(Foto : Zakariya/Anggota Magang LPM FatsOeN)
Banyak yang mengatakan bahwa menjadi
anak sulung itu adalah hal yang sulit, karena menjadi anak sulung itu harapan
pertama bagi orang tua. Menurutku, menjadi anak sulung tidak terlalu buruk
juga, karena anak sulung punya kelebihan tersendiri, seperti memiliki mental
yang kuat, yang sejak kecil sudah diberikan tanggung jawab yang besar oleh
orang tua. Sebagai anak sulung, mereka selalu dituntut mejadi hebat, mandiri,
dan dewasa. Seperti aku, pemilik nama Afifi Rahma yang berusia 17 tahun. Aku biasa
dipanggil fifi yang terlahir dari keluarga sederhana, Aku memiliki seorang adik
laki-laki bernama Riki. Aku selalu mengalah untuk adik ku, dan aku yang selalu
berjuang untuk diriku sendiri agar aku bisa membanggakan kedua orang tua ku.
Sampai aku sudah dewasa pun mereka masih memiliki ekspetasi yang tinggi untuk aku,
si anak sulung.
Saat ini, aku menduduki bangku SMA
kelas XI di SMA GARUDA NUSANTARA.
Aku selalu membawa dagangan kesekolah untuk dijual disekolah, sebagai biaya
tambahan jajan ku. Berjualan disekolah bagiku tidak buruk, karena aku memiliki
pengalaman berjualan sepeti ini sejak masa SMP, aku tidak memikirkan gengsiku
sama sekali. Yang terpenting aku bisa mendapatkan uang tambahan dari hasil
usahaku sendiri, bukan meminta kepada orang tua. Aku disekolah berjualan risol,
terkadang banyak yang membeli daganganku baik itu teman-teman ku maupun guruku
sendiri. Aku diberikan uang saku dari Ayah ku hanya 4000 setiap harinya. Maka
dari itu, aku memilih untuk membawa dagangan ke sekolah agar Aku bisa memiliki
biaya tambahan dari hasil dagangan ku ini. Dan aku sangat bersyukur, karena
dari pihak sekolah ku mengizinkan untuk murid-murid berjualan, asalkan tidak di
jam pelajaran berlangsung.
Disekolah, aku dijuluki sebagai
siswa yang berprestasi dan rajin, baik itu dibidang akademik maupun dibidang
non-akademik. Terkadang Aku juga sering mengikuti olimpiade sebagai perwakilan
dari sekolah ku, dan Aku sangat bersyukur setiap Aku mengikuti olimpiade tersebut,
aku selalu menjadi juara dan mendapatkan uang dari hasil olimpiade tersebut.
Maka tak heran, jika teman-teman dan guru-guru di SMA GARUDA NUSANTARA bisa
mengenalku karena prestasi yang aku miliki. Selain itu, aku juga sering
mengikuti turnament basket, baik ditingkat Daerah maupun tingkat Nasional.
Berawal dari hobi yang lama kelamaan menjadi sebuah bakat.
Terlahir sebagai anak sulung
membuatku jadi pribadi yang lebih dewasa, layaknya wanita yang mandiri dan
tegas untuk adikku. Walau terkadang, Aku suka merasa iri dengan Adik ku sendiri
yang bisa membeli sesuatu tanpa harus bekerja dan berusaha, tanpa harus
melakukan sesuatu hal untuk menghasilkan uang sendiri. Tetapi dari sinilah Aku
bisa belajar mencari uang sendiri, tanpa meminta uang dari orang tua. Ada
sebuah kebanggaan tersendiri bagi ku, ketika aku bisa membeli barang atau pun
sesuatu dengan hasil kerja keras ku selama ini. Bukan karena orang tua ku tidak
mampu untuk membiayai kebutuhan tambahan ku, tetapi orang tua ku ingin Aku bisa
menjadi anak perempuan pertama yang hebat, dewasa, dan mandiri. Ayah ku
hanyalah karyawan swasta disebuah perusahaan yang terletak di Jakarta, dan ibu
ku adalah ibu rumah tangga.
Waktu demi waktu, hari demi hari,
minggu demi minggu, bulan demi bulan, tahun demi tahun berganti. Saat ini aku menduduki
kelas XII, dan semua ini berubah ketika virus pandemi COVID-19 di Indonesia
menyebar. Semua sekolah dilaksanakan pembelajaran secara daring (online). Dari
sinilah aku sudah tidak bisa memiliki uang tambahan lagi karena sudah tidak bisa
berjualan disekolah. Dan yang membuatku sedih dan terpuruk adalah ketika orang
tua ku mengalami PHK dari perusahaannya. Hingga akhirnya orang tua ku tidak dapat
bekerja. Disaat ini pula, aku memikirkan nasib ku untuk kuliah, padahal tahun
depan sudah harus kuliah, dan aku ingin merasakan bangku dunia perkuliahan.
Melihat situasi yang seperti ini membuat ku tidak bisa kuliah, karena tidak
memiliki biaya yang cukup. Boro-boro memikirkan untuk biaya kuliah, untuk
memikirkan biaya makan saja kami sekeluarga sudah pusing.
“Ayah,
fifi harus apa? Fifi mau kuliah tahun depan. Tapi biayanya gimana Ayah?” Tanya
ku kepada Ayah.
“Kapan-kapan
saja kamu kuliah, Ayah sudah tidak mampu lagi untuk membiayaimu kuliah” Jawab
ayah dengan muka yang kelelahan.
Sedih, kecewa, lelah dan bingung
bercampur menjadi satu. Ingin marah tapi percuma, marah bukan solusi yang baik
untuk situasi yang seperti ini. Ingin kuliah tetapi biaya tidak ada, ingin
bekerja tetapi di zaman pandemi seperti ini sulit mencari pekerjaan. Apakah
tidak ada orang baik yang ingin menolong ku agar Aku bisa merasakan dunia
perkuliahan? Apakah bisa aku kuliah tanpa biaya dari orang tua? Apakah bisa
Aku mengumpulkan biaya sendiri untuk
kuliah? Hingga saat ini pun aku masih bertanya-tanya. Semoga saja aku bisa
merasakan dunia perkuliahan.
Saat ini Aku tengah berada di kamar,
tempat dimana Aku bisa merenungkan nasib ku, tempat dimana aku bisa
mengeluarkan air mata ku tanpa sepengetahuan orang tua ku. Sekarang aku sedang
memikirkan cara agar Aku bisa merasakan dunia perkuliahan, bagaimana pun caranya.
Selagi cara ku halal akan aku kerjakan sebisa dan semampu aku. Karena Aku
memasuki perkuliahan tinggal menghitung bulan lagi, kurang lebih sekitar 8
bulan lagi aku lulus SMA. Sebelumnya Aku juga memiliki tabungan di celengan ku,
dari hasil berjualan risol saat sekolah masih dilaksanakan secara tatap muka.
“Atau
aku buka saja ya celenganku? Biar Aku bisa mengetahui jumlah tabungan ku yang
sudah ku kumpulkan dari hasil jualan risol selama ini” Ucapku dalam hati sambil
berfikir.
Celengan ku yang selama ini Aku
jaga, celengan ku yang selama ini aku simpan dengan rapih dan baik. Akhirnya aku
buka, dan setelah membuka tabungan, segera aku hitung jumlah uang ku. Setelah
dihitung, aku mendapatkan uang sebesar 1 juta rupiah. Entah aku merasa senang
atau pun sedih, karena dengan uang segitu aku belum yakin bahwa Aku bisa
kuliah. Biaya kuliah itu tak main-main, ada yang belasan juta atau bahkan
sampai puluhan juta.
Setelah itu, aku langsung memikirkan
lagi caranya agar Aku bisa mendapatkan biaya tambahan untuk kuliah. Aku juga
meminta pendapat kepada kedua orang tua ku agar Aku bisa mendapatkan biaya
kuliah. Walau pun Ayah ku tidak percaya kalau aku bisa mendapatkan uang untuk
biaya kuliah. Ayah, Ibu, Aku saat ini sedang berkumpul di ruang keluarga.
“Ibu,
Ayah giamana ya caranya aku bisa dapat uang untuk biaya kuliah? apakah aku
berjualan saja? mumpung sekolah ku dilakukan secara online. Tapi kalau pun aku
jualan, aku harus jual apa nanti? Terus jualan dimana?” Tanyaku ke Ibu dan
Ayah..
“Sudahlah,
kamu tidak usah memikirkan cara untuk bisa kuliah!! Ayah kan sudah bilang,
kalau kamu tidak usah kuliah, ayah nyari biaya makan saja sudah susah apalagi
kamu nyari biaya untuk kuliah kamu!” Oceh Ayah kepadaku, aku sedikit tersentak
karna suara ayah yang cukup keras.
“Ayah
jangan seperti itu! Ayah bukannya ngasih support buat anaknya supaya bisa
kuliah, Ini malah nyuruh anaknya gak kuliah! sudah nak kalau pun memang kamu
ingin sekali merasakan kuliah, kamu bisa mencari beasiswa. Kamu bisa jualan
sebisa kamu, ibu nyaranin kamu untuk berjualan risol saja seperti dulu, cuman
kamu berjualannya dipinggir jalan saja atau pun di pasar malam, intinya
ditempat yang ramai, agar mereka bisa membeli dagangan kamu. Pokoknya kamu harus
rajin belajar dan selalu ingat kepada Allah. Ibu doakan semoga kamu bisa
merasakan kuliah, memangnya kamu ingin kuliah dimana? ingin mengambil jurusan
apa? ” Ucap Ibu panjang lebar membela ku.
“Siapp
Ibuuuuuu, Fifi ingin kuliah di Universitas terbaik di Indonesia, Lalu Fifi
ingin mengambil jurusan management bisnis. Karena cita-cita Aku ingin menjadi
seorang pembisnis yang sukses nantinya. Doain Aku ya buuu” Ucapku kepada Ibu
sambil tersenyum.
“Widihhhh
anak ibu mantep banget, pasti dong sayang, pasti Ibu doain. Semoga cita-cita
kamu berhasil ya” Balas Ibu kepada ku sembari tersenyum hangat.
“Aamiinn,
terimakasih Ibu” Hatiku menghangat, kemudian aku memeluk Ibu.
Setelah
berbincang-bincang bersama Ibu dan Ayah, Aku langsung masuk kedalam kamar. Memikirkan
saran Ibu. Setelah Aku fikir-fikir…..
“Bisa
aja sih aku jualan seperti yang Ibu saranin tadi, lagi pula aku juga sekolah
pagi sampai siang, itu pun dilakukan secara online. Nah, malamnya Aku bisa
berjualan risol di samping Café Nostalgia saja. Lagi pula disana tempatnya
ramai, mungkin dengan begini aku bisa mendapatkan biaya tambahan kuliah, itung-itung
aku juga sambil mencari beasiswa agar aku bisa mendapatkan biaya kuliah secara
gratis” Ucapku dalam hati.
Sudah terhitung satu minggu ini aku
sudah berjualan risol, alhamdulillah banyak yang membeli dagangan ku. Saat di
waktu senggang aku juga sambil mencari-cari beasiswa agar aku bisa mendapatkan
keringanan biaya. Ayah ku juga sudah menyetujui Aku agar bisa lanjut kuliah
setelah lulus SMA nanti, asalkan aku bisa mencari biaya sendiri. Aku berjualan
dari jam 15.00-19.00 WIB. Saat pagi harinya aku sekolah online dan malam
harinya setelah berjualan aku belajar untuk mendapatkan beasiswa yang saat ini aku
nanti-nantikan.
Lantas waktu demi waktu berganti,
saat ini aku sedang melaksanakan ujian kelulusan. Tinggal menghitung hari saja aku
dinyatakan lulus SMA dan akan meninggalkan sekolah GARUDA NUSANTARA ini.
Tibalah pengumuman kelulusan,
murid-murid sedang menantikan moment kelulusan ini. Begitu pengumuman
diberitahukan aku dinyatakan LULUS dan
dinobatkan sebagai siswa yang memiliki nilai ujian tertinggi di sekolah. Dan
yang lebih mengejutkan lagi aku diberitahukan bahwa Aku mendapatkan Beasiswa
Full di salah satu kampus terbaik di Indonesia.
Akhirnya penantian ku selama ini
terkabul, penantian yang panjang, penantian yang memerlukan perjuangan. Lalu
Aku langsung mengabari kedua orang tua ku bahwa Aku dinyatakan lulus dan
mendapatkan beasiswa penuh di salah satu kampus terbaik di Indonesia.
“AYAHHH,
IBUUUUUU!!!!!!” Teriak ku dengan super heboh sembari berlarian, mencari kedua
orang tua ku dengan semangat.
“Iya
Nak, Ibu sama Ayah ada diruang tamu” Teriak Ibu, mendengar sumber suara ibu. Aku
langsung menghampiri mereka.
“Kenapa
sih Kamu, kok teriak-teriak” Tanya ayah, wajahnya terlihat kebingungan
“Ibu
Ayah Aku dinyatakan lulus dengan nilai tertinggi, dan Aku juga mendapatkan
beasiswa penuh disalah satu kampus terbaik di Indonesia Yah Bu” Jawabku sambil
menangis, aku benar-benar bahagia sampai tanpa sadar, air mata itu keluar
begitu saja.
“APAA?!
SERIUS?!!!” Saking terkejut nya, Ayah dan ibu langsung melebarkan kedua bola matanya,
bahkan sekarang mereka sudah berpindah posisi dari yang duduk santai sampai
berdiri
“Iyaa,
Aku serius” Ucapku sembari menutupi wajahku, aku terlalu bahagia sampai tidak
bisa berhenti menangis
“Alhamdulillah,
selamat ya sayang” Ibu langsung memeluk ku dengan hangat, beliau juga
menumpahkan air mata nya di pundakku, sepertinya ibu juga merasakan apa yang
sedang aku rasakan, tentu saja. Siapa juga yang tidak bahagia jika mendengar
anak nya sendiri sukses.
“Terimakasih
Ibu” Jawabku.
“Selamat
anak sulung Ayah, kamu hebatt. Ayah juga minta maaf sebelumnya karena tidak
mengizinkan kuliah sebelumnya. Sekarang Ayah akan mendukung kamu, apapun yang
kamu lakukan pasti Ayah dukung Nak. Sekali lagi selamat anak sulung perempuan
Ayah!!” Ucap Ayah.
“Hiks
Hiks Hiks Hiks terimakasih Ayah” Ucap ku sambil menangis.
Perjuangan ku untuk bisa merasakan bangku
dunia perkuliahan akhirnya terkabul. Terimakasih Allah, dan terutama Aku sangat
berterima kasih kepada diri ku sendiri karena telah berjuang sejauh ini.
Percayalah bahwa Allah memberikan cobaan yang begitu berat pasti terdapat
hikmah yang begitu indah. Aku si anak sulung perempuan bisa merasakan indahnya
masa perkuliahan dengan mendapatkan beasiswa penuh tanpa uang dari orang tua.
Penulis : Afifa
Fikriyah/ Anggota Magang LPM FatsOeN