Photo Illustration: Zakariya Robbani
Cirebon, LPM FatsOeN - Perbincangan seputar pesta demokrasi di Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) dan Senat Mahasiswa (SEMA) IAIN Syekh Nurjati Cirebon selalu menjadi topik yang tak pernah ada habisnya. Yang terkini adalah pelaksanaan pesta demokrasi yang dilakukan secara tertutup, dan bahkan bertabrakan dengan acara wisuda pada 5 Maret 2024.
Seorang mahasiswa yang juga peserta wisuda harus melaporkan pertanggungjawaban di tengah jadwal yang bertabrakan. Dalam kondisi seperti ini, seringkali mahasiswa dihadapkan pada pilihan sulit antara kewajiban sebagai anggota DEMA atau SEMA dengan momen istimewa wisuda.
Keputusan untuk menyelenggarakan acara musyawarah secara tertutup, yang bertabrakan dengan acara wisuda, menciptakan potensi kericuhan selama proses laporan pertanggungjawaban. Pentingnya kehadiran tokoh-tokoh penting dalam DEMA dan SEMA menjadi pertimbangan serius, namun keputusan tersebut memicu pertanyaan kritis.
"Jika ada salah satu orang terpenting dalam jabatan dewan ekskutif mahasiswa dan senat mahasiswa tidak hadir apakah laporan pertanggung jawaban itu dapat diterima?"
Lantas bagaimana mungkin mahasiswa, terutama yang akan melaksanakan laporan pertanggungjawaban, dapat membuat pilihan yang bijak di antara dua acara yang dianggap penting? Apakah sidang tertutup dapat membuktikan bahwa tidak ada permasalahan yang perlu dibahas dan diperbaiki di periode selanjutnya?
Kritik dan saran yang seharusnya muncul dalam demokrasi yang sehat dapat terhambat ketika sidang musyawarah dilakukan secara tertutup. Mahasiswa perlu mengetahui dengan jelas apa yang telah dikerjakan oleh DEMA dan SEMA selama satu periode, sehingga kesalahan-kesalahan dapat dijadikan pelajaran untuk periode berikutnya.
Namun, perkembangan demokrasi di IAIN Syekh Nurjati Cirebon, terutama sejak 2012, menjadi sorotan. Beberapa mahasiswa bahkan belum merasakan bagaimana suasana pemilihan presma secara demokratis. Hal ini menunjukkan adanya kekurangan dalam praktik demokrasi yang sehat di kampus tersebut.
Dalam melaksanakan demokrasi tentu pelaksanaannya secara terbuka agar supaya ketika mahasiswa yang tidak berada dalam kepengurusan DEMA dan SEMA itu dapat memberikan hak pendapatnya dan hak pilihnya dalam membangun organisasi DEMA dan SEMA menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya. Karena itu saya sangat menyarankan untuk meninjau kembali apa yang sudah di edarkan apakah dampak tersebut baik untuk kemaslahatan mahasiswa IAIN Syekh Nurjati Cirebon atau tidak.
Dalam proses demokrasi peran dari DEMA dan SEMA dalam menggerakan demokrasi yang sehat itu sangat penting, karena pada dasarnya demokrasi tidak akan terlaksana jika tidak ada pemantiknya didalam demokrasi. Tentu pemantiknya adalah DEMA dan SEMA untuk mendobrak semangat mahasiswa agar dapat melaksanakan praktik dari demokrasi yang baik dan benar.
Tentu kami seluruh mahasiswa IAIN Syekh Nurjati Cirebon merindukan betul dengan adanya suasana demokrasi yang terdahulu di laksanakan pada selasa (27/12) silam. Itu semua momentum yang di nantikan oleh seeluruh mahasiswa IAIN Syekh Nurjati Cirebon untuk kembali seperti dahulu.
Mungkin hal ini cukup sulit untuk mengembalikan seperti dahulu, tapi bukan berarti tidak mungkin bukan untuk kembali lagi dalam suasan demokrasi yang sehat dan berkualitas?
Penulis: Udin
Editor: Tina Lestari
Posting Komentar