Resensi novel :
1. Identitas Buku
Judul Buku : Orang-orang Biasa 
Nama Pengarang : Andrea Hirata
Nama Penerbit : Penerbit Bentang (PT. Bentang Pustaka)
Ketebalan Buku : 20,5 cm (xii + 300 halaman)
Tahun Terbit : Februari, 2019.

Buku ini menceritakan tentang seorang Andrea Hirata yang gagal membawa Putri Belianti, seorang anak miskin yang cerdas, masuk ke sebuah fakultas kedokteran di Universitas Bengkulu. Siapa yang tak mengenal Andrea Hirata, seorang penulis hebat juga menginspirasi banyak orang, Indonesia patut bangga memiliki Andrea Hirata. Di dalam novel ini kita dapat melihat kekecewaan berat yang dialami oleh Andrea Hirata. Betapa begitu sulitnya melanjutkan pendidikan di Indonesia, meskipun telah berjuang sampai batas, namun akhirnya gagal karena dipatahkan oleh mahalnya uang muka yang ditawarkan universitas. 

Pengantar buku ini berlatar di sebuah kota yang naif bernama Belantik, yang menceritakan tentang penduduk kota yang begitu apa adanya, tidak munafik. Pada halaman 5 ditegaskan bahwa penduduk kota Belantik adalah penduduk yang jika ada masalah mereka cenderung menyelesaikannya secara kekeluargaan. Mereka bukan orang-orang yang kasar. Mereka berjiwa humor, tak suka melanggar hukum dan respek pada otoritas. Jika mereka miskin mereka bersahaja; jika mereka kaya mereka tidak rakus; jika mereka miskin dan mereka tidak kaya mereka tidak ada. Bagi saya Belantik mencerminkan beberapa karakter penduduk di Indonesia, melihat beberapa isu negara yang berkembang saat ini, masih ada sebagian orang yang tetap santuy menjalani kehidupannya bukan? Begitulah Belantik.

Orang-orang biasa bukanlah kumpulan 10 kawan yang direkrut oleh sang penulis untuk menjadi 10 karakter yang unik dalam sebuah novel. Orang-orang biasa adalah 10 kawan yang dipertemukan sebab memiliki takdir hidup yang sama sewaktu di sekolah. Mereka adalah Debut, Dinah, Salud, Sobri, Handai, Tohirin, Honorun, Rusip, Nihe dan Junilah. Mereka memiliki kesamaan sejak di bangku sekolah dasar, mereka sama-sama dibully, sama-sama bodoh, sama-sama miskin, meskipun begitu mereka tahu bagaimana menikmati hidup dengan sederhana tanpa penuh manipulasi.
Sekumpulan orang-orang biasa yang menjadi karakter dalam sebuah novel bukanlah tugas yang mudah bagi seorang penulis untuk menyelesaikan tulisannya. Dengan cara berpikir Andrea Hirata, ia mampu menjadikan kesepuluh orang-orang biasa ini menjadi 10 orang yang memiliki karakter unik dan mampu melakukan hal-hal hebat. Patutlah kiranya, novel ini bisa menjadi novel bestseller lainnya dari seorang Andrea Hirata. Novel ini benar-benar novel ajaib. Mengapa ajaib? Sebab tidak hanya menguras kegetiran saja saat membacanya, tetapi juga ada humor yang unik, menyinggung bullying, keacuhan seorang guru, kriminalitas, persahabatan, serta penyelesaian masalah dalam novel ini yang tidak dapat ditebak.

Belajar memang hak semua anak bangsa, maka benar seruan Andrea Hirata pada lembar ketiga pada novel ini bahwa, mereka yang ingin belajar, tak bisa diusir. Berkisah tentang Aini seorang anak dari ayah yang meninggal dunia tanpa diketahui sebabnya apa, membuat Aini banting stir menjadi semangat belajar, belum lagi adiknya juga meninggal dunia sebab sakit seperti ayahnya. Ia dan ibunya, Dinah, yang telah menjadi predikat bodoh dalam matematika oleh guru Tri Wulan, berubah siang dan malam tak henti-hentinya belajar dan mencintai matematika. Sampai pada akhirnya ia dinyatakan lulus masuk ke sebuah universitas. Perjuangan Dinah dan ke-9 kawan-kawannya dalam membantu Aini masuk ke fakultas kedokteran bukanlah hal yang main-main. Mereka mengorbankan banyak hal; pikiran, tenaga, dan material, hanya untuk seorang anak miskin yang cerdas. Ini bukan lagi tentang persahabatan yang tumbuh sejak di bangku sekolah dasar tapi tentang perjuangan seorang anak meraih cita-citanya.

Penulis : Poni Rahayu
Film Joker 2019/Dok. DC Pictures

Seperti film Joker yang disutradarai Todd Phillips yang akhir-akhir ini sedang hits. Arthur Fleck sebagai tokoh utama, digambarkan menderita gangguan jiwa. Dia mengalami tekanan mulai dari terisolasi, diintimidasi dan diabaikan oleh masyarakat. Berbagai tekanan tersebut membuatnya berubah menjadi sosok Joker atau yang dikenal sebagai dalang kriminal. Dalam Joker, tindakan Fleck dipicu ketika ia marah, malu, terkejut atau gugup dalam situasi publik.

Menurut data dari World Health Organization (WHO), dalam rentang usia 15 - 29 tahun, satu orang setiap 40 detik dapat melakukan bunuh diri dan upaya bunuh diri. Jika dijumlah, tiap tahunnya hampir 800.000 orang meninggal karena bunuh diri dan lebih dari 20 dengan upaya bunuh diri. Bunuh diri terjadi di semua wilayah di dunia. Faktanya, 79% dari bunuh diri global terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Sementara hubungan antara bunuh diri dan gangguan mental seperti depresi dan gangguan penggunaan alcohol, biasanya terjangkit oleh orang-orang yang sudah mapan, dan banyak yang bunuh diri secara impulsif di saat-saat krisis. 

Di Indonesia sendiri, dari data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi gangguan mental emosional yang ditunjukan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan sebesar 6% untuk usia 15 tahun ke atas atau sekitar 14 juta orang. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia, adalah 1,7 per 1.000 penduduk atau sekitar 400.000 orang. Angka ini meningkat dibandingkan tahun 2013 yaitu sebesar 6%. Penderita gangguan mental di Indonesia banyak yang mengalami perundungan dari orang sekita hingga tak  sanggup berobat. 

Setiap tanggal 10 Oktober menjadi peringatan hari kesehatan jiwa internasional, termasuk Indonesia mengikuti ketetapan World Federation for mental Health (WFMH) sebagai kepedulian global akan pentingnya meningkatkan kepedulian terhadap orang dengan gangguan jiwa. Menurut sejarah, penetapan peringatan hari kesehatan jiwa sedunia dilatarbelakangi dari sebuah program yang dirancang oleh WFMH pada tahun 1992, dengan membawa misi untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran masyarakat seluruh dunia mengenai kesehatan jiwa.

Peringatan hari kesehatan jiwa sedunia tidak sematamata untuk mengenang hari penting yang bersejarah, namun menjadi inspirasi bagi mereja yang mengalami depresi bullying, disebabkan oleh banyak faktor diantaranya faktor sosial dan tekanan dari lingkungan yang mengakibatkan resiko gangguan jiwa ringan maupun berat semakin meningkat. Selain itu, faktor pengalaman kehilangan, kesepian, diskriminasi, putusnya hubungan, masalah keuangan, sakit kronis dan penyakit, kekerasan, pelecehan, dan konflik atau keadaan darurat kemanusiaan lainnya juga menjadi risiko terkuat untuk upaya bunuh diri.

Peringatan hari kesehatan jiwa sedunia tidak sematamata untuk mengenang hari penting yang bersejarah, namun menjadi inspirasi bagi mereja yang mengalami depresi bullying, disebabkan oleh banyak faktor diantaranya faktor sosial dan tekanan dari lingkungan yang mengakibatkan resiko gangguan jiwa ringan maupun berat semakin meningkat. Selain itu, faktor pengalaman kehilangan, kesepian, diskriminasi, putusnya hubungan, masalah keuangan, sakit kronis dan penyakit, kekerasan, pelecehan, dan konflik atau keadaan darurat kemanusiaan lainnya juga menjadi risiko terkuat untuk upaya bunuh diri.

Permasalahan kesehatan mental di Indonesia masih dianggap remeh oleh masyarakat. sehingga tidak heran jika banyak orang yang memiliki masalah dengan kesehatan mentalnya diabaikan. Masyarakat Indonesia masih memberi stigma yang uruk terhadap isu-isu kesehatan mental. Penderita gangguan mental di Indonesia banyak yang menerima perlakuan diskriminatif dan tidak manusiawi. Buruknya penanganan pada penderita gangguan kejiwaan di Indonesia.

Penanganan yang salah sering terjadi. Masih banyak orang-orang dalam masyarakat tradisional yang beranggapan bahwa gangguan kejiwaan disebabkan oleh roh jahat, perbuatan dosa, hingga disebut kutukan. Dimana seharusnya diberikan terapi pendekatan psikologi, para penderita gangguan kejiwaan ini justru dibawa ke paranormal, bahkan sampai ada yang dikurung dan dipasung. 

Kesehatan mental memegang peranan penting dalam diri khususnya bagi para remaja, di mana merupakan fase peralihan dari anak menuju dewasa sehingga terjadi banyak perubahan. Mulai dari perubahan secara fisik, hormon, kecerdasan, emosi dan perilaku. Tuntutan sosial semakin tinggi, situasi juga semakin kompleks. Perubahan gaya hidup dapat memicu terjadinya kebingungan dan stres yang jika tidak tertangani dapat mengarah pada terjadinya suatu gangguan.

Dengan proses masa transisi tersebut, remaja biasanya dinilai sebagai kelompok usia sehat. Namun ternyata, kurang lebih 20% remaja mengalami masalah kesehatan mental. Jenis masalah kesehatan mental yang umum terjadi adalah depresi dan kecemasan. WHO menyatakan bahwa 75% gangguan mental emosional memang umum terjadi sebelum usia 24 tahun. Dalam berbagai kasus, bunuh diri merupakan akibat dari permasalahan kesehatan remaja.Tidak hanya pada remaja, menurut pikiranrakyat.com. Sekitar 78% mahasiswa, selama mejalani studi pernah mengalami masalah gangguan kesehatan mental atau mental health (MH). 40 persen di antaranya selain menimbulkan penderitaaan juga mengganggu prestasi akademisnya‚ dan 33,2% serius memikirkan tindakan bunuh diri. Bunuh diri 3 orang mahasiswa selama 3 bulan di sebuah perguruan tinggi adalah puncak gunung es dari permasalah MH di perguruan tinggi. Hal itu diungkapkan oleh dokter spesialis kejiwaan dr Teddy Hidayat dalam Pelatihan Penanggulangan Pertama terhadap Gangguan Jiwa di Kalangan Mahasiswa (Mental Health First Aid (MHFA) Perguruan Tinggi) yang digelar di Gedung Sate, Jalan Diponegoro Kota Bandung, Sabtu 24 Agustus 2019.

Dunia perkuliahan adalah masa transisi yang menuntut seseorang untuk mulai hidup mandiri dan dapat mengatur segala sesuatunya sendiri, terlebih jika harus tinggal jauh dari orangtua. Stres berat yang diterima selama masa kuliah, baik dari segi tuntutan pembelajaran maupun lingkungan yang beradaptasi, dapat memengaruhi kesejahteraan mental seorang mahasiswa. Tuntutan sosial semakin tinggi, situasi juga semakin lebih mempengaruhi.

Permasalahan kesehatan mental pada mahasiwa di perguruan tinggi, sampai saat ini belum mendapat perhatian lebih. Sehingga masalah mental health pada mahasiswa tidak terdeteksi, tidak diobati, menjadi kronis‚ menambah jumlah yang gangguan kesehatan mental bahkan hingga kematian. 

Selain itu,  bunuh diri dan krisis mental yang berhubungan dengan kesehatan jiwa meningkat, prestasi akademis rendah dan droup out. Akibatnya mahasiswa  berkurangnya kesempatan mengembangkan skill maupun kemampuan dan kehilangan hari-hari produktif. Perubahan gaya hidup dapat memicu terjadinya kebingungan dan stres yang jika tidak teridentifikasi dan tidak tertangani dapat mengarah pada terjadinya suatu gangguan. 

Kesehatan mental sampai saat ini masih belum dianggap penting atau prioritas, padahal kemungkin mereka itu adalah orang terdekat. Pengetahuan dan pemahaman yang terbatas mengenai kesehatan mental menyebabkan banyak masyarakat yang tidak mengetahui apa yang harus mereka perbuat. 

Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO mengajak kepada setiap pemerintah di berbagai negara untuk ikut terlibat dalam permaslahan sosial, kesehatan, serta edukasi kesehatan terutama pada generasi muda. Karena mereka yang masih muda merupakan penerus bangsa di masa depan.

Sebagai mahasiswa, seharusnya memilliki kesadaran akan pentingnya kesehatan mental. Salah satunya dengan merangkul, mendengarkan mereka yang sedang depresi agar sedikit mengurangi beban pikiran yang sedang dialaminya. Selain itu kita sebagai mahasiswa juga dapat memberi pemahaman yang tepat kepada masyarakat bahwa kesehatan mental bukan sebuah hal buruk dan mistis. Apalagi tantangan dan pengaruh kemajuan teknologi yang bisa menimbulkan efek negatif apabila salah dalam menyikapi.

“The worst part of having a mental illness is people expect you to behave as if you don’t.” - Arthur Fleck (Joker)

"Bagian terburuk dari memiliki gangguan mental adalah orang-orang mengharapkan kamu untuk bertingkah seolah kamu tidak memiliki gangguan mental."

Penulis : Zainab Muazzaroh
Cuplikan Film Gundala 2019/Dok. Screenplays

Yang menarik dari film Gundala salah satunya karena Film ini menyorot kesenjangan kelas sosial yang sangat kita akrabi dalam struktur masyarakat kita. 

Ada kelas elit yang direpresantikan oleh DPR dengan pakaiannya yang selalu rapih, mengendarai mobil mewah dan rapat-rapat di kantor. Konflik di kelad ini berkutat soal sikut menyikut antar golongan demi kepentingan masing-masing.

Tidak terlalu jauh dari gedung DPR, para pemuda dan anak-anak hidup dalam dunia yang kacau dan serba terbatas. Bangunan-bangunan kumuh mengingatkan saya pada lanskap kampung miskin kota yang pengap dan berjubel. Kampung kota yang hanya melahirkan para kriminal dan orang-orang  brutal level mampus. Sebuah distopia di tengah kemewahan dan gedung-gedung tinggi.

Sancaka kecil (Muzakki Ramdhan) lahir dan besar di tengah-tengah distopia itu. dunia yang kumuh dan brutal membuat dia terampil berlari dan berkelahi. Dua keahlian yang mengantarkannya menjadi laki-laki dewasa dan kelak menjadi Gundala.

Gundala adalah tokoh super hero berkekuatan petir. Film ini menjadi pembuka Jagat Sinema Bumi Langit yang akan melahirkan tokoh berkekuatan super lain. Sebagai film pembuka saya rasa Gundala gagal menghidangkan aksi seorang super hero. Beberapa bagian yang penting justru  diekseskusi terburu-buru seperti ketika Gundala mendapat kekuatan petir dan dia membuat kostum super heronya sendiri.

Ekpetasi keseruan menikmati aksi super hero juga berkurang akibat koreografer yang payah. Perkelahian antara Gundala dan musuh-musuhnya terasa lambat dan hambar.

Saya ingin mengatakan bahwa Sancaka (Abimana Aryasatya) lebih menarik perhatian ketimbang ketika dia memakai kostum menjadi Gundala. Alasannya karena tagline patriotisme film ini.

"Negri ini butuh patriot". Akibat tagline ini, ekpetasi saya film gundala akan menyuguhkan tema patriotisme yang sama dengan film-film yang berlatar kemerdekaan yang saban 17 agustus diputar stasiun televisi. Ekpetasi saya itu nyatanya salah belaka sampai kemudian Ridwa Bakri (Lukman Sardi) yang seorang politisi, mengeluarkan petatah petitih soal membela Negara kepada Gundala. Semenjak itu ternyata tema patriotisme Gundala tidak jauh beda dengan tema patriotisme ala film-film 17an itu.

Semenjak dikenal publik karena keberhasilannya melawan para pengacau terekam kamera cctv dan tersebar di jejaring internet, Gundala menjadi harapan besar semua orang untuk bisa menyelesaikan semua urusan negara yang sedang terjadi.

Masa dimana urusan negara selesai dengan kekerasan dan senjata sudah selesai pasca runtuhnya kolonialisme Belanda. Perubahan selanjutnya dimotori oleh orang yang mengorganisir diri dan berserikat. Kepahlawanan Gundala yang kuat seorang diri hanya melahirkan tokoh idola yang akan disembah sujud.

Idola adalah sekumpulan harapan kita tentang sesuatu yang tidak akan pernah bisa kita miliki yang kita bebankan kepada orang lain. Terjebak di dalamnya membuat kita terlena dan kian rentan. Adalah Pengkor (Bront Palarae) yang justru menjadi musuh Gundala yang menyadarkan kita soal itu.

"Apa yang berbahaya adalah simbol Harapan. Harapan bagi rakyat adalah candu. Dan Candu itu bahaya” katanya. Dan rasa-rasanya saya setuju.

Penulis : Firdaus Habibu Rohman

PISA merupakan sistem ujian yang diinisiasi oleh Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD), untuk mengevaluasi sitem pendidikan dari 72 negara di seluruh dunia. Setiap tiga tahun, siswa berusia 15 tahun dipilih secara acak, untuk mengikuti tes dari tiga kompetinsi dasar yaitu membaca, matematika  dan sains. Indonesia sudah bergabung dengan PISA sekitar tahun 2000 dan pada tahun 2015 Indonesia mengalami kenaikan nilai dari setiap tesnya dibanding dengan tes sebelumnya dengan rincian nilai sains 403 poin, matematika 386 poin dan membaca 397 poin. Dimana nilai rata-rata dari OECD adalah 500 poin. Indonesia pada saat itu menduduki peringkat 62 untuk sains, 61 untuk membaca dan 63 untuk matematika dari 69 negara yang dievaluasi. Yang menduduki peringat pertama di evaluasi ini adalah Singapura.

Hal ini menunjukkan kemampuan berpikir analisis siswa Indonesia masih terbilang rendah karena soal-soal yang diujuikan pada tes PISA terbilang membutuhkan daya pemiikran yang tinggi. Hal ini dapat pula disebabkan karena siswa di luar negeri  lebih sering terbiasa mengerjakan soal-soal yang terbilang HOT. Jika  siswa di Indonesia lebih suka soal-soal yang mudah, berupa pilihan ganda atau sama dengan contoh yang diberikan. Bahkan ada yang sekedar hanya ingin mendapatkan nilai ia tidak benar-benar mendalami materi yang diajarkan, siswa yang sekolah belum tentu ia belajar. Bahkan siswa PAUD di luar negeri sudah ditekankan budaya membaca sejak dini agar terbiasa hingga dewasa, sementara di Indonesia siswa PAUD tidsk ditekankan kepada budaya membaca melainkan sebuah belajar sambil bermain. Padahal 90 % pertumbuhan otak terjadi pada usia balita. Bahkan setelah siswa memasuki SD dan SMP pun minat bacanya masih terbilang rendah. Kurangnya arahan guru untuk mengajak siswanya  banyak membaca, dan kurangnya bahan buku bacan menjadi pemicu siswa di Indonesia kurang menyukai membaca. Biasanya perpustakaan di sekolah-sekolah hanya menyediakan buku-buku paket saja ataupun jika ada buku bacaan lainnya hanya ada beberapa saja jadi siswa merasa bosan, berbeda dengan negara lain seperti Eropa yang menyediakan bahan  bacaan dengan sangat banyak sehingga  siswa menjadi minat untuk membaca karena  banyak referensi bacaan. Para orang tua juga terkadang menghalang- halangi anak untuk berpikir analis misalnya ketika seorang anak bertanya kepada ibunya mengapa harus begini? Buat apa? Untuk apa ? atau sebagainya biasanya orang tua merasa kesal jika ada anak anak yang banyak bertanya bahkan ada yang sampai metamaharinya apabila terus-menerus bertanya sehingga nanti ketika sekolah anak akan malu untuk bertanya padahal pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh anak tersebut itu adalah sebagai pengembangn pola berfikir seorang anak.
 
Dan Guru-guru di negara maju pun rata-rata sampai jenjang S2 sehingga metode pengajaran menjaadi lebih baik karena guru tersebut memiliki banyak pengalaman. Kurangnya motivasi belajar yang diberikan guru juga mempengaruhi terhadap semangat belajar siswa. Guru di Indonesia kebanyakan hanya sekedar memenuhi tugasnya saja jika sudah memberikan materi yang sesuai bahan ajar dirasa semua tugas sudah terselesaikan. Padahal seorang guru selain memberikan materi harus mampu membuat siswa menjadi semakin semangat dalam belajar, menjadikan belajar sebagai kebutuhan guna menambahkan kemampuan berfikir siswa. Karena kurangnya semangat belajar sehingga siswa di Indonesia masih kurang menghargai waktu ketika waktu belajar di Sekolah ia tidak benar-benar memanfaatkannya ketika guru sedang menjelaskan masih ada yang mengobrol, mencoret-coret kertas ataupun sebagainya terutama dalam pembelajaran matematika sehinggaa  siswa di Indonesia sebagian kurang menguasai konsep dan ketika dihadaapkan dengan permasalahan atau soal yang komplek mereka tidak langsung memahami bagaimana menyelesaikannya. Bahkan ketika diberikan tugas siswa banyak mengeluh sehingga terjadilah kasus contek-mencontek bukan kerjasama padahal siswa akan memahami lagi jika memperdalam lagi di rumah. Anehnya  siswa Indonesia banyak yang mengininkan cita-cita tinggi tetapi apa yang ia usahakan tidak sebanding dengan apa yang di inginkan sehingga terjadilah mendapat pekerjaan yang tidak sesuai dengan apa yang ditempuh.

Penulis : Nisa Nurhasanah
(Ilustrasi : Printerst) 
Manusia itu makhluk ciptaan tuhan yang diciptakan dengan berbagai karakter, dengan berbagai model, berbagai sifat dan berbagai lainnya yang intinya mereka berbeda-beda. Ada yang mempunyai banyak sudut pandang yang bisa mereka gunakan namun ada juga yang hanya menggunakan satu sudut pandang yang dengan keegoisannya membenarkan segalanya. Manusia itu makhluk sosial benarkan ? Tapi apakah semua manusia itu harus bersosialisasi dengan gaya yang sama ? Dan  itulah kawan pertanyaan yang bisa kita jawab dengan menggunakan sudut pandang masing-masing . Terserah penafsiranmu seperti apa ? Kau bebas berekspresi dengan segala sudut pandang yang kau punya bagaimanapun cara pandangmu itu hakmu. Tidak ada yang melarang tidak akan ada yang menghakimi kan ?? (mungkin). Begitu pun dengan aku, aku bebas menggunakan sudut pandangku bebas mengekspresikan apa yang ada pada diriku. Hmm itu sih sebenarnya poin utama dari cerita ini. Cerita anak manusia yang seolah dipandang tidak ada keberadaannya padahal manusia itu saling membutuhkan ralat jika aku boleh sombong aku tidak membutuhkan mereka manusia-manusia yang tidak perlu kujelaskan, tapi sayang hukum alam tidak memperbolehkan ku seperti itu. Aku tidak bisa menolak kenyataan kan ? Kalian pasti tahu cerita ini akan dibawa ke mana ?

Berjuta tanya dalam pikiranku itu terkadang tidak akan pernah ada jawabannya. Aku yang tidak bisa memahami mereka atau mereka yang tidak bisa memahami ku. Drama memang  jika selalu dipertanyakan, bukannya kita semua tahu teorinya bahwasanya manusia harus saling memahami untuk bisa saling berhubungan ? Tapi sayang jika aku boleh sombong  (lagi) aku tidak mau memahami mereka dan bisa ditarik kesimpulan aku tidak ingin berteman dengan mereka. Dan kalian pasti tahu kan apa alasanku ?? Mereka itu hanya ingin dipahami tanpa bisa memahamiku (Baca : Mereka bukan golongan ku) . Tapi sekali lagi aku tidak bisa menolak kan ? Sudah hukum alam ingat! Untuk orang-orang seperti ku tentunya.

Mereka bilang “Kamu ini manusia aneh”
Mereka bilang “Kamu ini manusia kaku”
Mereka bilang “Kamu ini manusia dengan dunia sempit”
Mereka bilang “Kamu ini manusia yang tidak punya kawan”
Mereka bilang “Kamu ini manusia yang tidak bisa berkomunikasi”
Mereka bilang

Aahh cukup. Stop tidak lagi ingin kudengar ocehan mereka. Mereka itu tidak tahu aku bagaimana ? Mereka itu hanya tahu namaku tanpa mengenalku. Mereka bahkan tidak tahu bagaimana indahnya duniaku. Duniaku itu sangat indah, Indah sekali. Jika aku ceritakan bagaimana indahnya duniaku , sini  jadi temanku tapi sayang butuh seleksi khusus hehe. Jika aku menuliskan indahnya duniaku dalam cerita ini maaf aku tidak bisa karena apa ? Tidak akan pernah selesai. Seberapa banyak halaman pun tetap saja aku tidak akan puas. Dan mungkin percuma juga karena kalian tidak akan memahamiku.

Tapi tenang aku tetap akan menuliskannya walaupun ya hanya sebagian kecil dari keindahan itu. Karena seperti yang sudah kubilang percuma saja banyak cerita namun kalian tetap tidak memahamiku.
Kalian bilang Aku ini manusia aneh ??
Bagaimana aku menjelaskannya ya ? Mungkin benar aku ini aneh. Aneh karena memilih berdiam diri tanpa suara saat keramaian itu ada. Bahkan memilih pergi dan berteman dengan kesendirian. Kalian tahu tidak ? Kesendirian ku itu sangat menarik indah untuk dinikmati dari pada beramai-ramai yang tujuannya saja kadang masih dipertanyakan ? Iya masih dipertanyakan menurutku. Sendiri itu bebas, Berbicara dengan imaji apapun itu tanpa ada manusia lain yang menghakimi karena perbedaan. Aku perjelas SENDIRIKU LEBIH MENYENANGKAN DENGAN KERAMAIAN KALIAN. Apa masih aneh ?

Okeh terserah.

Kalian bilang Aku ini manusia kaku ?
Hmmm... mungkin ada benarnya tapi coba deh kalian tanya kepada manusia-manusia yang telah lulus seleksi menjadi “Teman” ku itu. Tanya saja mereka. Untuk pembelaan kali ini aku jelaskan yaa Aku itu bukan manusia kaku hanya kalian saja yang tidak beruntung (baca : Tidak lulus Seleksi menjadi makhluk bernama “Temanku”).  Okeh bagaimana ? Sudah mulai paham ?

Kalian bilang Aku ini manusia dengan Dunia Sempit ?
Boleh aku tanya ? Seberapa luas dunia kalian ? Ah iya manusia kan memang seperti itu merasa dirinya paling besar hmm hukum alam (lagi) . Dunia ku mungkin memang sempit karena saking sempitnya kalian tidak bisa memasukinya benar kan ? Hey dunia kita itu memang berbeda aku tahu dunia kalian seperti apa ? Dan maaf aku tidak minat. Kalian saja yang tidak tahu bagaimana luasnya dunia ku . Oh iya aku beri satu rahasia ya ternyata Dunia imaji itu lebih menyenangkan daripada dunia nyata. Ga percaya kan ? Coba deh biar kalian tahu bagaimana luas dan indahnya duniaku itu hehe.
Kalian bilang apa lagi ya tentang ku ?
Kalian bilang Aku tak punya kawan ya ??
Hmm bagaimana menjelaskannya ini ? Sebenarnya aku tidak suka bercerita seperti itu karena itu sudah melewati batas heyy!!. Batas yang aku buat karena jika dilanjutkan pasti akan membentuk ketidaknyamanan terhadap diri ini hmm mari berpikir. Tapi karena memang tujuan awalnya seperti itu oke aku rela berada dalam ketidaknyamanan itu. Aku itu punya kawan ya walaupun tidak sebanyak kalian eh sebentar kalian lupa ya kalau yang menjadi temanku itu harus melewati seleksi yang panjang dan hanya orang yang beruntung saja kan hehe. O iya jika kalian lupa lagi Aku itu makhluk istimewa yang suka berkawan dengan imaji menyendiri menikmati dunia sesungguhnya. Ya seperti itu.

Dan terakhir kalian bilang apa ?
Kalian bilang Aku tidak dapat berkomunikasi dengan baik ?
Untuk kali ini aku sedikit membenarkan kadang aku bingung aku ini manusia apa ? Aku sendiri lebih memilih diam dan menuliskan semuanya. Tapi bukan kah kita memang berbeda. Jika menurut kalian definisi komunikasi dengan baik itu seperti itu seperti yang kalian inginkan maaf aku menolak dengan keras. Aku lebih suka diam menyendiri bercerita dengan imaji menuliskan semuanya dan pada akhirnya semua itu tersimpan menjadi cerita seperti yang kuinginkan tanpa ada manusia yang mengatur tanpa ada manusia yang menghakimi. Aku bebas mengomunikasikan segalanya terserah inginku bagaimana. Bermain dengan segala huruf  yang menjadi kata berubah lagi menjadi kalimat lalu paragraf kemudian menjadi halaman dan akan terus berlanjut sampai aku sendiri yang menutup halaman itu.

Sudah Paham ?

Terserah ingin kalian bagaimana tapi satu hal sebenarnya manusia seperti ku ini istimewa.

Sangat istimewa. Aku memang Aneh Aku memang kaku dan apapun persepsi kalian tapi yang jelas jangan ganggu hidupku ini dengan segala persepsi kalian yang jujur aku risih aku muak dengan semuanya. Duniaku ya duniaku dan duniamu ya duniamu. Definisi kehidupan kita berbeda kan ?

Sampai sini paham ?

Penulis : Nurul Chotimah

Ilustrasi : Google Images
Suatu hari di sebuah daerah yang tak terpencil juga tak bisa disebut sebagai wilayah maju dan modern, hidup seorang pemuda yang duduk di bangku sekolah menengah atas. Dia adalah orang yang punya penampilan tenang namun mata hitamnya memancarkan tatapan tajam. Teman-temannya biasa memanggilnya dengan sebutan Bang. Sekolah tempatnya belajar adalah sekolah yang terkenal dengan siswanya yang kotor dan serampangan. Guru di sana sudah tak mampu lagi memperbaiki sifat peserta didiknya.

Bang yang risih dengan orang-orang yang kotor dan biasa membuang sampah sembarangan pun sudah tak tahu harus bagaimana. Dia hanya bisa beradaptasi dengan lingkungan sekolahnya, sampai suatu hari saat dia sedang makan di kantin salah satu geng lewat dan membuang sampah plastik tepat di meja tempat Bang menyantap makanannya. Merasa terganggu, dia memanggil salah seorang yang membuang sampah tersebut.

“Woy, lu. Jangan buang sampah sembarangan di sini!” ujar Bang dengan nada sedang, menahan emosi. Si pelaku yang dimaksud si Bang menghentikan langkahnya dan berbalik.

“He? Lu ngomong sesuatu? Kuping gue belum siap tadi,” balas si lelaki yang membuang sampah itu.

Bang berdecak sambil berdiri meninggalkan kursinya dan berkata, “Oh, oke. Jadi gini bro—“

“—dah jangan banyak basa-basi, langsung ajah!” potong si lelaki dengan nada menyolot. Dia mengangkat kepalanya dan menatap sinis kepada Bang.

Bang menarik napas pendek dan mendekat ke hadapan lelaki itu dengan kepala mengangguk-angguk. Setelah menelan ludah beberapa kali, Bang menggeberak salah satu meja kantin yang terbuat dari kayu jati. Suaranya cukup keras sampai seluruh orang di kantin memusatkan pandangan kepada mereka.

"Gue suka gaya lo. Laki-laki nggak usah banyak omong. Kita ke lapangan sekarang,” ujar Bang dengan nada yang sangat tenang. Suara siulan terdengar dari salah satu orang dalam komplotan si lelaki pembuang sampah itu.

Lelaki itu tersenyum kecut. Ia menatap sekeliling sebelum mengarahkan pandangan tajamnya ke arah Bang dan berkata, “Gue ladenin.” Satu kalimat itu sudah cukup untuk menaikkan tensi seluruh orang dalam ruang kantin. Belum sampai sepuluh detik, informasi mulai merambat seperti api yang membakar jerami.

Berbondong-bondong orang mengikuti Bang dan si lelaki pembuang sampah itu sampai ke lapangan. Sebuah lingkaran terbentuk di tengah lapangan sekolah yang panas. Tanpa basa-basi, Bang langsung menyerang si lelaki itu. Perkelahian tak bisa terelakkan lagi. Melihat temannya hampir babak belur, komplotan si lelaki itu memasuki arena dan membuat Bang kewalahan.

Perkelahian menjadi lebih panas ketika Bang berlari ke arah gedung sekolah. Geng yang menjadi lawannya mengejar. Bang yang kewalahan, memanfaatkan setiap belokan di lorong depan kelas dan peralatan yang ada, sampai ia berdiri mengalahkan semua orang dalam geng yang memang sudah menjadi provokator dan pelopor keserampangan perilaku dalam sekolah. Tak ada yang berani dengan mereka, bahkan guru sekalipun. Itu karena orang tua si lelaki pembuang sampah yang juga ketua geng tersebut memiliki pengaruh politik yang kuat di kota tersebut.

Bang yang bercucur keringat, luka, dan air mata, berjalan melewati semua orang yang mengelilinginya. Bahkan ia tak memedulikan guru yang khawatir kepadanya, dan menatap sinis kepada guru yang mengetahui apa yang terjadi namun berencana menyalahkan semua yang terjadi kepadanya. Bang terus berjalan sekuat tenaga sampai ia sampai di ruang guru.

Dia menatap semua orang yang ada di sana. Mereka kebingungan melihat Bang yang penuh luka. Dia menuju sebuah perangkat audio yang terhubung dengan speaker di seluruh sudut sekolah. “Pinjam ini sebentar, Pak, Bu,” ujarnya, lemah. Kemudian dia mulai berbicara.

“Kepada seluruh warga sekolah, aku Bang. Langsung saja, bagaimana jika matahari tidak terbit lagi esok hari? Bagaimana jika bunga sudah tak mekar lagi, dan tumbuhan sudah menghilang dari muka bumi? Apakah tujuan kita ada di sekolah ini? Apakah kalian hanya ingin menentukan siapa yang paling kuat? Jangan bercanda! Persetan dengan sekolah ini. Semua orang harus melawan jika ingin sebuah perubahan. Jika ada sebuah kesalahan, maka sekolah di negeri ini adalah sebuah kesalahan.

Kenapa menjadi orang yang bersih disebut sebagai kriminal? Mengapa mereka yang memberikan ludah mereka dan merampas milik kita menjadi seorang pahlawan? Mengapa membuang sampah pada tempatnya menjadi sebuah kejahatan? Seseorang, tolong lawan ketidakbenaran ini. Aku sudah bosan meladeni mereka setiap hari. Para guru pun sudah lumpuh. Jadi tak ada jalan lain selain perubahan dari kita.

Mungkin besok kalian tidak akan melihatku lagi. Mungkin aku tak akan dikenal sebagai orang yang merubah dan menjadi penjahat abadi dalam catatan sekolah. Namun, jika masih ada yang mau menjadi kriminal sepertiku, tolong dengarkan aku. Ini adalah pesanku. Tolong bersihkan kotoran di sekolah kita.”

Terdengar suara pelantang yang diletakkan tanpa dinonaktifkan. Seorang lelaki dengan lengan terkulai berjalan terpapah-papah keluar dari gerbang sekolah. Ia terhapus oleh debu yang terbawa angin.

Penulis : Alfarabi Maulana

"Semoga ada bangku kosong di bus selanjutnya." Doa ku untuk kesekian kalinya.

Yaaa, kalian bisa tebak dimana aku sekarang. Yap. Di tempat persinggahan, bertemunya orang yang hendak pergi maupun pulang. Ini terminal yang paling dekat dengan tempat tinggal ku. Aku kesini menggunakan transportasi umum. Angkot yang kutumpangi hanya bisa mengantarkanku sampai sini, karena memang jalurnya berbeda dengan tempat tujuan ku. Tempat tujuan ku kali ini memang harus menggunakan bus untuk sampai kesana.

Aku akan pergi ke kota. Liburan kuliah ku semester ini sudah usai, waktunya kembali ke rutinitas ku yang seharusnya. Berangkat kuliah, organisasi, rapat,  sesekali ke perpustakaan untuk kebutuhan tugas. Kosan ku sudah lama menunggu, rumah kedua ku untuk saat ini. Tempat melepas penat saat setelah seharian bergelut dengan masalah kampus. Walaupun rumah yang beberapa saat lalu ku tinggalkan itu merupakan tempat ternyaman yang tidak bisa digantikan.

"Ayo mba, naik mba." Kondektur bus itu mengagetkan ku dan langsung membantu membawa beberapa tas yang tak bisa kupegang sendiri. Terlihat hanya ada satu kursi kosong setelah beberapa orang yang menunggu berbarengan dengan ku masuk duluan. Tak berapa lama bus berangkat, melanjutkan perjalanan.

15 menit kemudian bus berhenti di pemberhentian selanjutnya. Sebelumnya sudah ada beberapa penumpang yang turun di tengah perjalanan. Namun setelah semua naik ternyata ada beberapa  penumpang yang tidak kebagian kursi. Salah satunya ada satu ibu-ibu yang sedang hamil besar menarik perhatian ku. Beliau berdiri tepat disamping kursi ku.

"Ibu, silahkan duduk. Biar saya yang berdiri." Aku berdiri menghampiri ibu tadi dan menawarkan kursi ku kepada ibu itu.

"Ga usah neng,  biar ibu saja yang berdiri."

"Ngga bu, saya pegel dari tadi duduk. Jadi, ibu saja yg duduk. Gantian bu." Aku menganggukkan kepala sambil berusaha tersenyum ramah.

"Oh yasudah terimakasih ya neng."

"Iya ibu, sama sama." Aku akhirnya
menggantikan posisi ibu tadi berdiri.

Aku sedikit kesal sih kepada lelaki yang duduk disamping ku. Harusnya ia tahu ada yang lebih membutuhkan kursi itu dibanding dia. Tapi, aku juga tidak bisa sepenuhnya menyalahkan dia. Mungkin saja dia memang sedang banyak pikiran, lelah, atau apapun itu yang aku tidak tau.
Aku jadi kepikiran ibu ku yang sudah mulai  menua di rumah. Ia tak jarang harus pulang pergi menggunakan bus untuk membeli keperluan kerajinannya. Iya, lumayan.

Kata ibu, "Bosan di rumah, kerjaannya diem terus. Mending bikin sesuatu yang menghasilkan."

Ibu memang orang yang tidak betah jika berdiam diri dalam waktu lama. Ada saja kegiatan yang ia lakukan untuk mengisi waktu luangnya. Entah apapun itu, dalam benak ibu sepertinya yang penting gerak.
Setelah sampai di pemberhentian tujuannya, ibu itu turun. Membawa tas selempangnya yang lumayan besar juga perutnya yang sedang mengandung sang buah hati.

"Neng, makasih yaa. Semoga kebaikan Neng dibalas lebih oleh Allah ya, Neng."

"Aamiin, Bu."  Balas ku kepada ibu yang langsung turun, sepertinya ia buru-buru.
Aku langsung kembali duduk di tempat ku semuala. Pemberhentianku masih di depan. Tak berapa lama kemudian, handphone ku bergetar. Aku ambil handphone disaku, dan setelah dilihat ternyata ibu yang menelpon.

''Halloo, Nak."

"Hallo, Bu. Ada apa, Bu? Ada barang Tita yang ketinggalan?" Tanya ku heran, kenapa Ibu menelpon padahal belum satu hari aku pergi.

"Ah, ngga Nak. Ibu cuma mau cerita. Tadi kan ibu abis belanja keperluan kerajinan kaya biasa. Pas pulang ibu bawa banyak barang, dan di bus Ibu ga kebagian tempat duduk. Terus ada seorang perempuan yang menawarkan tempat duduknya sama Ibu. Seusia kamu, Nak. Ibu jadi keinget kamu tadi, makanya Ibu langsung menelpon kamu." Cerita ibu dengan nada sedikit antusias.

"Oh, alhamdulillah kalau begitu, Bu." Aku berusaha menampilkan senyum, walau pasti Ibu tak akan melihatnya.

"Kamu hati-hati di jalan ya Nak. Semoga selamat sampe tujuan. Jaga diri baik-baik."

"Iyaa, Bu. Ibu juga jaga diri ya disana. Jangan lupa istirahat, Bu."

"Yasudah, Ibu mau lanjut pekerjaan Ibu dulu ya. Assalamualakum."

"Waalaikumsalam, Bu."

Setelah aku mematikan telfon dan memasukan handphone ku kedalam tas, aku menarik nafas panjang dan melihat kearah jendela. Allah memang Maha Baik. Doa Ibu tadi yang sempat duduk di kursi ku ini secepat itu dikabulkan. Allah akan selalu membalas kebaikan dengan kebaikan, meski tidak langsung kepada kita. Mungkin melalui Ibuku tadi salah satu contohnya.

Penulis : Ade Rahmawati