"Semua ini tentang sebuah kerinduan,"

Entah mimpi apa aku semalam, yang jelas belakangan ini aku merasa tak enak hati, tidak nafsu makan, tidak ingin bicara pada siapa pun. Esoknya benar saja aku sakit, aku dibawakan ke sebuah klinik terdekat oleh teman-temanku karena ditemukan tak sadarkan diri di dalam kamar kos-kosan. Saat terbangun seluruh tubuhku lemas, kepala yang masih pening dan pergelangan tangan yang sudah terinfus oleh selang. Dokter bilang, aku dehidrasi dan stres, juga asam lambungku naik.

Ya, benar, memang aku sedikit stres. Aku tidak pernah terpikirkan akan seperti ini keadaanku. Aku tidak melakukan kesalahan apa pun, aku tidak melakukan kejahatan apa pun, tapi tiba-tiba aku disiksa oleh ketiadaan kabar dari seseorang. Dia tiba-tiba menghilang bak ditelan bumi. Dia tiba-tiba diam seribu bahasa bak patung-patung dalam museum yang terawat dengan rapih. Dia tiba-tiba sangat menyebalkan bak petir yang datang secepat kilat. Lalu, semesta seakan-akan menciptakan kami bak dua mata uang yang tak pernah bertatap, kami seperti bercermin namun juga saling membelakangi. Kami seperti didiamkan oleh keadaan yang jika aku boleh menamakannya adalah sungkan.

Dulu, aku seperti dibawa terbang dengan kedua sayapnya. Melihat dunia dari ketinggian yang sedang membuatku sesekali memeluknya sangat erat, seperti tak ingin jauh darinya, seperti tak ingin lepas darinya. Aku sering dibisikkan banyak mantra olehnya, yang membuatku lupa bahwa aku berada di atas udara. Di atas udara yang indah, dia menceritakan banyak kisah, dari negeri dongeng sampai debat dua calon pangeran yang ingin merebut kekuasaan negara. Aku senang bukan kepalang. Aku sangat suka mendengarkan dia bercerita tentang apa pun, suaranya sangat memabukkan, terkadang membuatku lupa diri. Aku lagi-lagi lupa aku sedang dibawanya terbang ke sana ke mari dengan kedua sayapnya yang rapuh. Yang kapan saja, dia bisa menjatuhkanku tanpa sengaja.

Aku menangis sejadinya, saat tahu aku terbangun tengah berada di ranjang seperti di rumah sakit. Dua temanku berada di sisi, menemaniku sampai aku bangun. Sementara dua lainnya mencari makanan. Mereka semua yang membawaku ke klinik, tentu aku tahu, satu dari temanku itu menceritakan kronologisnya.

"Kamu kenapa, sih? Jangan sampai sakit gini dong,"

"Udah gak usah nangis, gak usah disesali lagi,"

Sementara temanku begitu, aku masih menangis tak karuan. Sangat sesak hati ini, sakit sekali kepalaku memikirkannya. Lagi-lagi aku bertanya, aku salah apa?

"Kangen... Aku kangen,"

Aku merintih disela-sela isakan tangis. Dua temanku malah tertawa melihatku lemah seperti ini hanya karena seseorang. Aku terheran, lalu diam melihat mereka tertawa. Dua temanku yang lainnya datang dari pintu utama ruangan. Mereka semua sudah mengetahui sebab aku sakit pasti karena seseorang itu. Jelas saja, aku berbeda dengan teman-temanku yang lainnya, yang bisa menahan rindu tanpa mengatakan apa pun, aku tidak bisa seperti itu, jika tidak mengatakannya yaa respon tubuhku akan seperti ini karena aku selalu memikirkannya. Mungkin memang aku ini termasuk orang-orang introvert, yang teramat melankolis. Padahal jika aku berani, aku bisa saja meminta penjelasan padanya mengapa seseorang itu tiba-tiba diam tanpa kabar. Atau jika tak mau ribet, aku tinggal move on dan mencari penggantinya.

Tapi aku tidak seperti itu, aku masih menginginkannya, aku masih sayang padanya, aku masih ingin dekat dengannya, aku masih ingin mendengar cerita-ceritanya. Aku masih mengharapkannya, "Aku tuh gak bisa diginiin, kalo udah gak suka yaudah sakiti aku aja sekalian. Dia boleh maki-maki aku, dia boleh ilfeel sama aku, nolak aku, atau apa lah, yang bikin aku sakit hati karena dia. Aku gak bisa diginiin, gak ada masalah apa-apa, tapi dia berubah gitu,"

Aku menangis, lagi.

Semua temanku diam. Mungkin mereka juga bisa mengerti keadaanku sekarang. Dan benar kata orang, perempuan lebih baik dikatakan negatif daripada dicampakkan seperti itu. Perempuan lebih baik dijelaskan dengan sejelas-jelasnya walaupun itu pahit dan dengan begitu ia akan menerima, lalu pergi dengan baik-baik. Perempuan jangan dicampakkan seperti itu, karena rasanya itu sangat-sangat hina.

"Terus mau kamu gimana?"

Aku mengambil surat di saku celanaku lalu memberikan surat itu pada salah satu temanku, "Aku mau dia baca surat ini,"


Sayang, ada apa denganmu? Kenapa diam saja seperti itu? Kenapa aku dicampakkan seperti ini? Kenapa aku seperti dibuang begitu saja? Salah apa aku?

Aku pernah bertanya kan, apa aku melakukan kesalahan? Kamu bilang aku tidak salah apa-apa. Aku berpikir, mungkin kamu butuh waktu. Lalu, aku berniat untuk tidak mengganggu, tapi kamu malah tak mempedulikanku, aku diam kamu pun ikut diam. Sampai kita tak lagi saling menyapa. Mungkin kamu juga merasakan ini sangat menyiksa, aku lebih merasakan bahwa ini sungguh-sungguh sangat menyiksa.

Jika masa lalu kamu adalah alasannya. Aku tidak bisa apa-apa. Itu adalah hak kamu untuk selalu mengingatnya. Aku juga bisa hargai itu. Aku pernah kan mengizinkan kamu masuk ke dalam pelukanku, aku ingin sekali menenangkanmu, mengusap-usap dadamu yang masih terasa sesak karena ditinggalkan olehnya, aku ingin sekali berada di sisimu, membisikkan bahwa kamu tidak sendirian, ada aku yang selalu menunggu kabarmu, tapi kamu tak pernah menggubris, kamu tetap diam di sana. Meratapi patah hati di masa lalu, sementara aku ikut pedih menyaksikan itu.

Mungkin kamu bersikap bahagia melihat masa lalumu itu sudah bahagia dengan orang lain, tapi aku di sini menangis menyaksikan orang yang aku sayangi pura-pura bahagia seperti itu. Kamu kenapa, sih? Jangan melukai hatiku dengan seperti ini, sayang. Jangan berikan aku luka karena kamu masih bersedih mengenang masa lalu. Bukan aku bermaksud untuk menggantikan posisinya, karena aku tahu diri aku tak mungkin bisa melakukan itu. Dia pasti punya ruang yang khusus di dalam kehidupanmu yaitu masa lalu kamu, dan aku sungguh tidak bisa pergi ke sana untuk menggantikannya.

Tolong, jangan melukai hatiku dengan seperti ini. Jika ingin membuat aku pergi jauh dari kehidupanmu, lukai saja aku, dengan makian, hinaan, penolakan atau apa pun yang membuatku sakit hati karenamu. Tapi jangan membuat aku bingung seperti ini. Ingin kesal tapi kamu tidak pernah membuat kesalahan apa pun selama ini padaku. Aku menangis setiap malam saat mengingatmu, aku merindukan kamu, hatiku terasa perih karena merindukan kamu, bukan karena benci atau marah padamu. Aku menangis karena aku sangat merindukanmu.

Jadi, kamu kenapa sih, sayaaaang? Sini, pulang. Aku kangen sama kamu.


Hari-hari berikutnya aku tetap seperti ini. Aku tidak mendapatkan kabar apa pun darinya walaupun temanku sudah memberikan surat itu padanya. Suratnya pun dibaca olehnya di depan temanku. Tapi seseorang itu, entah apa yang ada dipikirannya, dia tetap diam seribu bahasa. Aku dibuat menangis lagi setiap malam, setiap mengingatnya.

Mungkin ini yang dirasakan Cinta kepada Rangga. Aku baru merasakan betapa menderitanya disiksa rindu tanpa kabar apa pun dari seseorang yang disayang. Pantas saja di film seri kedua Ada Apa Dengan Cinta?  Saat Cinta dan Rangga bertemu di sebuah cafe, Cinta sampai mengatakan apa yang telah Rangga lakukan padanya adalah jahat. Sebab, sikap diam Rangga adalah penyiksaan halus bagi Cinta.

Ini bukan tentang kekerasan fisik yang bisa disembuhkan oleh obat merah. Tapi ini tentang luka di dalam hati yang hanya bisa disembuhkan apabila keduanya sudah mengerti dan memaklumi satu sama lain, tentang sebuah kesalahan yang tak disengaja mungkin bisa dimaafkan. Tapi bagaimana pun perasaan tak bisa diatur, ia akan luluh pada seseorang yang bisa menaklukkan logikanya. Dan selama ini perasaanku tak bisa diatur, logikaku luluh oleh perkataannya, oleh sikapnya, juga hatinya yang baik.

Mengapa laki-laki itu tak pernah bisa melukai orang dengan baik, sih? Mengapa dia begitu jahat?

"Sayang, tak perlu terima kasih atas segala perasaanku selama ini padamu, juga tak perlu meminta maaf atas kesalahan yang tak disengaja. Sebab, ketulusan tak perlu kedua itu, aku merindukanmu, aku menyayangimu," ucapku seorang diri, berharap angin menyampaikan semua perasaanku itu padanya.

Selesai.

Penulis : Poni Rahayu

Ilustrasi Mahasiswa PPL. Foto : LPM FatsOeN/Fathnur Rohman

Hallo semuanya!

Apa sih yang ada di benak kamu jika mendengar kata PPL?

Magang? Latihan kerja? Semester akhir? atau lain sebagainya?

Yap sepertinya benar semua deh pikiran kamu sekalian.


Praktik Pengalaman Lapangan atau yang biasa disingkat dengan PPL adalah suatu program yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi untuk para mahasiswa. PPL ini merupakan ajang untuk menerapkan berbagai teori-teori yang sudah diajarkan selama perkuliahan. Biasanya program PPL dilaksanakan di akhir-akhir masa kuliah jenjang strata satu. Tepatnya disemester 7 maupun semester 8. Dilaksanakan kurang lebih satu hingga tiga bulan lamanya.

Dikarenakan PPL merupakan ajang untuk menerapkan berbagai teori yang sudah diajarkan selama perkuliahan tentunya banyak sekali yang diharapkan dari program ini. Karena ini adalah kesempatan bagi mahasiswa dalam mengembangkan minat serta bakat, sesuai dengan jurusan yang diambil, untuk di dunia kerja nanti. Namun sayangnya, saya pribadi kecewa terhadap program PPL yang diselenggarakan oleh kampusku, IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Mengapa demikian? Karena program PPL yang diadakan oleh kampusku ini tidak banyak yang bisa saya harapkan.

Ketika saya bertanya kepada Ketua Jurusan a.k.a Kaprodi tentang “Siapa yang sebenarnya mengelola atau mengurus PPL ini Pak?”. Kemudian beliau menjawab “Yang mengurus adalah pihak fakultas, jurusan hanya merekomendasi tempat mana saja yang bisa diajak bekerjasama untuk pelaksanaan PPL,”.


Di kampus IAIN Syekh Nurjati, program PPL dilaksanakan di semester 7. Artinya, sudah enam semester lamanya kita dijejali berbagai macam teori-teori umum seperti Pancasila, Kebahasaan, Kewarganegaraan dan lain sebagainya. Selain teori umum tentunya kita juga dijejali dengan teori-teori kejuruan sesuai dengan jurusan yang diambil masing-masing mahasiswa.

Menurut saya, PPL di kampusku belum tepat, karena tidak sesuai dengan minat dan bakat mahasiswanya. Mereka penyelenggara PPL, asal menempatkan mahasiswa saja. Mereka tidak mau repot dan tidak mau tahu apapun, yang terpenting mahasiswanya sudah mendapatkan tempat PPL. Entah itu sesuai dengan minat dan bakatnya ataupun tidak. Kewajiban mereka terbayar lunas.

Enam tahun lamanya kita dijejali berbagai macam teori. Namun pastinya dari sekian banyak kajian ilmu hanya ada satu yang menjadi titik fokus mahasiswa. Mau tidak mau, kita hanya memiliki satu minat dari apa yang kita sudah pelahari. Biasanya minat itu datang dari bakat yang dimiliki oleh diri sendiri. Maka dari itu, dari sinilah mengapa saya bisa mengatakan bahwa program PPL ini belum tepat, dari sinilah saya menilai bahwa mereka asal menempatkan mahasiswa dan dari sinilah saya kecewa. Jika kalian belum paham maksud dari tulisananku ini, maka akan ku coba berikan contoh.

Contohnya begini:
Romlah adalah mahasiswa IAIN Syekh Nurjati Cirebon semester 7 di tahun ini. (Sengaja saya mengangkat perempuan sebagai contoh ceritanya. Agar meruntuhkan dominasi dan mengangkat kesetaraan gender wkwk). Romlah merupakan mahasiswi dari jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) yang berada di Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah (FUAD). Di jurusan KPI, Romlah sudah banyak belajar tentang teori-teori kejuruan. Bidang kajian ilmu yang romlah pelajari di antaranya yaitu penyiaran radio dan televisi, dakwah islam, public relation dan event organizer, serta jurnalistik cetak maupun online. Dari sekian banyak kajian ilmu yang Romlah pelajari, tentunya hanya satu yang menjadi titik fokus Romlah. Romlah berminat menjadi seorang jurnalis. Sejak kecil, Romlah bercita-cita menjadi jurnalisdi Media Online ternama. Sesuai dengan bakat yang ada pada diri Romlah.

Saat ini, Romlah sedang melaksanakan program PPL yang diselenggarakan oleh kampus tercintanya. Sebelumnya, Romlah sangat berharap dengan sekali dengan adanya PPL ini. Bagi Romlah ini adalah langkah awal untuk meraih cita-citanya, menjadi seorang jurnalis di Media Online. PPL adalah magang, dan magang adalah latihan kerja. Ini kesempatan emas pikirnya.

Namun sayang, pada saat pelaksanaannya, Romlah kecewa. Pihak kampus yang mengurusi program PPL ini mengecewakan Romlah, memecahkan balon-balon harapan yang sudah Romlah buat. Saat ini Romlah di tempatkan di sebuah Stasiun Radio menjadi seorang penyiar terkadang operator. Padahal Romlah berminat menjadi seorang jurnalis di Media Online. Seharusnya tempat PPL yang cocok untuk Romlah adalah Kantor Media Online. Tentunya tak banyak yang bisa Romlah harapkan dari kegiatan PPL ini. Sepertinya “wis lakoni dan nikmati bae” adalah kalimat yang tepat untuk menenangkan sekaligus menyenangkan hati Romlah saat ini.

Nah maksud saya seperti cerita Romlah tadi. Kebanyakan mahasiswa yang sedang PPL ini tidak sesuai dengan minat serta bakatanya. Pihak kampus rasanya enggan untuk berdialog terlebih dahulu bersama mahasiswa, sebelum menempatkan mahasiswa untuk PPL. Jika kebijakan penyelenggara PPL tidak memperbolehkan mahasiswa menentukan sendiri tempat PPLnya, lantas mengapa mereka tidak melakukan dialog dulu dengan mahasiswanya? Maksud berdialog di sini yaitu ngobrolin tentang minat bakat mereka, ingin ditempatkan di mana mereka dan lain sebagainya. Dengan cara apapun, asalkan mereka berdialog. Agar mereka tidak salah dalam menempatkan mahasiswanya di program PPL ini. Jadi jika dirasa tempat PPL sesuai dengan minat dan bakat mereka esensi dari PPL akan semakin terasa. PPL akan dijalani dengan sepenuh hati dan banyak yang bisa diharapkan mahasiswa dari program ini. Tentunya tidak ada lagi kalimat penenang dan penyenang hati yang berbunyi “Wis lakoni lan nikmati bae lah”.

Jangan-jangan mereka bisa meramal? Makanya tak perlu lagi ngobrolin minat bakat dengan calon mahasiswa PPL. Sehingga bisa langsung menempatkan mahasiswa dengan senang hati. Asyik sekali ya rasanya bisa meramal hehe. Kalau kamu setuju dengan opiniku, pasti kalian sedang senyum-senyum sekaligus gemas ya. Sembari berkata dalam hati “lho kok iya?, iya iya benar juga, wah aku baru sadar, dan lain-lain”.
Baiklah aku cukup kecewa dan mundur alon-alon untuk pamit. Terima kasih sudah sudi untuk membaca dan semoga merasakan juga. See you!

Note:
Opini ini ditulis berdasarkan pengalaman penulis. Tidak ada kebohongan dan benar apa adanya sesuai dengan apa yang dirasakan oleh penulis saat ini.

Penulis : Putri Gemma Guntari



(Foto : LPM FatsOeN/Alfan)
LPM FatsOeN, Cirebon -Sejumlah mahasiswa yang terkabung kedalam Aliansi Mahasiswa Ciayumajakuning (Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan) kembali melakukan aksi unjuk rasa di depan gedung DPRD Kota Cirebon, Kamis (26/9). Dalam aksi tersebut, mereka menuntut DPRD Kota Cirebon agar segera mengirim hasil kesepakatan soal penolakan UU KPK baru dan RUU KUHP ke DPR RI. 

"Kami mendesak kembali DPRD dan Pemkot Cirebon soal beberapa RUU yang ngawur dan penolakan terhadap UU KPK," ucap juru bicara Aliansi Mahasiswa Ciayumajakuning Ginanjar, di depan kantor DPRD Kota Cirebon. 

Ginanjar menyebutkan, selain menolak beberapa RUU bermasalah dan UU KPK baru, ia bersama dengan mahasiswa lainnya mengecam tindakan represif yang dilakukan aparat keamanan kepada mahasiswa. 

"Kami menuntut supaya tindakan represif tidak terjadi lagi, " sambungnya.

Sementara itu,  Wali Kota Cirebon Nashrudin Azis mengatakan, ia sangat mendukung aspirasi mahasiswa. Ia menjanjikan, akan menyampaikan aspirasi mahasiswa ke DPR RI

"Tidak usah khawatir. Aspirasi teman-teman akan disampaikan," kata Azis. 

Ia mengimbau kepada mahasiswa, supaya mereka membubarkan diri dengan tertib. Sekedar informasi, selain mahasiswa terdapat sejumlah pelajar yang ikut turun le jalan dalam aksi tersebut.

Reporter  : Fathnur Rohman
Penulis    : Fathnur Rohman
Foto : Istimewa

LPM FatsOeN, Cirebon -Sejumlah jurnalis yang tergabung kedalam Aliansi Jurnalis Ciayumajakuning (Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan) melakukan aksi demonstrasi di depan kantor DPRD Kota Cirebon, pada Kamis (26/9). Dalam aksi tersebut, mereka berorasi menolak adanya rencana pengesahan Rancangan Kitab Undang-undang Hukum Pidana (RKUHP) oleh DPR RI.

Diungkapkan Muhamad Syahrir Romdhon selaku juru bicara Aliansi Jurnalis Ciayumajakuning (Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan), dalam RKUHP terdapat beberapa pasal yang bisa mengancam kebebasan jurnalis. Menurutnya, 13 pasal pada RKUHP bertentangan dengan UU No 44 tahun 1999 tentang pers.

Pria yang kerap disapa Aray ini menyebutkan, beberapa pasal dalam RKUHP yang dapat mengancam kebebasan jurnalis diantaranya  pasal 217, pasal 218, dan pasal 219 terkait penyerangan terhadap presiden dan wakil presiden.

"Bukan hanya mencederasi kebebasan pers, tapi mengancam kebebasan berekspresi," ujar Aray.

Lebih lanjut dirinya mengatakan, sebagai salah satu dari pilar demokrasi pers harus terbebas dari pengekangan. Berangkat dari hal tersebut, ia dan para jurnalis lainnya menolak serta mendorong pemerintah agar membatalkan pengesahan RKUHP.

Masih disampaikan Aray, bahwa para jurnalis di Ciayumajakuning mendesak pemerintah supaya menegakkan UU No 44 tahun 1999 tentang pers. Mengingat, masih banyak tindak kekerasan yang dialami oleh jurnalis, baik secara lisan maupun fisik.

"Kami menuntut kekerasan terhadap jurnalis dihentikan oleh pihak manapun," ucap dia.

Sementara itu, Wali Kota Cirebon Nasrudin Azis menuturkan, kalau dirinya mendukung apa yang disampaikan oleh para jurnalis tersebut. Ia mengaku, kebebasan pers harus tetap ditegakkan demi keutuhan demokrasi.

 "Kami menjamin kebebasan pers,” terang Azis.

Azis dan Ketua DPRD Kota Cirebon mendapat petisi dari Aliansi Jurnalis Ciayumajakuning. Petisi ini berisi tuntutan-tuntutan yang mereka ajukan. Rencanya petisi yang sudah ditandatangani itu, akan dikirim ke Dewan Pers dan DPR RI.

Penulis : Fathnur Rohman

Foto : LPM FatsOeN/Fathnur Rohman

LPM FatsOeN, Cirebon -Sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan (Ciayumajakuning) melakukan aksi unjuk rasa di gedung DPRD Kota Cirebon, pada Senin (23/9). Massa aksi secara bergantian berorasi dan menyampaikan aspirasinya untuk menolak pengesahan RUU KPK dan RKUHP.

Menurut Juru Bicara Aliansi Mahasiswa Ciayumajakuning bernama Dodo Pangestu, keberadaan UU KPK yang baru akan menghambat dan melemahkan kinerja KPK.

Dirinya menilai, salah satu pasal di undang-undang tersebut, yang berpotensi melemahkan lembaga anti rasuah di Indonesia adalah dengan dibentuknya dewan pengawas. 

Dodo juga menyebut, selain pembentukan dewan pengawas, hal lain yang bisa mengganggu kinerja KPK, yakni adanya penghentian penyelidikan kasus korupsi jika sudah dua tahun berlalu. 
"Pembentukan dewan pengawas ini menjadi masalah. Selain itu, ada beberapa pasal yang bisa melemahkan KPK, " ujar Dodo kepada wartawan, di Gedung DPRD Kota Cirebon, Senin (23/9).

Di tempat yang sama, Juru Bicara lainnya bernama Sulthoni menjelaskan, sebenarnya masih ada satu langkah yang bisa ditempuh untuk mencabut UU KPK baru. Langkah tersebut berada pada sidang Mahkamah Konstitusi. Ia pun mendorong agar Presiden segera mencabut UU KPK itu. 

"Kami tawarkan agar Presiden mencabut kembali UU KPK yang baru. Sebenarnya masih ada satu langkah di MK itu. Kalau MK waras, maka kita beruntung. Kalau tidak, kita akan turun ke jalan lagi," jelas Sulthoni. 

Sementara itu masih disampaikan Sulthoni, terdapat beberapa pasal yang dinilai tidak wajar dalam RKUHP. Apabila disahkan, maka dikhawatirkan jika pasal-pasal tersebut bisa menciderai demokrasi serta mengganggu privasi masyarakat. 

"Ada pasal-pasal warisan kolonial yang ada di RKUHP. Hal ini bisa menciderai demokrasi dan mengganggu privasi warga negara. Kami Aliansi Mahasiswa Ciayumajakuning sepakat menolak RKUHP yang ditawarkan oleh DPR," ucap dia. 

Selain menolak UU KPK baru dan RKUHP. Aliansi Mahasiswa Ciayumajakuning juga menolak adanya RUU Pertahanan serta RUU Minerba. Tidak lupa, mereka mendesak agar RUU PKS segera disahkan.

Reporter : Fathnur Rohman
Penulis   : Fathnur Rohman


(Foto : Screen Shoot Website IAIN Syekh Nurjati Cirebon) 

LPM FatsOeN, Cirebon-Mahasiswa Baru (Maba), yang masuk Ma'had Aljamiah dibingungkan oleh 2 informasi yang bertolak belakang mengenai dana infak. Informasi pertama beredarnya surat pemberitahuan tentang adanya pembayaran infak sebesar Rp. 600.000 yang tercantum dalam website IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Surat pemberitahuan ini menyebar melalui tangkapan layar daring di group Whatsapp Mahasiswa pada 30 Agustus 2019.

Informasi tersebar yang ke dua mengatakan bahwa masuk Ma'had Aljamiah itu gratis. Informasi ini berasal dari kaka tingkat (Kating) yang juga menyebar di group whatsapp Mahasiswa tahun 2019.  Perlu di ketahui, sejak adanya Ma'had Aljamiah, pihak kampus tidak pernah memungut biaya. Baru tahun ini, ada wacana pungutan biaya berupa infak.

"Kata kata Kating itu tidak bayar. Pas bukanya di Web terteranya bayar 600.000" Kata Indah Nuraini, mahasiswa baru yang berasal dari Plered (02/09).

Masih kata Indah, menyebarnya 2 informasi yang bertolak belakang, membuat teman-temannya sesama Maba kebingungan. Ditambah lagi surat pemberitahuan Ma'had Al-Jamiah yang mencantumkan biaya infak, tiba-tiba sudah tidak bisa lagi ditemukan di website IAIN Syekh Nurjati Cirebon.

Ditemui di kantornya, Amir sebagai direktur Ma'had Al-Jamiah mengatakan bahwa dana infak bagi Maba yang masuk Ma'had Aljamiah masih dalam pembahasan para pimpinan. Belum ada keputusan, apakah Maba yang masuk Mahad Aljamiah akan dikenakan biaya infak atau tidak.

".. itu masih dibahas oleh pimpinan. Jadi  belum bisa memutuskan. Tetapi (Informasi mengenai surat pemberitahuan infak Ma'had Aljamiah di website IAIN) sudah dihapus oleh Pak Warek (Wakil Rektor) 3 jadi kami akan ikuti kebijakan dari Pimpinan" kata Amir.

Sampai Senin, 2/09 belum ada lagi pengumuman resmi dari pengurus Ma'had Al-Jamiah untuk menanggapi pemberitahuan sebelumnya yang menyertakan nominal infak. Menurut jadwal resmi, pihak Ma'had Al-jamiah baru akan melaksanakan sosialisasi kepada mahaiswa angkatan 2019 pada Selasa, 3/9 di IAIN Islamic Center (ICC).

Meskipun kejelasan dana infak ini belum menemui titik terang, pendaftaran santri baru Ma'had Al-Jamiah tetap berjalan sesuai jadwal. Menurut Amir, Hal itu dimaksudkan untuk mempertimbangkan sarana yang sudah ada.
"Kalau Ma'had kan harus tetap jalan. Artinya kami ingin memberdayakan yang ada" Pungkas Amir

Penulis: Firdaus Habibu Rohman
Reporter: Sulthoni dan Firdaus Habibu Rohman


Foto : Aliansi Mahasiswa Cirebon/Istimewa

LPM FatsOeN, Cirebon – Sejumlah Mahasiswa Cirebon yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Cirebon (AMC), menggelar aksi solidaritas, untuk menyatakan sikap mereka, terkait tragedi presekusi Mahasiswa Papua di Surabaya dan Malang yang terjadi pada 16 Agustus 2019. Rabu, (21/08).


Dalam aksinya, mereka sangat menyayangkan dan mengutuk keras perilaku kasar oknum aparat TNI, Polisi, Satpol PP, dan Ormas yang telah melakukan tindakan represif terhadap Mahasiswa Papua yang ada di Surabaya dan Malang. Dengan jumlah massa sekitar 30 orang,  mereka melakukan aksi solidaritas tersebut, di depan Tugu Proklamasi, Jl. Siliwangi, kota Cirebon.

“Kami turun ke jalan atas dasar solidaritas kemanusiaan, solidaritas kemanusiaan disini karena beberapa waktu lalu ada saudara kami, sebangsa dan setanah air yang mana diperlakukan tidak selayaknya manusia,” ujar Ginanjar, selaku juru bicara Aliansi Mahasiswa Cirebon.

Dia mengatakan, pihaknya merasa prihatin dengan kericuhan yang belakangan ini terjadi, akibat perilaku oknum aparat dan ormas yang melakukan tindakan represif terhadap Mahasiswa Papua di Surabaya dan Malang. Jika kasus ini dibiarkan, maka menurutnya dikemudian hari akan terulang kembali. Ia menuntut agar pemerintah menanggapi hal tersebut dengan memberikan sanksi yang sesuai.

“Kami mengusut oknum yang melakukan tindakan represif terhadap kawan-kawan mahasiswa dari Papua ini, walaupun bagaimana juga mereka adalah saudara sebangsa dan setanah air,” ucap Ginanjar

Di tempat yanh sama Riko Ogetae, seorang Mahasiwa Papua yang ada di Cirebon mengungkapkan kekecewaannya, terhadap perlakuan tidak manusiawi yang dilakukan oleh oknum-oknum tersebut, terhadap saudaranya di Surabaya dan Malang itu.

“Indonesia adalah negara yang berdaulat. Harus tahu, mana yang harus disalahkan, mana yang harus dibenarkan, dan mana yang harus diucapkan. Seakan kita dianggap bukan manusia lagu, emang kita ditakdirkan sebagai monyet atau apa, sehingga disebut seperti itu. Jadi orang yang punya akal pasti tahu mana yang harus diucapkan dan mana yang harus diucapkan,” ucapnya

Ia mengaku, bahwa dirinya berharap agar orang-orang yang berasal dari wilayah Indonesia timur tidak dibeda-bedakan, ditelantarkan, dan didiskriminasi lagi. Ia juga meminta,  agar pemerintah bisa menindak lanjuti kasus ini dengan memberikan sanksi kepada oknum yang sudah terlibat.

Reporter   : Khotimah
Penulis     : Khotimah