun, konsekuensi dari hal ini adalah setengah semester, dengan kepengurusan semester berikutnya harus diganti baik Sema maupun Dema dengan adanya PAW (Panitia Antar Waktu)". Ungkapnya.

Warek II juga menyoroti perekrutan panitia PPMU, menegaskan bahwa "Perwakilan struktural dari Kosma, HMJ, Dema Fakultas, dan Sema memiliki hak, sementara UKM/UKK hanya bisa ikut atas nama fakultas, bukan sebagai perwakilan nonstruktural" Pungkasnya.

Selain itu, ada rencana pembaruan Peraturan Organisasi dan Tata Kerja (POK) terkait sistem demokrasi di IAIN Syekh Nurjati Cirebon, termasuk pengusulan Pemilu Raya melalui E-Voting dan penempatan UKM di tingkat fakultas, bukan di Institut.

Hajam selaku Warek III (Bidang Kemahasiswaan dan Organisasi) juga merespon bahwa jika hasil diskusi menyimpulkan bahwa putusan akhir dari pemilihan tersebut tidak sah, pihak kampus bersedia untuk melakukan pemilihan ulang dan membentuk panitia baru. Namun, Warek III juga mengajak mahasiswa untuk menghargai keputusan panitia dan Sema Dema terkait dengan proses penggantian pengurus yang didasari pengunduran diri Sema Dema sebelumnya.

 "Sebab problem ini dari awal itu pengunduran diri Sema Dema yang lama. Bapak sebagai Wakil Rektor III yang baru kehilangan sejati, dan akhirnya proses Sema Dema itu diputuskan secara cepat melalui antar waktu dari ketua yang sebelumnya" jelas Hajam. 

Warek III menjelaskan bahwa sebelumnya menjelang berakhirnya kepengurusan Sema, ketua Sema mengundurkan diri. Warek III berharap jika dia bertanggung jawab, seharusnya diselesaikan terlebih dahulu sebelum mengundurkan diri. Namun, untuk menyelamatkan Sema, memutuskan agar Agam mengambil alih jabatan Ketua Sema 2023-2024.

Proses pembentukan panitia menjadi sulit karena kurangnya kesediaan mahasiswa, terutama di semester pendek, yang juga dipengaruhi oleh kurangnya semangat karena dampak perpanjangan masa kepengurusan Presma selama setahun.

Audiensi ini menjadi langkah awal dalam menyelesaikan perbedaan pandangan antara mahasiswa dan pihak kampus terkait pemilihan Sema dan Dema. Mahasiswa berharap audiensi ini membuka pintu dialog yang konstruktif guna mencapai solusi yang adil dan transparan dalam kepengurusan organisasi mahasiswa di IAIN Syekh Nurjati Cirebon.

Penulis: Zakariya & Raihan
Editor : Tina Lestari

 

Sumber Foto: Annita Syari'ach

Cirebon, LPM FatsOeN - Pertanyaan besar muncul pasca pemilihan Ketua Senat Mahasiswa (Sema) yang baru. Apakah alasan pengunduran diri salah satu calon Ketua Sema yang sebelumnya ada dua? Mengenai ini, Ketua Panitia Pemilihan Mahasiswa Umum (PPMU), Iman Sariman memberikan beberapa penjelasan.  

Menurut Iman, pengunduran diri calon Sema-I tersebut didasarkan pada pertimbangan pribadi yang tidak dapat dijelaskan secara detail.

"Ini kita langsung dari beliau langsung. Saya dapat konfirmasi dari beliau sendiri. Ada beberapa pertimbangan yang bersifat pribadi yang tidak bisa dijelaskan oleh beliau, yang jadinya beliau mengundurkan diri," ungkapnya.

Dia melanjutkan, ketika ditanya mengenai pertimbangan yang membuat salah satu calon kandidat mundur, calon tersebut tidak memberikan penjelasan yang detail. 

"Beliau tidak menjelaskan secara detail, makanya tidak rasional ketika beliau menjelaskan alasan tersebut," tambahnya.

Selain pertimbangan pribadi, calon tersebut juga menyatakan bahwa ada kandidat lain yang dianggap lebih kompeten.

"Ada yang lebih berkompeten dari beliau yang mengundurkan diri dari calon anggota Sema yang lain. Silahkan pilih dari calon anggota tersebut dan pasti ada yang lebih berkompeten daripada saya," ujar Iman menirukan pernyataan calon Ketua Sema yang mengundurkan diri.

Meskipun berkas para calon diklaim lengkap, keputusan untuk mundur tetap diterima oleh PPMU. Karena hal itu menjadi bagian dari hak yang mencalonkan. 

Adapun menanggapi dugaan ada tekanan dari pihak tertentu, Iman menyatakan tidak bisa memastikan ada tekanan. Akan tetapi dia tetap menyatakan ada kemungkinan bahwa dugaan itu ada.  

"Kami tidak bisa memastikan adanya tekanan, tapi kemungkinan ada. Ini menjadi pertanyaan besar karena tidak ada satupun yang hadir dari pihak bendera biru kuning dalam acara musema dan mudema Mereka sempat hadir sebelum acara berlangsung, ketika pending mereka tidak ada yang hadir. Nah ini kemana? Ini kan pertanyaan besar" ungkap Ketua PPMU.

Iman sebetulnya menyayangkan ketidakhadiran calon Ketua Sema tersebut dan menganggapnya sebagai bentuk pengunduran diri tidak langsung. 

"Urusan menang dan kalah itu hal yang wajar di demokrasi di pemilihan gitu, tapi ketika ketidakhadiran mereka itu menjadi tanda tanya besar dan memang butuh klarifikasi dan surat pernyataan. Kenapa mereka tidak hadir atau tanda kutip nya mereka mengundurkan diri dari pencalonan itu sendiri dengan ketidakhadiran mereka kan otomatis. Mungkin secara tidak langsung mereka mengundurkan diri baik dari calon anggota Sema, calon Ketua Sema ataupun calon Ketua Dema, karena saya merasa tidak ada dari pihak mereka, tidak ada yang mencalonkan diri," tegasnya.  

Meski mempertanyakan kehadiran tersebut, Iman tetap berpikir akan kemungkinan lain yang membuat diantidak hadir. Misalnya seperti ada sebuah kesibukan, atau kegiatan yang tak bisa mereka batalkan.

"Semoga asumsi saya itu tidak benar, mungkin mereka ada kesibukan lain atau kegiatan lain yang dimana mereka tidak bisa membatalkan pertemuan tersebut sehingga tidak bisa hadir ke Musema dan Mudema yang diadakan hari ini," pungkasnya.

Meskipun demikian, Iman mengingatkan semua informasi ini masih sebatas prediksi dan asumsi pribadi. Sehingga dia berharap rekan-rekan media/pers dapat membantu mengoreksi dan mendapatkan klarifikasi lebih lanjut dari pihak yang bersangkutan.


Reporter: Annita Syari'ach

Penulis: Tina Lestari

Editor: Ega Adriansyah