Foto: canva.com Ilustrasi Mengaji |
Allaahumma nawwir quluubanaa bi tilaawatil qur'aan, wa zayyin akhlaaqonaa bijaahil qur'aan, wa hassin a’maalanaa bi dzikril qur'aan, wa najjinaa minan naari bi karoomatil qur'aan, wa adkhilnal jannata bi syafaa'atil qur'aan.
Artinya: “Ya Allah sinarilah hati kami sebab membaca Al-Qur'an, hiasilah akhlak kami dengan kemuliaan Al-Qur'an, baguskanlah amalan kami karena berdzikir lewat Al-Qur'an, selamatkanlah kami dari api neraka karena kemuliaan Al-Qur'an, masukkanlah kami ke dalam surga dengan syafa’at Al-Qur'an."
Hari Nuzulul Qur'an 17 Ramadhan 1441 H jatuh pada hari ini Jum'at, 7 April 2023 M. Fyi, Nuzulul Qur'aan atau Hari turunnya Al-Qur'an ini, turun setiap tanggal 17 Ramadhan, yap! Dalam ranah praksisnya, apakah kalian bingung menyikapi harus apa dalam rangka momentum hari turunnya Al-Qur'an ini?
Mari, semenit lebih dekat membahas dan merefleksi diri dengan kiat-kiat berikut ini:
1. Mengunjungi surau terdekat
Dalam momentum Nuzul Al-Qur'an (Hari turunnya Al-Qur'an) ini, baiknya kita ndak hanya ndlongop melongok pada keseharian yang biasa-biasa saja. Buatlah, malam kali ini lebih berkesan daripada malam-malam biasanya dan semalam suntuk yang anda rasakan biasanya. Mulailah bergerak dan tergerak untuk selangkah lebih dekat dengan Rumah Allah.
Berdiamdirilah di rumah Tuhanmu yang berkamuflase baik dalam bangunan-bangunan ringkih dan tak megah itu ataupun dalam bangunan yang biasanya, yang istimewanya dapat buatmu tenang ketika berada di dalamnya. Terakhir, ucaplah niat itikafmu itu—Tentunya, hindari perkataan dan perbuatan-perbuatan yang tidak senonoh, ya!
2. Mengaji Al-Qur'an dan Mengaji diri
Mengajilah walau ngajimu terbata-bata, terbolak-balik, terkotak-kotak, atau bagaimana pun bentuk dan model pengucapan ngajinya. Sementara, tidak ada yang dapat menyangkal bahwa kamu masihlah pelajar dan pembelajar dalam seumur hidup—Lifelong Learner-lah atau apapun itu sebutannya. Ibarat kata, Hiduplah dan mengajilah seolah engkau mati besok, dan belajarlah meng-kaji seolah-olah untukmu hidup selamanya. Semata-mata agar hidup ndak tersesat-tersesat amat dan ndak kufur-kufur amat, ya, kan?
3. Berpuasalah
Sebagaimana berpuasa di bulan puasa dihukumi wajib, ya!, dan berpuasa (~menahan) tidak lepas dari yang kelihatan dari luar saja, tetapi dari dalam juga. Seperti halnya kita menahan diri untuk tidak tergoda menghampiri warteg; nasi padang, dan jajarannya. Pun cobalah juga sesekali untuk otaknya tidak untuk diisi dengan yang maniez-maniez saja~ dan yang hanya makan-makan saja. Seperti halnya perkataan sufis dari Mahmud Syabistari dalam tiga tahap kematian sufi:
1. Dia mati setiap saat dari sifat duniawi. (Ia mematikan dirinya dari keinginan akan hasrat-hasrat dunia.)
2. Ketika kehendaknya telah hilang. (Ia menghilangkan kehendaknya menjadi kehendak-Nya.)
3. Ketika tubuh dan jiwanya terpisah. (keluarnya ruh dari tubuh).
Berpuasa mengajak kita untuk berzuhud sejengah dari hiruk-pikuk kebiasaan yang biasa kita lakukan di bulan selain Ramadan. Tidak lagi tertarik dari apa yang tertahan dalam diri sendiri dan mulai meletakkan segala kehendak yang ada; yang kita punya untuk memercayai apa-apa yang jadi kehendak yang diberikan-Nya pastilah berakhir baik. Setelah jalan jauh, tidak ada salahnya kita untuk mencoba 'pulang' dan berserah diri sejenak dari ke-hectic-an kita hari-hari belakangan ini. Lalu, setelahnya bolehlah dilanjut untuk mencoba ikhtiar; berusaha lagi.
4. Bersyukur
Tidak hanya mantan yang baru putus dengan doinya saja yang mesti kita syukuri. Namun, kita mesti bersyukur atas segala apa-apa hal kecil yang telah kita dapati selama ini. Kehendak-Nya mungkin lebihlah indah daripada perempuan bernama Indah. Alhamdulillah, atas segala apa yang telah terjadi dan yang tengah kita jalani hari ini, semoga apa yang disemogakan tersemogakan. Ya Allah, yaa Rahim, lancarkanlah, ridailah kami, pertemukanlah kami dengan malam Lailatul Qadar, dan berilah kami segala akhir yang baik! Aamiin yra.
Wallahua'lam bisshowaab
Selamat memperingati Nuzulul Qur'an, Teman-teman!
Penulis: Jiharka
Foto: Zakaria Robbani Potret Kegiatan Pesantren Damai di Pure Agung Jati Pramana pada (4/4) |
Selasa, 4 April 2023 telah terselenggara acara Pesantren Damai di Pure Agung Jati Pramana, Kota Cirebon.
Pesantren Damai merupakan kegiatan yang berisi memberikan materi pesan damai antar umat beragama dan menumbuhkan toleransi. Sesuai dengan tajuk acara ini, yakni "Menebar Pesan Damai, Merawat Kebhinekaan dan Merajut Persaudaraan".
Acara ini diselenggarakan oleh Fahmina institut yang bekerja sama dengan Umat Lintas Iman. Hal ini mendapat respon positif dan antusiasme yang luar biasa dari para pemuda dan mahasiswa. Kurang lebih ada perwakilan dari 30 organisasi mahasiswa dan pemuda yang hadir pada acara tersebut.
Acara ini digelar untuk menyuarakan keberagaman dan hidup gembira meskipun berbeda keyakinan. Menepis hal-hal intoleransi yang beredar pada saat ini. "Nah, pesantren damai ini memberikan pesan kepada kita semua bahwa saat ini kita perlu untuk ketem,; perlu untuk komunikasi, dan sebagainya di tengah arus informasi dan juga paham keagamaan yang ekstrem," kata Zainal Abidin selaku koordinator acara tersebut.
Umat Hindu yang menjadi tuan rumah pada acara ini sangat menghormati dalam menyambut para peserta, dengan mengajak dan memberi pengetahuan pada mereka mengenai bangunan-bangunan khas dari Hindu. Saat dimulainya acara, para audiens juga diperlihatkan penampilan Tari Pendet dari anak-anak di sana.
Penyampaian materi pada kegiatan ini adalah dari Dr. (HC) KH. Husein Muhammad atau yang kerap disapa dengan Buya Husein. Selain itu juga ada pemaparan dari Ketua Pasraman Pura Jati Pramana, I Wayan Suardika.
Menariknya setelah selesai penyampaian materi, para audiens yang muslim berbuka puasa bersama umat agama Hindu yang ada di sana. Hal ini menumbuhkan emosi positif pada audiens yang hadir, biasanya hanya dengan umat muslim kita berpuasa, tapi di acara ini kita berbuka puasa dengan umat agama lain.
"Itu menunjukkan kebersamaan kita. Ternyata mereka juga respek sama kita gitu, kita dihargai, kita dihormati," ujar Zainal Abidin. "Nah, dengan begitu kita tahu bagaimana mereka juga menghormati kita sehingga kita juga harus menghormati mereka. Karena satu sama lain perlu saling menghormati," tambahnya.
Adapun tujuan utama diselenggarakannya acara ini adalah untuk menumbuhkan semangat anak muda dalam menggelontorkan perdamaian dan toleransi.
Sebenarnya acara ini adalah awal dari rangkaian acara selanjutnya yang diadakan di tempat berbeda. Pada tanggal 7 bertempat di Vihara Dewi Welas Asih, Kota Cirebon. Tanggal 8 di GKP Bhetesda, Majalengka. Tanggal 9 di Gereja Paska Keselamatan, Losari. Kemudian puncaknya diselenggarakan di Pondok Pesantren Darul Hijroh, Buntet, Kabupaten Cirebon.
Acara ini memiliki harapan agar Cirebon bisa menjadi basis keberagaman dan bisa ramah dalam perbedaan. "Ayo gerak bersama kita tidak harus ada konflik, kemudian kita baru berkumpul justru karena tidak ada konflik, kita harus terus merawat itu karena untuk menguatkan jangan sampai ada letupan letupan gitu," pungkas Zainal Abidin.
Penulis: Iswanto
Reporter: Iswanto, Zakaria Robbani
Editor: Aji
Foto: Fatika N. B. Perhelatan Ramadhan Menyapa LP2M IAIN Syekh Nurjati Cirebon |
LPM Fats𝘖eN (27/3), Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) IAIN Syekh Nurjati Cirebon mengadakan acara Ramadhan Menyapa yang diselenggarakan Senin ini (27/3). Ramadhan Menyapa merupakan program syiar Islam yang diawali sejak 2011 dan kini sudah berjalan selama 12 tahun lamanya.
Program ini dirancang di televisi lokal yaitu Radar Cirebon Televisi (RCTV) sampai saat ini. Estimasi waktu pelaksanaan program ini yaitu ditayangkan selama satu setengah jam secara live dengan menghadirkan berbagai narasumber yang membahas mengenai puasa yang ditinjau dari berbagai perspektif yakni, dari sisi fikih, sosial, ekonomi, dan lainnya. Peserta yang hadir pada acara ini yaitu mahasiswa dari berbagai prodi dan juga terdapat sesi dialog langsung oleh narasumber, host, dan audiens di tempat studio televisi RCTV berada.
“Rata-rata 20 orang di studio dan masyarakat bisa mengajukan pertanyaan live melalui telepon dan itu berjalan sampai dengan hari ini yang on air di RCTV (Radar Cirebon Televisi). Adapun yang saat ini dilakukan sudah tiga tahun sejak diawali masa covid-19. Tujuannya untuk edukasi covid-19 sambil syiar Ramadan, tentu sambil menjaga prokes. Kita lanjutkan dan selalu digandeng oleh Telkomsel dan berbagai support oleh kampus sendiri sebagai LP2M (selaku) penyelenggara, At-Taqwa Center, Jabar Bergerak, Forsilah (Forum Silaturahmi Alumni Haji Kota Cirebon),” ujar Ahmad Yani, selaku Kepala LP2M.
Program ini (Syiar Ramadan On the Spot) dilakukan di mana saja, multisegmen, dan terintegrasi, yang artinya pembahasan di dalamnya bisa mengenai apa saja, seperti pada pembahasan Ramadhan Menyapa kali ini yaitu mengenai dakwah, edukasi, dan solidarity.
“Dakwah karena ada ceramah dan tausiah, edukasinya nanti ada sponsor yang memberi edukasi misal tentang keaslian rupiah dari Bank Indonesia, tentang pentingnya pengawasan pelaku ekonomi nanti dari OJK dan juga termasuk dari IAIN menyampaikan edukasi secara tidak langsung. Solidarity kita hadirkan secara langsung bersama marbut masjid, yatim piatu, jompo, ojek online, anak jalanan, korban PHK. Nah, sekarang juga akan digabung pemberian santunan 18 orang karyawan IAIN yang mendapat PHK dengan memberikan sumbangan per korban PHK 500 ribu dari UPZ (Unit Pengumpulan Zakat) IAIN Syekh Nurjati Cirebon.” Ujar Kepala LP2M tersebut.
Ramadhan Menyapa ini dilaksanakan setiap seminggu tiga kali yaitu Senin, Rabu, dan Jumat yang diakhiri dengan buka bersama. Kegiatan ini dilakukan di dua belas titik yang berbasis komunitas, untuk hari ini dilaksanakan di madrasah, sekolah, dan beberapa masjid. Titik tempat tersebut di antaranya adalah SMA 1 Cirebon, SMA 2 Cirebon, MAN 1 Cirebon, MAN 2 Cirebon, Sekretariat PKK Jabar Bergerak Kota Cirebon, Masjid At-Taqwa, Masjid Nurul Amal Perum, Pesantren Setia Bangsa Karyamulya.
Kepala LP2M, Dr. H. Ahmad Yani, M.Ag., juga mengatakan, “Ini (Ramadhan Menyapa) adalah multisegmen, multi manfaat, dan multi-supporting, dan yang berhak mendapat sesuatu adalah komunitas, termasuk hari ini adalah korban PHK dan marbut masjid juga ada.”
Penulis: Fatika
Editor: Inggit Nurul Istifaedah, Akhmad J.
Foto: Dokumentasi LPM Fats𝘖eN Awarding Penelitian, Publikasi Ilmiah, dan Pengabdian kepada Masyarakat dalam acara LITAPDIMAS. |
LPM Fats𝘖eN (21/3), Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) IAIN Syekh Nurjati Cirebon menyelenggarakan kegiatan LITAPDIMAS Expose & Award (Penelitian, Publikasi Ilmiah, dan Pengabdian kepada Masyarakat) bertempat di Lantai 3 Gedung Pascasarjana IAIN Syekh Nurjati Cirebon.
Kegiatan ini diselenggarakan dalam rangka promosi, diseminasi, publikasi, sekaligus apresiasi hasil karya ilmiah penelitian dan pengabdian civitas academica IAIN Syekh Nurjati Cirebon.
Dr. H. Ahmad Yani, M.Ag. selaku Kepala LP2M mengatakan mengenai World Class University (WCU) yang kini menjadi cita-cita seluruh perguruan tinggi, juga PTKIN salah satunya IAIN Syekh Nurjati Cirebon, maka menuju posisi tersebut perguruan tinggi haruslah memiliki kelas internasional yang mentereng dalam riset, publikasi ilmiah, serta proses pengabdian kepada masyarakat.
"Untuk itu kami mendorong melalui LITAPDIMAS Expose dan Awarding untuk bisa memberikan kontribusi kepada IAIN agar semua insan akademik kita memiliki tradisi penelitian, publikasi ilmiah, dan agar dapat meningkatkan kualitas dan kuantitasnya dalam memberikan kontribusi dalam bidang penelitian atau publikasi ilmiah agar benar-benar bisa terpublikasi dalam jurnal-jurnal bereputasi nasional maupun internasional." Ujar Yani, Kepala LP2M IAIN Syekh Nurjati.
Selaku Kepala LP2M beliau menambahkan bahwa, "Ini menjadi sebuah kebanggaan bagi kami IAIN Syekh Nurjati Cirebon yang memang memiliki tagline ke depan dan sudah dimulai yakni, Cyber Islamic University dan tentu kegiatan ini sekaligus memberikan apresiasi siapa saja di antara dosen/tenaga kependidikan termasuk juga mahasiswa yang memiliki prestasi dalam bidang penelitian dalam publikasi ilmiah baik itu sinta 2 atau sinta 1 siapa pun yang terbanyak melakukan publikasi sampai bereputasi internasional dan kemudian juga dalam proses pengabdian masyarakat berupa pendampingan, penguatan, pelatihan pada komunitas atau pada kelembagaan Cirebon dan sekitarnya. Tentu, harapannya semua bisa menjadi pendorong secara cepat agar proses publikasi yang ada di IAIN bisa meningkat dalam publikasinya dalam bidang aspek sosial, keagamaan, budaya, ekonomi, dan lain-lain.”.
Selain itu LP2M menjabarkan bahwa standar penilaian untuk apresiasi karya hasil penelitian memiliki tiga poin utama yang ditetapkan oleh Subdit dan Kasubdit Penelitian, Pengabdian, dan Publikasi Ilmiah, yakni: pertama, kepada penelitian terbaik; kedua, publikasi ilmiah; ketiga, pengabdian kepada masyarakat.
Salah satu mahasiswa penerima apresiasi dari LP2M, Avi Afian Syah menyebutkan bahwa undangan penerimaan apresiasi dari hasil karya penelitian ini diberitahukan secara bersamaan dengan penyelenggaraan acara, setelah beberapa waktu lalu dari pihak jurusan telah meminta hasil skripsi miliknya untuk penilaian LP2M.
Sebagai penerima penghargaan kategori Skripsi Terbaik Pertama dengan judul "Filsafat Hukum Perkawinan Indonesia (Kajian Modul Bimbingan Perkawinan untuk Calon Pengantin dan Fondasi Keluarga Sakinah Bacaan Mandiri Calon Pengantin Perspektif Filsafat Hukum Keluarga Islam Ibnu Asyur)", Avi mengatakan, bahwa ini adalah bukti bahwa usaha atau kesungguhan pasti ada hasilnya dan hasil yang didapat itulah yang merupakan cerminan usaha kita.
Penulis: Hanipa
Editor: Aji
Sumber Foto: Wikipedia
Bung Hatta, Proklamator Kemerdekaan Republik Indonesia
"Jujur, lugu, dan bijaksana," begitulah bait lirik dalam lagu Bung Hatta, karya Iwan Fals.
Pada 14 Maret 1980 sang proklamator menghembuskan nafas terakhirnya di RS Cipto Mangunkusumo.
Wakil presiden pertama RI itu meninggal pada Jum'at malam pukul 18:56 WIB setelah dirawat selama sebelas hari di RS. Selama hidupnya, Bung Hatta telah beberapa kali dirawat di rumah sakit pada tahun 1963, 1967, 1971, 1976, 1979, dan terakhir pada 3 Maret 1980.
Esok harinya, jenazah Bung Hatta dimakamkan. Dalam wasiatnya, ia menyampaikan apabila kelak ia meninggal dunia, ia ingin dimakamkan di tempat pemakaman biasa.
Bung Hatta menolak dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Nasional Kalibata. Ini bukti hingga akhir hayatnya ia berusaha membaur dengan rakyat. Sesuai permintaannya, Bung Hatta dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Tanah Kusir, Kebayoran Lama, Jakarta.
Semasa hidupnya, ia dikenal sebagai sosok pemimpin yang jujur, sederhana, serta berbaur dengan rakyatnya. Meski disematkan jabatan wakil presiden, Hatta tidak pernah menggunakan fasilitas negara untuk kepentingan pribadi. Ia hanya menggunakan uang negara yang dianggarkan padanya hanya untuk keperluan hak negara.
Dikutip dari Historia.id, Bung Hatta kerap mendapatkan sambutan yang luar biasa dari masyarakat Indonesia. Pada suatu saat, dalam pidatonya ia pernah menegur gubernur yang memberikan sambutan berlebihan. Hal itu menggambarkan sosok Bung Hatta yang sederhana dan rendah hati.
Banyak sekali kisah kesederhanaan Bung Hatta, dari mulai tidak pernah mampu membayar listrik dan masih banyak lagi yang lainnya. Tak heran jika sosoknya banyak dikagumi oleh masyarakat Indonesia karena kejujuran dan kesederhanaannya.
Selain sebagai Wakil Presiden RI pertama, Hatta dikenal akan komitmennya pada demokrasi. Ia mengeluarkan Maklumat X yang kemudian menjadi tonggak awal demokrasi Indonesia. Pada bidang ekonomi, sumbangsih pemikiran terhadap perkembangan koperasi membuatnya dijuluki sebagai Bapak Koperasi.
Selamat jalan, Bung!
43 Tahun mengenang kepergian Bung Hatta.
(14 Maret 1980–14 Maret 2023)
Penulis: Iswanto
Editor: Aji
Supersemar Versi AD Ilustrasi dan sumber foto: Wikimedia Commons |
Hari ini, 11 Maret. Tepat 57 tahun yang lalu, keluar Surat Perintah dari Presiden Soekarno kepada Soeharto yang mengawali transisi pergantian kekuasaan.
Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) merupakan surat pernyataan Presiden Soekarno untuk Soeharto, yang kala itu menjabat sebagai Panglima Komando Operasi Keamanan dan Ketertiban (Pangkopkamtib) untuk mengambil langkah tegas guna mengamankan ketidakstabilan negeri usai peristiwa G30S.
Dalam peristiwa itu tentara menudu Partai Komunis Indonesia (PKI) sebagai dalang atas terbunuhnya tujuh jenderal Angkatan Darat. Hal tersebut memancing amarah para pemuda anti komunis, sehingga membentuk beberapa kelompok aksi. Salah satunya ialah Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) pada Oktober 1965.
Selain itu, ada juga Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI), KABI, KASI, KAWI, dan KAGI, yang semuanya tergabung dalam Front Pancasila yang dilindungi tentara.
Keadaan di dalam Negeri mulai memburuk, akibat peristiwa G30S ditambah saat itu perekonomian mengalami inflasi yang gila-gilaan hingga mencapai angka 600 persen lebih, Soekarno pada saat itu masih bergeming.
Pada tanggal 12 Januari 1966, Front Pancasila mulai melancarkan aksinya di halam Gedung DPR-GR dan melayangkan tiga tuntutan.
Berikut isi tiga tuntutan yang kemudian dikenal dengan Tritura.
1. Pembubaran PKI
2. Pembersihan Kabinet Dwikora dari unsur-unsur yang terlibat G30S
3. Penurunan harga
Kemudian, demonstrasi kedua dilakukan pada tanggal 11 Maret 1966, yang dilancarkan di depan Istana Negara yang didukung oleh tentara.
Melihat situasi yang kacau ini, Soeharto meminta tiga orang perwira tinggi ke Bogor untuk bertemu Presiden Soekarno. Tiga jenderal tersebut adalah Brigjen Amir Machmud (Panglima Kodam Jaya), Brigjen M Yusuf (Menteri Perindustrian Dasar), dan Mayjen Basuki Rachmat (Menteri Veteran dan Demobilisasi), yang hendak menemui Soekarno.
Tiga perwira tinggi Angkatan Darat tersebut memberitahu kepada Soekarno bahwa Soeharto mampu menangani situasi apabila diberikan surat tugas atau perintah untuk mengambil tindakan mengamankan negeri. Kemudian Soekarno langsung mengabulkan permintaan tersebut dan segera mengeluarkan Surat Perintah Sebelas Maret.
Menurut informasi yang beredar, Presiden saat itu ditodong untuk menandatangani lembaran yang diduga Supersemar tersebut.
Namun, ada pendapat lain menurut kesaksian A.M. Hanafi dalam bukunya "A.M. Hanafi Menggugat Kudeta Soeharto" menyatakan bahwa ketiga jenderal itu telah membawa teks Supersemar, serta dalam pernyataannya Bung Karno tidak benar-benar ditodong karena para jenderal datang dengan baik-baik. Sementara di luar istana para demonstran telah berkumpul. Karena kondisi seperti itu pada akhirnya Soekarno menandatangani surat itu.
Setelah penelusuran, Supersemar yang asli pun belum diketahui. Pasalnya ada beberapa orang yang mengaku mengetik surat tersebut di antaranya, Letkol (Purn) TNI-AD Ali Ebram sebagai Staf Asisten I Intelijen Resimen Tjakrabirawa.
Mengutip dari situs menpan.go.id, Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), juga belum menemukan Supersemar yang asli, meskipun telah ada empat versi Surat Perintah Sebelas Maret di Arsip Nasional.
“Jadi, dari segi histori, perlu dicari terus di mana Supersemar yang asli itu berada. Dan, tim penelusur harus terus dijalankan,” kata M. Asichin, mantan Kepala ANRI.
Setelah melewati segala uji autentikasi, ia menyatakan bahwa seluruh empat versi Supersemar itu merupakan produk cetak, baik berupa tulisannya, lambang garuda, maupun tanda tangan.
Meski Supersemar ada berapa versi, terdapat beberapa pokok pikiran yang diakui Orde Baru dan dijadikan acuan. Supersemar berisi tentang beberapa hal, sebagai berikut.
1. Mengambil segala tindakan yang dianggap perlu untuk terjaminnya keamanan dan ketenangan serta kestabilan jalannya pemerintahan dan jalannya Revolusi, serta menjamin keselamatan pribadi dan kewibawaan Pimpinan Presiden/Panglima Tertinggi/Pemimpin Besar Revolusi/Mandataris MPRS, demi untuk keutuhan Bangsa dan Negara Republik Indonesia, dan melaksanakan dengan pasti segala ajaran Pemimpin Besar Revolusi.
2. Mengadakan koordinasi pelaksanaan perintah dengan Panglima-Panglima Angkatan Lain dengan sebaik-baiknya.
3. Supaya melaporkan segala sesuatu yang bersangkut paut dalam tugas dan tanggung jawabnya seperti tersebut di atas.
Dampak dari Supersemar sangat mengubah beberapa tatanan negeri. Mulai dari Supersemar menyebabkan kedudukan Soekarno sebagai Presiden RI kian tergerus, sementara posisi Soeharto kian menguat. Kemudian Soekarno lengser dari kursi kepresidenan, serta dicabutnya rencana menjadi presiden seumur. Soeharto naik menjadi presiden pada 27 Maret 1968, sekaligus menandai lahirnya Orde Baru. Hubungan antara Indonesia dengan Malaysia dan Amerika menguat, serta masuk kembali menjadi anggota PBB.
Penulis: Iswanto