Tampak depan suasana perpustakaan (16/20/2022). Masih tutup sejak tanggal 11 Februari 2022. Foto: LPM FatsOeN/Rifki Al Wafi

IAIN, LPM FatsOeN - Hampir sepekan perpustakaan IAIN Syekh Nurjati Cirebon tidak menerima pelayanan secara offline. Terhitung sejak dikeluarkan pengumuman perihal salah satu staf yang terpapar Covid-19. Hal ini berdasar pada Surat Edaran Rektor No. 0703/In.08/R/PP/00.9/01/2022 Tentang Penyesuaian Sistem Kerja Pegawai di Lingkungan IAIN Syekh Nurjati Cirebon dalam Upaya Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19).

Meski sudah diumumkan, kebanyakan mahasiswa tidak tahu mengenai informasi tersebut (staf terpapar Covid-19). Diketahui, surat pengumuman hanya ditempel di depan pintu masuk perpustakaan. Alhasil, mahasiswa yang sudah jauh-jauh datang menuju perpustakaan, langsung putar balik karena pelayanan perpustakaan tutup.

Pengumuman Perubahan Pelayanan Perpustakaan menjadi online. Foto: Didapat dari Ketua Perpus, Yayat.

"Sayang banget, tutup, padahal mau cari referensi skripsi. Udah jauh-jauh mau ke sini (perpus)," ucap salah satu mahasiswa HES.

Saat dimintai keterangan, Yayat selaku Ketua Perpustakaan mengatakan, "Bukan tutup, tapi pelayanan secara online."

Mahasiswa lain ada yang mengetahui bahwa perpustakaan sedang tutup, tapi tidak mengetahui apa alasan di balik itu. Seperti yang diucapkan salah satu mahasiswa SPI, "Tau, cuma gak tau karena apa, ngikutin SE Rektorat mungkin."

Dalam wawancara dengan LPM FatsOeN, Yayat juga menegaskan bahwa akan terus lock down sampai tanggal yang ditentukan. "Lock down sampai tanggal 18 Februari 2022, karena ada satu karyawan yang positif terpapar virus Covid-19. Sudah diumumkan dari Jumat yang lalu," tuturnya.


Reporter & Penulis: Rifki Al Wafi

 

Ilustrasi di balik keringanan UKT. Ilustrator: LPM FatsOeN/Rifki Al Wafi

Kata-kata apa yang pas untuk menuliskan sebuah ungkapan yang bisa mewakili perasaan dan perbuatan mulai dari keresahan, kebingungan, kepedulian, kebosanan, keumuman, dan ketidakpastian dalam suatu hal apapun itu, namun kita ketahui bersama semester genap mulai menatap di hadapan kita, dengan sinis akan kehadirannya sampai lupa ikatan benang merah yang tidak pernah putus sebelum dipindahkan dari kiri ke kanan, tali toga. Itulah ikatan kita dengan SPP/UKT, karenanya kita bisa berada di sini, karenanya kita bisa bertemu dengannya, karenanya kita bisa merasakan yang belum pernah kita rasakan. 

Baik dan buruk itu menyesuaikan oleh Dia yang mengalami dan menjalani, seperti tahun kemaren 2020-2021 masih menghadapai pandemi corona virus entah kapan akhirnya semoga cepat membaik walaupun kita tahu akan keadaan sekarang kabar hembusan angin gelombang ke 3, untuk kepastiannya seyogyanya pembaca lebih mendalami, tapi melihat dari data kemenkes sekitar 4 juta lebih yang ter konfirmasi. Oleh karena itu keputusan Menteri Agama Nomor 515 tentang keringanan UKT pada perguruan tinggi keagamaan atas dampak bencana wabah Covid 19. 

Para ormawa kampus berusaha untuk memperjuangkan kawan-kawan mahasiswa mendapatkan hak yang sepantasnya. Melihat dari peraturan keringanan UKT bahwa penurunan, pengurangan, perpanjangan masa pembayaran, dan angsuran. Implementasinya diserahkan kepada masing-masing kebijakan PTKIN dan disesuaikan dengan pilihan yang diajukan oleh mahasiswa. Di sinilah celah mahasiwa untuk mempertanyakan apakah kampus kita sudah menjalankan peraturan dari kemenag apa belum?

Hemm.. Sedang berfikir!

Mengakhiri semester ganjil terasa begitu cepatnya mulai menemukan titik terang akhir liburan, bisa dilihat dari kalender akademik tahunan yang sudah di buat pada awal tahun. Awalnya pembayaran UKT 17 Januari – 04 Februari di perpanjang sampai 11 Februari 2022, sedangkan untuk pengisin KRS 18 Januari – 07 Februari diperpanjang sampai 13 Februari 2022. Perpanjangan itu semua juga hasil dari ormawa sobat SEMA dan DEMA sekaligus tim support lainnya dari HMJ serta UKM untuk menahan pembayaran UKT sebelum keriganan terealisasikan bagi yang mengajukan dengan persyaratan yang sudah di informasikan sobat SEMA dan DEMA. 

Walaupun sudah ada pemberitahuan dan informasi stop pembayaran UKT, ada saja kawan mahasiswa yang kurang update dengan perihal itu karenanya mereka sudah mendahului pembayaran UKT dengan yang lainnya, keringanan UKT tidak berlaku bagi mahasiswa orang tuanya PNS/TNI/POLRI/BUMNI/BUMD yang masih aktif, beasiswa bidikmisi/KIP dan beasiswa lainnya, itu baru keringanan UKT  15%, untuk keringanan UKT 50% dengan persyaratan yang sama ditambah bukti pendaftaran online munaqosyah 31 Desember 2021, dan untuk keringanan UKT 100% dengan persyaratan yang sama ditambah surat keterangan meninggal dunia karena Covid-19 dari instansi berwenang.

Hal-hal yang perlu kita ketahui selain keringan UKT dan mahasiswa yang membayar UKT setiap semester itu sendiri adalah memperoleh layanan akademik dan pengajaran sebaik-baiknya sesuai minat bakat, kegemaran, dan kemampuan, serta memperoleh layanan informasi yang berkaitan dengan kegiatan dan hasil studi. Mengguankan fasilitas kampus yang disediakan dalam rangka pengembangan minat, bakat, penalaran, dan kesejahteraan untuk kelancaran belajar. Mendapatkan bimbingan penyelesaian studi oleh tenaga pengajar yang bertanggungjawab (dosen akademik, pembimbing tugas akhir) dan mendapatakan bimbingan dalam kegiatan kemahasiswaan.

Dari situ kita bisa lihat yang kita dapatkan seharusnya, pihak kampus tidak hanya menagih setiap semester yang muncul di smartcampus dengan tagihan tertera sesuai UKT 1-5 dan setiap tahunnya akan naik dengan sendirinya? Kabar-kabar akan menjadi UIN tapi telah pupus sudah, kita juga berharapan akan perubahan, melainkan sekarang dari KEMENAG merestui adanya kampus CYBER yang pertamakalinya di tingkatan PTKIN Se-Indonesia begitu istimewanya kampus tercinta kita ini. 

Namun, apa daya mahasiswa tidak boleh beraktifitas di ruangan maupun di sekitar kampus pada saat dulu awal mulai lock down sampai sekarang silih berganti menyesuaikan situasi dan kondisi kurang memungkinkan untuk di kampus dan sekitarnya, yang terkadang buka dan tutup. Menjadi fasilitas kampus tidak dimanfaatkan oleh kita dan dialih fungsikan dengan belajar lewat jaringan atau online dari rumah masing-masing, selama kuliah online yang kita jalani tekuni dengan perubahan dan kebiasan yang baru beradaptasi degnan teknologi marak jadi alat komunikasi dan belajar.

Selama kegiatan kuliah online di rumah, apa yang kita dapatkan? Dari PDDIKTI sendiri bertujuan memberi kouta data internet menunjang pelaksanaan pembelajaran jarak jauh pada masa pandemi Covid-19 dan pihak kampus masing- masing mendata nomor mahasiswa untuk dimasukkan ke dalam daftar bantuan kouta internet diberikan 3 kali selama 4 bulan, kawan-kawan mahasiswa tahu sendiri apakah dapat kouta gratis atau beli sendiri. Untuk kampus kita, apakah memberikan kouta insentive, setiap bulannya atau apa? sebagai ganti fasilitas kampus yang tidak dimanfaatkan oleh kita.

Antara kuliah online dan offline memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Melihat dari sisi keumuman kuliah online memiliki waktu luang yang banyak untuk produktif seperti membaca, menulis dan mempelajari hal yang baru selain mata kuliah, dan teruntuk kuliah offline berinteraksi secara langsung, bersosial aktif berdiskusi bersama dengan teman kampus maupun di luar. 

Selain itu juga tugas bersama sebagai mahasiswa dan dosen untuk saling melengkapi bagaimana dosen menyampaikan materi mata kuliah dengan motede baru dan mudah dipahami oleh mahasiswa, termasuk dalam UU No. 12 Tahun 2012 Pasal (12) Dosen sebagai sivitas akademik mentransformasikan ilmu pengetahuan atau teknologi yang dikuasainya kepada mahasiswa dengan mewujudkan suasana belajar dan pembelajran sehingga mahasiswa aktif mengembangkan potensinya. Kita juga sebagai mahasiswa tidak hanya diam dan menungu materi dari dosen mata kuliah melainkan bisa mengeksplorasikan berbagai macam literatur yang ada di berbagai platform sehingga akan terjalin saling menuangkan air putih ke dalam gelas sampai penuh untuk diminum untuk diri kita dapat meningkatkan proses metabolisme yang lebih baik.

 

QUICK QUESTION

Apa yang sudah kita lakukan, selama kuliah online?

Apa yang sudah kita dapatkan selama semester kemarin?

Apa yang akan direncanakan untuk semester genap?

Bagaimana cara mendapatkan yang kita cita-citakan ?

Pesan dan doa untuk orang yang melahirkan kita?


Penulis: Arai

Foto Bersama pasca Pelantikan dan Sertijab Ormawa periode 2022/2023. Foto: LPM FatsOeN/Nur Imania Rahayu Santoso

IAIN, LPM FatsOeN - Senat Mahasiswa IAIN Syekh Nurjati Cirebon menyelenggarakan pelantikan serah terima jabatan (sertijab) UKM/UKK periode 2022/2023. Kegiatan ini bertempat di ruang Auditorium Pascasarjana Lt. 3 IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Jumat (11/2/22).

Mengusung tema "Mewujudkan Organisasi yang Bergerak Proresif dan Inovatif Guna Melahirkan Generasi yang Expert, Exited & Excellent", kegiatan ini dilaksanakan secara offline dengan tetap mematuhi protokol kesehatan. Dalam pelaksanaannya kegiatan ini hanya dihadiri Wakil Rektor 3, SEMA & DEMA-I, serta perwakilan dari tiap ORMAWA yang total keseluruhan ada 18 UKM dan 2 UKK.

Warek 3, Ilman Nafi'a dalam sambutannya menegaskan kepada para ketua baru terpilih agar menjaga anggotanya. Terutama menjaga kesehatan fisik dan psikis anggota menjadi kewajiban. Jangan sampai membuat merasa trauma, ataupun tidak nyaman.

Masih dalam sambutannya, beliau juga berpesan agar terus melanjutkan yang bagus dari program ketua sebelumnya dan lebih baik lagi di kepengurusan ketua yang baru.

Warek 3 turut menyampaikan harapannya kepada ketua UKM-UKK kepengurusan yang baru. "Apa-apa yang baik dari program ketua lama dilanjutkan, dan kalau bisa lebih baik lagi," ujarnya.

Prosesi pelantikan dilanjut dengan pembacaan sumpah jabatan oleh seluruh ketua UKM & UKK baru periode 2022, dan penandatanganan pakta integritas dan berita acara serah terima jabatan kepengurusan.

Kadadi, selaku demisioner ketua LDM Sejati berharap kepengurusan ormawa selanjutnya bisa semakin sukses dan bermanfaat.


Penulis : Nurul Azhaari Fairuz dan Rifki Al Wafi

Apakah semua manusia harus membuang nalurinya untuk menjadi manusiawi?

Pertanyaan dasar inilah yang dilontarkan oleh Lee Byeong Chan seorang guru sains di sekolah SMA Hyoeson sebelum ia menjadi zombie karena terkena virus yang diciptakan oleh dirinya sendiri, All of  Us Are Dead, sebuah serial drama Korea bergenre horor yang menceritakan tentang sebuah virus yang berasal dari tikus percobaan yang mengigit jari manusia yang menyebabkan ia kejang-kejang, hilang kesadaran dan berubah menjadi zombie.

Tidak seperti serial atau film bertema zombie lainnya, All of Us Are Dead memiliki alur cerita yang kompleks, kita tidak hanya disuguhi oleh adegan kejar-kejar zombie dengan manusia saja seperti di film-film zombie biasanya, walaupun ceritanya hanya berfokus pada sekolompok siswa SMA yang berusaha menyelamatkan diri dari kejaran zombie tetapi disetiap adegannya memiliki makna yang cukup dalam, jika kita perhatikan ada beberapa topik yang diangkat dalam serial ini.

All Of Us Are Dead. Foto: Instagram allofusaredeadkr

Pada saat itu manusia menjadi wujud paling liarnya yaitu memangsa manusia lain, manusia yang tertular virus ini akan hilang kesadaran dan menyerang manusia lain tanpa pandang bulu, Lee Byeong Chan yang membuat virus ini beralasan bahwa dia muak melihat kehidupan manusia yang kuat selalu menindas yang lemah, ia menganggap bahwa ia hidup dalam sistem kekerasan sehingga bagi orang biasa sepertinya tidak bisa melakukan apa-apa. Dalam serial tersebut digambarkan bagaimana anaknya sering dibully di sekolahnya dan ia ingin membuat anaknya menjadi lebih kuat dan berani dengan menyuntikkan cairan, namun naas anaknya malah berubah menjadi zombie yang menyerang ibunya.

Jika kita kaitkan dengan teori Thomas Hobbes yang mengatakan bahwa manusia adalah Homo Homini Lupus artinya manusia adalah serigala bagi manusia lainnya tentu ini sangat relevan, dalam serial tersebut juga digambarkan bagaimana manusia mengeluarkan sisi kehewanannya hanya untuk bertahan hidup, mereka tega mengorbankan manusia lain demi keberlangsungan hidupnya.

Dalam serial yang berjumblah 12 episode ini, penggambaran wabah virus dibuat serealistis mungkin seperti wabah di dunia nyata,  mungkin karena serial ini dibuat semenjak wabah Covid-19 yang menjadi inspirasi dari beberapa scan adegan yang ada dalam serial, mulai dari orang-orang yang denial akan virus, penyebaran hoax, sampai politisi yang mencari popularitas, semuanya digambarkan hampir persis seperti pertama kali Covid-19 melanda.

Di sinilah saya kira kehebatan dari serial yang distrudarai oleh Lee Jae Kyu dan Kim Nan Su, mereka berhasil mengeksekusi bagaimana realita pandemi di dunia nyata ke dalam serial fiksi, sehingga penonton sejenak bisa berefleksi lewat layar kaca bagaimana carut-marutnya penanganan pandemi.

Adegan lain yang menurut saya bagus adalah ketika seorang jendral darurat militer melakukan pengemboman di kota Hyoseon sedangkan di sana masih banyak orang yang masih bisa diselamatkan, namun karena penyebaran wabah ini tidak terkendali dan belum ada obatnya yang akhirnya membuat ia memilih pilihan sulit yaitu memusnahkan semuanya, di sini sangat jelas dilema yang dihadapi oleh sang jendral bagaimana ia memilih untuk mengorbankan minoritas manusia untuk menyelamatkan mayoritas manusia, padahal jelas untuk urusan kemanusiaan sangat sulit jika kita pakai dengan cara kalkulasi, yang akhirnya setelah melaksankan tugas tersebut sang jendral menyesali perbuatannya lalu bunuh diri.

Walaupun serial ini bergenre horor tetapi sang sutradara masih menyelipkan sisi kehidupan remaja, setiap dialognya dibuat seperti dialog anak SMA yang belum dewasa, konflik-konflik kecil, pelecehan seksual, hingga drama percintaan tergambar jelas dalam serial ini, penonton diajak untuk memahami bagaimana permasalahan para anak remaja, orang tua kebanyakan hanya tahu luarnya saja, padahal remaja juga memiliki masalah hidup yang kompleks. Lewat sang ketua kelas, Nam Raa, kita bisa melihat bagaimana tekanan orang tua sangat berpengaruh betul terhadap kehidupan Nam Raa, ia menjadi anti sosial karena hanya ingin mengejar target orang tuanya, padahal di sisi lain hal ini malah membuat dia menjadi sangat kesepian.

Untuk keseluruhan, serial ini bagus dan cocok buat kalian yang suka genre horor, sains fiksi atau bahkan romance, apalagi ditambah dengan efek visualisasinya yang keren seperti film-film Hollywood. Namun, ada beberapa adegan juga yang terasa dibuat bertele-tele, jadi sedikit membuat bosan ketika menontonnya. Serial ini sangat tidak disarankan bagi anda yang tidak suka dengan sesuatu yang bersifat sadis, karena di sini digambarkan dengan sangat jelas seperti keluarnya usus dalam perut, tubuh terpotong, hingga mata yang tertusuk.


Penulis : Fahmi Labibinajib

Film Merindu Cahaya de Amstel. Foto: Instagram unlimited_production

Jika biasanya film yang bergenre romance selalu diidentikkan dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan penampilan adegan-adegan romantis, tetapi tidak dengan film yang satu ini, film yang diadaptasi dari sebuah novel dengan judul yang sama, Merindu Cahaya de Amstel berkisah tentang seorang jurnalis fotografi yang bernama Nicolas, yang secara tidak sengaja memotret seorang wanita berhijab bernama Khadijah, perjalanan kisah mereka berdua berlanjut dengan hadirnya Kamala, seorang wanita Indonesia yang tidak berhijab yang pernah Nicolas tolong sekaligus teman dekat dari Khadijah.

Awalnya, saya mengira film ini seperti kisah cinta segitiga pada umumnya, namun dalam film ini kisah cinta segitiga antara Nicolas, Khadijah dan Kamala diceritakan menjadi sedemikian kompleks, Nicolas yang menyukai Khadijah, namun terhalang oleh prinsip keislaman yang kuat dari Khadijah, di film ini Khadijah diperankan sebagai seorang wanita yang sangat taat kepada Agama, ini terlihat ketika ia menghindari berjabat tangan kepada laki-laki yang bukan mahromnya, di sisi lain Kamala yang merupakan teman Khadijah diam-diam menyukai Nicolas.

Di film ini cinta segitiga mereka tidak hanya soal siapa yang berhak saling memiliki, tetapi juga dibumbuhi berbagai macam adegan yang menyimpan berbagai macam pesan moral, seperti ketika Nicolas bertanya kepada Fatimah teman dari Khadijah yang mengajaknya masuk Islam, “Mengapa dalam Islam harus memakai kerudung? Fatimah menjawab dengan menganalogikan dua buah permen yang satu sudah dibuka (tidak berhijab) dan satunya lagi belum dibuka (berhijab) dan Nicolas disuruh memilih, dan ia memilih yang belum dibuka, dan pilihan itu ia perlihatkan kepada orang yang ada disitu termasuk Kamala seorang wanita tidak berhijab tetapi menyukai dirinya, bagi sebagian orang mungkin adegan ini sangat menyakitkan hati Kamala yang tidak berhijab, tetapi tidak hanya sampai situ penonton juga diajak untuk memahami bagaimana keutamaan berhijab dalam Islam.

Saya kira di sinilah hebatnya film di tengah kisah cinta segitiga yang pelik, tetapi masih bisa menyisipkan berbagai macam ajaran Islam kepada para penonton, banyak adegan lain yang sejenis seperti ketika Nicolas mencoba untuk masuk Islam hanya karena ingin menikahi Khadijah, walaupun Khadijah sendiri sebenarnya juga memiliki rasa cinta yang sama kepada Nicolas, tetapi karena ia menghargai perasaan temannya, Kamala, dan juga agar Nicolas tidak masuk Islam hanya karena dirinya tetapi harus karena Allah, perasaan suka ini ia tahan dengan sendirinya.

Dalam hal ini penonton diajak untuk melihat keteguhan hati Khadijah yang berpegang teguh kepada keimanannya, walaupun harus mengorbankan dirinya sendiri, Kamala juga digambarkan sebagai sesosok manusia yang beragama Islam tetapi tidak taat dalam melaksanakan ajaran agamanya, namun setelah ibunya meninggal ia mencoba kembali menjadi seorang muslim yang taat, ia sangat menyesal karena pesan ibunya untuk jangan meninggalkan solat tidak ia gubris sama sekali.

Dengan premis cerita yang dibangun cukup sederhana tetapi tidak membuat penonton bosan, apalagi latar film ini di sebuah kota yang indah bernama de Amstel, Belanda. Film ini jarang ada adegan romantis, tetapi dengan alur ceritanya yang matang film ini mampu membawa emosional penonton dengan beberapa iringan soundtrack lagu serta visualisasi yang memanjakan mata, film ini sangat cocok buat kalian yang suka film romance atau cinta-cintaan tanpa ada bumbu adegan bermesraan di dalamnya.


Penulis : Fahmi Labibinajib

Film Kukira Kau Rumah yang dibintangi Jourdy Pranata dan Prilly Latuconsina. Foto: Instagram sinemaku.pictures

Dari judul saja mungkin bagi sebagian orang film ini cukup menarik karena diambil dari salah satu lagu dari grup musik dari Bandung bernama Amigdala, Kukira Kau Rumah bercerita tentang Niskala seorang mahasiswa yang menjadi pengidap bipolar disorder sebuah penyakit mental yang berhubungan dengan berubahnya suasana hati dengan cepat, seseorang yang mengidap bipolar sangat mudah untuk merasa sangat senang dan bersemangat namun bisa juga menjadi sangat sedih dan putus asa, hal ini lah yang dialami oleh Niskala, di awal film diperlihatkan bagaimana Niskala tidak bisa mengontrol emosinya saat bedebat dengan temannya ketika mereka sedang persentasi dikelas, awalnya saya mengira film ini hanya akan diisi dengan kemarahan dan teriakan saja, tetapi hal ini tidak berlangsung lama, ketika Niskala bertemu dengan Pram.

Pram seorang mahasiswa semester atas yang sering menghabiskan waktunya dengan menyendiri, ia bekerja paruh waktu disebuah café, Pram awalnya tidak mengira bahwa Niskala adalah seorang yang memiliki penyakit bipolar, ia hanya mengetahui bahwa Niskala adalah orang yang ceria dan selalu tertawa, lewat kedua teman dekat Niskala yaitu Dinda dan Oktavianus ia paham bahwa Niskala berbeda dengan yang lain.

Setelah mengetahui bahwa Niskala berbeda alur cerita mulai menjadi kompleks, dengan kondisinya yang seperti ini Niskala hanya mempunyai dua teman Dinda dan Oktavianus ditambah dengan keluarganya yang sangat posesif kepada Niskala, dalam film ini orang tua menjadi antagonis, ia digambarkan sebagai tokoh yang selalu khawatir, membatasi, dan emosional, Dedi yang merupakan bapak dari Niskala walapun dalam film ia sangat jarang muncul tetapi ia memiliki peran yang sangat penting, dengan alasan kasih sayang ia malah membatasi segala gerak gerik anaknya, puncaknya ketika ia memergoki Niskala sedang manggung bersama Pram di sebuah café, yang akhirnya membuat ia naik pitam dan langsung menarik Niskala dari panggung yang akhirnya membuat Niskala marah, sedih dan ingin bunuh diri.

Beberapa bagian di film ini memang memperlihatkan bagaimana kehidupan seseorang yang memiliki gangguan mental bipolar,  lewat tokoh Niskala kita diajak untuk merasakan bagaimana ia tidak bisa mengendalikan emosinya ketika ia menjalani kehidupan sehari hari, dalam kondisi seperti ini orang yang mengidap bipolar memerlukan orang-orang yang sangat dekat dan memahami betul kondisi seseorang yang sedang mengidap ganguan bipolar seperti Dinda dan Okvianus, mereka harus selalu bisa memahami ketika temannya tiba-tiba marah, senang, bahagia, sedih atau nangis, karena sampai saat ini gangguan mental disorder masih belum ditemukan obatnya, untuk menanggulanginya pengidapnya hanya diberi obat anti depresan dan terapi, bipolar tidak menular, kebanyakan disebabkan oleh faktor genetik atau keturunan.

Ketika gangguan ini kambuh, pengidapnya akan merasakan suasana mental yang sangat kacau, mudah lelah, kurang bersemangat, dan kehilangan minat dalam menjalani kehidupan, biasanya gejala ini akan berlangsung selama berhari-hari atau bahkan berbulan-bulan seperti yang dialami oleh Niskala. Niskala dalam film ini diperankan oleh Prilly Latuconsina, ia memainkan perannya sebagai pengidap bipolar dengan sangat baik.

Namun, dari segi alur film ini sedikit “maksa”, konflik yang dibangun terlalu cepat bahkan terkesan terburu-buru diakhir, ayah Niskala yang jarang nongol tiba-tiba menjadi antagonis yang menyebalkan, ini digambarkan ketika ia menarik Niskala dari pangung dan memukul Pram, dengan argumen kasih sayang orang tua yang menurut saya kurang rasional, ditambah dengan adanya adegan ketika Pram mencoba untuk membujuk Niskala untuk bunuh diri tetapi malah Pramnya sendiri yang terjatuh dari gedung, sungguh plot twist yang sangat membangongkan membingungkan sekali bukan.

Mungkin bagi sebagian orang setelah menonton film ini akan langsung bercermin kepada dirinya sendiri apakah mereka terkena gangguan mental disorder, karena hanya mereka sendiri yang tahu, kadang merasa mudah badmood dan pura pura bahagia di depan orang padahal sebenarnya mempunyai kesedihan yang sangat dalam, saya rasa ketika kalian merasa seperti ini silakan kalian pahami dulu apakah yang kalian lakukan ini merupakan self diagnosis atau hanya sekedar self awarenes saja? Karena untuk persoalan mental illness atau gangguan mental tidak boleh untuk terlalu menggampangkannya juga, jadi tidak baik untuk langsung menjustifikasi bahwa mereka hanyalah kumpulan orang-orang “lebay” setelah menonton film.


Penulis : Fahmi Labibinajib

Post Truth Journalism. Ilustrasi: LPM FatsOeN/Rifki Al Wafi

Sedangkal pemahaman saya, era post-truth adalah era di mana fakta objektif dapat dikalahkan oleh emosi dan keyakinan seseorang. 

Di era post-truth ini, kita merupakan masyarakat pengguna media yang menempatkan media sebagai alat, dan masyarakat sebagai konsumen sehingga komunikasi semakin terbuka. Jurnalis hendaknya masuk di dalamnya untuk menjembatani masyarakat. Sebab, media sebagai alat komunikasi dan informasi, sarat akan kepentingan kelompok-kelompok tertentu, untuk mendesain informasi dalam bentuk opini publik.

Jurnalis harus membentengi diri dari segala bentuk informasi bohong, dengan cara meningkatkan kualitas diri demi menjaga independensi jurnalistik. Tentunya, jurnalis yang saya harapkan, adalah jurnalis yang kritis dan tanggap terhadap isu-isu yang muncul, baik isu-isu lokal, isu-isu nasional, maupun isu-isu dunia yang dipropagandakan oleh media. 

Tolok ukur sukses atau tidaknya seorang jurnalis menyampaikan informasi di media, bukan dilihat dari bagaimana dia menyampaikan pesan kepada khalayak, tetapi dilihat dari bagaimana pesan yang disampaikan olehnya, mampu diterima dengan baik, tanpa intervensi dari pihak manapun, dan tidak berafiliasi dengan golongan tertentu. Artinya, informasi yang disampaikan itu sangat transparan (nyata/jelas dan apa adanya). 

Belakangan ini, Independensi Jurnalistik mulai melemah, hal itu disebabkan oleh menurunnya minat baca dari kalangan jurnalis itu sendiri. Di zaman sebelum post-truth saja, saya rasa minat baca dan tulis bangsa kita masih kurang, malah jauh tertinggal dengan bangsa lain. Apalagi, sekarang keberadaan internet membuat semuanya terlihat lebih mudah dan praktis. Apakah mayoritas dari kita memanfaatkan internet untuk membaca, menulis, dan belajar? Entahlah, melihat tulisan yang panjang saja sudah membuat malas membaca. Sepositif apa pengaruh internet bagi kita? Apakah hanya dijadikan media untuk bermain game dan menonton vidio porno? Berapa persen minat baca tulis bangsa kita? 

Masyarakat Indonesia masih belum siap menghadapi kemajuan teknologi. Sekali mengenal teknologi, seringkali disalahgunakan. Status Facebook saja, masih banyak yang isinya tentang caci maki sesama tetangga, bahkan kerabat sendiri. 

Minim kesadaran akan pentingnya membaca dan menulis sudah sangat meluas, bahkan di seluruh Indonesia. Hal ini menyebabkan negeri kita masih kekurangan jurnalis dengan kualitas terbaik. Sehingga para jurnalis masih rawan terkena intervensi dari pihak luar. 

Semoga tulisan sederhana ini dapat menjadi stimulus bagi kita, agar semakin giat membaca dan menulis, demi keutuhan independensi jurnalistik terlebih di era post-truth ini. 

Selamat Hari Pers Nasional.


Penulis: Burhannudin