Cirebon, LPM FatsOeN - Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam (FDKI) UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon, Siti Fatimah, tidak mengetahui bahwa perpustakaan FDKI tutup.
Hal itu terungkap ketika sekelompok mahasiswa melakukan kunjungan ke perpustakaan pada Senin (26/02).
Sekelompok mahasiswa itu bingung karena perpustakaan tertutup rapat. Selain itu, ketika ingin masuk, seorang office boy (OB) mengatakan harus koordinasi dengan pihak fakultas terlebih dahulu.
"Jika ingin mengakses perpustakaan, harus koordinasi dengan Ibu Gita (staf fakultas)," ujarnya.
Ketika dikonfirmasi oleh wartawan LPM FatsOeN, Dekan FDKI mengakui baru mengetahui kabar tersebut.
"Saya baru mendengar bahwa perpustakaan saat ini tutup," katanya.
Dia secara terbuka mengatakan tidak pernah menyadari hal tersebut. Dia sangat terkejut dan berjanji akan segera mengurus masalah perpustakaan itu dengan rekan-rekan dosen lain di lingkungan fakultas.
"Ini merupakan kabar yang mengejutkan bagi saya. Saya akan segera mengurus masalah ini."imbuhnya.
Dalam penelusuran lebih lanjut, seorang staf FDKI mengungkap bahwa alasan perpustakaannya ditutup karena pustakawannya belum ada.
"Orang yang menjaga perpustakaannya belum ada," katanya.
Hal ini kemudian diperkuat oleh pernyataan Kepala Bagian TU FDKI, Rifqi Muslim, yang menyatakan bahwa tidak ada struktur organisasi perpustakaan yang jelas.
"Struktur kepengurusan di sana belum terlalu jelas. Sehingga sampai dengan sekarang belum ada progres untuk dibuka," pungkasnya.
Selain jajaran dosen di lingkungan fakultas, sebagian mahasiswa FDKI juga belum mengetahui kabar tersebut. Khaliza misalnya, salah satu mahasiswa tingkat akhir FDKI, mengatakan tidak tahu menau tentang kabar itu.
Begitupun dengan Hayati, mahasiswa FDKI lainnya. Dia berharap ke depan akan ada sosialisasi kepada mahasiswa tentang keberadaan perpustakaan.
"Jika memang ada perpustakaan, saya harap fakultas bisa lebih masif melakukan sosialisasi kepada mahasiswa FDKI," imbuhnya.
Penulis: Zakariya Robbani
Editor: Ega Adriansyah
Cirebon, LPM FatsOeN - Menanggapi molornya agenda Pemilihan Mahasiswa (Pemilwa), Wakil Rektor III Universitas Islam Negeri Siber Syekh Nurjati Cirebon (UIN SSC) Prof. Dr. Hajam, M.Ag, ungkap beberapa penyebabnya.
Ketika ditanyai, apakah molor atau keterlambatan agenda Pemilwa yang diselenggarakan Panitia Pemilihan Mahasiswa Universitas (PPMU) ada hubungannya dengan dugaan sudah ada pemenang (calon Ketua Sema-i dan Dema-i yang baru) sebelum pemilihan, Prof. Hajam menjawab dirinya sudah menekankan agar Pemilawa dijalankan secara demokratis.
"Sejak awal Warek III sudah menekankan dalam Pemilwa ini tidak ada intervensi dari siapa pun baik dari kampus atau dari pihak yang berasal dari kalangan mahasiswa tertentu," ujarnya.
"Agenda pemilwa ini harus menganut sistem demokrasi, dan kaderisasi yang baik. Tidak boleh ada intervensi. Panitia pemilihan juga dalam hal ini hanya sebagai fasilitator," sambung Prof. Hajam.
Hal ini bertujuan supaya perkembangan demokrasi di lingkungan kampus bisa berjalan kondusif dan sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan. Jadi, hubungan dengan itu harusnya tidak ada.
Adapun mengenai molor atau keterlambatan proses atau agenda pemilihan, menurutnya ada beberapa penyebab logis. Pertama, minat berorganisasi mahasiswa semakin menurun.
"Pembentukan panitia dan penjaringan calon ketua juga terus diperpanjang. Alasannya tidak lain karena yang daftarnya sedikit. Sehingga diperpanjang lagi dan lagi," imbuhnya.
Oleh karena itu, dia melanjutkan hal ini harus nantinya harus diperhatikan dan menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi pengurus Sema-u dan Dema-u periode selanjutnya.
"Mereka harus bisa membangkitkan semangat dan minat berorganisasi dari mahasiswa untuk mencegah terjadinya keterlambatan dalam proses Pemilwa di kemudian hari. Terutama minat mahasiswa memgikuti organisasi intra (dalam) kampus," katanya.
Kedua, Dia juga menjelaskan Peraturan Organisasi Kampus (POK) juga bisa menjadi penyebab berikutnya. Seperti diketahui, dalam POK UIN SSC, calon pengurus Sema-u dan Dema-u harus mahasiswa semester 7 yang nota bene sedang memiliki fokus membuat skripsi dan segala persyaratan kelulusan lain.
POK itu menurutnya menjadi penyebab sedikitnya mahasiswa yang daftar menjadi pengurus Sema-u dan Dema-u.
"Sehingga POK yang mengatur tentang kriteria calon pengurusnya ke depan harus diperbaiki. Tujuannya supaya para mahasiswa yang berminat menjadi pengurus Sema dan Dema semakin meningkat," lanjut Prof. Hajam.
"Bila perlu yang menjadi pengurus Sema dan Dema adalah mahasiswa yang semesternya di bawah 7. Seperti mahasiswa semester 6 misal atau lain-lain," sambungnya.
Adapun ketika ditanya apakah peraturan kampus yang mengharuskan mahasiswa lulus tepat waktu juga mempengaruhi minat mahasiswa dalam berorganisasi (yang kemudian mempengaruhi segala aktivitas pemilihan mahasiswa di kampus), dia tidak yakin hal itu mempengaruhi.
"Memang bisa saja, tetapi peraturan itu bertujuan untuk kebaikan mahasiswa. Jadi yang paling mempengaruhi mungkin tadi, masalah POK dan edukasi tentang pentingnya berorganisasi," tutupnya.
Penulis: Annita Syariach
Editor: Ega Adriansyah