Cirebon, LPM FatsOeN - Pertanyaan besar muncul pasca pemilihan Ketua Senat Mahasiswa (Sema) yang baru. Apakah alasan pengunduran diri salah satu calon Ketua Sema yang sebelumnya ada dua? Mengenai ini, Ketua Panitia Pemilihan Mahasiswa Umum (PPMU), Iman Sariman memberikan beberapa penjelasan.
Menurut Iman, pengunduran diri calon Sema-I tersebut didasarkan pada pertimbangan pribadi yang tidak dapat dijelaskan secara detail.
"Ini kita langsung dari beliau langsung. Saya dapat konfirmasi dari beliau sendiri. Ada beberapa pertimbangan yang bersifat pribadi yang tidak bisa dijelaskan oleh beliau, yang jadinya beliau mengundurkan diri," ungkapnya.
Dia melanjutkan, ketika ditanya mengenai pertimbangan yang membuat salah satu calon kandidat mundur, calon tersebut tidak memberikan penjelasan yang detail.
"Beliau tidak menjelaskan secara detail, makanya tidak rasional ketika beliau menjelaskan alasan tersebut," tambahnya.
Selain pertimbangan pribadi, calon tersebut juga menyatakan bahwa ada kandidat lain yang dianggap lebih kompeten.
"Ada yang lebih berkompeten dari beliau yang mengundurkan diri dari calon anggota Sema yang lain. Silahkan pilih dari calon anggota tersebut dan pasti ada yang lebih berkompeten daripada saya," ujar Iman menirukan pernyataan calon Ketua Sema yang mengundurkan diri.
Meskipun berkas para calon diklaim lengkap, keputusan untuk mundur tetap diterima oleh PPMU. Karena hal itu menjadi bagian dari hak yang mencalonkan.
Adapun menanggapi dugaan ada tekanan dari pihak tertentu, Iman menyatakan tidak bisa memastikan ada tekanan. Akan tetapi dia tetap menyatakan ada kemungkinan bahwa dugaan itu ada.
"Kami tidak bisa memastikan adanya tekanan, tapi kemungkinan ada. Ini menjadi pertanyaan besar karena tidak ada satupun yang hadir dari pihak bendera biru kuning dalam acara musema dan mudema Mereka sempat hadir sebelum acara berlangsung, ketika pending mereka tidak ada yang hadir. Nah ini kemana? Ini kan pertanyaan besar" ungkap Ketua PPMU.
Iman sebetulnya menyayangkan ketidakhadiran calon Ketua Sema tersebut dan menganggapnya sebagai bentuk pengunduran diri tidak langsung.
"Urusan menang dan kalah itu hal yang wajar di demokrasi di pemilihan gitu, tapi ketika ketidakhadiran mereka itu menjadi tanda tanya besar dan memang butuh klarifikasi dan surat pernyataan. Kenapa mereka tidak hadir atau tanda kutip nya mereka mengundurkan diri dari pencalonan itu sendiri dengan ketidakhadiran mereka kan otomatis. Mungkin secara tidak langsung mereka mengundurkan diri baik dari calon anggota Sema, calon Ketua Sema ataupun calon Ketua Dema, karena saya merasa tidak ada dari pihak mereka, tidak ada yang mencalonkan diri," tegasnya.
Meski mempertanyakan kehadiran tersebut, Iman tetap berpikir akan kemungkinan lain yang membuat diantidak hadir. Misalnya seperti ada sebuah kesibukan, atau kegiatan yang tak bisa mereka batalkan.
"Semoga asumsi saya itu tidak benar, mungkin mereka ada kesibukan lain atau kegiatan lain yang dimana mereka tidak bisa membatalkan pertemuan tersebut sehingga tidak bisa hadir ke Musema dan Mudema yang diadakan hari ini," pungkasnya.
Meskipun demikian, Iman mengingatkan semua informasi ini masih sebatas prediksi dan asumsi pribadi. Sehingga dia berharap rekan-rekan media/pers dapat membantu mengoreksi dan mendapatkan klarifikasi lebih lanjut dari pihak yang bersangkutan.
Reporter: Annita Syari'ach
Penulis: Tina Lestari
Editor: Ega Adriansyah
Cirebon, LPM FatsOeN - Sidang pemilihan Ketua Senat Mahasiswa (Sema) dan Dewan Eksekutif Mahasiswa (Dema) berlangsung tertutup. Hal ini kemudian memunculkan banyak pertanyaan dari mahasiswa terkait alasan dari kebijakan sidang itu.
Ketua PPMU, Iman Sariman, menjelaskan, keputusan menggelar sidang secara tertutup merupakan hasil kesepakatan panitia PPMU. Sebelumnya, Sema berencana melakukan Pemilihan Raya (Pemira), tapi terkendala oleh jadwal libur kampus dan kesulitan membentuk panitia di awal Februari.
"Kesepakatan panitia di forum online (Google Meet) sepakat (memutuskan untuk) melaksanakan kegiatan (Pemilwa) seperti tahun kemarin yakni dengan keterwakilan dari anggota Senat Mahasiswa untuk pemilihan pemilu," ujar Iman.
Namun, keputusan ini menuai pertanyaan dari mahasiswa. Utamanya terkait pelaksanaan Musyawarah Dewan Eksekutif Mahasiswa (Mudema) yang bersamaan dengan kegiatan wisuda IAIN Syekh Nurjati Cirebon pada tanggal 5 dan 6 Maret 2024.
Sejumlah mahasiswa menanyakan, bagaimana Musema dan Musema bisa dilaksanakan tanpa adanya Laporan Pertanggungjawaban (LPJ)?
Ketika ditanya tentang LPJ itu, Iman Sariman menegaskan bahwa LPJ tersebut bukanlah tanggung jawab PPMU. Meskipun mengakui belum disampaikannya LPJ Dema, Iman memandang bahwa pemilihan harus tetap terlaksana meskipun LPJ belum dipresentasikan.
"Tapi kalo kita mau nunggu LPJ Dewan Eksekutif Mahasiswa mau sampai kapan? Ini mau dilaksanakan (kapan) pemilihan ini? Oke boleh lah kita anggap ini melanggar etis, yang penting ini terlaksana, karena molor nya LPJ ini bukan salah dari penyelenggara acara yaitu sema karena memang dari Dema-nya sendiri," ungkanya.
"Entah itu tidak mau entah itu ketakutan entah apapun itu alasannya, mereka itu (telah) mangkir dari panggilan Sema (ketika disurati). Pak Warek telpon sudah, dari media massa pun sudah tersebar isu isu tersebut untuk LPJ dan sebagainya. Tapi mana buktinya? sampai sekarangpun beliau tidak mau LPJ-an," lanjut Iman.
Iman menyampaikan, dia merasa prihatin terhadap keterlambatan LPJ Dema dan menyoroti tanggung jawab dari Dema. Ia mencoba memberikan gambaran dari pengalamannya tahun sebelumnya. Menggambarkan bahwa kurangnya pertanggungjawaban dari kepengurusan sebelumnya adalah suatu masalah.
"Berarti kepengurusan Dema kemarin, mereka berani berbuat tapi mereka tidak berani bertanggung jawab atas apa yang mereka lakukan. Entah itu program kerja yang mereka lakukan (dan sebagainya). Tapi tidak mau mempertanggungjawabkan hasil program tersebut," tegas Iman Sariman.
Iman berharap, Ketua Formatur terpilih tetap mau mengawal dan memastikan LPJ Dema disampaikan dengan segera dan jelas. Apakah dilakukan secara tertutup ataupun terbuka, ia menekankan, yang penting transparansi dalam menyajikan pertanggungjawaban organisasi itu ada.
Penulis: Annita Syariach
Editor: Tina Lestari & Ega Adriansyah
Cirebon, LPM FatsOeN - Sidang tertutup Musyawarah Senat Mahasiswa (Musema) dan Musyawarah Dewan Eksekutif Mahasiswa (Mudema) menetapkan Ahmad Luqman Hakim dan Rashid Mone sebagai Formatur Ketua Sema dan Dema pada (06/03) di Gedung Rektorat lt. 3.
Sidang tertutup Musyawarah Senat Mahasiswa (Musema) dan Musyawarah Dewan Eksekutif Mahasiswa (Mudema) menetapkan Ahmad Luqman Hakim dan Rashid Mone sebagai Formatur Ketua Sema dan Dema.
Penetapan dua orang formatur Ketua Umum Sema dan Dema itu memunculkan semangat baru di tengan situasi politik mahasiswa yang sedang ramai karena sidang Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ) tak kunjung dilaksanakan dan transformasi IAIN menjadi UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon (UIN SSC).
Luqman, selaku formatur Ketua Sema mengatakan, setelah ini komunikasi kepada senior atau yang berpengalaman pada ranah legislatif kampus menjadi penting. Menurutnya, hal ini harus dilakukan guna mengoptimalkan kinerja Sema ke depannya.
"Kita akan merapat berkomunikasi dengan Agam selaku Ketum (Ketua Umum) Sema sebelumnya, terkait regulasi apa yang akan kita berikan untuk pengisian kursi-kursi yang kosong," ujar luqman.
Dia melanjutkan, Sema harus memenuhi 34 kursi yang ada di senat untuk mencapai tujuannya. Bahkan, ia berharap untuk bisa menjadi wadah yang selektif dan solutif bagi mahasiswa dan segala macam aspirasinya.
"Oleh karena itu, hal ini menurutnya membutuhkan sinergisi antar organisasi mahasiswa, baik Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ), Sema-Dema Fakultas, Unit Kegiatan Mahsiswa/Khusus (UKM-UKK), serta Dema Institut. Terlebih dalam menghadapi pikiran-pikiran mahasiswa IAIN Syekh Nurjati Cirebon," ujarnya.
Ia menambahkan, saat ini sedang belajar tentang sesuatu apa saja yang harus ditempuh dan dipersiapkan ketika IAIN mulai bertransformasi menjadi UIN SSC. Pasalnya, ketika telah beralih, kemungkinan akan ada regulasi-regulasi organisasi dan lainnya yang berubah.
Di sisi lain, Rashid Mone, selaku formatur Dema terpilih mengungkapkan, bahwa ke depan harus ada beberapa perubahan dalam merespon isu-isu kampus. Utamanya isu Dema sebelumnya yang menuai banyak polemik. Sehingga, ia menegaskan akan ada perubahan dari internal Dema periode yang baru.
Ia percaya bahwa Dema sebelumnya banyak melakukan sesuatu demi kepentingan bersama. Namun ia menilai kurangnya transparasi dari ketuanya yang memperkeruh polemik, khususnya pada mahasiswa IAIN Syekh Nurjati Cirebon.
"Kurangnya transparansi dari ketua memperkeruh polemik," katanya.
Kemudian, ia juga merespon secara positif tuntutan-tuntutan yang dilakukan Dema Fakultas Syariah (Fasya) terhadap persoalan-persoalan ormawa di kampus.
"Saya kira kita harus memberikan ruang untuk dialog itu, kita memberikan audiensi untuk itu. Marilah kita sama-sama untuk mengawasi permasalahans eperti ini, sehingga apapun yang terjadi itu tidak menjadi problem," ungkap Rashid.
Selain itu, ia juga menyoroti sistem demokrasi di kampus ketika akan menghadapi peralihan IAIN ke UINSSC. Ia berharap kedepannya IAIN harus menggunakan sistem Pemilihan Raya (Pemira) dalam memilih Ketua Umum Sema dan Dema. Di mana sistemnya membuat setiap mahasiswa punya kesempatan dan ikut berpartisipasi dalam proses memilih Ketua Umum Sema dan Dema yang ada di kampus secara langsung.
Penulis: Raihan Athaya
Editor: Ega Adriansyah