Foto: Zakaria Robbani
Potret Kegiatan Pesantren Damai di Pure Agung Jati Pramana pada (4/4)


Selasa, 4 April 2023 telah terselenggara acara Pesantren Damai di Pure Agung Jati Pramana, Kota Cirebon.

Pesantren Damai merupakan kegiatan yang berisi memberikan materi pesan damai antar umat beragama dan menumbuhkan toleransi. Sesuai dengan tajuk acara ini, yakni "Menebar Pesan Damai, Merawat Kebhinekaan dan Merajut Persaudaraan".

Acara ini diselenggarakan oleh Fahmina institut yang bekerja sama dengan Umat Lintas Iman. Hal ini mendapat respon positif dan antusiasme yang luar biasa dari para pemuda dan mahasiswa. Kurang lebih ada perwakilan dari 30 organisasi mahasiswa dan pemuda yang hadir pada acara tersebut. 

Acara ini digelar untuk menyuarakan keberagaman dan hidup gembira meskipun berbeda keyakinan. Menepis hal-hal intoleransi yang beredar pada saat ini. "Nah, pesantren damai ini memberikan pesan kepada kita semua bahwa saat ini kita perlu untuk ketem,; perlu untuk komunikasi, dan sebagainya di tengah arus informasi dan juga paham keagamaan yang ekstrem," kata Zainal Abidin selaku koordinator acara tersebut.

Umat Hindu yang menjadi tuan rumah pada acara ini sangat menghormati dalam menyambut para peserta, dengan mengajak dan memberi pengetahuan pada mereka mengenai bangunan-bangunan khas dari Hindu. Saat dimulainya acara, para audiens juga diperlihatkan penampilan Tari Pendet dari anak-anak di sana.

Penyampaian materi pada kegiatan ini adalah dari Dr. (HC) KH. Husein Muhammad atau yang kerap disapa dengan Buya Husein. Selain itu juga ada pemaparan dari Ketua Pasraman Pura Jati Pramana, I Wayan Suardika.

Menariknya setelah selesai penyampaian materi, para audiens yang muslim berbuka puasa bersama umat agama Hindu yang ada di sana. Hal ini menumbuhkan emosi positif pada audiens yang hadir, biasanya hanya dengan umat muslim kita berpuasa, tapi di acara ini kita berbuka puasa dengan umat agama lain.

"Itu menunjukkan kebersamaan kita. Ternyata mereka juga respek sama kita gitu, kita dihargai, kita dihormati," ujar Zainal Abidin. "Nah, dengan begitu kita tahu bagaimana mereka juga menghormati kita sehingga kita juga harus menghormati mereka. Karena satu sama lain perlu saling menghormati," tambahnya.

Adapun tujuan utama diselenggarakannya acara ini adalah untuk menumbuhkan semangat anak muda dalam menggelontorkan perdamaian dan toleransi. 

Sebenarnya acara ini adalah awal dari rangkaian acara selanjutnya yang diadakan di tempat berbeda. Pada tanggal 7 bertempat di Vihara Dewi Welas Asih, Kota Cirebon. Tanggal 8 di GKP Bhetesda, Majalengka. Tanggal 9 di Gereja Paska Keselamatan, Losari. Kemudian puncaknya diselenggarakan di Pondok Pesantren Darul Hijroh, Buntet, Kabupaten Cirebon.

Acara ini memiliki harapan agar Cirebon bisa menjadi basis keberagaman dan bisa ramah dalam perbedaan. "Ayo gerak bersama kita tidak harus ada konflik, kemudian kita baru berkumpul justru karena tidak ada konflik, kita harus terus merawat itu karena untuk menguatkan jangan sampai ada letupan letupan gitu," pungkas Zainal Abidin.


Penulis: Iswanto

Reporter: Iswanto, Zakaria Robbani

Editor: Aji

Foto: Fatika N. B.
Perhelatan Ramadhan Menyapa LP2M IAIN Syekh Nurjati Cirebon


LPM Fats𝘖eN (27/3), Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) IAIN Syekh Nurjati Cirebon mengadakan acara Ramadhan Menyapa yang diselenggarakan Senin ini (27/3). Ramadhan Menyapa merupakan program syiar Islam yang diawali sejak 2011 dan kini sudah berjalan selama 12 tahun lamanya.

Program ini dirancang di televisi lokal yaitu Radar Cirebon Televisi (RCTV) sampai saat ini. Estimasi waktu pelaksanaan program ini yaitu ditayangkan selama satu setengah jam secara live dengan menghadirkan berbagai narasumber yang membahas mengenai puasa yang ditinjau dari berbagai perspektif yakni, dari sisi fikih, sosial, ekonomi, dan lainnya. Peserta yang hadir pada acara ini yaitu mahasiswa dari berbagai prodi dan juga terdapat sesi dialog langsung oleh narasumber, host, dan audiens di tempat studio televisi RCTV berada.

“Rata-rata 20 orang di studio dan masyarakat bisa mengajukan pertanyaan live melalui telepon dan itu berjalan sampai dengan hari ini yang on air di RCTV (Radar Cirebon Televisi). Adapun yang saat ini dilakukan sudah tiga tahun sejak diawali masa covid-19. Tujuannya untuk edukasi covid-19 sambil syiar Ramadan, tentu sambil menjaga prokes. Kita lanjutkan dan selalu digandeng oleh Telkomsel dan berbagai support oleh kampus sendiri sebagai LP2M (selaku) penyelenggara, At-Taqwa Center, Jabar Bergerak, Forsilah (Forum Silaturahmi Alumni Haji Kota Cirebon),” ujar Ahmad Yani, selaku Kepala LP2M.

Program ini (Syiar Ramadan On the Spot) dilakukan di mana saja, multisegmen, dan terintegrasi, yang artinya pembahasan di dalamnya bisa mengenai apa saja, seperti pada pembahasan Ramadhan Menyapa kali ini yaitu mengenai dakwah, edukasi, dan solidarity. 

“Dakwah karena ada ceramah dan tausiah, edukasinya nanti ada sponsor yang memberi edukasi misal tentang keaslian rupiah dari Bank Indonesia, tentang pentingnya pengawasan pelaku ekonomi nanti dari OJK dan juga termasuk dari IAIN menyampaikan edukasi secara tidak langsung. Solidarity kita hadirkan secara langsung bersama marbut masjid, yatim piatu, jompo, ojek online, anak jalanan, korban PHK. Nah, sekarang juga akan digabung pemberian santunan 18 orang karyawan IAIN yang mendapat PHK dengan memberikan sumbangan per korban PHK 500 ribu dari UPZ (Unit Pengumpulan Zakat) IAIN Syekh Nurjati Cirebon.” Ujar Kepala LP2M tersebut.

Ramadhan Menyapa ini dilaksanakan setiap seminggu tiga kali yaitu Senin, Rabu, dan Jumat yang diakhiri dengan buka bersama. Kegiatan ini dilakukan di dua belas titik yang berbasis komunitas, untuk hari ini dilaksanakan di madrasah, sekolah, dan beberapa masjid. Titik tempat tersebut di antaranya adalah SMA 1 Cirebon, SMA 2 Cirebon, MAN 1 Cirebon, MAN 2 Cirebon, Sekretariat PKK Jabar Bergerak Kota Cirebon, Masjid At-Taqwa, Masjid Nurul Amal Perum, Pesantren Setia Bangsa Karyamulya.

Kepala LP2M, Dr. H. Ahmad Yani, M.Ag., juga mengatakan, “Ini (Ramadhan Menyapa) adalah multisegmen, multi manfaat, dan multi-supporting, dan yang berhak mendapat sesuatu adalah komunitas, termasuk hari ini adalah korban PHK dan marbut masjid juga ada.” 


Penulis: Fatika

Editor: Inggit Nurul Istifaedah, Akhmad J.

Foto: Dokumentasi LPM Fats𝘖eN
Awarding Penelitian, Publikasi Ilmiah, dan Pengabdian kepada Masyarakat dalam acara LITAPDIMAS.


LPM Fats𝘖eN (21/3), Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) IAIN Syekh Nurjati Cirebon menyelenggarakan kegiatan LITAPDIMAS Expose & Award (Penelitian, Publikasi Ilmiah, dan Pengabdian kepada Masyarakat) bertempat di Lantai 3 Gedung Pascasarjana IAIN Syekh Nurjati Cirebon.

Kegiatan ini diselenggarakan dalam rangka promosi, diseminasi, publikasi, sekaligus apresiasi hasil karya ilmiah penelitian dan pengabdian civitas academica IAIN Syekh Nurjati Cirebon.

Dr. H. Ahmad Yani, M.Ag. selaku Kepala LP2M mengatakan mengenai World Class University (WCU) yang kini menjadi cita-cita seluruh perguruan tinggi, juga PTKIN salah satunya IAIN Syekh Nurjati Cirebon, maka menuju posisi tersebut perguruan tinggi haruslah memiliki kelas internasional yang mentereng dalam riset, publikasi ilmiah, serta proses pengabdian kepada masyarakat.

"Untuk itu kami mendorong melalui LITAPDIMAS Expose dan Awarding untuk bisa memberikan kontribusi kepada IAIN agar semua insan akademik kita memiliki tradisi penelitian, publikasi ilmiah, dan agar dapat meningkatkan kualitas dan kuantitasnya dalam memberikan kontribusi dalam bidang penelitian atau publikasi ilmiah agar benar-benar bisa terpublikasi dalam jurnal-jurnal bereputasi nasional maupun internasional." Ujar Yani, Kepala LP2M IAIN Syekh Nurjati.

Selaku Kepala LP2M beliau menambahkan bahwa, "Ini menjadi sebuah kebanggaan bagi kami IAIN Syekh Nurjati Cirebon yang memang memiliki tagline ke depan dan sudah dimulai yakni, Cyber Islamic University dan tentu kegiatan ini sekaligus memberikan apresiasi siapa saja di antara dosen/tenaga kependidikan termasuk juga mahasiswa yang memiliki prestasi dalam bidang penelitian dalam publikasi ilmiah baik itu sinta 2 atau sinta 1 siapa pun yang terbanyak melakukan publikasi sampai bereputasi internasional dan kemudian juga dalam proses pengabdian masyarakat berupa pendampingan, penguatan, pelatihan pada komunitas atau pada kelembagaan Cirebon dan sekitarnya. Tentu, harapannya semua bisa menjadi pendorong secara cepat agar proses publikasi yang ada di IAIN bisa meningkat dalam publikasinya dalam bidang aspek sosial, keagamaan, budaya, ekonomi, dan lain-lain.”.

Selain itu LP2M menjabarkan bahwa standar penilaian untuk apresiasi karya hasil penelitian memiliki tiga poin utama yang ditetapkan oleh Subdit dan Kasubdit Penelitian, Pengabdian, dan Publikasi Ilmiah, yakni: pertama, kepada penelitian terbaik; kedua, publikasi ilmiah; ketiga, pengabdian kepada masyarakat.

Salah satu mahasiswa penerima apresiasi dari LP2M, Avi Afian Syah menyebutkan bahwa undangan penerimaan apresiasi dari hasil karya penelitian ini diberitahukan secara bersamaan dengan penyelenggaraan acara, setelah beberapa waktu lalu dari pihak jurusan telah meminta hasil skripsi miliknya untuk penilaian LP2M.

Sebagai penerima penghargaan kategori Skripsi Terbaik Pertama dengan judul "Filsafat Hukum Perkawinan Indonesia (Kajian Modul Bimbingan Perkawinan untuk Calon Pengantin dan Fondasi Keluarga Sakinah Bacaan Mandiri Calon Pengantin Perspektif Filsafat Hukum Keluarga Islam Ibnu Asyur)", Avi mengatakan, bahwa ini adalah bukti bahwa usaha atau kesungguhan pasti ada hasilnya dan hasil yang didapat itulah yang merupakan cerminan usaha kita.


Penulis: Hanipa

Editor: Aji

Sumber Foto: Wikipedia

Bung Hatta, Proklamator Kemerdekaan Republik Indonesia


 "Jujur, lugu, dan bijaksana," begitulah bait lirik dalam lagu Bung Hatta, karya Iwan Fals.

Pada 14 Maret 1980 sang proklamator menghembuskan nafas terakhirnya di RS Cipto Mangunkusumo.

Wakil presiden pertama RI itu meninggal pada Jum'at malam pukul 18:56 WIB setelah dirawat selama sebelas hari di RS. Selama hidupnya, Bung Hatta telah beberapa kali dirawat di rumah sakit pada tahun 1963, 1967, 1971, 1976, 1979, dan terakhir pada 3 Maret 1980. 

Esok harinya, jenazah Bung Hatta dimakamkan. Dalam wasiatnya, ia menyampaikan apabila kelak ia meninggal dunia, ia ingin dimakamkan di tempat pemakaman biasa.

Bung Hatta menolak dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Nasional Kalibata. Ini bukti hingga akhir hayatnya ia berusaha membaur dengan rakyat. Sesuai permintaannya, Bung Hatta dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Tanah Kusir, Kebayoran Lama, Jakarta.

Semasa hidupnya, ia dikenal sebagai sosok pemimpin yang jujur, sederhana, serta berbaur dengan rakyatnya. Meski disematkan jabatan wakil presiden, Hatta tidak pernah menggunakan fasilitas negara untuk kepentingan pribadi. Ia hanya menggunakan uang negara yang dianggarkan padanya hanya untuk keperluan hak negara.

Dikutip dari Historia.id, Bung Hatta kerap mendapatkan sambutan yang luar biasa dari masyarakat Indonesia. Pada suatu saat, dalam pidatonya ia pernah menegur gubernur yang memberikan sambutan berlebihan. Hal itu menggambarkan sosok Bung Hatta yang sederhana dan rendah hati.

Banyak sekali kisah kesederhanaan Bung Hatta, dari mulai tidak pernah mampu membayar listrik dan masih banyak lagi yang lainnya. Tak heran jika sosoknya banyak dikagumi oleh masyarakat Indonesia karena kejujuran dan kesederhanaannya.

Selain sebagai Wakil Presiden RI pertama, Hatta dikenal akan komitmennya pada demokrasi. Ia mengeluarkan Maklumat X yang kemudian menjadi tonggak awal demokrasi Indonesia. Pada bidang ekonomi, sumbangsih pemikiran terhadap perkembangan koperasi membuatnya dijuluki sebagai Bapak Koperasi.


Selamat jalan, Bung!

43 Tahun mengenang kepergian Bung Hatta.

(14 Maret 1980–14 Maret 2023)



Penulis: Iswanto

Editor: Aji

Supersemar Versi AD
Ilustrasi dan sumber foto: Wikimedia Commons


Hari ini, 11 Maret. Tepat 57 tahun yang lalu, keluar Surat Perintah dari Presiden Soekarno kepada Soeharto yang mengawali transisi pergantian kekuasaan.

Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) merupakan surat pernyataan Presiden Soekarno untuk Soeharto, yang kala itu menjabat sebagai Panglima Komando Operasi Keamanan dan Ketertiban (Pangkopkamtib) untuk mengambil langkah tegas guna mengamankan ketidakstabilan negeri usai peristiwa G30S.

Dalam peristiwa itu tentara menudu Partai Komunis Indonesia (PKI) sebagai dalang atas terbunuhnya tujuh jenderal Angkatan Darat. Hal tersebut memancing amarah para pemuda anti komunis, sehingga membentuk beberapa kelompok aksi. Salah satunya ialah Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) pada Oktober 1965.

Selain itu, ada juga Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI), KABI, KASI, KAWI, dan KAGI, yang semuanya tergabung dalam Front Pancasila yang dilindungi tentara.

Keadaan di dalam Negeri mulai memburuk, akibat peristiwa G30S ditambah saat itu perekonomian mengalami inflasi yang gila-gilaan hingga mencapai angka 600 persen lebih, Soekarno pada saat itu masih bergeming.

Pada tanggal 12 Januari 1966, Front Pancasila mulai melancarkan aksinya di halam Gedung DPR-GR dan melayangkan tiga tuntutan.

Berikut isi tiga tuntutan yang kemudian dikenal dengan Tritura. 

1. Pembubaran PKI

2. Pembersihan Kabinet Dwikora dari unsur-unsur yang terlibat G30S

3. Penurunan harga


Kemudian, demonstrasi kedua dilakukan pada tanggal 11 Maret 1966, yang dilancarkan di depan Istana Negara yang didukung oleh tentara.

Melihat situasi yang kacau ini, Soeharto meminta tiga orang perwira tinggi ke Bogor untuk bertemu Presiden Soekarno. Tiga jenderal tersebut adalah Brigjen Amir Machmud (Panglima Kodam Jaya), Brigjen M Yusuf (Menteri Perindustrian Dasar), dan Mayjen Basuki Rachmat (Menteri Veteran dan Demobilisasi), yang hendak menemui Soekarno.

Tiga perwira tinggi Angkatan Darat tersebut memberitahu kepada Soekarno bahwa Soeharto mampu menangani situasi apabila diberikan surat tugas atau perintah untuk mengambil tindakan mengamankan negeri. Kemudian Soekarno langsung mengabulkan permintaan tersebut dan segera mengeluarkan Surat Perintah Sebelas Maret.

Menurut informasi yang beredar, Presiden saat itu ditodong untuk menandatangani lembaran yang diduga Supersemar tersebut.

Namun, ada pendapat lain menurut kesaksian A.M. Hanafi dalam bukunya "A.M. Hanafi Menggugat Kudeta Soeharto" menyatakan bahwa ketiga jenderal itu telah membawa teks Supersemar, serta dalam pernyataannya Bung Karno tidak benar-benar ditodong karena para jenderal datang dengan baik-baik. Sementara di luar istana para demonstran telah berkumpul. Karena kondisi seperti itu pada akhirnya Soekarno menandatangani surat itu.

Setelah penelusuran, Supersemar yang asli pun belum diketahui. Pasalnya ada beberapa orang yang mengaku mengetik surat tersebut di antaranya, Letkol (Purn) TNI-AD Ali Ebram sebagai Staf Asisten I Intelijen Resimen Tjakrabirawa.

Mengutip dari situs menpan.go.id, Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), juga belum menemukan Supersemar yang asli, meskipun telah ada empat versi Surat Perintah Sebelas Maret di Arsip Nasional.

“Jadi, dari segi histori, perlu dicari terus di mana Supersemar yang asli itu berada. Dan, tim penelusur harus terus dijalankan,” kata M. Asichin, mantan Kepala ANRI.

Setelah melewati segala uji autentikasi, ia menyatakan bahwa seluruh empat versi Supersemar itu merupakan produk cetak, baik berupa tulisannya, lambang garuda, maupun tanda tangan.

Meski Supersemar ada berapa versi, terdapat beberapa pokok pikiran yang diakui Orde Baru dan dijadikan acuan. Supersemar berisi tentang beberapa hal, sebagai berikut. 

1. Mengambil segala tindakan yang dianggap perlu untuk terjaminnya keamanan dan ketenangan serta kestabilan jalannya pemerintahan dan jalannya Revolusi, serta menjamin keselamatan pribadi dan kewibawaan Pimpinan Presiden/Panglima Tertinggi/Pemimpin Besar Revolusi/Mandataris MPRS, demi untuk keutuhan Bangsa dan Negara Republik Indonesia, dan melaksanakan dengan pasti segala ajaran Pemimpin Besar Revolusi.

2. Mengadakan koordinasi pelaksanaan perintah dengan Panglima-Panglima Angkatan Lain dengan sebaik-baiknya.

3. Supaya melaporkan segala sesuatu yang bersangkut paut dalam tugas dan tanggung jawabnya seperti tersebut di atas.


Dampak dari Supersemar sangat mengubah beberapa tatanan negeri. Mulai dari Supersemar menyebabkan kedudukan Soekarno sebagai Presiden RI kian tergerus, sementara posisi Soeharto kian menguat. Kemudian Soekarno lengser dari kursi kepresidenan, serta dicabutnya rencana menjadi presiden seumur. Soeharto naik menjadi presiden pada 27 Maret 1968, sekaligus menandai lahirnya Orde Baru. Hubungan antara Indonesia dengan Malaysia dan Amerika menguat, serta masuk kembali menjadi anggota PBB.


Penulis: Iswanto

Ilustrasi: canva.com/Akhmad J.

Hampir setiap tahun ajaran baru, isu mengenai biaya pendidikan selalu mencuat. Bahkan, di setiap isu tentang mahalnya biaya pendidikan di perguruan tinggi selalu rutin menjadi sebuah permasalahan yang tak kunjung selesai, walaupun kampus negeri menerapkan sistem uang kuliah tunggal (UKT) yang disesuaikan dengan kemampuan orang tua atau wali murid, tetapi tetap saja biaya kuliah masih terasa tinggi apalagi bagi kalangan masyarakat menengah ke bawah.

Kenyataan mahalnya biaya pendidikan tinggi di Indonesia ini sesuai dengan hasil riset yang dilakukan oleh HSBC yang dikutip dari CNBC menyebutkan bahwa Indonesia merupakan 15 negara dengan biaya pendidikan termahal di dunia, pada riset tersebut Indonesia berada di peringkat ke-13 sebagai negara dengan biaya pendidikan paling mahal, hal ini selaras dengan riset Kompas pada tahun 2022 tentang kenaikan biaya kuliah, dalam satu tahun biaya kuliah di Indonesia naik hampir 6,03% pertahun melebihi kenaikan upah orang tua lulusan SMA yang hanya 3,8% pertahun, hasil riset ini didapatkan dengan membandingkan data upah lulusan SMA dan Universitas dengan biaya studi dari 30 perguruan tinggi negeri dan swasta di Indonesia. 

Mahalnya biaya pendidikan di perguruan tinggi ini tentu menyebabkan banyak masyarakat dengan kemampuan ekonomi yang kurang menjadi sulit untuk mendapatkan pendidikan tinggi bahkan menurut hasil perhitungan Ridho Al Izzati dari lembaga riset The SMERU Research Institute mengatakan bahwa anak-anak dari 60% keluarga termiskin hanya memiliki peluang 1% - 20% untuk melanjutkan kuliah.

Salah satu penyebab yang menjadi mahalnya biaya pendidikan di Indonesia khususnya di perguruan tinggi negeri adalah karena adanya liberalisasi pendidikan dimana pendidikan hanya berorientasi pada pasar dan kepentingan para pemilik modal, yang akhirnya menyebabkan kampus tidak hanya ditanggung oleh pemerintah tetapi juga oleh swasta, melalui mekanisme PTN-BH (Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum) dan PTN-BLU (Perguruan Tinggi Negeri Badan Layanan Umum) yang memberikan otonomi kepada kampus untuk mengelola keuangan secara mandiri yang juga memungkinkan kampus menjadi ladang bisnis.

Tulisan ini mungkin agak panjang jadi saya harap kawan-kawan membacanya sampai tuntas.


Gerakan Pendidikan di Chile

Chile merupakan sebuah negara di Amerika Latin, sebagai sebuah negara berkembang Chile memiliki biaya pendidikan yang cukup mahal di bawah rezim Pinochet pendidikan di Chile ikut dalam arus Neoliberalisme yang menyebabkan pendidikan di Chile hanya dapat dinikmati oleh segelintir orang yang mampu saja, ada banyak orang tua wali murid di Chile rela berutang ke Bank dengan bunga pinjaman yang besar agar anaknya dapat menyelesaikan pendidikan, bahkan mayoritas keluarga di Chile harus mengeluarkan 73% dari pendapatan mereka hanya untuk membayar biaya pendidikan anak-anak mereka.

Dengan keadaan yang seperti itu banyak masyarakat mulai sadar tentang mahalnya ongkos pendidikan di Chile, gerakan awal untuk menuntut pendidikan yang gratis dilakukan oleh para pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA) pada tahun 2006 yang merasa bahwa biaya pendidikan mereka sangat mahal apalagi untuk masuk Perguruan Tinggi.

Setidaknya ada 4 tuntutan dari gerakan pendidikan di Chile yang pertama adalah pendidikan gratis, kedua perlindungan terhadap pendidikan publik, ketiga penolakan terhadap pendidikan yang berorientasi mencari untung dan yang keempat adalah penghapusan praktek diskriminasi di sekolah. Gerakan ini yang diinisiasi oleh pelajar ini dikenal dengan “Revolusi Penguin” karena para pelajar tersebut menggunakan pakaian sekolah berwarna hitam-putih yang didukung oleh para serikat guru, mahasiswa, dosen, buruh, oposisi pemerintah dan para orang tua di Chile.

Namun, sayang revolusi penguin belum berhasil merubah Undang-Undang Pendidikan di Chile tapi walaupun begitu revolusi penguin berhasil menekan pemerintah Chile untuk menanggarkan sekitar 200 milyar dolar untuk pendidikan dasar.

Perjuangan warga Chile tidak hanya berhenti sampai revolusi penguin, beberapa tahun kemudian tepatnya pada tahun 2011 organisasi mahasiswa yang dikenal dengan Konfederasi Mahasiswa Chile (CONFECH) bergerak untuk kembali menuntut pendidikan yang gratis, karna dilakukan pada saat musim dingin gerakan tersebut dikenal sebagai gerakan musim dingin (Chilean Winter), pada tanggal 28 April 2011 ada sekitar 8000 mahasiswa bergerak di berbagai macam kota di Chile.

Walaupun diinisiasi oleh para mahasiswa, gerakan menuntut pendidikan gratis ini menolak untuk disebut sebagai sebuah gerakan mahasiswa, hal ini dikarenakan gerakan musim dingin tersebut banyak melibatkan berbagai macam pihak tidak hanya mahasiswa atau pelajar tetapi juga para buruh, serikat tani, serikat guru serta para orang tua dan wali murid, semua kalangan tersebut bersatu untuk menuntut pendidikan yang gratis.

Masyarakat Chile sadar bahwa pendidikan penting mereka khawatir jika biaya pendidikan masih tinggi bagaimana nasib para anak-anak mereka nanti di masa depan, dorongan inilah yang membuat gerakan musim dingin banyak menarik simpati berbagai macam kalangan.

Ada banyak cara yang dilakukan untuk menuntut perubahan sistem pendidikan di Chile, dari mulai mogok kuliah atau sekolah yang dilakukan oleh para siswa dosen dan guru selama berbulan-bulan sampai aksi demonstrasi langsung dengan turun ke jalan.

Berbagai macam aksi tersebut dibalas oleh pemerintah dengan melakukan berbagai macam tindakan represif dengan mengirim banyak preman dan intel untuk membuat suasana aksi damai menjadi rusuh dan kacau, melihat massa aksi yang semakin banyak, pemerintah yang pada saat itu dipimpin oleh Presiden Sebastian Pinera menawarkan sistem beasiswa baru kepada pelajar dari kalangan ekonomi yang lemah, namun usulan dari Pemerintah tersebut ditolak oleh para pelajar yang tetap memaksa untuk pemerintah menciptakan pendidikan gratis bagi semua masyarakat Chile.

Setelah melewati waktu yang cukup lama akhirnya gerakan para mahasiswa di Chile membuahkan hasil, Menteri Dalam Negeri Chile Radrigo Penalillo mengatakan akan melaksanakan tuntutan dari para massa aksi untuk memberlakukan pendidikan gratis, awalnya pemerintah menolak gagasan tentang pendidikan gratis karena ditakutkan hanya akan salah sasaran yang akan menguntungkan orang-orang kaya, tetapi dibantah oleh para massa aksi bahwa orang-orang kaya di Chile akan dikenakan pajak progresif yang digunakan untuk membiayai pendidikan masyarakat Chile.

Lantas dari mana pemerintah Chile mendapatkan sumber dana untuk membiayai pendidikan gratis? Setelah tuntutan terpenuhi setidaknya ada dua langkah yang dilakukan pemerintah untuk mendanai pendidikan gratis yang Pertama yaitu menetapkan pajak progresif kepada para orang kaya di Chile dan yang kedua pemerintah juga menetapkan pajak progresif kepada perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Chile sebesar 27% yang nantinya pajak tersebut dialokasikan untuk membiayai berbagai macam sekolah dan universitas yang ada di Chile.


Apa yang dapat dipelajari dari Chile?

Ada banyak faktor yang menyebabkan gerakan mahasiswa di Chile sukses dalam menuntut pendidikan gratis bagi setiap warganya diantaranya adalah kemampuan para pelajar dan mahasiswa menjadikan isu pendidikan menjadi sebuah isu publik, mereka mengampanyekan tentang pendidikan yang gratis yang dapat dinikmati oleh berbagai macam kalangan, kampanye tersebut akhirnya dapat menarik simpati banyak kalangan dari mulai guru, dosen, buruh, serikat tani, dan para orang tua yang khawatir akan masa depan pendidikan anaknya.

Banyaknya kalangan yang bersimpati tersebut membuat gerakan pendidikan di Chile mengundang banyak partisipasi dan elemen, hal ini membuat gerakan yang tadinya hanya diikuti oleh para pelajar dan mahasiswa menjadi sebuah gerakan yang solid dan besar karena melibatkan banyak pihak.

Faktor lain yang membuat sukses gerakan di Chile adalah karena didukung oleh para politisi dari kalangan oposisi yang ada di dalam maupun di luar parlemen, bahkan ketika calon presiden dari partai Sosialis Michelle Bachelet berkampanye ia menjanjikan untuk memenuhi segala tuntutan dari para massa aksi tentang pendidikan gratis dan setelah ia terpilih pada 2016 ia langsung mengabulkan tuntutan tentang pendidikan gratis lewat parlemen dan eksekutif di pemerintahan.

Jadi, ketika ditanya mungkinkan pendidikan gratis di Indonesia? Maka jawabannya "mungkin" tetapi amat sangat berat dan bukan berarti mustahil karena Chile telah membuktikannya. 


Penulis: Fahmi Labibinajib Mahasiswa IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Editor: Tim Editorial LPM Fats𝘖eN







Karakter Chihiro dalam film Spirited Away

Sumber: Rex Features

  Studio Ghibli dikenal sebagai rumah produksi dari berbagai film garapan yang sudah banyak terkenal, mulai dari Spirited Away, Grave of the Fireflies, Howl's Moving Castle, Ponyo, sampai dengan yang terbaru adalah Earwig and the Witch.

Selain erat dengan magis dan hal-hal berbau fantasi, film garapan Studio Ghibli terbiasa dengan satire yang diselipkan pada beberapa konversasi antahtokoh sekaligus identik dengan protagonis perempuan yang tangguh dan berani mengambil sebuah keputusan.

Petualangan khas Studio Ghibli menjadikan protagonis-protagonis perempuan dibingkai dengan penuh ketangguhan tanpa memaksa protagonis laki-laki 'menuntun' mereka, justru menjadikan protagonis laki-laki agar 'mendukung' segala yang ada pada sisi protagonis perempuan dalam setiap film garapan Studio Ghibli.

Studio Ghibli membingkai karakter perempuan kuat tanpa harus terkungkung oleh para misoginis (pembenci perempuan) dan standar patriarki.

Sophie, dalam Howl's Moving Castle digambarkan sebagai perempuan yang tidak memenuhi standar cantik sehingga insecurity dirinya begitu kental. Namun, Sophie menunjukan bahwa bagaimana pun dirinya yang tidak cantik dan hanya pandai melakukan pekerjaan domestik, ia tetap merasa bahwa hal tersebut tidak seburuk yang dipikirkan. Sophie mendobrak standar bahwa perempuan harus memiliki standar cantik untuk dicintai dan dihargai karena kenyataannya yang paling cantik adalah kecantikan dari hati.

Chihiro, gadis cilik berusia 10 tahun dalam Spirited Away adalah sosok perempuan kecil biasa, yang memiliki rasa takut, manja, dan kecenderungan egois seperti anak-anak pada umumnya. Studio Ghibli tidak membuat hal tersebut menjadi sebuah kelemahan, hal tersebut menyadarkan meskipun hanyalah sosok yang biasa, Chihiro kemudian mampu beradaptasi pada lingkungan dengan tekad kuat dan pendewasaan yang terjadi secara perlahan membuat dirinya berhasil membuat kedua orang tua serta dirinya kembali ke dunia manusia.

Kemudian dalam Only Yesterday, perempuan dinarasikan dengan berbagai hal tabu perihal perempuan, tetapi dalam film ini kembali mendobrak stereotip mengenai perempuan seperti pada potongan adegan di mana Taeko mengatakan pada temannya mengenai apa yang telah ibunya katakan bahwa menstruasi yang bukanlah hal memalukan. Masyarakat kerap kali sangatlah menganggap menstruasi sebagai sesuatu yang memalukan, padahal alih-alih memalukan menstruasi adalah siklus biologis perempuan yang secara rutin dan berkala terjadi pada setiap bulan, jadi kenapa harus malu?

Berbicara Studio Ghibli memang tidak akan ada habisnya, Hayao Miyazaki (salah satu direksi Studio Ghibli) membuat karakter perempuan menjadi begitu dekat dan kuat, "Many of my movies have strong female leads-brave, self-sufficient girls that don't think twice about fighting for what they believe with all their heart. They'll need a friend, or a supporter, but never a savior. Any woman is just as capable of being a hero as any man."

Protagonis perempuan dalam Studio Ghibli sebagian besar adalah tokoh dalam usia yang 'menuju dewasa' di mana mengajarkan bahwa meskipun memiliki banyak hal yang mesti dilalui untuk sesuatu yang ingin dicapai, menjadi perempuan tidak serta-merta harus mengurangi kehormatan diri untuk menjadi sosok yang mencari jati diri.


Penulis : Hanipah

Editor: Aji