Ilustrasi: canva.com/Akhmad J.

Hampir setiap tahun ajaran baru, isu mengenai biaya pendidikan selalu mencuat. Bahkan, di setiap isu tentang mahalnya biaya pendidikan di perguruan tinggi selalu rutin menjadi sebuah permasalahan yang tak kunjung selesai, walaupun kampus negeri menerapkan sistem uang kuliah tunggal (UKT) yang disesuaikan dengan kemampuan orang tua atau wali murid, tetapi tetap saja biaya kuliah masih terasa tinggi apalagi bagi kalangan masyarakat menengah ke bawah.

Kenyataan mahalnya biaya pendidikan tinggi di Indonesia ini sesuai dengan hasil riset yang dilakukan oleh HSBC yang dikutip dari CNBC menyebutkan bahwa Indonesia merupakan 15 negara dengan biaya pendidikan termahal di dunia, pada riset tersebut Indonesia berada di peringkat ke-13 sebagai negara dengan biaya pendidikan paling mahal, hal ini selaras dengan riset Kompas pada tahun 2022 tentang kenaikan biaya kuliah, dalam satu tahun biaya kuliah di Indonesia naik hampir 6,03% pertahun melebihi kenaikan upah orang tua lulusan SMA yang hanya 3,8% pertahun, hasil riset ini didapatkan dengan membandingkan data upah lulusan SMA dan Universitas dengan biaya studi dari 30 perguruan tinggi negeri dan swasta di Indonesia. 

Mahalnya biaya pendidikan di perguruan tinggi ini tentu menyebabkan banyak masyarakat dengan kemampuan ekonomi yang kurang menjadi sulit untuk mendapatkan pendidikan tinggi bahkan menurut hasil perhitungan Ridho Al Izzati dari lembaga riset The SMERU Research Institute mengatakan bahwa anak-anak dari 60% keluarga termiskin hanya memiliki peluang 1% - 20% untuk melanjutkan kuliah.

Salah satu penyebab yang menjadi mahalnya biaya pendidikan di Indonesia khususnya di perguruan tinggi negeri adalah karena adanya liberalisasi pendidikan dimana pendidikan hanya berorientasi pada pasar dan kepentingan para pemilik modal, yang akhirnya menyebabkan kampus tidak hanya ditanggung oleh pemerintah tetapi juga oleh swasta, melalui mekanisme PTN-BH (Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum) dan PTN-BLU (Perguruan Tinggi Negeri Badan Layanan Umum) yang memberikan otonomi kepada kampus untuk mengelola keuangan secara mandiri yang juga memungkinkan kampus menjadi ladang bisnis.

Tulisan ini mungkin agak panjang jadi saya harap kawan-kawan membacanya sampai tuntas.


Gerakan Pendidikan di Chile

Chile merupakan sebuah negara di Amerika Latin, sebagai sebuah negara berkembang Chile memiliki biaya pendidikan yang cukup mahal di bawah rezim Pinochet pendidikan di Chile ikut dalam arus Neoliberalisme yang menyebabkan pendidikan di Chile hanya dapat dinikmati oleh segelintir orang yang mampu saja, ada banyak orang tua wali murid di Chile rela berutang ke Bank dengan bunga pinjaman yang besar agar anaknya dapat menyelesaikan pendidikan, bahkan mayoritas keluarga di Chile harus mengeluarkan 73% dari pendapatan mereka hanya untuk membayar biaya pendidikan anak-anak mereka.

Dengan keadaan yang seperti itu banyak masyarakat mulai sadar tentang mahalnya ongkos pendidikan di Chile, gerakan awal untuk menuntut pendidikan yang gratis dilakukan oleh para pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA) pada tahun 2006 yang merasa bahwa biaya pendidikan mereka sangat mahal apalagi untuk masuk Perguruan Tinggi.

Setidaknya ada 4 tuntutan dari gerakan pendidikan di Chile yang pertama adalah pendidikan gratis, kedua perlindungan terhadap pendidikan publik, ketiga penolakan terhadap pendidikan yang berorientasi mencari untung dan yang keempat adalah penghapusan praktek diskriminasi di sekolah. Gerakan ini yang diinisiasi oleh pelajar ini dikenal dengan “Revolusi Penguin” karena para pelajar tersebut menggunakan pakaian sekolah berwarna hitam-putih yang didukung oleh para serikat guru, mahasiswa, dosen, buruh, oposisi pemerintah dan para orang tua di Chile.

Namun, sayang revolusi penguin belum berhasil merubah Undang-Undang Pendidikan di Chile tapi walaupun begitu revolusi penguin berhasil menekan pemerintah Chile untuk menanggarkan sekitar 200 milyar dolar untuk pendidikan dasar.

Perjuangan warga Chile tidak hanya berhenti sampai revolusi penguin, beberapa tahun kemudian tepatnya pada tahun 2011 organisasi mahasiswa yang dikenal dengan Konfederasi Mahasiswa Chile (CONFECH) bergerak untuk kembali menuntut pendidikan yang gratis, karna dilakukan pada saat musim dingin gerakan tersebut dikenal sebagai gerakan musim dingin (Chilean Winter), pada tanggal 28 April 2011 ada sekitar 8000 mahasiswa bergerak di berbagai macam kota di Chile.

Walaupun diinisiasi oleh para mahasiswa, gerakan menuntut pendidikan gratis ini menolak untuk disebut sebagai sebuah gerakan mahasiswa, hal ini dikarenakan gerakan musim dingin tersebut banyak melibatkan berbagai macam pihak tidak hanya mahasiswa atau pelajar tetapi juga para buruh, serikat tani, serikat guru serta para orang tua dan wali murid, semua kalangan tersebut bersatu untuk menuntut pendidikan yang gratis.

Masyarakat Chile sadar bahwa pendidikan penting mereka khawatir jika biaya pendidikan masih tinggi bagaimana nasib para anak-anak mereka nanti di masa depan, dorongan inilah yang membuat gerakan musim dingin banyak menarik simpati berbagai macam kalangan.

Ada banyak cara yang dilakukan untuk menuntut perubahan sistem pendidikan di Chile, dari mulai mogok kuliah atau sekolah yang dilakukan oleh para siswa dosen dan guru selama berbulan-bulan sampai aksi demonstrasi langsung dengan turun ke jalan.

Berbagai macam aksi tersebut dibalas oleh pemerintah dengan melakukan berbagai macam tindakan represif dengan mengirim banyak preman dan intel untuk membuat suasana aksi damai menjadi rusuh dan kacau, melihat massa aksi yang semakin banyak, pemerintah yang pada saat itu dipimpin oleh Presiden Sebastian Pinera menawarkan sistem beasiswa baru kepada pelajar dari kalangan ekonomi yang lemah, namun usulan dari Pemerintah tersebut ditolak oleh para pelajar yang tetap memaksa untuk pemerintah menciptakan pendidikan gratis bagi semua masyarakat Chile.

Setelah melewati waktu yang cukup lama akhirnya gerakan para mahasiswa di Chile membuahkan hasil, Menteri Dalam Negeri Chile Radrigo Penalillo mengatakan akan melaksanakan tuntutan dari para massa aksi untuk memberlakukan pendidikan gratis, awalnya pemerintah menolak gagasan tentang pendidikan gratis karena ditakutkan hanya akan salah sasaran yang akan menguntungkan orang-orang kaya, tetapi dibantah oleh para massa aksi bahwa orang-orang kaya di Chile akan dikenakan pajak progresif yang digunakan untuk membiayai pendidikan masyarakat Chile.

Lantas dari mana pemerintah Chile mendapatkan sumber dana untuk membiayai pendidikan gratis? Setelah tuntutan terpenuhi setidaknya ada dua langkah yang dilakukan pemerintah untuk mendanai pendidikan gratis yang Pertama yaitu menetapkan pajak progresif kepada para orang kaya di Chile dan yang kedua pemerintah juga menetapkan pajak progresif kepada perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Chile sebesar 27% yang nantinya pajak tersebut dialokasikan untuk membiayai berbagai macam sekolah dan universitas yang ada di Chile.


Apa yang dapat dipelajari dari Chile?

Ada banyak faktor yang menyebabkan gerakan mahasiswa di Chile sukses dalam menuntut pendidikan gratis bagi setiap warganya diantaranya adalah kemampuan para pelajar dan mahasiswa menjadikan isu pendidikan menjadi sebuah isu publik, mereka mengampanyekan tentang pendidikan yang gratis yang dapat dinikmati oleh berbagai macam kalangan, kampanye tersebut akhirnya dapat menarik simpati banyak kalangan dari mulai guru, dosen, buruh, serikat tani, dan para orang tua yang khawatir akan masa depan pendidikan anaknya.

Banyaknya kalangan yang bersimpati tersebut membuat gerakan pendidikan di Chile mengundang banyak partisipasi dan elemen, hal ini membuat gerakan yang tadinya hanya diikuti oleh para pelajar dan mahasiswa menjadi sebuah gerakan yang solid dan besar karena melibatkan banyak pihak.

Faktor lain yang membuat sukses gerakan di Chile adalah karena didukung oleh para politisi dari kalangan oposisi yang ada di dalam maupun di luar parlemen, bahkan ketika calon presiden dari partai Sosialis Michelle Bachelet berkampanye ia menjanjikan untuk memenuhi segala tuntutan dari para massa aksi tentang pendidikan gratis dan setelah ia terpilih pada 2016 ia langsung mengabulkan tuntutan tentang pendidikan gratis lewat parlemen dan eksekutif di pemerintahan.

Jadi, ketika ditanya mungkinkan pendidikan gratis di Indonesia? Maka jawabannya "mungkin" tetapi amat sangat berat dan bukan berarti mustahil karena Chile telah membuktikannya. 


Penulis: Fahmi Labibinajib Mahasiswa IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Editor: Tim Editorial LPM Fats𝘖eN







Karakter Chihiro dalam film Spirited Away

Sumber: Rex Features

  Studio Ghibli dikenal sebagai rumah produksi dari berbagai film garapan yang sudah banyak terkenal, mulai dari Spirited Away, Grave of the Fireflies, Howl's Moving Castle, Ponyo, sampai dengan yang terbaru adalah Earwig and the Witch.

Selain erat dengan magis dan hal-hal berbau fantasi, film garapan Studio Ghibli terbiasa dengan satire yang diselipkan pada beberapa konversasi antahtokoh sekaligus identik dengan protagonis perempuan yang tangguh dan berani mengambil sebuah keputusan.

Petualangan khas Studio Ghibli menjadikan protagonis-protagonis perempuan dibingkai dengan penuh ketangguhan tanpa memaksa protagonis laki-laki 'menuntun' mereka, justru menjadikan protagonis laki-laki agar 'mendukung' segala yang ada pada sisi protagonis perempuan dalam setiap film garapan Studio Ghibli.

Studio Ghibli membingkai karakter perempuan kuat tanpa harus terkungkung oleh para misoginis (pembenci perempuan) dan standar patriarki.

Sophie, dalam Howl's Moving Castle digambarkan sebagai perempuan yang tidak memenuhi standar cantik sehingga insecurity dirinya begitu kental. Namun, Sophie menunjukan bahwa bagaimana pun dirinya yang tidak cantik dan hanya pandai melakukan pekerjaan domestik, ia tetap merasa bahwa hal tersebut tidak seburuk yang dipikirkan. Sophie mendobrak standar bahwa perempuan harus memiliki standar cantik untuk dicintai dan dihargai karena kenyataannya yang paling cantik adalah kecantikan dari hati.

Chihiro, gadis cilik berusia 10 tahun dalam Spirited Away adalah sosok perempuan kecil biasa, yang memiliki rasa takut, manja, dan kecenderungan egois seperti anak-anak pada umumnya. Studio Ghibli tidak membuat hal tersebut menjadi sebuah kelemahan, hal tersebut menyadarkan meskipun hanyalah sosok yang biasa, Chihiro kemudian mampu beradaptasi pada lingkungan dengan tekad kuat dan pendewasaan yang terjadi secara perlahan membuat dirinya berhasil membuat kedua orang tua serta dirinya kembali ke dunia manusia.

Kemudian dalam Only Yesterday, perempuan dinarasikan dengan berbagai hal tabu perihal perempuan, tetapi dalam film ini kembali mendobrak stereotip mengenai perempuan seperti pada potongan adegan di mana Taeko mengatakan pada temannya mengenai apa yang telah ibunya katakan bahwa menstruasi yang bukanlah hal memalukan. Masyarakat kerap kali sangatlah menganggap menstruasi sebagai sesuatu yang memalukan, padahal alih-alih memalukan menstruasi adalah siklus biologis perempuan yang secara rutin dan berkala terjadi pada setiap bulan, jadi kenapa harus malu?

Berbicara Studio Ghibli memang tidak akan ada habisnya, Hayao Miyazaki (salah satu direksi Studio Ghibli) membuat karakter perempuan menjadi begitu dekat dan kuat, "Many of my movies have strong female leads-brave, self-sufficient girls that don't think twice about fighting for what they believe with all their heart. They'll need a friend, or a supporter, but never a savior. Any woman is just as capable of being a hero as any man."

Protagonis perempuan dalam Studio Ghibli sebagian besar adalah tokoh dalam usia yang 'menuju dewasa' di mana mengajarkan bahwa meskipun memiliki banyak hal yang mesti dilalui untuk sesuatu yang ingin dicapai, menjadi perempuan tidak serta-merta harus mengurangi kehormatan diri untuk menjadi sosok yang mencari jati diri.


Penulis : Hanipah

Editor: Aji

Foto: fajarcirebon.com

Prof. Dr. H. Aan Jaelani, M.Ag resmi menjadi rektor IAIN Syekh Nurjati Cirebon, setelah pelantikannya tanggal 1 Maret 2023 di Auditorium HM Rasjidi Kantor Kementerian Agama, pukul 13:00 WIB.

Pergantian rektor IAIN Syekh Nurjati Cirebon telah terealisasikan,  orang-orang hanya tahu mengenai pelantikan dan munculnya wajah dan nama baru yang menggantikan rektor lama.

Tapi hal tersebut tidak akan terjadi tanpa adanya sebuah proses pemilihan. Mengenai proses pemilihan rektor IAIN Syekh Nurjati sudah gencar infonya di bulan Oktober 2022. Tepatnya pada tanggal 19 Oktober muncul surat edaran dari Panitia Seleksi (Pansel) mengenai nama calon-calon rektor. 

Terdapat 9 nama calon rektor diantaranya:

1. Prof Dr. H. Jamali, M.Ag

2. Dr. Anwar Sanusi, M.Ag

3. Prof. Dr. H. E. Sugiyanto, SH, MH

4. Prof. Dr. H. Aan Jaelani, M.Ag

5. Dr. H. Ilman Nafi'a, M.Ag

6. Dr. H. Saifudin Zuhri, M.Ag

7. Dr. Siti Fatimah, M.Hum

8. Dr. Hajam, M.Ag

9. Dr. Kartimi, M.Pd


"9 calon ini sudah memenuhi kualifikasi dan sudah dikirimkan ke kementerian agama," tungkas Prof. Dr. Ahmad Asmuni, MA. Selaku ketua panitia pemilihan rektor IAIN Syekh Nurjati Cirebon.

Kemudian pada tahap selanjutnya Kemenag membentuk Komisi Seleksi (Komsel), dibentuknya Komsel ini bertujuan menyeleksi dan memilih masing-masing 3 orang calon dari setiap perguruan tinggi. Setelah proses seleksi selesai, nama 3 calon yang terpilih diserahkan ke Mentri Agama.

Terkait kriteria calon rektor yang diterapkan kemenag, yaitu kampus yang masih tingkatan IAIN rektor masih bisa diambil calonnya dari yang bergelar doktor, sementara untuk sekelas UIN harus memiliki kriteria gelar Guru Besar/Profesor.

Menurut Prof. Dr. Ahmad Asmuni kampus IAIN Syekh Nurjati Cirebon ini tengah bertransformasi dari IAIN ke UISSI atau UIN, maka syarat yang harus terpenuhi bagi calon rektor ialah bergelar profesor.

"Selain syarat tersebut, calon rektor juga harus memiliki kemampuan di bidang manajemen, akademik serta performance atau penampilan," kata beliau.

Sementara itu, kepanitiaan pemilihan rektor diambil dari masing-masing fakultas, dengan berbagai kriteria yang salah satunya tidak berpihak kepada siapapun atau independen.

Terkait lamanya waktu di mulai dari saat bulan Oktober hingga akhirnya dilantiknya rektor pada tanggal 1 Maret 2023, itu karena tergantung dari peraturan dan keputusan Kemenag.


Reporter: Iswanto, Raihan

Penulis: Iswanto

 

Prosesi Pengucapan Sumpah Jabatan Rektor pada (1/03)
Foto: kemenag.go.id
 

LPM Fats𝘖eN, IAIN Cirebon (1/03) Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas melantik Prof. Dr. H. Aan Jaelani, M. Ag sebagai Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon periode 2023–2027 pada Rabu, 01 Maret 2023.

Pelaksanaan pelantikan rektor IAIN dilaksanakan di Auditorium HM Rasjidi Kantor Kementerian Agama RI, Jakarta Pusat. Sekaligus bersamaan dengan pelantikan Rektor UIN Syarif Hidayatullah dan Rektor STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh.

Prof. Aan merupakan Guru Besar IAIN Syekh Nurjati Cirebon yang menerima jabatan pada 21 Juli 2022, kemudian dikukuhkan menjadi profesor pada 12 Agustus 2022, selain itu juga mengemban jabatan sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) IAIN Cirebon.

Beliau mengemban jabatan rektor setelah melalui beberapa proses dan bersaing dengan 9 nama kandidat daftar calon rektor baru IAIN Syekh Nurjati. Kendatipun, pada realitasnya posisi rektor IAIN Cirebon tersebut ditunjuk secara langsung oleh Menag RI dengan pertimbangannya.

Pelantikan dari rektor baru IAIN Cirebon ini menjadi warna baru setelah Dr. H. Sumanta, M.Ag yang sebelumnya menduduki kursi kepemimpinan rektor IAIN Syekh Nurjati Cirebon selama dua periode masa jabatan yakni, sejak 2015–2019 dan 2019–2023.

Dalam pelantikan tersebut, dilansir dari situs kemenag.go.id. Menag menyatakan bahwa Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) 2005–2025 akan segera berakhir. Salah satu rencana yang akan dilaksanakan dalam menyambut RPJP 2025–2045 Menag mengusung cita World Class University (WCU).

WCU adalah sebuah cita yang menginginkan PTKI tidak hanya mampu bersaing dalam skala nasional, melainkan bertransformasi menjadi bagian penting dalam persaingan pendidikan di tingkat internasional.

Pelantikan para rektor PTKIN ini dihadiri oleh Staf Ahli Bidang HAM, Prof. Abu Rokhmat, Kabalitbang Diklat, Suyitno. Selain itu juga hadir beberapa staf khusus Menteri Agama, para Direktur Jenderal, dan pejabat Ditjen Pendis.


Penulis: Hanipah, Iswanto.

Editor: Akhmad J.


Sumber: canva.com

Suap, pungli, dan pemerasan sekilas terlihat sama pada proses penerimaan uang. Namun, setelah mencari tahu, penulis mengerti tentang perbedaan ketiga istilah tersebut. Kita bisa melihat proses pemberian uangnya. Suap merupakan pemberian uang dari orang atau kelompok kepada pemberi layanan untuk melancarkan suatu proses yang menyalahi prosedur. Adapun pungli terjadi ketika pengguna layanan memberikan kepada pemberi layanan tanpa ada maksud apapun. Sedangkan Pemerasan adanya penawaran aktif untuk memberikan jasa, atau meminta imbalan dari suatu proses.

Akhir-akhir ini penulis menemukan fakta terkait  pemerasan yang dilakukan oleh oknum anggota Organisasi Mahasiswa Ekstra kepada temannya. Oknum melancarkan pemerasan sebagai pemberi layanan. Temannya yang di posisi sebagai korban, hanya mengharapkan ditemani untuk mencairkan uang beasiswa. Kejanggalan tiba ketika ada kalimat menenangkan dari oknum tersebut, dengan menawarkan untuk segala urusan beasiswa sebaiknya dibantu olehnya. Namun korban tidak terlalu menghiraukan, karena ia masih berpikir selayaknya teman seperjuangan pencari beasiswa dan melihat pelaku sekaligus fasilitator dari HMJ.

Singkat cerita, hari pencairan uang beasiswa pun tiba. Tepat seperti  penjelasan tentang pemerasan di paragraf awal, pelaku menghubungi korban untuk memberikan jasa. Namun korban yang masih berpikir positif pun menghampiri pelaku untuk berangkat bersama. Korban mulai curiga, jasa penting apa yang diberikan oleh pelaku dalam proses mencairkan beasiswa?  Ia tersadar bahwa dari pagi menjelang siang, mereka (pelaku dan korban) hanya duduk di bawah pohon menunggu nomor antrean pencairan beasiswa korban. Tidak ada proses yang membutuhkan “orang dalam” yang harus melibatkan pelaku sebagai anggota ormek. Kemudian pencairan pun selesai, korban pulang ke rumah dengan aman karena pelaku ada urusan mendadak.

Sore harinya korban di-chat oleh pelaku dengan alibi meminjam uang melalui proses transfer. Kebetulan sore itu korban tidak memungkinkan pergi ke ATM atau Minimarket untuk mentransfer karena kendaran dan saldo yang tidak ada. Beberapa hari kemudian, ketika korban pergi ke kampus dan berpapasan dengan pelaku, ia ditegur dengan menanyakan kabar beasiswa yang dianggap melempem oleh pelaku. Korban bingung menanggapi teguran tersebut, konteks teguran tersebut sudah jelas membicarakan uang persenan bagi si pelaku. 

Kasus lain dengan target mendapatkan uang juga dilakukan oleh pelaku. Informasi ini ditemukan ketika korban menanyakan terkait pengalamannya kepada teman yang kebetulan berada di dua organisasi yang sama dengan pelaku. Ia membenarkan pengalaman korban, karena dalam organisasi, pelaku sering mencari celah mendapatkan uang demi melancarkan tempat berteduhnya; organisasi ekstra.


Catatan:

- Nama penyintas atau pelaku dirahasiakan, sebab itu keinginan penyintas.

- Jika teman-teman melihat atau menjadi korban ketimpangan di kampus, bisa bercerita ke email fatsoen redolfatsoen@gmail.com. Kami menjamin kerahasiaan dan privasi yang diusulkan pengirim.


Penulis: Raihan

Reporter: Tim Litbang LPM Fats𝘖eN

Editor: Tim Editorial LPM Fats𝘖eN




LPM Fats𝘖eN, IAIN Cirebon (27/02), Telah dilaksanakan Pelantikan dan Serah Terima Jabatan (SERTIJAB) Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan Unit Kegiatan Khusus (UKK) IAIN Syekh Nurjati Cirebon dengan tema, “Menumbuhkan Etos Kerja Organisasi Berbasis Taqwa, Intelektual, dan Profesional untuk Mewujudkan Institusi Perguruan Tinggi yang Unggul dan Terkemuka”.

Potret Pembacaan Ikrar yang Dilakukan oleh Seluruh Ormawa Institut.

Foto: Nuraini


Acara pelantikan dan serah terima jabatan dilangsungkan mulai pukul 09.00 sampai 11.00 WIB bertempat di Aula Pascasarjana Lantai 3 IAIN Syekh Nurjati Cirebon yang dihadiri oleh para anggota terpilih Sema-I, Dema-I, formatur dan BPH terpilih, serta demisioner dari UKM/UKK se-IAIN Syekh Nurjati Cirebon. 

Pelantikan dan serah terima jabatan dibuka dengan sambutan Ketua Pelaksana Pelantikan dan Serah Terima Jabatan, Luthfi Sahidallah, kemudian dilanjutkan dengan amanah mengenai tanggung jawab dan wawas diri dalam bertindak sebagai mahasiswa maupun bagian dari ormawa oleh Warek III, Dr. H. Ilman Nafi'a, M.Ag serta dilanjutkan dengan sambutan dari Dr. H. Sumanta Hasyim, M.Ag selaku Rektor IAIN Syekh Nurjati Cirebon.

“Kami sangat senang sekali dan merasa berhutang budi terhadap aktivitas yang telah dilakukan oleh adik-adik sekalian di tahun-tahun ke belakang, tahun sekarang, juga tahun depan semuanya membutuhkan gerak dan langkah dari kita semua ... Semua harus terintegrasi dalam kehidupan kita di kampus,” sambut Sumanta, Rektor IAIN Syekh Nurjati Cirebon.

“... Saya juga mengucapkan terima kasih dan harapan ke depan semoga kita terus menjalin komunikasi dan (atas) beberapa sederet masalah yang terkait dengan miskomunikasi dan miss-miss yang lain. Karena ada hoax dan alhamdulillah sudah diselesaikan (dikonsolidasikan) dari temen-temen Dema, Sema, UKM/UKK dan bisa melaksanakan kegiatan sesuai dengan kegiatan yang dilaksanakan di tahun 2023. InsyaAllah, kedepan image-image yang kita miliki akan lebih bagus lagi dan tidak terpuruk oleh kegiatan-kegiatan dan isu-isu yang tidak baik dan kontraproduktif (seperti) isu kekerasan seksual, isu plagiarisme, atau dipenuhi isu-isu negatif, tetapi media/medsos dipenuhi dengan publikasi kita dan prestasi teman-teman kita,” tutup Sumanta dalam sambutannya pada (27/02).

Proses pelantikan secara resmi dipimpin oleh Rektor IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Dr. H. Sumanta Hasyim, M.Ag dengan membacakan ikrar yang diikuti oleh seluruh formatur terpilih Sema-I, Dema-I, serta UKM/UKK dan dilanjutkan dengan serah terima jabatan pengurus pimpinan periode sebelumnya kepada pimpinan terpilih.

Adapun, amat sangat disayangkan Ketua Umum Dema-I, Abdul Khanan dan Wakil Ketua Sema-I, Rahmat Agam Prayogo tidak terlihat hadir dalam seremonial utama yang mengawali periode kepengurusan Ormawa Institut pada periode 2023 kali ini.


Penulis: Hanipah, Akhmad J.

Editor: Akhmad J.







Penyarahan SK Pelantikan dan Sertijab Dema-I Periode 2023
Foto: Nuraini


Senin, (27/02/23) PPM-I IAIN Syekh Nurjati Cirebon melaksanakan acara Pelantikan Sema-I, Dema-I, dan UKM, UKK IAIN Syekh Nurjati Cirebon Tahun Ajaran 2023 yang dihadiri oleh  BPH Formatur beserta Ketua Umum periode sebelumnya dari UKM/UKK, Sema-I dan juga Dema-I. Agenda kegiatan seremoni peresmian awal ini sempat molor berhari-hari dan berminggu-minggu pun akhirnya dapat terselenggara dengan biasanya.

Acara berjalan dengan cukup lancar. Namun, ada hal yang menjadi sorotan dari beberapa tamu undangan yang hadir pada acara pelantikan kali ini, yaitu tidak hadirnya Ketua Umum dari Dema Institut—setelah sebelum-sebelumnya yang memang jarang sekali kelihatan menampakkan diri di hadapan khalayak Ormawa Institut.

Muncul pertanyaan dari beberapa tamu undangan yang hadir pada (27/02) mengapa kepala dari Dema-I tidak menghadiri acara sepenting ini. 

Fahmi Farhan Mubarok selaku Wakil Ketua Umum DEMA-I pun memberi tanggapan akan hal tersebut, “Kami dari Dewan Eksekutif Mahasiswa Institut sebelumnya meminta doa kepada seluruh rekan-rekan di luar sana, mudah-mudahan Ketua Umum Dewan Eksekutif Mahasiswa IAIN Syekh Nurjati Cirebon bisa segera dipulihkan kembali keadaan fisiknya," tutur Fahmi dalam wawancara yang mengatakan keterangan atas sakit yang diderita Abdul Khanan selama ini.

"Mudah-mudahan dengan doa teman-teman di luar, dia bisa menjadi fit kembali, bisa beraktifitas dan bisa bertegur sapa dengan teman-teman semua, itu yang menjadi alasan kemudian ada salam dari beliau untuk seluruh UKM/UKK salam hangat dan sukses selalu untuk UKM/UKK,” pungkas Fahmi mendoakan kesembuhan beserta mewakilkan salam dari sang Ketua, Abdul Khanan.

Selain itu, acara berjalan lancar sesuai dengan  dengan tiga hari persiapan dan dilantik langsung oleh Rektor IAIN Syekh Nurjati Cirebon yakni, bapak Dr. H. Sumanta Hasyim, M.Ag., dihadiri pula oleh Warek III bagian kemahasiswaan yaitu bapak Dr. H. Ilman Nafi’a, M.Ag. beserta dihadiri oleh mantan ketua umum UKM/UKK tahun periode 2022.

“Agenda selanjutnya setelah pelantikan ini adalah Raker atau Rapat Kerja. Sema-I, Dema-I, UKM/UKK perlu adanya rapat kerja internal, setelah rapat internal Sema-I, Dema-I, UKM/UKK akan dituangkan langsung pada rapat kordinasi seluruh Sema-I, Dema-i, UKM/UKK. Mudah-mudahan kedepannya di antaranya bisa terus berkolaborasi bersinergi antara Sema-I, Dema-I, UKM/UKK,” dalam tambahan wawancara bersama Fahmi pada (27/02).


Penulis: Nuraini, Nia (Magang)

Editor: Tim Editorial LPM Fats𝘖eN