Humor atau candaan adalah sesuatu yang tak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Candaan bisa memecah suasana tegang menjadi cair dan menyenangkan. Selain itu, candaan juga bisa menjadi media untuk menyampaikan pesan atau kritik yang tidak menyakiti hati.
Candaan dibagi menjadi dua. Ada yang memang positif dan ada yang negatif. Candaan yang positif contohnya candaan yang mengandung pesan dan kritik tadi (untuk pemerintah, keadaan sosial dan lain-lain).
Sementara itu, candaan yang negatif contohnya candaan yang mengandung unsur singgungan terhadap fisik seseorang, atau hal-hal yang bersifat seksis. Candaan yang menyinggung perempuan sebagai objek seksual termasuk candaan yang negatif dan seksis.
Belakangan, istilah-istilah seperti "tobut", "ceker babat", dan "logo Tesla" sering kali digunakan sebagai konten candaan seseorang. Hemat penulis, candaan itu termasuk candaan yang seksis dan sebetulnya kurang pantas dijadikan bahan candaan. Istilah-istilahnya seperti mendiskriminasi dan menjadikan perempuan sebagai objek seksual yang rendah secara martabat.
Candaan yang seksis seperti itu bukanlah humor yang sehat. Alih-alih menghibur, candaan itu justru bisa memperparah isu ketidakadilan gender.
Kalau membicarakan dampak, humor atau candaan seksis bisa berdampak negatif pada mental perempuan yang menjadi objek candaan. Mereka bisa merasa tidak nyaman, atau merasa dipandang sebelah mata. Perasaan insecure kemudian bisa muncul dalam diri mereka.
Karenanya, menghentikan budaya humor yang seksis (seperti mengandung kata-kata yang disebutkan di atas) adalah langkah penting yang perlu ambil oleh semua orang yang biasa melakukannya.
Hal ini tidak dimaksudkan untuk membatasi kebebasan menyampaikan humor atau candaan yang tujuannya menghibur. Menghibur dengan candaan tidak masalah. Malah bagis. Tapi, candaan yang disampaikan sebaiknya tidak seksis.
Bukan tanpa alasan, hal itu dimaksudkan untuk membudayakan candaan yang lebih positif dan konstruktif. Lalu, hal itu juga dimaksudkan untuk mendukung terciptanya lingkungan yang setara dan berkeadilan terhadap gender.
Maka, mulailah menghentikan budaya humor atau candaan seksis dari diri sendiri. Renungkan dan sadarilah dampak dari setiap kata yang diucapkan. Jika mendengar orang lain melontarkan candaan seksis, jangan ragu untuk menegur dengan cara yang baik.
Edukasi diri dan orang lain tentang pentingnya saling menjaga, menghormati dan menghargai perempuan dalam setiap ucapan bahkan tindakan yang dilakukan dalam kehidupan.
Penulis: Tina Lestari
Editor: Ega Adriansyah
Posting Komentar