Ilustrasi Foto: Canva.com 

Di tengah hutan yang sunyi, terdapat sebuah kerajaan binatang yang dikenal dengan nama Kerajaan Greenthopia. Di sini, sinar matahari menembus dedaunan lebat dan membuat riak-riak cahaya yang bermain-main di antara rerimbunan. Namun, di balik kedamaian alam, terdapat plot dan plot tersembunyi yang mengancam keharmonisan Kerajaan Greenthopia.

Kerajaan Greenthopia dipimpin oleh sebuah aliansi rahasia yang disebut Konsorsium, yang terdiri dari singa-singa pemberani, harimau-harimau kuat, dan serigala-serigala licik. Mereka telah lama memonopoli kekuasaan dan memerintah kerajaan dengan cara yang tidak kasat mata. Di tengah Konsorsium, ada sosok yang dihormati oleh banyak binatang, Raja Leo, seekor singa yang pemberani dan karismatik.
Saat fajar menyingsing, suasana di daam hutan menjadi sangat tenang. Di kediaman Raja Leo, anggota Konsorsium berkumpul untuk menyusun strategi mereka dalam menghadapi masa pemilihan pemimpin baru di Kerajaan Greenthopia.
"Kita harus memastikan bahwa kekuasaan tetap di tangan kita," kata Raja Leo dengan tegas. "Kita tidak bisa membiarkan siapa pun mengancam posisi kita."
"Benar sekali, Raja Leo," sahut Rajawali Rupert dengan suara tegasnya. "Kita harus mengendalikan jalannya pemilihan, agar hanya kita yang memenangkan hasilnya."
Serigala Silver mengangguk setuju. "Kita harus menjaga agar semua binatang tetap percaya bahwa mereka memiliki suara dalam proses ini, meskipun sebenarnya kita yang memegang kendali di belakang layar."
Sementara itu, di bagian hutan lain terdapat sebuah gerakan perlawanan diam-diam yang bertujuan untuk menggulingkan dominasi Konsorsium dan menerapkan prinsip-prinsip demokrasi sejati di Kerajaan Greenthopia. 

Gerakan ini dipimpin oleh Seekor Burung Hantu yang bijaksana bernama Profesor Hoot, Seekor Kuda Nil yang berani bernama Captain Nile, dan Seekor Kancil yang cerdik bernama Kancil Kepala Tiga.
Para pemimpin gerakan perlawanan tersebut telah lama menyusun rencana rahasia untuk menghadapi Konsorsium. Mereka percaya bahwa kekuasaan sejati seharusnya berada di tangan seluruh binatang di Kerajaan Greenthopia, bukan hanya segelintir anggota Konsorsium.
"Kita harus bertindak cepat sebelum Konsorsium menciptakan kekacauan yang lebih besar," kata Profesor Hoot dengan suara seraknya.
Captain Nile mengangguk setuju. "Kami harus mempersiapkan binatang-binaang lain untuk melawan tirani Konsorsium. Mereka harus tahu bahwa ada harapan untuk perubahan."
Namun, perjalanan mereka tidaklah mudah. Konsorsium selalu waspada terhadap setiap tindakan perlawanan. Mereka menggunakan kekuatan dan pengaruh mereka untuk menekan dan membungkam siapa pun yang berani menentang mereka. Bahkan, dalam anomali yang jelas, beberapa calon konsorsium tidak memenuhi kriteria yang ditetapkan.
 
Namun, dengan cara yang mencerminkan ketidakjujuran dan manipulasi, mereka membiarkan calon-calon yang muncul di antara mereka sebagai calon pemimpin, dengan arti bahwa mereka dapat mempertahankan kekuasaan meskipun calon tersebut tidak memenuhi standar mereka. Mereka merancang sedemikian rupa sehingga hanya mereka yang dapat mencaainya, dan pada saat yang sama menciptakan hambatan-hambatan yang tidak dapat diatasi oleh gerakan perlawanan.
Tak hanya itu, Konsorsium juga menggunakan berbagai cara licik lainnya untuk menghalangi upaya gerakan perlawanan. Mereka menyebar desas-desus palsu tentang pemimpin perlawanan, mencoba untuk mencoreng citra mereka di mata publik. Mereka memanfaatkan kekuatan dan pengaruh mereka untuk menekan dan membungkam pendukung gerakan perlawanan, serta menggunakan berbagai cara licik lainnya untuk menekan semangat perlawanan.

Situasi semakin tegang ketika kedua belah pihak bertemu di lapangan terbuka di tengah hutan untuk memilih pemimpin baru. Binatang-binaang berkumpul di sana dengan perasaan cemas dan tak sabar.
"Kita harus membuat suara kita didengar," kata Kancil Kepala Tiga kepada para pendukungnya. "Inilah saatnya untuk berdiri bersama melawan tirani Konsorsium!"
Namun, dalam kekacauan dan kebingungan, seringkali suara gerakan perlawanan tidak terdengar jelas. Konsorsium terus bekerja keras untuk memastikan bahwa hasil pemilihan akan sesuai dengan keinginan mereka.
Pemilihan pemimpin baru diumumkan di Kerajaan Greenthopia, dan suasana hutan menjadi ramai oleh pembicaraan binatang-binatang yang antusias. Namun di balik layar, Konsorsium membuat rencana lanjutan.
Di hari pemilihan, lapangan terbuka di tengah hutan dihiasi dengan berbagai macam binatang yang berkumpul untuk memberikan suara mereka. Raja Leo, Rajawali Rupert, dan Serigala Silver menyaksikan dengan seksama dari balik rerimbunan pepohonan.

*Kita harus memastikan bahwa semua berjalan sesuai rencana," bisik Raja Leo, matanya melihat ke sekeliling untuk memastikan tidak ada yang mencurigakan.
"Tenang saja, Raja Leo. Kita telah menyiapkan segalanya," jawab Serigala Silver dengan senyuman licik di wajahnya.
Namun, situasi menjadi semakin rumit ketika beberapa binatang mulai menunjukkan ketidakpuasan mereka terhadap proses pemilihan. Suara-suara protes mulai terdengar, dan ketegangan mulai menguasai udara di hutan itu.
"Kita harus menenangkan situasi ini," kata Rajawali Rupert dengan cepat. "Kita tidak boleh membiarkan kekacauan terjadi dan merusak rencana kita."

Dengan bantuan beberapa anggota Konsorsium yang lain, mereka berhasil meredakan ketegangan dan memastikan bahwa proses pemilihan berlangsung dengan lancar. Namun, di balik layar, manipulasi dan intrik terus berlangsung.
Hasil pemilihan akhirnya diumumkan, dan tidak ada yang terkejut ketika Raja Leo kembali terpilih sebagai pemimpin. Binatang-binatang lain merasa senang dan percaya bahwa mereka telah berhasil menjalankan proses demokrasi. Namun, mereka tidak menyadari bahwa mereka telah menjadi korban dari intrik dan manipulasi yang dirancang dengan baik oleh Konsorsium.
Setelah pemilihan, Kerajaan Greenthopia menjadi semakin terpecah belah. Banyak binatang yang merasa kecewa dan tidak puas dengan hasilnya, tetapi mereka tidak tahu bahwa mereka telah ditipu oleh Konsorsium. Kekuasaan tetap berada di tangan mereka, dan mereka terus memerintah dengan cara licik dan manipulatif.

Namun, semangat perlawanan tidak padam begitu saja. Profesor Hoot, Captain Nile, dan Kancil Kepala Tiga bersumpah untuk terus berjuang hingga titik terakhir. Mereka yakin bahwa suatu hari nanti, keadilan dan demokrasi sejati akan merajai di Kerajaan Greenthopia.

Penulis: Andini Rohmah

 

Sumber Foto: Rakyat Cirebon
Wakil Rektor III Universitas Islam Negeri Siber Syekh Nurjati Cirebon (UIN SSC)


Cirebon, LPM FatsOeN - Menanggapi molornya agenda Pemilihan Mahasiswa (Pemilwa), Wakil Rektor III Universitas Islam Negeri Siber Syekh Nurjati Cirebon (UIN SSC) Prof. Dr. Hajam, M.Ag, ungkap beberapa penyebabnya. 

Ketika ditanyai, apakah molor atau keterlambatan agenda Pemilwa yang diselenggarakan Panitia Pemilihan Mahasiswa Universitas (PPMU) ada hubungannya dengan dugaan sudah ada pemenang (calon Ketua Sema-i dan Dema-i yang baru) sebelum pemilihan, Prof. Hajam menjawab dirinya sudah menekankan agar Pemilawa dijalankan secara demokratis. 

"Sejak awal Warek III sudah menekankan dalam Pemilwa ini tidak ada intervensi dari siapa pun baik dari kampus atau dari pihak yang berasal dari kalangan mahasiswa tertentu," ujarnya. 

"Agenda pemilwa ini harus menganut sistem demokrasi, dan kaderisasi yang baik. Tidak boleh ada intervensi. Panitia pemilihan juga dalam hal ini hanya sebagai fasilitator," sambung Prof. Hajam.

Hal ini bertujuan supaya perkembangan demokrasi di lingkungan kampus bisa berjalan kondusif dan sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan. Jadi, hubungan dengan itu harusnya tidak ada. 

Adapun mengenai molor atau keterlambatan proses atau agenda pemilihan, menurutnya ada beberapa penyebab logis. Pertama, minat berorganisasi mahasiswa semakin menurun. 

"Pembentukan panitia dan penjaringan calon ketua juga terus diperpanjang. Alasannya tidak lain karena yang daftarnya sedikit. Sehingga diperpanjang lagi dan lagi," imbuhnya. 

Oleh karena itu, dia melanjutkan hal ini harus nantinya harus diperhatikan dan menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi pengurus Sema-u dan Dema-u periode selanjutnya. 

"Mereka harus bisa membangkitkan semangat dan minat berorganisasi dari mahasiswa untuk mencegah terjadinya keterlambatan dalam proses Pemilwa di kemudian hari. Terutama minat mahasiswa memgikuti organisasi intra (dalam) kampus," katanya. 

Kedua, Dia juga menjelaskan Peraturan Organisasi Kampus (POK) juga bisa menjadi penyebab berikutnya. Seperti diketahui, dalam POK UIN SSC, calon pengurus Sema-u dan Dema-u harus mahasiswa semester 7 yang nota bene sedang memiliki fokus membuat skripsi dan segala persyaratan kelulusan lain. 

POK itu menurutnya menjadi penyebab sedikitnya mahasiswa yang daftar menjadi pengurus Sema-u dan Dema-u. 

"Sehingga POK yang mengatur tentang kriteria calon pengurusnya ke depan harus diperbaiki. Tujuannya supaya para mahasiswa yang berminat menjadi pengurus Sema dan Dema semakin meningkat," lanjut Prof. Hajam. 

"Bila perlu yang menjadi pengurus Sema dan Dema adalah mahasiswa yang semesternya di bawah 7. Seperti mahasiswa semester 6 misal atau lain-lain," sambungnya. 

Adapun ketika ditanya apakah peraturan kampus yang mengharuskan mahasiswa lulus tepat waktu juga mempengaruhi minat mahasiswa dalam berorganisasi (yang kemudian mempengaruhi segala aktivitas pemilihan mahasiswa di kampus), dia tidak yakin hal itu mempengaruhi. 

"Memang bisa saja, tetapi peraturan itu bertujuan untuk kebaikan mahasiswa. Jadi yang paling mempengaruhi mungkin tadi, masalah POK dan edukasi tentang pentingnya berorganisasi," tutupnya. 


Penulis: Annita Syariach

Editor: Ega Adriansyah

Sumber Foto: Zakariya Robbani
Calon Pengurus Sema-u dan Dema-u

Cirebon, LPM FatsOeN - Iman Sariman memilih mundur sebagai Ketua Pelaksana Pemilihan Mahasiswa Universitas (PPMU). Keputusan itu diambilnya karena agenda Pemilihan Mahasiswa (Pemilwa) berpotensi kembali diundur. 
Potensi itu terlihat ketika tahap wawancara pengurus Sema-u dan Dema-u dilakukan di gedung Audit Rektorat Universitas Islam Negeri Siber Syekh Nurjati Cirebon (UIN SSC). 

Dalam tahap wawancara ini, sekitar 15 calon pengurus Sema-u dan Dema-u hadir. Wawancara sendiri dilakukan oleh Wakil Rektor (Warek) III UIN SSC, Prof. Dr. Hajam, M.Ag. 
Sebelum mewawancarai calon pengurus Sema-u dan Dema-u, Warek III memberikan beberapa kata pengantar dan mengajukan opsi mengenai konsep wawancara. Semua calon pengurus menyepakati konsepnya dilakukan secara kolektif (berkelompok). Bukan satu orang satu orang. 

Berdasarkan hasil pengamatan, Warek III mengajukan lima pertanyaan kepada peserta wawancara. 
Pertama, mengenai kesiapan untuk memenuhi persyaratan menjadi calon Sema dan Dema; kedua, mengenai kesediaan untuk komitmen menjadi pengurus Sema dan Dema selama satu periode ke depan; ketiga, kesiapan untuk mengikuti aturan lembaga yang terdapat pada Pedoman Organisasi Kemahasiswaan (POK); keempat, bersedia untuk tidak terpapar organisasi ekstralis; dan terakhir mengenai kesediaan untuk tidak terlibat dalam kasus kekerasan seksual dan serupanya.

Setelah semua pertanyaan dijawab oleh peserta, ada beberapa pertanyaan yang disampaikan oleh sebagian peserta dan kemudian memicu perdebatan. Pertanyaan itu berkaitan dengan regulasi yang dijalanakan oleh PPMU dan yang terdapat dalam POK. Utamanya pada poin pertama, yang membahas tentang persyaratan menjadi pengurus dan kandidat Ketua dan Wakil Ketua Sema Dema.

Perdebatan ini terjadi cukup lama dan panas. Puncaknya terjadi ketika Warek III meninggalkan ruangan wawancara karena ada sesuatu urusan yang mesti diselesaikan. Antar peserta saling ngotot satu dengan yang lain dan membuat proses wawancara memakan waktu yang lama. Bahkan sampai saat tulisan ini terbit juga belum selesai. 

Karena itulah Iman memilih mundur. Menurutnya, hal ini bukan sikap yang kurang bertanggung jawab. Dia hanya khawatir agenda Pemilwa diundur kembali. Jika diundur, tentu dirinyalah yang paling menjadi sorotan. Maka dia berpesan kepada semua peserta untuk audiensi saja. Dia tidak akan ikut campur.  

"Silakan audiensi, adakan pertemuan, saya mundur," tegas Iman. 

Penulis: Raihan Athaya
Editor: Ega Adriansyah

 

Sumber Foto: Dokumentasi Penulis 
Logo PPMU 

Cirebon, LPM FatsOeN - Agenda Pemilihan Mahasiswa (Pemilwa) universitas masih berlangsung. Ketua Pelaksana Panita Pemilihan Mahasiswa Universitas (PPMU) UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon Iman Sariman mengungkap, saat ini prosesnya sudah mencapai tahap wawancara. 

Agenda pemilihan itu memang menjadi tanggung jawab dari PPMU yang digawangi Iman. Iman mengungkap, tugas dari PPMU dalam pemilwa ini hanya mengawal pemilihan sampai dengan Ketua Sema dan Dema terpilih. 

"Sebab Surat Keputusan kepengurusan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)/Khusus (UKK) tuh yang bacanya Sema-i terpilih," ujarnya ketika dihubungi secara online. 

Hal ini dilatar belakangi oleh keinginan Wakil Rektor (Warek) III yang ingin mendahulukan pelantikan UKM-UKK sebelum pelantikan Sema dan Dema. Alasannya supaya UKM dan UKK bisa melaksanakan program kerja yang sudah dirancang dalam Rapat Kerja (Raker).Khususnya program kerja di bulan Ramadan. 

Dalam pengumuman resmi dari PPMU, pelantikan UKM dan UKK sendiri rencananya akan digelar hari Selasa ini, (27/2/2024). Namun hal ini terkesan terburu-buru sebab agenda pemilihan Ketua Sema dan Dema saja baru mencapai tahap wawancara yang nota bene dilaksanakan H-1 sebelum pelantikan formatur UKM dan UKK. 

Menanggapi hal itu, Iman mengatakan, sebagai Ketua Pelaksana PPMU dia akan mengikuti alurnya saja selama tidak mengganggu atau merugikan PPMU. 

"Seperti pada umumnya rakyat (mahasiswa) kepada pemimpinnya (jajaran rektor), manut aja selagi itu baik dan ngga merugikan PPMU," imbuhnya. 

Penulis: Raihan Athaya
Editor: Ega Adriansyah

 

Ilustrasi Foto: Annita 

Cirebon, LPM FatsOeN - Buku merupakan sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dari seorang pelajar dan mahasiswa. Buku disebut sebagai jendela ilmu. Seorang pelajar yang ingin menambah wawasan atau cakrawala pengetahuan memerlukan buku sebagai penunjangnya untuk mencapai keinginan tersebut. 

Seorang tenaga pendidik, guru atau dosen yang mengajar seorang pelajar juga menjadikan buku sebagai bahan ajar atau referensi utama dari berbagai materi yang mereka sampaikan. Misalnya seorang dosen ekonomi menjadikan buku ekonomi dari penulis sekelas Sadono Sukirno sebagai referensi mengajarnya, atau buku-buku karya Prof. Rhenald Kasali, Sri Mulyani, Faisal Basri dan lainnya. 

Bentuk buku saat ini memang sudah mengikuti perkembangan zaman. Dahulu, kita hanya mengenal buku dalam bentuk fisik saja. Kini, buku yang fisik itu sudah bisa dibaca secara digital. Kita mengenal e-book atau buku online. Namun, minat orang atau pelajar dan mahasiswa untuk membaca buku saat ini memang semakin rendah. Perkembangan zaman yang menghasilkan teknologi yang memudahkan manusia dalam beraktivitas membuatnya mulai memiliki budaya atau kecenderungan baru (dan kurang menyenangi budaya baca buku). 

Oleh sebab itu, edukasi dari seorang tenaga pendidik, guru, dosen atau pegiat literasi menjadi penting. Ajakan untuk membaca buku, membudayakan membaca sebagai aktivitas yang dirutinkan menjadi sesuatu yang perlu dilakukan oleh mereka. Namun, bagaimana jika ajakan atau edukasi itu dibarengi dengan anjuran membeli buku? 

Sebelum lebih jauh, ajakan atau edukasi yang dibarengi dengan anjuran seperti ini biasanya terjadi di kampus atau sekolah. Seperti yang baru-baru ini terjadi di UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon (UIN SSC). Di kampusnya penulis, Seorang mahasiswa semester awal yang mengadukan keresahannya kepada akun Instagram @iaincerbon yang dikelola mahasiswa bahwa dirinya mengalami kasus seperti yang dijelaskan di atas. 

Dalam pandangan penulis, mungkin niat dosen yang menganjurkan mahasiswa membeli buku (materi) atau buku karyanya adalah baik. Edukasinya totalitas. Supaya mahasiswa benar-benar senang membaca buku. Namun memang, tidak semua mahasiswa akan berpikir demikian. Terkadang ada saja yang berpikir lain. Mengartikan anjuran dosen itu sebagai pungutan liar atau pungli.

Dalam dunia kampus, tindakan pungli jelas dilarang. Jadi, tidak mungkin seorang dosen melakukan pungli (karena ada konsekuensinya). Aturannya jelas tertuang dalam Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2023 tentang UKT pada Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri Tahun Akademik 2023-2024. Salah satu pasalnya menyebutkan bahwa "Perguruan tinggi keagamaan islam negeri dilarang memungut uang pangkal dan pungutan lain selain UKT PTKIN dari Mahasiswa baru program diploma dan program sarjana."

Jika mahasiswa berpikir positif, anjuran dosen tersebut sebetulnya dapat diartikan dengan prasangka baik. Terkecuali jika anjurannya sudah dibarengi dengan ancaman-ancaman yang jika tidak dilakukan dapat merugikannya sebagai mahasiswa. Jika demikian, mahasiswa boleh berprasangka lain. Tapi alangkah lebih bijak jika sebelumnya ditanyakan terlebih dahulu mengenai alasan mengapa anjuran itu (jika tidak dilakukan) dibarengi ancaman-ancaman berupa nilai yang jelek dan sebagainya. 

Barangkali jika langsung disimpulkan tanpa ada proses bertanya akan ada kesalahpahaman yang malah merugikan dosen. Tapi dalam pandangan penulis, dengan alasan apa pun, sejatinya anjuran membeli buku yang dibarengi dengan ancaman seperti itu mengandung unsur kurangnya edukatif. Kesannya seperti pemaksaan meski tujuannya baik. 

Penulis: Anita 
Editor: Ega Adriansyah

 

Sumber Foto: Tina Lestari 

Gedung Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam 

Cirebon, LPM FatsOeN - Alamul Iman resmi menjabat sebagai Ketua Umum Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam (Dema FDKI) setelah dilantik pada Selasa 20 Februari 2024. Iman terpilih karena tidak ada kandidat lain yang mendaftarkan diri. 

Dalam wawancaranya pada Rabu (21/02), Iman menyampaikan ada kecemasan tersendiri setelah dirinya dilantik menjadi Ketua Umum Dema. Kecemasan ini kemudian akan menjadi Pekerjaan Rumah (PR) baginya ketika menjabat. Dia mencatat, minat mahasiswa untuk menjadi bagian dari organisasi Dema semakin menurun. 

"Jumlah anggota pengurus Dema FDKI mengalami penurunan dari 26 anggota menjadi 25 anggota, menunjukkan adanya penurunan minat mahasiswa terhadap organisasi ini," katanya. 

Sebagai langkah awal untuk mengatasi kecemasannya dan lainnya, dalam waktu dekat Iman berencana menggelar Rapat Kerja (Raker) dan pertemuan dengan demisioner Dema FDKI.  

"Tujuannya tidak lain untuk menguatkan silaturahim antar pengurus Dema dengan demisioner serta membahas program kerja Dema FDKI ke depan (untuk mengatasi masalah minat organisasi tadi dan lainnya)," kata Imam. 

Dia berharap, dengan langkah ini, silaturahim dengan orang yang lebih berpengalaman, dia bisa mendapatkan ilmu dan wawasan untuk nantinya bisa mengawal Dema mencapai semua menjadi tujuan organisasi, baik untuk mahasiswa, untuk fakultas atau kampus.

"Minta doanya saja semoga yang disemogakan tersampaikan bareng-bareng untuk FDKI dan fakultas. Semoga tuntas dan tamat," pungkasnya.

Sebelum terpilih menjadi Ketua Umum Dema FDKI, Muhamad Alamul Iman sebelumnya menjadi Ketua Pelaksana Panitia Pemilihan Mahasiswa Fakultas (PPM-F). Iman menegaskan bahwa pencalonannya sebagai Ketua Umum Dema FDKI bukan hasil keterpaksaan, melainkan murni atas keinginan pribadinya.

"Murni atas keinginan pribadi," imbuhnya. 

Iman telah mengundurkan diri dari jabatan ketua pelaksana (PPM-F) dan posisinya digantikan oleh Sulthon Azizan Zanuar yang kemudian menjabat sebagai ketua pelaksana (PPM-F) baru.


Penulis: Zakariya Robbani

Editor : Ega Adriansyah

 

Sumber Foto: Dokumen Penulis

Spanduk Aksi Kamisan di depan FUA 

Cirebon, LPM FatsOeN - Tingkatkan kesadaran mahasiswa dan sivitas akademika tentang kasus pelanggaran HAM, Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ushuluddin Adab (Dema FUA) menggelar aksi Kamisan pada Kamis, (21/02/2024). 

Aksi itu digelar karena Dema FUA merasa terpanggil oleh kasus pelanggaran HAM yang terjadi di masa lampau dan terangkat kembali ke hadapan khalayak menjelang Pilpres 2024 kemarin.

Aksinya diharapkan bisa menjadi bahan refleksi bagi semua mahasiswa dan sivitas akademika Fakultas Ushuluddin dan Adab di tengah transisi yang terjadi di lingkungan fakultas.

Dema FUA sendiri menyerukan kepada seluruh mahasiswa FUA untuk ikut serta dalam aksi Kamisan ini. Selain itu, Dema FUA juga menggandeng mahasiswa FDKI untuk bersama-sama mengikuti aksi tersebut.

Meskipun aksinya dilakukan oleh Dema FUA dengan menggandeng mahasiswa FDKI, aksinya tetap tidak menutup mahasiswa di luar FUA dan FDKI untuk ikut. Aksinya bersifat terbuka untuk seluruh masiswa IAIN syekh Nurjati Cirebon. 

Dalam aksi tersebut, Dema FUA menginstruksikan agar seluruh mahasiswa yang mengikuti menggunakan pakaian serba hitam. Karena aksi Kamisan itu mengusung tema "Kamis Hitam". 

Setelah menggelar aksi pada pagi dan siang hari di depan FUA, aksi akan dilanjutkan pada sore hari dengan agenda berkumpul dan menggelar hal serupa di depan rektorat.


Penulis: Makhmudah Amalia

Editor: Ega Adriansyah