Sumber Foto: Pinterest
Setelah kekalahannya, Fathur meninggalkan Pit dan kembali kepada timnya. Raut mukanya terlihat sedih sekaligus kecewa karena kalah dalam pertandingan dan gagal membawa nama baik timnya. Glorius Hunter Race, itulah nama tim atau klub motor yang Fathur dirikan saat berusia 25 tahun. Di klub itu, dia mempunyai teman bernama Ramhan. Ramhan adalah teman Fathur yang sudah dianggap seperti saudara sendiri. Ramhan merupakan orang yang selalu ada di saat Fathur diacuhkan oleh orang-orang.
Fathur dan timnya bertanding di stadion Linggar. Salah satu stadion terbesar kedua di Bandung, dan merupakan stadion motor balap ke-2 di Indonesia.
Dari cahaya lampu yang menyorot, Fathur berjalan menuju Ramhan. Ramhan berdiri dan berkata, “Tidak apa-apa, kau sudah berusaha keras,”
“Aku tidak berpikir bahwa aku akan kalah,” ujar Fathur sambil memeluk Ramhan.
Ramhan mengerti keadaan Fathur. Dia tahu Fathur sedang berjuang mati-matian untuk
mendapatkan uang. Ekonomi keluarga Fathur sedang kacau, sehingga membuatnya harus menjadi tulang punggung keluarga.
“Jika aku kalah, bagaimana dengan mereka? Bagaimana dengan lu?” kata Fathur dengan pelukan yang semakin erat sampai membuat Ramhan sedikit terangkat.
“Jangan terlalu dipikirkan begitu, rileks sejenak. Ini masih pertandingan pertama, kita masih punya banyak waktu dan kesempatan," ucap Ramhan.
Master Champion merupakan perlombaan balap motor yang diminati banyak orang. Hadiah dari perlombaannya tidak main-main. Uang tunai sebesar 23 juta rupiah untuk yang berhasil mencapai garis finish dengan waktu tercepat. Perlombaannya sudah berjalan 2 tahun. Sudah memiliki 2 master atau pemenang perlombaan juga.
"Selamat siang pemirsa, bertemu lagi dengan saya, Rotana, pembawa acara pada hari ini, Selasa 23 Maret 2019. Sebagai informasi, Master Champion lap ke-2 akan segera dimulai, bisa terlihat pada stadion Linggar yang sudah semakin ramai. Dipenuhi oleh lautan manusia. Bahkan jalanan di seberang stadion pun macet karena banyaknya pengunjung yang ingin menonton
pertandingan ini," katanya.
Di salah satu daerah di kota Bandung, terdapat sebuah wilayah yang isinya para jagoan. Mereka adalah orang-orang yang bertarung untuk mendapatkan uang hanya untuk
makan. Di situ, terdapat sebuah bengkel yang merupakan bengkel tunggal di wilayah tersebut. Seorang mekaniknya bernama Fandi. Dia sedang mengobrak-abrik sebuah mesin dari salah satu motor pelanggannya.
“Fan, gua mau istirahat dulu, belum makan dari pagi,” ujar salah seorang montir.
“Ohh oke, kalau gitu biar gua handle sementara," jawab Fandi sambil memperlihatkan senyum pepsodentnya.
Sebagai seorang montir, Fandi sudah sangat paham bagian-bagian mesin motor. Sudah lama ia memahami motor karena hobi bermotornya. Tidak heran jika motornya pun penuh dengan modifikasi unik dan terlihat keren.
Sambil menghela nafas, Fandi termenung dan berkata, “Setelah selesai ini, gua bujuk dia lagi
deh.”
Seorang montir lain menepuk pundak Fandi dan tersenyum, “Dia pasti akan senang.”
Di lain tempat, dalam sebuah mobil berwarna oranye yang bergerak keluar stadion Linggar, Fathur masih memikirkan
kekalahannya, “Han, Gua kan punya tim, kalo gua gagal di satu pertandingan, mereka nggak bakal dapet apa-apa kan?”
“Maksudnya nggak dapet apa-apa itu gimana? Kita kan sudah diskusi kalau lu kalah ya it's oke, kalah itu wajar dalam sebuah pertandingan bukan?" ucap Ramhan bingung.
“Gua mikirin uangnya,” Fathur
"Owhh, lagi ngomongin gaji toh, kirain apaan," Ramhan
“Kirain apaan, eh gaji itu masalah serius tau!” Fathur ngegas.
“Iya tau, tapi ya nggak usah terlalu serius gitu loh mikirinya. Santai, rileks,” Ramhan
menepuk-nepuk paha Fathur.
Mobil yang mereka naiki sampai di rumah Fathur.
“Sudah, istirahat saja sana, jangan dipikirkan," Ucap Ramhan sambil tersenyum.
“Okelah, makasih banyak ya sudah mau mengantar sampai ke rumah,” ucap Fathur.
“Aman-aman, ya sudah, gua balik yaa!” Ramhan mengangkat tangannya.
“Ya, hati hati!" Fathur balas mengangkat tangan.
Fathur tinggal di rumah yang sederhana, tidak terlalu bagus dan tidak terlalu jelek. Dia hidup
bersama sang adik karena orang tuanya sedang dalam proses penceraian. Sejak kecil, Fathur selalu manjadi pelampiasan orang tuanya hingga tangan kirinya patah dan harus menggunakan gips. Namun, itu adalah cerita lama, sekarang tangan kiri Fathur sudah pulih.
“Assalaamualaikum,” ucap fathur sambil mengetuk pintu.
“Waalaikuumusallam,” balas Shantika, adik Fathur sambil membuka pintu.
“Eh, Mas Fathur sudah pulang,” lanjutnya dibarengi dengan pelukan erat dan tangisan.
Fathur sudah paham dengan keadaan adiknya yang tidak bisa ditinggalkan jauh oleh
dirinya karena Shantika trauma dengan masa lalu keluarga mereka. Fathur selalu
menjadi pelampiasan sang ayah saat kalah dalam judi dan sang ibu saat pekerjaannya selalu digagalkan olehnya tanpa sengaja.
“Sudah, aku sudah di sini. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan," Fathur mengusap
rambut adiknya.
“Tadi di sekolah aku dibully lagi sama Chealsea, Mas!” Shantika merenge
Mendengar hal itu Fathur kaget dan marah. Saat itu juga Shantika langsung
menggenggam tangan kakaknya. Walaupun pernah trauma, Fathur memang tidak pernah
membiarkan sang adik menangis karena suatu hal.
“Tapi aku tidak apa apa Mas," ucap Shantika sambil tersenyum.
“Kau yakin?”kata Fathur.
"Iya, lagi pula dia hanya usil,” Shantika merenggangkan pelukannya.
“Sudah Mas, Mas baru pulang pasti capek kan? Aku sudah masak Mas air panas. Mandi dulu ya, abis itu baru kita makan,” Shantika melepaskan pelukannya sambil tersenyum.
Hari pun mulai berganti malam, di bagian kota adalah tempat yang paling sering di kunjungi
banyak orang, sehingga tempatnya selalu ramai. Berbeda dengan di
pinggir kota, kumuh, kotor, tidak terurus sehingga menjadi kandang kuman.
Seseorang pria brewokan berjalan dengan santai sambil menghisap rokok bermerk Magnum Filter. Pria itu bernama Nugraha Ali, seorang mantan ketua preman di salah satu wilayah di Bandung.
Ali berjalan menuju seseorang di ujung jalan “Apa kalian anak buah Remi?" tanya Ali dari
kejauhan.
Mereka tidak menjawab ataupun merespon dan hanya melihat. Ali geram dan langsung menggerakan kakinya "Braaakk!!!!’ satu orang terjatuh dan disusul dua orang
berhasil ditumbangkan.
“Kalian jangan macam-macam sama gua, yang kalian keroyok tadi siang itu anak buah gua!” kata Ali sambil menarik baju salah satu dari mereka.
“Kami hanya dibayar untuk melakukan tugas, tidak lebih dari itu," ucap salah seorang lagi.
“Kalau kalian masih mengganggu gua atau anak buah gua, kalian akan terima
konsekuensinya,” kata Ali.
Ali pun beranjak pergi meninggalkan tempat tersebut. Di pinggir kota yang berantakan,
ternyata tempat sarang dari para begal dan gank motor brandal. Ali berjalan menuju motor kesayangannya, Kawasaki W 175, lalu pergi. Tanpa ia sadari, seseorang memperhatikannya dari jauh.
“Huaaa, capek juga ya,” ucap gio mengucak mata
“Wajar capek mah, jalani saja,” Balas Fandi.
“Ini motor terakhir kan ya,” Gio melihat keadaan sekitar.
“Iya, selesaikan ini setelah itu kita pulang,” kata Fandi.
Di kota, malam tak terasa semakin larut. Di depan mall Huyi, salah satu mall di
kota bandung, seorang anak muda berbadan besar meminum Coca-Cola berjalan menuju salah satu toko handphone. Anak muda tersebut bernama Hafiz.
“Punten Om, mau nyari HP untuk main game," tanya Hafiz sambil meneguk Coca Cola.
“Mangga, nyari tipe apa mas?" balas penjaga Konter.
“Yang paling murah saja Om, hehe, uangnya pas pasan,” kata Hafiz.
Penjaga counter langsung menunjuk HP yang baru saja keluar, “Ini Mas, baru turun nih."
“Berapa harganya ini Om?" tanya Hafiz
“Kita jual harga 2,5 juta aja mas, lagi ada promo,” jawab penjaga Konter.
“Ram internalnya ada yang berapa aja Om?" Hafiz bertanya lagi.
“Yang 128 harganya 2,3 juta, kalau yang 256 pas di 2,5 juta aja Mas," ujar penjaga Konter.
Kemudian Hafiz mengecek saldo yang ada di e-bankingnya, berharap ada saldo lebih agar sisanya bisa ia belikan casing HP yang bagus untuk HP barunya ini. Dan ternyata saldonya cukup bahkan lebih banyak.
“Kok bisa ya?" Hafiz terheran-heran.
“Kenapa Mas?" penjaga Konter ikut bingung.
“Eh, tidak apa-apa om, cuma dapat notif minta maaf dari pacar,” Hafiz tersenyum.
“Langka itu Mas, jarang-jarang loh cewek minta maaf duluan," ujar penjaga Konter.
Hafiz termenung dan memikirkan, apa ini semua ulah abangnya atau ini adalah hadiah dari dia karena berhasil menang turnamen?
“Eee Om, beli HP-nya besok besok saja ya, makasih,” ucap Hafiz terburu-buru dan
bergegas pergi dari Konter tersebut.
Di tempat berbeda, Fandi dan Gio berhasil menyelesaikan motor pelanggan terakhirnya dan mereka segera bersiap untuk pulang ke rumah masing-masing.
“Yosshh, kita ketemu lagi besok,” Gio mengulurkan tangannya.
“Sampai jumpa besok sobat," Fandi balas mengulurkan tangan.
Bersambung.....
Penulis: Daffa
Editor: Ega Adriansyah
Posting Komentar