(Ilustrasi pengeroyokan anggota LPM Progress UNINDRA oleh oknum HMI Komisariat UNINDRA/Alfan)

Laku brutal pengeroyokan yang dilakukan oleh beberapa anggota HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) Komisariat Universitas Indraprasta (UNINDRA) terhadap jurnalis Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Progress merupakan  kebiadaban yang tak bisa dibenarkan. Pada mulanya, ARM, jurnalis LPM Progress menulis opini perihal mengkritisi sikap HMI Komisariat Persiapan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) atas dukungannya terhadap RUU Omnibus Law, yang mendapat banyak penolakan di berbagai daerah. Sialnya, alih-alih kritik yang dilayangkan oleh ARM ditanggapi dengan beradab: melalui tulisan, diskusi atau apapun. Justru dengan pengeroyakan yang dilakukan oleh beberapa anggota HMI Komisariat UNINDRA.

Padahal pihak LPM Progress sudah kooperatif dalam menyikapi protes dari HMI Komisariat UNINDRA dengan mendatangi tempat yang telah disepakati. Setelah bertemu, LPM Progress menjelaskan bagaimana kritik itu dilayangkan. Kemudian LPM Progress menawarkan hak jawab. Penawaran tersebut tak diindahkan. Dari pihak HMI Komisariat UNINDRA mulai panas, tidak terima atas kritikan yang dilayangkan oleh jurnalis LPM Progress. Diskusi pun tak berjalan, yang ada ancaman demi ancaman kepada ARM. Semakin derasnya ancaman demi ancaman, ARM dikeremuni. Tak berselang lama, pukulan demi pukulan menyasar wajah dan sekejur tubuhnya. Kawan-kawan LPM Progress mencoba melindungi ARM, naas mereka justru dihajar sekitar 20-an  anggota HMI Komisariat UNINDRA. Pasca kebiadaban yang dilakukan HMI Komisariat UNINDRA, ARM harus dilarikan ke Rumah Sakit, pun kawan-kawannya mengalami lebam dan memar.

Penyikapan busuk HMI Komisariat UNINDRA terhadap kerja-kerja jurnalistik menambah daftar panjang tragedi pilu kekerasan jurnalis. Menurut Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia sepanjang empat tahun terakhir ada  312 kasus. Seharusnya HMI yang mendaku diri menciptakan insan cita, menjadi pelopor yang beradab, berfikiran luas dan berjiwa akdemis. Itu artinya kader HMI seharusnya terbuka dengan kritik yang disampaikan dan mendukung kebebasan berpendapat, bukan malah melakukan tindakan-tindakan yang merepresentasikan Abu Jahal, yang brutal, kejam dan congkak.
  
Maka atas kebiadaban HMI Komisariat UNINDRA, LPM Fatsoen menyatakan sikap:
  • LPM Fatsoen bersama korban pengeroyakan LPM Progress sampai mendapatkan keadilan.
  • Mendukung sepenuhnya upaya LPM Progress menuntut keadilan.
  • Melaknat kebiadaban HMI Komisariat UNINDRA.
  • Tangkap dan adili anggota HMI Komisariat UNINDRA yang melakukan pengeroyokan terhadap jurnalis LPM Progress.
       (LPM Fatsoen)

LPM Fatsoen - Dalam surat edaran Pusat Pengembangan Bahasa (PBB) IAIN Syekh Nurjati Cirebon nomor 085/In.08/PP.00.9/03/2020 perihal Pemberitahuan Tindak Lanjut Edaran Rektor IAIN, yang mana salah satu poinnya meliburkan perkuliahan pada tanggal 20-22 Maret. Hal itu, agar para Tutor mempersiapkan materi serta strategi pembelajar daring. Namun, Hayatul Munawarah selaku dosen intensif di kelompok 18 untuk kelas pagi dan 27 untuk kelompok kelas siang tetap mengadakan perkuliahan daring pada tanggal 20-21 Maret.

(Surat edaran yang dikeluarkan oleh PPB / dok.)

“Mahasiswa yang diampu oleh saya akan mengadakan kelas daring mulai besok (20-21 Maret),” kata Haya, sapaan Hayatul Munawarah. Pasalnya, masih menurut Haya “Untuk meningkatkan minat belajar bahasa Inggris mahasiswa yang masih kurang. Juga karena hasil tes awal kurang memuaskan,” ujarnya melalui pesan WhatsApp. (19/03).

Dosen yang berasal dari Jombang, Jawa Timur ini menyadari bahwa tindakannya memutuskan untuk melakukan perkuliahan daring pada tanggal 20-21 menyalahi aturan PPB, “Sebenarnya betul, kalau atas nama PPB, saya salah. Karena memulai lebih awal dan diluar prosedur,” Kata Haya.

Menanggapi hal itu, mahasiswa yang diampu oleh Haya tidak terima atas kebijkan sepihak dosennya, “Wong dalam surat edaran itu dikatakan libur, ini kami disuruh masuk,” katanya, yang menolak disebutkan namanya. “Anak kelas juga begitu, kalau di belakang pada protes, giliran di group pada diem saja,” sambungnya.

Merespon kekesalan mahasiswanya, Haya tidak mewajibkan untuk ikut kelas daring yang akan dilaksanakan besok dua hari kedepan (22-21 Maret), “Tidak diwajibkan, hanya untuk yang berminat saja,” kata Haya, perempuan kelahiran tahun 1985. “Tidak ada konsekuensinya juga, mau ikut boleh, tidak juga tidak apa-apa,” pungkasnya. (Sulthoni/Fatsoen)
(Foto : Sulthoni/LPM FatsOeN)
LPM FatsOeN, Cirebon-Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Cirebon (AMC) melakukan aksi di Tugu Proklamasi, Kota Cirebon. Puluhan mahasiswa itu menolak RUU Omnibus Law Cipta Kerja. (5/03)

Mahasiswa menilai, bahwa RUU Omnibus Law Cipta Kerja hanya berpihak pada investor, Abdul Rokhman dalam orasinya, "Omnibus Law Cipta Kerja hanya mementingkan kapital," katanya. "Maka, kami berdiri di sini untuk menolak omnibus law," lanjut Abdul, mahasiswa pertanian Universitas Gunung Jati (UGJ).

Hal senada juga di sampaikan oleh Rizaldi "Padahal dasar negara kita mengharuskan menyejahterakan warga negara," kata Rizaldi selaku juru bicara AMC. "Bukan untuk kepentingan segelintir orang," lanjutnya.

Lebih jauh, Rizaldi memaparkan bahwasanya RUU Omnibus Law Cipta Kerja, alih-alih membuat warga negara akan sejahtera justru semakin menderita. Misalnya, dalam draft RUU Omnibus Law, yang salah satunya merugikan buruh. Kemudahan merekrut dan mem-PHK pekerja masuk dalam pasal status kontrak tanpa batas, penghapusan perlindungan upah dan PHK, serta pemotongan jumlah pesangon.

"Yang ada, nasib buruh semakin buntung. Makanya, kami menolak Omnibus Law Cipta Kerja," sambung Eri, mahasiswa Institut Agama Islam Bunga Bangsa Cirebon (IAI BBC).

Rizaldi menyerukan kepada semua elemen organisasi dan masyarakat untuk bersatu dan bersama-sama menolak Omnibus Law. Sebab, kata Rizaldi "Yang menjadi korban bukan hanya buruh, tapi petani, nelayan, mahasiswa, pelajar dan kita semua," pungkasnya.

Penulis : Sulthoni
Reporter : Sulthoni

SURAT KLARIFIKASI
Nomor : ISTIMEWA

Dengan beredarnya tulisan Kawal Aksi Premanisme di Kampus dan membuat kegaduhan berbagai pihak. Sehingga Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) FatsOeN harus mengklarifikasi, sebagai bentuk pelurusan desas-desus yang beredar dan tidak jelas:

1. Tulisan itu bukan dari LPM FatsOeN, sebab bentuk jurnalisme tidak provokatif.

2. Segala produk jurnalistik LPM FatsOeN hanya dimuat di Website Fatsun.id dan Bulletin FatsOeN. Tidak dengan sebaran serampangan yang beredar di WhatsApp.

3. FatsOen merasa dirugikan atas anggapan bahwa itu adalah produk jurnalisme. Broadcast yang menyebar adalah seruan aksi atau propaganda yang sama sekali bukan bagian dari aktivitas liputan fatsOen.

4. Hal-hal yang beredar di luar Website dan Bulletin, bukan produk jurnalistiknya LPM FatsOeN.

Atas dasar itu, Maka LPM FatsOeN menyatakan tidak pernah menyebar tulisan broadcast. Terimakasih atas perhatiannya.


LPM FatsOeN

Suasana di lantai satu Perpustakaan IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Foto : LPM FatsOeN/Nur Azizah

LPM FatsOeN, Cirebon-Keberadaan perpustakaan sangatlah penting bagi mahasiswa di IAIN Syekh Nurjati Cirebon.  Kampus ini sendiri memiliki perpustakaan yang terletak di lingkungan Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam  (FSEI) serta Fakultas Usuludin Adab dan Dakwah (FUAD). Jika ditilik dari dua tahun ke belakang, perkembangan Perpustakaan IAIN Syekh Nurjati Cirebon cukup signifikan. Hal ini bisa dirasakan dari segi pelayanan dan tata ruang perpustakaan. 

Menurut salah satu staff Perpustakaan IAIN Syekh Nurjati Cirebon bernama Tuti , dalam pelayanannya, pengelola perpustakaan menyediakan kotak saran dan mesin antrean untuk pengembalian buku. Informasi yang disediakan pengelola perpustakaan pun cukup lengkap, mulai dari tata cara mengoperasikan katalog elektronik, alur layanan peminjaman buku, hingga ketentuan sanksi keterlambatan pengembalian buku. Dirinya menambahkan, bagi mahasiswa yang terlambat mengembalikan buku pinjaman, akan dikenakan sanksi selving atau literasi kepustakaan sesuai dengan jumlah hari terlambat. Semakin banyak jumlahnya, semakin lama pula literasi kepustakaan yang wajib dilakukan mahasiswa. Tuti mengaku, hal tersebut adalah konsekuensi bagi mahasiswa yang kurang disiplin dan sebagai bentuk peningkatan tanggung jawab mahasiswa dalam menjaga buku. Namun tidak sedikit juga mahasiswa yang mengabaikan tanggung jawabnya untuk literasi kepustakaan. 

 “Tidak sedikit mahasiswa yang tidak mau melakukan itu  (literasi kepustakaan), buktinya adalah kartu yang menumpuk di sini (di perpustakaan), karena kartu itu sebagai jaminan bahwa pemiliknya harus melakukan literasi kepustakaan.” kata Tuti saat detemui LPM FatsOeN, belum lama ini.

Tuti menyampaikan, setiap harinya, pengunjung perpustakaan bisa mencapai 700 mahasiswa, bahkan bisa lebih. Pada tahun 2019, persentase pengujung meningkat hingga 15%. Hal ini menurut Tuti perlu diimbangi dengan jumlah buku yang memadai. Dari penuturannya, anggaran pendanaan buku perpustakaan IAIN Syekh Nurjati Cirebon  berasal dari Anggaran APBN sesuai kebutuhan dosen dan mahasiswa dalam proses pembelajaran, kerja sama dengan penerbit, kerja sama dengan  Dinas dan Arsip Perpustakaan Daerah dan Nasional, kerja sama dengan BI, serta hibah buku dari Alumni.

Lebih lanjut Tuti menjelaskan, dari segi tata ruang, perpustakaan IAIN Syekh Nurjati Cirebon juga sudah cukup baik. Perpustakaan ini memiliki tiga lantai. Lantai satu digunakan untuk pelayanan pengembalian dan perpanjangan buku, ruang input data, ruang kepala perpustakaan, BI Corner, Cirebonese Corner, Panggung Literasi, tempat penyimpanan barang bawaan, toilet, serta pelayanan OPAC (katalog elektronik). Sedangkan di lantai dua, pengunjung dapat menjumpai koleksi buku terkait mata kuliah, novel, maupun buku bacaan lainnya. Di lantai tiga, pengunjung dapat menjumpai koleksi karya ilmiah, seperti skripsi dan tesis.

Sementara itu, Yayat Suryatna selaku Kepala Perpustakaan IAIN Syekh Nurjati Cirebon menyatakan, bahwa ada tiga indikator manajemen yang baik. Pertama, dari segi gedung perpustakaan yang memadai, dapat dilihat dari luas perpustakaan dan jumlah mahasiswa yang seimbang. Kedua, dari segi pelayanan yang memadai, dan yang ketiga adanya prosedur perpustakaan. Ia berharap perpustakaan bisa memberikan pelayanan yang terbaik untuk mahasiswa, salah satunya dengan menyosialisasikan sistem dalam peminjaman buku saat pengenalan mahasiswa baru. Menurutnya, terwujudnya perpustakaan yang baik yaitu ketika semua elemen ikut serta menjaganya. Begitu pun untuk pengunjung perpustakaan, alangkah baiknya ikut menjaga dan merawat, baik ruang perpustakaan, menyimpan buku pada tempatnya, serta tidak sabotase buku. Pihak perpustakaan pun mengimbau kapada pengunjung untuk menjaga barang bawaan, serta tidak teledor sehingga insiden pencurian tidak lagi ada.

“Ada tiga indikator manajemen yang baik. Pertama, dari segi gedung perpustakaan yang memadai, dapat dilihat dari luas perpustakaan dan jumlah mahasiswa yang seimbang. Kedua, dari segi pelayanan yang memadai, dan yang ketiga adanya prosedur perpustakaan,” ujar Yayat.

Di sisi lain Nurkholifah, mahasiswa semester  III IAIN Syekh Nurjati Cirebon merasa kesulitan dalam mencari buku karena letak buku tidak sesuai dengan raknya. Sedangkan menurut Rifatul Mahmudah mahasiswa semester VII IAIN Syekh Nurjati Cirebon kenyamanan pengunjung ketika berada di dalam perpustakaan pun perlu diperhatikan. Selain itu, Rifatul menilai sistem keamanan perpustakaan IAIN Syekh Nurjati Cirebon perlu dibenahi. 

“Loker yang sudah disediakan seharusnya disertakan kunci agar lebih aman. Tidak lupa, pulpen yang disediakan untuk menulis daftar buku pinjaman mahasiswa masih terbatas,” ucap Rifatul. 

Reporter : Siti Aisyah, Casmirah, Ineu Yulyani
Penulis   : Siti Aisyah, Casmirah, Ineu Yulyani
Penampilan Penyanyi Putri Delina di Acara HARPA. Foto : LPM FatsOeN/Putri Gemma Guntari

LPM FatsOeN, Cirebon–Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Paduan Suara Mahasiswa (PSM) IAIN Syekh Nurjati Cirebon menggelar acara bertajuk Harmoni Pagelaran (HARPA), di Halaman Parkir Gedung Fakultas UAD dan Fakultas Syariah pada Sabtu (2/11).

HARPA sendiri merupakan salah satu program kerja tahunan dari UKM PSM IAIN Syekh Nurjati Cirebon. HARPA bertujuan sebagai wadah untuk eksplorasi talenta para anggota. Selain itu HARPA juga dijadikan sebagai ajang silaturahmi antar pengurus, anggota kehormatan, demisioner, dan juga dewan pendiri. 

“Tujuannya sebagai eksplorasi atau acara puncak anak PSM setelah dilatih di UKM PSM. Selain itu juga sebagai ajang siltaruhami antar pengurus, anggota kehormatan, demisioner, dan juga dewan pendiri,” ujar Rudi selaku Ketua Pelaksana kepada LPM FatsOeN, Sabtu (2/11).

Dikatakan Rudi, HARPA juga merupakan salah satu dari rangkaian kegiatan hari ulang tahun UKM PSM IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Tahun ini menjadi tahun ke-24 HARPA diselenggarakan. Dengan tema Wind Beneath My Wings yang berarti seperti sayap burung, HARPA 24 menjadi HARPA yang berbeda dari tahun sebelumnya. 

Menurut Rudi, tahun ini adalah tahun pertama UKM PSM mengadakan konser musik dengan menghadirkan guest stars dari penyanyi nasional, yakni Putri Delina. Selain itu masih banyak penampilan dari band maupun penyanyi lokal seperti Ahsan dan Puja, Excercise, Bang Jem, K-Project, dan lainnya. 

"Untuk HARPA tahun ini, selain kita terlibat dari internal, kita juga melibatkan dari luar seperti Putri Delina. Kita juga bekerjasama dengan beberapa sponsor juga, dan ini hal yang pertama dari PSM,” ungkapnya.

Reporter : Puteri Gemma Guntari
Penulis   : Puteri Gemma Guntari
Sejumlah seniman internasional tampil menghibur di acara Jagakali Art Festival 8. Foto : LPM FatsOeN/Fathnur Rohman

LPM FatsOeN, Cirebon- Pembukaan acara Jagakali Art Festival 8 dilaksanakan di daerah Cadas Ngampar, Kopi Luhur Kelurahan Argasunya, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon. Jum'at (25/10). Jagakali Art Festival ini merupakan acara rutin yang diadakan oleh perkumpulan komunitas seni dan pecinta lingkungan. Acara tahun ini merupakan yang ke 8. 

Salah seorang voullenteer Jagakali Art Festival 8 bernama Telly menjelaskan, 
acara itu bermula dari keresahan seorang seniman bernama Niko terhadap lingkungan. Niko melihat banyak lingkungan yang rusak, serta banyak masyarakat sekitar yang kurang peduli terhadap lingkungan.

Niko kemudian tergerak hatinya untuk mengajak masyarakat sekitar mencintai lingkungan, namun tetap dalam kapasitasnya sebagai seorang seniman. Niko akhirnya mengadakan acara seni yang didalamnya terdapat pesan untuk menjaga lingkungan, yakni Jagakali Art Festival. 

Niko mengawali hal tersebut dengan teman-teman sesama komunitasnya untuk mengadakan acara seni. Tidak hanya itu, mereka menyelipkan pesan agar masyarakat tetap mencintai lingkungannya. Enam kali acara itu berlangsung, dan tepat pada Jagakali Art Festival yang ke 7 acara ini sudah dalam kancah internasional. Mereka mengajak teman atau kenalan dari luar negri untuk ikut serta dalam acara tersebut. 

"Setiap acara Jagakali ini tuh mengambil tempat acaranya beda-beda. Tema setiap acaranya  juga beda dengan maksud dan pesan tertentu yang terkandung di dalamnya." Ucap Telly kepada LPM FatsOeN, Jumat (25/10).

Telly menuturkan, tema yang diangkat dalam Jagakali Art Festival yang ke 8 ini yaitu Cinta Sejati. Maksud dari tema ini adalah sebagai pembuktian sejauh mana cinta kita terhadap Bumi yang sudah memberikan segalanya kepada kita.
 
Banyak rangkaian acara yang ada. Jagakali Art Festival menggaet beberapa seniman ternama, komunitas-komunitas seni, juga beberapa elemen lainnya untuk ikut serta meramaikan acara. Hal itu dilakukan untuk menarik perhatian khalayak agar ikut dalam acara tersebut, dan pesan yang hendak disampaikan bisa diterima oleh lebih banyak orang. 

Tidak hanya itu, Jagalai Art Festival juga mengadakan pra event yang dimana isinya adalah kegiatan menjaga lingkungan seperti membersihkan sungai, dan sebagainya. Hal tersebut dilakukan agar pesan utama yang dimaksud tetap sampai keda masyarakat, yaitu menjaga lingkungan.

Reporter : Ade Rahmawati
Penulis   : Ade Rahmawati