Sumber Foto: Dokumentasi Penulis 

Cirebon, LPM FatsOeN – 18 November 2024, Muhammadiyah telah berusia 112 tahun. Muhammadiyah merupakan salah satu organisasi masyarakat Islam terbesar di Indonesia. Bersanding dengan Nahdatul Ulama (NU). Muhammadiyah merupakan ormas Islam yang mengusung gerakan dakwah berbasis tajdid dalam urusan ideologi dan amal usaha dalam urusan pemberdayaan masyarakat. 

Dalam peringatan milad ke-112 ini, Muhammadiyah mengusung tema "Mewujudkan Kemakmuran untuk Semua". Tema itu barangkali diusung Muhammadiyah karena melihat tantangan dakwah Islam di era sekarang. Di era sekarang, Muhammadiyah, sebagai ormas Islam dihadapkan pada banyak tantangan dakwah. Tantangan itu secara garis besar mengerucut kepada komitmen Muhammadiyah terhadap apa yang sudah diputuskan dan apa yang sedang dihadapi bangsa dan masyarakat Indonesia termasuk umat Islam. 

Sebagaimana diketahui, Muhammadiyah tahun ini mengambil langkah yang menurut saya cukup berisiko. Muhammadiyah menerima konsesi tambang batu bara dari pemerintah. Spiritnya memang sama dengan ormas Islam lain yang menerima konsesi itu, tapi, langkah yang diambilnya tetap menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat dan internal Muhammadiyah sendiri. 

Dalam hal ini, Muhammadiyah baiknya memang harus bisa menunjukkan bahwa langkah yang sudah diambil itu akan dijalankan dengan baik. Pengelolaan tambang batu bara harus berorientasi kepada kemaslahatan bersama. Selain itu, pengelolaannya juga harus dilakukan dengan profesional dan mempertimbangkan prinsip keberlanjutan lingkungan. 

Isu lingkungan beberapa tahun kebelakang sedang sangat ramai dibicarakan ahli dan pengamat. Per Februari 2024, suhu bumi sudah naik kurang lebih 1,5 derajat. Cukup tinggi. Ada yang mengatakan, bahwa kalau suhu bumi naik beberapa derajat lagi, maka bumi bisa menjadi planet yang tidak lagi aman untuk dihuni makhluk hidup. Baik itu manusia atau lainnya. 

Isu perubahan iklim (climate change) benar-benar mengkhawatirkan banyak pihak. Termasuk di dalamnya pemerintah di berbagai belahan dunia. Makannya, karena itu kita mengenal apa yang disebut perjanjian Paris, komitmen untuk mewujudkan net zero emission (NZE) dan lainnya dengan cara melakukan percepatan transformasi energi, transformasi kendaraan dari berbahan bakar minyak ke listrik, mengadakan kebijakan yang membuat industri harus membatasi output emisi karbon dari aktivitas industri mereka dan seterusnya. 

Semua ini menunjukkan bahwa isu lingkungan benar-benar menjadi perhatian dan dirasa wajib hukumnya untuk dilakukan proses pencegahan agar perubahan iklim tidak menimbulkan krisis multidimensi (krisis pangan, energi, air bersih dan finansial). Muhammadiyah dalam hal ini harus mampu menunjukkan peran mereka terhadap isu itu. Bukan hanya dalam urusan tambang, melainkan dalam urusan pemberdayaan ekonomi juga. 

Saya pikir, Muhammadiyah pun perlu untuk memasifkan program green economy yang membantu masyarakat di bidang ekonomi sekaligus berpartisipasi mewujudkan cita-cita bersama di bidang lingkungan. Terlebih, Muhammadiyah merupakan salah satu organisasi yang memiliki konsen di bidang pemberdayaan masyarakat dan dakwah yang konkret serta solutif menyelesaikan problematika umat. Terlihat dari progresnya di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial dan lainnya. 

Sebagai orang yang pernah dan merasa menjadi salah satu kader organisasi otonom (ortom) Muhammadiyah, yakni Hizbul Wathan, saya benar-benar memiliki pengharapan bahwa Muhammadiyah akan mampu berperan menyelesaikan tantangan yang dihadapi Indonesia dan dunia di era sekarang. Sebab, kondisi geopolitik yang semakin bergejolak di Timur Tengah (yang memicu ekskalasi konflik yang lebih besar), dan belahan dunia yang lain, telah membuat banyak pihak khawatir bahwa perekonomian di berbagai negara termasuk Indonesia akan terancam. 

Indonesia sendiri saat ini masih dihadapkan pada problematika ekonomi seperti pengangguran yang masih banyak, kemiskinan, stunting dan problematika yang berkaitan dengan moral individu masyarakatnya. Berbagai problematika ini rasanya tidak akan mampu dihadapi atau diselesaikan oleh pemerintah tanpa dukungan dari organisasi sekelas Muhammadiyah atau lainnya. Di milad Muhammadiyah ke-112 ini, saya berharap akan ada gebrakan dari Muhammadiyah untuk berperan secara lebih masif menyelesaikan problematika atau tantangan bangsa yang disebutkan di atas. 

Terlebih, saat ini kader Muhammadiyah juga ada yang menjadi menteri, harusnya, hal itu bisa menjadi sesuatu yang positif dan dimanfaatkan betul oleh Muhammadiyah untuk mewujudkan peran itu agar lebih cepat direalisasikan. Tapi, karena milad Muhammadiyah tahun ini bertepatan juga dengan momen politik Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), rasanya, Muhammadiyah juga perlu menegaskan posisinya kembali sebagai ormas Islam yang independen. Di Pemilu awal tahun 2024, saya telah melihat banyak ormas agama yang barangkali kurang independen dalam urusan politik. Terlalu jauh mencampuri urusan politik praktis. Karenanya, saya berharap Muhammadiyah tidak demikian. 

Penulis: Ega Adriansyah

 

Sumber Foto: Dokumentasi Panitia 

Cirebon, LPM FatsOeN – Himpunan Mahasiswa Jurusan Pariwisata (Himparis) Universitas Islam Negeri (UIN) Siber Syekh Nurjati Cirebon (SSC) menggelar Seminar Pariwisata yang bertempat di Gedung Kesenian Nyimas Rara Santang, Minggu (17/10/2024).

Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian acara tahun Jurusan Pariwisata UIN SSC yang ketiga.  

Dengan mengusung tema “Harmoni Kebersamaan dalam Peristiwa: Menyatu dalam Keakraban, Menginspirasi Masa Depan”, Himparis berharap kegiatannya mampu membangun rasa kebersamaan diantara empat angkatan maupun sivitas akademik di Jurusan Pariwisata yang masih baru.

Seminar diisi oleh pemateri Dosen Universitas Islam Bunga Bangsa Cirebon (UIBBC), sekaligus Adyatama Kepariwisataan, Ahli Madya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Cirebon, Casta. 

Acara ini berjalan dengan meriah. Sebanyak 60 mahasiswa dari Jurusan Pariwisata turut menghadiri acara tersebut. Mereka pun tampak sangat antusias ketika sesi tanya jawab dalam seminar dibuka.

Acaranya sendiri sudah dipersiapkan sejak bulan Agustus 2024. Salah satu kendala yang dihadapi adalah kesulitan mendapatkan lokasi acara akibat penuhnya jadwal gedung di sekitar kampus. Namun, berkat kerja keras dan koordinasi panitia, acara akhirnya bisa diselenggarakan dan berjalan dengan sukses.

Ketua Pelaksana Acara, David Fadjri, berharap, acara ini nantinya mampu mempererat kebersamaan antarmahasiswa di Jurusan Pariwisata.

"Sesuai dengan tema kebersamaan, jadi mungkin lebih erat lagi kebersamaannya di Pariwisata Syariah, lebih membangun chemistry-nya, lebih mengenalkan Jurusan Pariwisata keluar," ujarnya. 

Penulis: Nuria Febrianti

Editor: Ega Adriansyah

 

Sumber Foto: Nanang 

Cirebon, LPM FatsOeN - Kolaborator Kebaikan ID (KK.ID) adalah salah satu NGO yang bergerak di berbagai bidang salah satunya bidang lingkungan. Kolaborator Kebaikan ID mengadakan aksi clean up dalam rangka memperingati Hari Pahlawan 2024 di Pantai muara Sungai Kalijaga, Mundu Pesisir, Kabupaten Cirebon (10/11/2024).

Tidak seperti umumnya yang memperingati Hari Pahlawan dengan upacara-upacara, KK.ID memperingatinya langsung dengan aksi nyata. Aksi yang digelar dalam upaya membersihkan sampah di sekitar bibir Pantai Muara Sungai Kalijaga, mundu, pesisir. Dihadiri kurang lebih 50 hingga 60 relawan, mulai dari pelajar/mahasiswa, komunitas, dinas pemerintah dan masyarakat setempat, aksi ini diawali dengan apel pagi yang dimulai pada pukul 08.00-selesai. 

Apelnya diisi dengan beberapa sambutan yang diawali oleh sambutan dari kordinator lapangan dalam kegiatan itu, Rafiqhi. 

"Terima kasih kepada para relawan yang sudah hadir dan masyarakat yang bergabung dalam aksi clean up,” ujarnya. 

Sambutan yang selanjutnya datang dari warga yang diwakili oleh Eko Winarno. 

Dia mengatakan, “Selamat datang di Pantai Muara Kalijaga pesisir dan mohon maaf apabila dalam penyambutan kami masih kurang," katanya. 

Setelah sambutan dari warga, sambutan selanjutnya disampaikan oleh CEO Kolaborator Kebaikan ID, yaitu Omar Qad Panity. Dalam sambutannya, dia menekankan pentingnya aksi nyata dalam memperingati hari pahlawan, tidak hanya sekedar seremonial belaka tetapi dengan kontribusi nyata yang juga bermanfaat bagi banyak orang dan lingkungan.

Dengan diadakannya aksi clean up ini, dia berharap hal itu bisa menambah kesadaran para peserta dan masyarakat setempat dalam upaya menjaga kebersihan lingkungan, khususnya Pantai Muara Sungai Kalijaga. Bukan hanya itu, masyarakat juga diharapkan dapat mengimplementasikan aksi clean up ini dalam kehidupan sehari-harinya.

Aksi clean up ini memiliki dampak yang cukup signifikan, karena berhasil membersihkan sekitar 80% mengumpulkan sampah-sampah yang ada di sekitar bibir Pantai Muara Sungai Kalijaga. Manfaat dari aksi ini bukan sekedar menciptakan lingkungan bersih dan nyaman, lebih dari itu untuk jangka panjang pantai ini diproyeksikan sebagai tempat wisata. 

Seperti yang disampaikan oleh Iwan, perwakilan warga, yang mengatakan bahwa “Pantai Muara Sungai Kalijaga atau yang lebih dikenal dengan sebutan PIJ diharapkan bisa mendapatkan perhatian untuk dikelola agar dapat menjadi salah satu wisata pesisir di desa," ujarnya. 

Clean up selesai sebelum masuk adzan dzuhur dengan banyaknya relawan yang mencuci tangan di mobil tangki air yang sudah standby dan memakan roti yang diberikan oleh penyelenggara. 

Salah satu relawan, Adel, mengatakan, dirinya sangat senang bisa berkontribusi dalam kegiatan tersebut. 

“Senang bisa berkontribusi dalam aksi clean up ini, bisa bertemu dengan teman-teman baru dan bisa mengambil pelajaran dari aksi clean ini dan bisa mengimplementasikan aksi kebersihan tersebut dalam kehidupan saya," imbuhnya. 

Di lain sisi, CEO KK.ID juga mengucapkan terima kasih kepada Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dan segenap stakeholder lain yang turut menjadi pihak kolaborator dari kegiatan mereka. 

“Tak lupa ucapan terima kasih kepada segenap stakeholder yang telah mensukseskan acara ini, seperti DLH, BPBD, PDAM, dan PSC 119 serta lainnta lewat kontribusinya masing-masing,” ujar Omar. 


Penulis: Tim Kolaborator Kebaikan. ID

Editor: Ega Adriansyah

 

Sumber Foto: Official Poster 

Film "Home Sweet Loan" menceritakan tentang kehidupan Kaluna sebagai anak bungsu yang masih tinggal bersama keluarganya, termasuk orangtua, kedua kakaknya yang sudah menikah, dan 2 keponakan dalam satu rumah. 

Diceritakan sosok Kaluna merupakan anak bungsu yang bekerja keras menggeluti pekerjaan di kantor hingga freelance sebagai model. Dari hasil pekerjaannya selama bertahun-tahun, membuatnya memiliki tabungan sebanyak 350+ juta. Ia memiliki mimpi untuk memiliki rumah sendiri untuk menikmati waktu isirahat setelah keseharian yang melelahkan dan jauh dari keributan keluarga. 

Kaluna memiliki budgeting untuk mengatur pengeluaran agar memenuhi target membeli rumah, dia mencatat semua pengeluaran dan hanya mengeluarkan uang apabila memang benar-benar butuh. Karakter wanita mandiri yang dimiliki Kaluna sebagai pekerja keras dan bertekad dalam mengejar mimpinya tanpa bergantung pada orang lain benar-benar terlihat jelas dalam alur film itu. 

Kaluna juga ditampilkan sebagai orang yang memiliki pendirian, contohnya ketika saudara iparnya berniat meminjam uang tabungan, Kaluna dengan tegas menolak karena dia tahu betul bagaimana susahnya mengumpulkan uang dan tidak mungkin mengembalikan uang dalam waktu dekat.

Bahkan setelah Kaluna merelakan uang tabungannya untuk melunasi hutang pinjol kakaknya, dia tetap memiliki keinginan untuk mempertahankan keluarganya meski kerja kerasnya untuk membeli rumah harus lenyap dalam sekejap.

Pentingnya memiliki pasangan yang setara dari segi keuangan, memberi dukungan dan memahami keadaan, lalu bersama-sama bangkit kembali serta dukungan dari teman yang senantiasa menemani susah senang bersama menjadi alasan Kaluna tetap tegar, pentingnya mempunyai support system dikala masa sulit sangat membantu daripada menyimpan semua masalah sendirian.

Karakter Kaluna yang tetap memprioritaskan keluarga sangat menunjukan bahwa Kaluna adalah orang dengan pemikiran dewasa dengan beripikir panjang sebelum mengambil keputusan yang akan berdampak pada seluruh keluarganya. Dengan lapang dada memaafkan orangtua dan kakaknya yang seringkali melupakan keberadaan Kaluna, namun jika ada masalah baru mereka merepotkan Kaluna. 

Dari kedua kakaknya yang sudah menikah namun masih tinggal di rumah orang tua ini mengajarkan bahwa sebelum menikah, sebaiknya harus mempunyai finansial stabil dan pengelolaan anggaran yang dapat lebih mudah merencanakan dan mengelola anggaran bersama demi menghindari konflik terkait uang.


Penulis: Kholifah 

Editor: Ega Adriansyah