Cirebon, LPM FatsOeN - Menanggapi molornya agenda Pemilihan Mahasiswa (Pemilwa), Wakil Rektor III Universitas Islam Negeri Siber Syekh Nurjati Cirebon (UIN SSC) Prof. Dr. Hajam, M.Ag, ungkap beberapa penyebabnya.
Ketika ditanyai, apakah molor atau keterlambatan agenda Pemilwa yang diselenggarakan Panitia Pemilihan Mahasiswa Universitas (PPMU) ada hubungannya dengan dugaan sudah ada pemenang (calon Ketua Sema-i dan Dema-i yang baru) sebelum pemilihan, Prof. Hajam menjawab dirinya sudah menekankan agar Pemilawa dijalankan secara demokratis.
"Sejak awal Warek III sudah menekankan dalam Pemilwa ini tidak ada intervensi dari siapa pun baik dari kampus atau dari pihak yang berasal dari kalangan mahasiswa tertentu," ujarnya.
"Agenda pemilwa ini harus menganut sistem demokrasi, dan kaderisasi yang baik. Tidak boleh ada intervensi. Panitia pemilihan juga dalam hal ini hanya sebagai fasilitator," sambung Prof. Hajam.
Hal ini bertujuan supaya perkembangan demokrasi di lingkungan kampus bisa berjalan kondusif dan sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan. Jadi, hubungan dengan itu harusnya tidak ada.
Adapun mengenai molor atau keterlambatan proses atau agenda pemilihan, menurutnya ada beberapa penyebab logis. Pertama, minat berorganisasi mahasiswa semakin menurun.
"Pembentukan panitia dan penjaringan calon ketua juga terus diperpanjang. Alasannya tidak lain karena yang daftarnya sedikit. Sehingga diperpanjang lagi dan lagi," imbuhnya.
Oleh karena itu, dia melanjutkan hal ini harus nantinya harus diperhatikan dan menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi pengurus Sema-u dan Dema-u periode selanjutnya.
"Mereka harus bisa membangkitkan semangat dan minat berorganisasi dari mahasiswa untuk mencegah terjadinya keterlambatan dalam proses Pemilwa di kemudian hari. Terutama minat mahasiswa memgikuti organisasi intra (dalam) kampus," katanya.
Kedua, Dia juga menjelaskan Peraturan Organisasi Kampus (POK) juga bisa menjadi penyebab berikutnya. Seperti diketahui, dalam POK UIN SSC, calon pengurus Sema-u dan Dema-u harus mahasiswa semester 7 yang nota bene sedang memiliki fokus membuat skripsi dan segala persyaratan kelulusan lain.
POK itu menurutnya menjadi penyebab sedikitnya mahasiswa yang daftar menjadi pengurus Sema-u dan Dema-u.
"Sehingga POK yang mengatur tentang kriteria calon pengurusnya ke depan harus diperbaiki. Tujuannya supaya para mahasiswa yang berminat menjadi pengurus Sema dan Dema semakin meningkat," lanjut Prof. Hajam.
"Bila perlu yang menjadi pengurus Sema dan Dema adalah mahasiswa yang semesternya di bawah 7. Seperti mahasiswa semester 6 misal atau lain-lain," sambungnya.
Adapun ketika ditanya apakah peraturan kampus yang mengharuskan mahasiswa lulus tepat waktu juga mempengaruhi minat mahasiswa dalam berorganisasi (yang kemudian mempengaruhi segala aktivitas pemilihan mahasiswa di kampus), dia tidak yakin hal itu mempengaruhi.
"Memang bisa saja, tetapi peraturan itu bertujuan untuk kebaikan mahasiswa. Jadi yang paling mempengaruhi mungkin tadi, masalah POK dan edukasi tentang pentingnya berorganisasi," tutupnya.
Penulis: Annita Syariach
Editor: Ega Adriansyah
Gedung Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam
Cirebon, LPM FatsOeN - Alamul Iman resmi menjabat sebagai Ketua Umum Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam (Dema FDKI) setelah dilantik pada Selasa 20 Februari 2024. Iman terpilih karena tidak ada kandidat lain yang mendaftarkan diri.
Dalam wawancaranya pada Rabu (21/02), Iman menyampaikan ada kecemasan tersendiri setelah dirinya dilantik menjadi Ketua Umum Dema. Kecemasan ini kemudian akan menjadi Pekerjaan Rumah (PR) baginya ketika menjabat. Dia mencatat, minat mahasiswa untuk menjadi bagian dari organisasi Dema semakin menurun.
"Jumlah anggota pengurus Dema FDKI mengalami penurunan dari 26 anggota menjadi 25 anggota, menunjukkan adanya penurunan minat mahasiswa terhadap organisasi ini," katanya.
Sebagai langkah awal untuk mengatasi kecemasannya dan lainnya, dalam waktu dekat Iman berencana menggelar Rapat Kerja (Raker) dan pertemuan dengan demisioner Dema FDKI.
"Tujuannya tidak lain untuk menguatkan silaturahim antar pengurus Dema dengan demisioner serta membahas program kerja Dema FDKI ke depan (untuk mengatasi masalah minat organisasi tadi dan lainnya)," kata Imam.
Dia berharap, dengan langkah ini, silaturahim dengan orang yang lebih berpengalaman, dia bisa mendapatkan ilmu dan wawasan untuk nantinya bisa mengawal Dema mencapai semua menjadi tujuan organisasi, baik untuk mahasiswa, untuk fakultas atau kampus.
"Minta doanya saja semoga yang disemogakan tersampaikan bareng-bareng untuk FDKI dan fakultas. Semoga tuntas dan tamat," pungkasnya.
Sebelum terpilih menjadi Ketua Umum Dema FDKI, Muhamad Alamul Iman sebelumnya menjadi Ketua Pelaksana Panitia Pemilihan Mahasiswa Fakultas (PPM-F). Iman menegaskan bahwa pencalonannya sebagai Ketua Umum Dema FDKI bukan hasil keterpaksaan, melainkan murni atas keinginan pribadinya.
"Murni atas keinginan pribadi," imbuhnya.
Iman telah mengundurkan diri dari jabatan ketua pelaksana (PPM-F) dan posisinya digantikan oleh Sulthon Azizan Zanuar yang kemudian menjabat sebagai ketua pelaksana (PPM-F) baru.
Penulis: Zakariya Robbani
Editor : Ega Adriansyah
Spanduk Aksi Kamisan di depan FUA
Cirebon, LPM FatsOeN - Tingkatkan kesadaran mahasiswa dan sivitas akademika tentang kasus pelanggaran HAM, Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ushuluddin Adab (Dema FUA) menggelar aksi Kamisan pada Kamis, (21/02/2024).
Aksi itu digelar karena Dema FUA merasa terpanggil oleh kasus pelanggaran HAM yang terjadi di masa lampau dan terangkat kembali ke hadapan khalayak menjelang Pilpres 2024 kemarin.
Aksinya diharapkan bisa menjadi bahan refleksi bagi semua mahasiswa dan sivitas akademika Fakultas Ushuluddin dan Adab di tengah transisi yang terjadi di lingkungan fakultas.
Dema FUA sendiri menyerukan kepada seluruh mahasiswa FUA untuk ikut serta dalam aksi Kamisan ini. Selain itu, Dema FUA juga menggandeng mahasiswa FDKI untuk bersama-sama mengikuti aksi tersebut.
Meskipun aksinya dilakukan oleh Dema FUA dengan menggandeng mahasiswa FDKI, aksinya tetap tidak menutup mahasiswa di luar FUA dan FDKI untuk ikut. Aksinya bersifat terbuka untuk seluruh masiswa IAIN syekh Nurjati Cirebon.
Dalam aksi tersebut, Dema FUA menginstruksikan agar seluruh mahasiswa yang mengikuti menggunakan pakaian serba hitam. Karena aksi Kamisan itu mengusung tema "Kamis Hitam".
Setelah menggelar aksi pada pagi dan siang hari di depan FUA, aksi akan dilanjutkan pada sore hari dengan agenda berkumpul dan menggelar hal serupa di depan rektorat.
Penulis: Makhmudah Amalia
Editor: Ega Adriansyah