Sumber Foto: Zakariya Robbani 

Cirebon, LPM FatsOeN- Presidium Sidang Rapat Tahunan Redaksi (RTR) menetapkan M. Irsyad Ramdhani sebagai Pemimpin Umum (PU) Lembaga Pers Mahasiswa FatsOeN periode 2025, pada (23/12/2024). 

RTR sendiri merupakan musyawarah besar tahunan yang diselenggarakan oleh Lembaga Pers Mahasiswa FatsOeN UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon untuk membahas Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ) kepengurusan tahun 2024 sekaligus sidang pemilihan Pemimpin Umum (PU) untuk tahun 2025.

RTR tahun ini berlangsung selama satu hari satu malam yang digelar di dua tempat, yakni di Sekretariat RTIK Kota Cirebon dan Pondok Pesantren Darul Ilmi Kota Cirebon. Serta dihadiri langsung oleh pengurus, alumni dan anggota secara khidmat. 

Dalam sambutan perdananya, Irsyad mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada seluruh pihak yang telah memberikan kepercayaan dan amanah besar ini kepadanya. “Sebelumnya, saya ucapkan terima kasih kepada semua yang hadir di sini yang telah mempercayakan amanah ini kepada saya,” ujar Irsyad.  

Irsyad menegaskan pentingnya realisasi visi dan misi yang telah disampaikan sebagai langkah awal untuk membawa perubahan positif. Ia juga berharap amanah ini tidak hanya membawa dampak baik bagi organisasi, tetapi juga untuk pengembangan dirinya secara pribadi.  

“Semoga dengan visi dan misi yang telah saya sampaikan bisa terealisasikan dengan baik dan juga semoga amanah ini bisa menjadikan saya menjadi pribadi yang lebih baik lagi, terutama pada diri saya sendiri dan juga organisasi UKM LPM FatsOeN ke depannya,” tambahnya.  

Ia juga mengingatkan pentingnya rasa syukur atas nikmat dan karunia Tuhan yang memungkinkan semua pihak hadir dan melaksanakan kegiatan ini. Irsyad berharap pengalamannya selama di LPM FatsOeN dapat diterapkan secara maksimal dalam kepengurusan 2025.  

“Dengan dijadikannya saya sebagai pimpinan umum, semoga saya bisa menjadi lebih baik lagi, semoga apa yang telah saya dapatkan di sini bisa diimplementasikan kepada kepengurusan 2025 yang akan datang,” tutupnya.

Kepemimpinan M. Irsyad Ramdhani diharapkan membawa semangat baru bagi LPM FatsOeN untuk terus berkembang dan memberikan kontribusi nyata bagi kampus UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon serta masyarakat luas.


Penulis: Muhamad Hijar Ardiansah

Ilustrator: Zakariya Robbani

Cirebon, LPM FatsOeN - Upaya LPM FatsOeN mewawancarai pengurus Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) UIN Syekh Nurjati Cirebon (SSC) periode 2024 diwarnai kendala komunikasi dengan pihak terkait. Temuan ini beriringan dengan hasil survei kepuasan mahasiswa yang menunjukkan bahwa responden merasa perlu ada perbaikan dari sisi keterbukaan, responsivitas dan program kerja.

Dalam bukti tangkapan layar percakapan reporter LPM FatsOeN, Shopwatunnisa Ajeng Kartini, yang telah menghubungi Ketua Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) DEMA UIN SSC, Habib Baihaqi pada, (28/11/2024) mengatakan, dalam pesannya, dia memperkenalkan diri dan meminta waktu untuk melakukan wawancara tentang kinerja DEMA satu periode ini. 

"Kapan dan di mana saya bisa menemui kakak untuk menanyakan beberapa hal? Mohon konfirmasinya, Kak," tulis Ajeng.

Namun, balasan yang diterima memang kurang begitu pasti. 

"Insyaallah besok, ya,” kata Habib.

Ketika Ajeng meminta konfirmasi lebih lanjut mengenai waktu dan lokasi pertemuan, pihak terkait juga sempat menangguhkan jawaban hingga malam hari. Komunikasi kemudian berlanjut hingga sore, (29/11/2024). Habib lalu memberikan opsi lokasi pertemuan, yaitu di sekretariat IKMI. Tapi, reporter kami mencoba meminta pertemuan di lokasi yang lebih dekat dengan kampus. Hal ini disetujui oleh Ketua Kemenlu. Selanjutnya tim LPM FatsOeN menemuinya di Taman Pelangi UIN SSC. 

Pada saat wawancara berlangsung, Habib terlebih dahulu menanyakan izin peliputan reporter LPM FatsOeN kepada Ketua DEMA UIN SSC. Hal ini sebetulnya tidak kami duga. Sebab dalam percakapan janji temu via Whatsapp, pihak terkait tidak memberikan arahan untuk konfirmasi kepada Ketua DEMA UIN SSC sebelum wawancara dilakukan.

Kendati demikian, pihak kami tetap mengikuti alur untuk meminta izin kepada Ketua DEMA Kabinet Cakra Gelora. Surat tugas tim LPM FatsOeN terlampir dalam pesan pribadi pemimpin umum kami kepada Ketua DEMA pada siang, (2/12/2024).

Pesan itu baru mendapat jawaban pada malam, (3/12/2024). Pesan itu bernada ajakan pertemuan santai dan konfirmasi program kerja yang menjadi bahan utama pertemuan. 

“Ngopikeun. ini proker tah, Tum?” tulis Fachry dalam merespons surat tugas kami.

Hal ini beriringan dengan langkah kami membuka survei kepuasan mahasiswa kepada DEMA Periode 2024. Pasalnya, LPM FatsOen telah membandingkan program kerja DEMA tahun ini dengan tahun lalu. Tentu tujuannya untuk melihat evaluasi wadah mahasiswa UIN SSC dalam rangka belajar dan supaya menjadi semakin baik.

Perbandingan Proker DEMA-I Periode 2024 dengan Sebelumnya

Tim LPM FatsOeN telah membandingkan program kerja DEMA-I 2024 dengan periode 2023. Sekilas, terdapat perubahan program kerja dalam beberapa kementerian. Perubahan ini mencerminkan penyesuaian strategi dan prioritas DEMA-I. 

  1. Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) menorehkan perbedaan paling mencolok. Periode 2024 mencantumkan program kerja baru, yaitu Pendidikan dan Latihan Kepemimpinan (Diklatpim), yang tidak ada pada periode sebelumnya. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas kepemimpinan mahasiswa. Sementara itu, agenda kegiatan yang sama antara kedua periode adalah Tim Advokasi dan Aksi Kebijakan Kampus. Perbedaannya terletak pada pengawalan isu nasional yang pada periode 2024 dijalankan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
  2. Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) memiliki program kerja yang sama, yaitu Sosialisasi Kelembagaan. Namun, periode 2024 tidak lagi mencantumkan LSO Pesona Jati, wadah mahasiswa yang tidak mengikuti organisasi. Selain itu, Study Comparative yang sebelumnya masuk dalam agenda kegiatan, kini menjadi program kerja tersendiri.
  3. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) memiliki jenis program kerja kompetisi dan sasaran yang sama, namun dengan tema berbeda. Program kerja yang dulunya bernama Panggung Kreasi Mahasiswa, Kompetisi Seni dan Budaya, kini berubah menjadi Olimpiade Akademik IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Agenda kegiatan juga mengalami perubahan. Pada periode 2023, terdapat podcast dan penerbitan buku yang tidak terealisasi. Periode 2024 mengusung Optimalisasi Media Edukasi dan Kajian Isu Nasional. Kajian ini memiliki deskripsi kegiatan yang serupa dengan deskripsi kegiatan podcast di Kemenlu 2023
  4. Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) menunjukkan perubahan yang signifikan. Pada periode 2023, terdapat tiga program kerja seminar tentang kedaerahan, kepemudaan, dan pendidikan serta kebudayaan. Agenda kegiatan hanya satu, yaitu pembinaan dan pendampingan UKM-UKK. Sebaliknya, periode 2024 hanya memiliki satu program kerja, Pekan Olahraga IAIN Syekh Nurjati Cirebon (POKI SENJA), dengan tiga agenda kegiatan: Monitoring UKM-UKK dan Komunitas, Gerakan Pemuda Peduli (GPP), serta Rutinitas Dema-I.
  5. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) memiliki program kerja dan agenda kegiatan yang sama persis dengan periode sebelumnya, hanya berbeda nama acara. Program kerjanya adalah Workshop Literasi Digital. Agenda kegiatannya terdiri dari Pengelolaan Sosmed, Konten Mingguan (Kong Guan), dan Koordinasi Kominfo di Organisasi Mahasiswa (Ormawa) IAIN Syekh Nurjati Cirebon.
  6. Kementerian Agama (Kemenag) memiliki kesamaan pada agenda kegiatan ziarah dengan Dema periode 2022. Selain itu, terdapat pembaruan pada program kerja Podcast Islami dan dialog keagamaan. Meskipun demikian proker Podcast Islami sampai pada penghujung cabinet Cakra Gelora kabarnya belum terealisasi.
Hasil Survei Kepuasan Mahasiswa terhadap Kabinet Cakra Gelora

Dari data survei kepuasan terhadap DEMA-I UIN SSC periode 2024, terungkap bahwa kurang lebih 60% mahasiswa atau responden mengaku tidak mengetahui program kerja DEMA. Hal ini menunjukkan bahwa sosialisasi dan komunikasi yang efektif dari DEMA kepada mahasiswa perlu ditingkatkan supaya lebih baik.

Lebih lanjut, meskipun DEMA telah menyelenggarakan berbagai program kerja, seperti Pekan Olahraga Kepemudaan Senja, Olimpiade Akademik IAIN, dan Diklatpim, tingkat kepuasan mahasiswa terhadap program kerja tersebut bervariasi. Beberapa program kerja yang dinilai kurang bermanfaat oleh sebagian mahasiswa, seperti Workshop Literasi Digital, Pengelolaan Medsos, dan Kong Guan.

Sejumlah mahasiswa juga menyampaikan sejumlah saran dan masukan untuk DEMA periode selanjutnya. Diantaranya, mahasiswa menginginkan DEMA lebih terbuka dan mengotpimalkan sosialisasi serta kinerja dalam menjalankan program kerja dan pengambilan keputusan. Kemudian, Mahasiswa berharap DEMA lebih aktif berkomunikasi dan berinteraksi dengan mereka, serta lebih responsif terhadap kebutuhan dan aspirasi mahasiswa. selain itu terdapat dukungan kepada DEMA yang fokus pada isu relevan dengan kebutuhan mahasiswa, seperti biaya UKT, pungli dosen, dan komersialisasi ma'had.

Saran-saran tersebut mengindikasikan bahwa DEMA perlu meningkatkan komunikasi, keterbukaan, dan efektivitas program kerja untuk memenuhi kebutuhan dan harapan mahasiswa. Saran dan masukan dari mahasiswa perlu dipertimbangkan dengan serius untuk meningkatkan kinerja DEMA di masa mendatang. 

Perlu diketahui juga saran terhadap survei yang kami kumpulkan selama sepuluh hari melalui Google Form. Dari mulai 4 Desember survei disebarluaskan, hingga 13 Desember tentu menuai saran terhadap upaya ini. Beberapa mahasiswa memberikan saran untuk memperbaiki pertanyaan survei agar lebih efektif dan mudah dipahami.

Reporter: Ajeng, Irsyad, Zakariya

Penulis: Raihan Athaya Mustafa

Editor: Ega Adriansyah


Ilustrator: Zakariya Robbani 

Cirebon, LPM FatsOeN- Pemilihan Mahasiswa (Pemilwa) di UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon (UIN SSC) memasuki fase baru dengan fokus pada independensi Panitia Pemilihan Mahasiswa Universitas (PPMU) dan Panitia Pemilihan Mahasiswa Fakultas (PPMF). Hal ini tentu juga berkaitan dengan strategi, tantangan, dan upaya yang mereka lakukan untuk menjaga independensi PPMU dan PPMF.

Berdasarkan Pedoman Organisasi Kemahasiswaan (POK), pemilihan mahasiswa di UIN SSC menggunakan sistem perwakilan. Sistem ini akan menggelar musyawarah SEMA dan DEMA pada tingkat fakultas maupun universitas. PPMU dan PPMF inilah yang menjadi penyelenggara  yang diharapkan profesionalitas dan independensinya. Sebab, perguruan tinggi dalam hal ini memang diharapkan menjadi wadah perkembangan mahasiswa yang demokratis. 

SEMA-U telah mengadakan sosialisasi PPMU melalui siaran langsung di Instagram @sema_uinssc pada, Minggu malam (17/11/2024). Sosialisasi ini dipandu oleh Wakil Ketua Umum SEMA-I, Irfan Rifa'I, yang juga menjabat sebagai Ketua Panitia Seleksi (Pansel) PPMU. Dalam hal ini, Ketua Umum SEMA-I, Osamah menjelaskan, mengenai independensi PPMU, proses pembentukan Tim Pansel serta tugas-tugas yang akan diemban hingga terbentuknya PPMU sesuai dengan SK PERSEMA PPMU.

“PPMU Independen,” jelas Osamah kepada LPM FatsOeN dalam WhatsApp, (29/11/2024)

Bahkan ia juga melampirkan surat keputusan PPMU melalui WhatsApp kepada LPM FatsOeN. Dalam surat itu memuat lengkap dua puluh pasal pembentukan PPM-U. Mulai dari ketentuan umum, hingga ketentuan penutup. Pada pasal 10, terdapat struktur yang terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, dan dua puluh orang anggota dari setiap jurusan di UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon yang dibagi ke dalam empat divisi. Anggota PPMU ini dibentuk oleh SEMA-I yang berkoordinasi oleh Wakil Rektor III.

Kebijakan Pemilwa di SEMA FASYA

Saat ketidakpastian jadwal Pemilwa Universitas, SEMA Fakultas Syariah dan Hukum (FASYA) mengambil langkah proaktif dengan mengumumkan pelaksanaan Komisi Pemilihan Mahasiswa Fakultas (KPMF) secara mandiri. Keputusan ini diambil berdasarkan kebijakan (POK) yang telah ditetapkan dan situasi yang mendesak. Hal ini mengharuskan FASYA untuk segera menentukan panitia pemilihan.

SEMA-F dan Dekan bekerja sama dalam tim untuk memutuskan penyelenggaraan  pemilihan. Langkah ini upaya komitmen FASYA dalam menjalankan proses pemilihan yang independen dan efisien, meski saat itu pemilwa di tingkat universitas belum terlaksana. Selain itu, untuk mendukung kegiatan KPMF, SEMA juga telah memberikan dana hibah.

Sosialisasi dan Pelantikan SEMA-FITK

SEMA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) telah bergerak cepat dalam mempersiapkan pemilihan mahasiswa fakultas dengan menjalankan serangkaian langkah strategis. Sosialisasi mengenai proses pemilihan telah dilakukan melalui postingan di Instagram dan grup Komisi Tiga, memastikan informasi terdistribusi secara luas kepada seluruh mahasiswa FITK. Sebagai bentuk partisipasi aktif, SEMA-FITK juga telah meminta delegasi dari setiap Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) untuk terlibat dalam proses pemilihan.

Saat ini, SEMA-FITK telah menyelesaikan proses pelantikan dan bimbingan teknis (Bimtek) bagi panitia pemilihan. Langkah ini memastikan bahwa panitia memiliki pemahaman yang baik mengenai tugas dan tanggung jawab mereka dalam menjalankan proses pemilihan yang adil dan transparan.

Lebih lanjut, sumber informasi mengungkapkan bahwa SEMA-FITK telah merancang aturan tertulis PERSEMA yang mengatur pelaksanaan pemilihan mahasiswa di FITK. Aturan ini menjadi pedoman bagi panitia dalam menjalankan tugasnya, menjamin transparansi dan akuntabilitas dalam setiap tahapan proses pemilihan. Hal ini diungkap kepada LPM FatsOeN pada, (3/12/2024)

Seleksi Panitia Pemilihan di SEMA FUA

Ketua SEMA Fakultas Ushuluddin dan Adab (FUA) telah membentuk tim khusus untuk melaksanakan seleksi tahap wawancara bagi calon Panitia Pemilihan Mahasiswa Fakultas (PPMF). Tim ini terbentuk berdasarkan hasil kesepakatan SEMA melalui rapat internal.

Ketua SEMA FUA, Abdul Muhyi mengungkapkan, bahwa ada sedikit kendala saat pelaksanaan seleksi wawancara berlangsung. Pasalnya terdapat dua orang yang tidak mengikuti prosedur wawancara. Namun hal ini tetap dalam komunikasi yang terjaga. 

“Untuk kendala ketika wawancara itu ada sekitar dua calon  panitia yang tidak bisa mengikuti wawancara sesuai dengan timeline yang ditetapkan. Akan tetapi sudah konfirmasi terlebih dahulu, karena memang posisinya dua orang tersebut sedang menjadi panitia event di jurusannya atau di HMJ-nya,” tuturnya melalui WhatsApp, (30/11/2024).

Selain itu, Abdul Muhyi juga memaparkan hal yang perlu dievaluasi dari tahun sebelumnya. Diantaranya, perpanjangan pendaftaran calon Sema dan Dema agar tidak terjadi lagi. Pasalnya, tahun lalu terdapat keterlambatan para calon ketika mendaftar. Kemudian komitmen Sema untuk turun langsung ke jurusan-jurusan untuk meminta tiga delegasi.

“Jadi, kemarin Ketika kumpul dengan panitia PPMF untuk membicarakan struktural, sebelum menentukan struktural yaitu kita memberikan gambaran bagaimana caranya agar calon Sema dan calon ketua umum Dema dan wakil ketua tidak terlalu ngaret. Kemudian dari teman-teman SEMA pun komitmen untuk lebih turun ke jurusannya masing-masing, karena memang SEMA itu representasi dari jurusannya masing-masing,” jelasnya.

Menjelang Pemilwa di UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon, berbagai fakultas telah bergerak aktif mempersiapkan PPMF atau KPMF. FASYA, FITK, dan FUA telah menjalankan proses seleksi dan pengumuman anggota panitia yang lolos. Sayangnya, informasi mengenai PPMF di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEBI) dan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam (FDKI) LPM FatsOeN belum mewawancara langsung. Untuk FDKI, disebakan oleh kendala dalam melakukan wawancara langsung dan enggannya pihak terkait untuk melakukan wawancara daring (online).

Meskipun demikian, pada akun Instagram @semafdki_uinssc milik SEMA FDKI telah mengumumkan sembilan belas nama keanggotaan PPMF-DKI pada, (28/10/2024).  Kemudian SEMA FEBI juga pada akun @sema_febiuinssc  telah mengumumkan calon anggota KPMF-EBI pada (30/11/2024). Hal ini diharapkan menjadi komitmen UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon untuk menciptakan proses pemilihan mahasiswa yang demokratis dan berintegritas.

Reporter: Tina, Annita, dan Haidar

Penulis: Aliya Nabila Salsabil

Editor: Raihan Athaya Mustafa


Sumber Foto: Dokumentasi Penulis 

Cirebon, LPM FatsOeN – Ekspedisi Indonesia Baru (EIB) dan beberapa organisasi peduli lingkungan memproduksi Film bertajuk 17 Surat Cinta. Film yang disutradarai Dandhy Laksono ini menyajikan hilangnya 4,3 juta hektar hutan di Indonesia selama pemerintahan Presiden Joko Widodo. Salah satu sorotan dalam film ini adalah penduduk Rawa Singkil yang membuat surat pernyataan kepada pemerintah, mengungkap dampak atas kehilangan 2.120 hektar hutan pada periode 2019-2024.

Kerusakan hutan akibat deforestasi tidak hanya menghancurkan ekosistem, tetapi juga berdampak langsung pada masyarakat. Di Aceh Singkil, misalnya, banjir menjadi ancaman yang terus-menerus. Selama tujuh tahun terakhir, tercatat 334 kejadian banjir yang berdampak pada 1.807 desa di seluruh Aceh. Semua kabupaten/kota di Aceh, termasuk wilayah dataran tinggi seperti Aceh Tengah, pernah mengalami banjir. 

Aceh menjadi salah satu provinsi dengan tingkat bencana tertinggi di Sumatera selama empat tahun berturut-turut. Sebagian besar bencana tersebut adalah banjir, diikuti oleh longsor dan kebakaran hutan. Ironisnya, Aceh juga dikenal sebagai provinsi dengan hutan terbaik di Sumatera, dengan 55% daratannya masih berhutan. Sebagian besar hutan tersebut berada di Kawasan Ekosistem Leuser, yang menjadi rumah bagi empat satwa ikonik: gajah, harimau, orang utan, dan badak.

Dalam Kawasan Ekosistem Leuser, terdapat Taman Nasional Gunung Leuser, yang telah ditetapkan UNESCO sebagai Cagar Biosfer dan Situs Warisan Dunia. Salah satu kawasan istimewa di dalamnya adalah Suaka Margasatwa Rawa Singkil. Wilayah ini menjadi habitat orangutan dengan populasi terpadat di dunia dan sebagian besar terdiri dari rawa gambut, yang mampu menyerap karbon lebih baik dibanding ekosistem lainnya.

Rawa Singkil telah ditetapkan sebagai Suaka Margasatwa sejak 1998, dengan perlindungan hukum tingkat tertinggi. Luasnya mencapai 82 ribu hektar, lebih besar dari Singapura. Namun, kawasan ini perlahan-lahan terancam oleh pembukaan lahan ilegal untuk perkebunan, terutama kelapa sawit, yang digunakan sebagai bahan baku industri pangan.

Selain Rawa Singkil, pembukaan lahan juga terjadi di Taman Nasional Tesso Nilo, yang luasnya mencapai 83 ribu hektar. Sayangnya, 40 ribu hektar di antaranya telah beralih fungsi menjadi perkebunan sawit. Sisa 28 ribu hektar lainnya kini berupa lahan terbuka, pemukiman, dan belukar. Hutan alam yang tersisa di Taman Nasional Tesso Nilo hanya 13 ribu hektar atau sekitar 20% dari luas totalnya.

Dilansir dari suara.com Dandhy Laksono berupaya menyadarkan bahwa buruknya pemerintah dalam mengelola wilayah konservatif. Kemudian Greenpeace Indonesia, Arie Rompas menambahkan faktor permasalahan. Tentunya ini akibat adanya ekspansi perkebunan sawit ilegal. Padahal beberapa wilayah sudah ditetapkan sebagai konservasi, namun tetap saja terdapat ancaman.

Penghujung film, 17 Surat Cinta juga menyoroti kasus serupa di kawasan Boven Digoel dan Merauke di Papua, menunjukkan bahwa ancaman pembukaan lahan terjadi hampir di seluruh penjuru Indonesia. Film ini menjadi peringatan dan ajakan untuk bersama-sama melindungi hutan sebagai sumber kehidupan dan keanekaragaman hayati. 

Ancaman deforestasi yang kian nyata, kita sebagai warga negara memiliki tanggung jawab untuk menjaga kelestarian hutan. Penting untuk memahami bahwa hutan bukan sekadar sumber daya alam yang terus-menerus berproduksi. Tetapi hutan juga menjadi aset vital dalam menopang kehidupan manusia. Melalui Edukasi, aksi nyata, dan dukungan kebijakan yang pro-lingkungan, kiranya dapat bersama-sama memastikan bahwa hutan Indonesia tetap lestari untuk generasi mendatang.

Penulis: Zakariya Robbani
Editor: Raihan Athaya Mustafa

 

Sumber Foto: Dokumentasi Penulis 

Cirebon, LPM FatsOeN – Pendidikan adalah salah satu elemen krusial dalam proses pembangunan suatu negara. Di Indonesia, pendidikan tidak hanya bertujuan untuk memberdayakan anak-anak bangsa, tetapi juga untuk membentuk karakter yang sesuai dengan prinsip-prinsip Pancasila. Dalam hal ini, pendidikan Pancasila menjadi sangat penting sebagai usaha untuk membentuk generasi muda yang tidak hanya cerdas secara akademis namun juga memiliki integritas moral dan sosial. 

Sasaran utama pendidikan Pancasila adalah menanamkan nilai-nilai mulia yang ada dalam setiap sila kepada siswa. Melalui pendidikan ini, diharapkan para pelajar dapat menyadari pentingnya toleransi antar umat beragama, menghormati perbedaan budaya, serta mengembangkan rasa cinta tanah air yang mendalam. Dengan demikian, pendidikan Pancasila berfungsi sebagai landasan moral bagi generasi muda dalam menghadapi berbagai tantangan zaman. 

Pelaksanaan pendidikan Pancasila harus dimulai dari kurikulum pendidikan formal di sekolah. Kurikulum ini harus dirancang sedemikian rupa agar siswa belajar tidak hanya teori tetapi juga penerapan nyata dari nilai-nilai itu. Contohnya, melalui proyek kelompok yang melibatkan kerjasama antara siswa dari berbagai latar belakang atau kegiatan sosial yang menekankan semangat gotong royong. 

Metode pembelajaran aktif sangat berhasil dalam pendidikan Pancasila. Pendekatan ini mendorong siswa untuk secara langsung berpartisipasi dalam proses belajar melalui diskusi kelompok, simulasi debat tentang isu-isu kebangsaan, atau kegiatan lapangan yang berkaitan dengan komunitas. Dengan cara ini, siswa tidak hanya memahami teori tetapi juga mengalami langsung penerapan nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari. 

Walaupun pendidikan karakter berbasis Pancasila sangat vital, tantangannya cukup signifikan. Salah satu masalah utama adalah dampak negatif dari media sosial yang sering seringkali menyebarkan informasi yang tidak benar atau bahkan provokatif. Generasi muda perlu dibekali kemampuan untuk memilah informasi secara bijak agar tidak terpengaruh oleh informasi negatif tersebut. 

Selain peran sekolah, orang tua dan masyarakat juga memiliki tanggung jawab besar untuk pendidikan karakter anak-anak mereka. Orang tua harus memberikan contoh yang baik dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila di rumah melalui tindakan sehari-hari. Masyarakat juga harus aktif berpartisipasi dalam kegiatan yang positif yang mendukung pembentukan karakter berdasarkan nilai-nilai luhur bangsa. 

Pendidikan non-formal, seperti pelatihan kepemimpinan atau seminar tentang kebangsaan, juga dapat menjadi cara yang efektif untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila kepada generasi muda. Melalui kegiatan ini, peserta dapat belajar langsung dari para pembicara mengenai pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan bangsa serta cara berkontribusi secara positif bagi masyarakat.

Evaluasi pendidikan Pancasila harus dilakukan secara rutin untuk memahami seberapa efektif metode pengajaran dan pengaruhnya terhadap karakter siswa. Melalui evaluasi ini, pendidik dapat menyempurnakan pendekatan mereka agar lebih sesuai dengan kebutuhan peserta didik serta tantangan zaman yang terus berubah. 

Pendidikan Pancasila adalah fondasi utama dalam pembentukan karakter bangsa Indonesia. Dengan menanamkan nilai-nilai Pancasila kepada generasi muda lewat kurikulum pendidikan formal dan non-formal serta dukungan dari orang tua dan masyarakat, kita dapat menghasilkan individu-individu berkualitas tinggi yang siap menghadapi tantangan global sambil tetap menjaga identitas nasional. Oleh karena itu, diperlukan komitmen bersama untuk menjadikan pendidikan berlandaskan nilai-nilai Pancasila sebagai prioritas utama demi masa depan bangsa yang lebih baik. 

Selain itu, pemerintah dalam mendukung pendidikan Pancasila juga mengambil peran penting. Pemerintah harus menyediakan sumber daya yang memadai untuk pengembangan kurikulum, pelatihan guru, dan infrastruktur pendidikan yang mendukung pembelajaran nilai-nilai Pancasila. Pemerintah juga perlu menciptakan kebijakan yang mendorong sekolah dan lembaga pendidikan lainnya untuk mengimplementasikan pendidikan Pancasila secara efektif.


Penulis: Salman Rahmat Hidayat

Editor: Raihan Athaya Mustafa

Sumber Foto: Dokumentasi Penulis 

Cirebon, LPM FatsOeN – 18 November 2024, Muhammadiyah telah berusia 112 tahun. Muhammadiyah merupakan salah satu organisasi masyarakat Islam terbesar di Indonesia. Bersanding dengan Nahdatul Ulama (NU). Muhammadiyah merupakan ormas Islam yang mengusung gerakan dakwah berbasis tajdid dalam urusan ideologi dan amal usaha dalam urusan pemberdayaan masyarakat. 

Dalam peringatan milad ke-112 ini, Muhammadiyah mengusung tema "Mewujudkan Kemakmuran untuk Semua". Tema itu barangkali diusung Muhammadiyah karena melihat tantangan dakwah Islam di era sekarang. Di era sekarang, Muhammadiyah, sebagai ormas Islam dihadapkan pada banyak tantangan dakwah. Tantangan itu secara garis besar mengerucut kepada komitmen Muhammadiyah terhadap apa yang sudah diputuskan dan apa yang sedang dihadapi bangsa dan masyarakat Indonesia termasuk umat Islam. 

Sebagaimana diketahui, Muhammadiyah tahun ini mengambil langkah yang menurut saya cukup berisiko. Muhammadiyah menerima konsesi tambang batu bara dari pemerintah. Spiritnya memang sama dengan ormas Islam lain yang menerima konsesi itu, tapi, langkah yang diambilnya tetap menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat dan internal Muhammadiyah sendiri. 

Dalam hal ini, Muhammadiyah baiknya memang harus bisa menunjukkan bahwa langkah yang sudah diambil itu akan dijalankan dengan baik. Pengelolaan tambang batu bara harus berorientasi kepada kemaslahatan bersama. Selain itu, pengelolaannya juga harus dilakukan dengan profesional dan mempertimbangkan prinsip keberlanjutan lingkungan. 

Isu lingkungan beberapa tahun kebelakang sedang sangat ramai dibicarakan ahli dan pengamat. Per Februari 2024, suhu bumi sudah naik kurang lebih 1,5 derajat. Cukup tinggi. Ada yang mengatakan, bahwa kalau suhu bumi naik beberapa derajat lagi, maka bumi bisa menjadi planet yang tidak lagi aman untuk dihuni makhluk hidup. Baik itu manusia atau lainnya. 

Isu perubahan iklim (climate change) benar-benar mengkhawatirkan banyak pihak. Termasuk di dalamnya pemerintah di berbagai belahan dunia. Makannya, karena itu kita mengenal apa yang disebut perjanjian Paris, komitmen untuk mewujudkan net zero emission (NZE) dan lainnya dengan cara melakukan percepatan transformasi energi, transformasi kendaraan dari berbahan bakar minyak ke listrik, mengadakan kebijakan yang membuat industri harus membatasi output emisi karbon dari aktivitas industri mereka dan seterusnya. 

Semua ini menunjukkan bahwa isu lingkungan benar-benar menjadi perhatian dan dirasa wajib hukumnya untuk dilakukan proses pencegahan agar perubahan iklim tidak menimbulkan krisis multidimensi (krisis pangan, energi, air bersih dan finansial). Muhammadiyah dalam hal ini harus mampu menunjukkan peran mereka terhadap isu itu. Bukan hanya dalam urusan tambang, melainkan dalam urusan pemberdayaan ekonomi juga. 

Saya pikir, Muhammadiyah pun perlu untuk memasifkan program green economy yang membantu masyarakat di bidang ekonomi sekaligus berpartisipasi mewujudkan cita-cita bersama di bidang lingkungan. Terlebih, Muhammadiyah merupakan salah satu organisasi yang memiliki konsen di bidang pemberdayaan masyarakat dan dakwah yang konkret serta solutif menyelesaikan problematika umat. Terlihat dari progresnya di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial dan lainnya. 

Sebagai orang yang pernah dan merasa menjadi salah satu kader organisasi otonom (ortom) Muhammadiyah, yakni Hizbul Wathan, saya benar-benar memiliki pengharapan bahwa Muhammadiyah akan mampu berperan menyelesaikan tantangan yang dihadapi Indonesia dan dunia di era sekarang. Sebab, kondisi geopolitik yang semakin bergejolak di Timur Tengah (yang memicu ekskalasi konflik yang lebih besar), dan belahan dunia yang lain, telah membuat banyak pihak khawatir bahwa perekonomian di berbagai negara termasuk Indonesia akan terancam. 

Indonesia sendiri saat ini masih dihadapkan pada problematika ekonomi seperti pengangguran yang masih banyak, kemiskinan, stunting dan problematika yang berkaitan dengan moral individu masyarakatnya. Berbagai problematika ini rasanya tidak akan mampu dihadapi atau diselesaikan oleh pemerintah tanpa dukungan dari organisasi sekelas Muhammadiyah atau lainnya. Di milad Muhammadiyah ke-112 ini, saya berharap akan ada gebrakan dari Muhammadiyah untuk berperan secara lebih masif menyelesaikan problematika atau tantangan bangsa yang disebutkan di atas. 

Terlebih, saat ini kader Muhammadiyah juga ada yang menjadi menteri, harusnya, hal itu bisa menjadi sesuatu yang positif dan dimanfaatkan betul oleh Muhammadiyah untuk mewujudkan peran itu agar lebih cepat direalisasikan. Tapi, karena milad Muhammadiyah tahun ini bertepatan juga dengan momen politik Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), rasanya, Muhammadiyah juga perlu menegaskan posisinya kembali sebagai ormas Islam yang independen. Di Pemilu awal tahun 2024, saya telah melihat banyak ormas agama yang barangkali kurang independen dalam urusan politik. Terlalu jauh mencampuri urusan politik praktis. Karenanya, saya berharap Muhammadiyah tidak demikian. 

Penulis: Ega Adriansyah

 

Sumber Foto: Dokumentasi Panitia 

Cirebon, LPM FatsOeN – Himpunan Mahasiswa Jurusan Pariwisata (Himparis) Universitas Islam Negeri (UIN) Siber Syekh Nurjati Cirebon (SSC) menggelar Seminar Pariwisata yang bertempat di Gedung Kesenian Nyimas Rara Santang, Minggu (17/10/2024).

Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian acara tahun Jurusan Pariwisata UIN SSC yang ketiga.  

Dengan mengusung tema “Harmoni Kebersamaan dalam Peristiwa: Menyatu dalam Keakraban, Menginspirasi Masa Depan”, Himparis berharap kegiatannya mampu membangun rasa kebersamaan diantara empat angkatan maupun sivitas akademik di Jurusan Pariwisata yang masih baru.

Seminar diisi oleh pemateri Dosen Universitas Islam Bunga Bangsa Cirebon (UIBBC), sekaligus Adyatama Kepariwisataan, Ahli Madya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Cirebon, Casta. 

Acara ini berjalan dengan meriah. Sebanyak 60 mahasiswa dari Jurusan Pariwisata turut menghadiri acara tersebut. Mereka pun tampak sangat antusias ketika sesi tanya jawab dalam seminar dibuka.

Acaranya sendiri sudah dipersiapkan sejak bulan Agustus 2024. Salah satu kendala yang dihadapi adalah kesulitan mendapatkan lokasi acara akibat penuhnya jadwal gedung di sekitar kampus. Namun, berkat kerja keras dan koordinasi panitia, acara akhirnya bisa diselenggarakan dan berjalan dengan sukses.

Ketua Pelaksana Acara, David Fadjri, berharap, acara ini nantinya mampu mempererat kebersamaan antarmahasiswa di Jurusan Pariwisata.

"Sesuai dengan tema kebersamaan, jadi mungkin lebih erat lagi kebersamaannya di Pariwisata Syariah, lebih membangun chemistry-nya, lebih mengenalkan Jurusan Pariwisata keluar," ujarnya. 

Penulis: Nuria Febrianti

Editor: Ega Adriansyah

 

Sumber Foto: Nanang 

Cirebon, LPM FatsOeN - Kolaborator Kebaikan ID (KK.ID) adalah salah satu NGO yang bergerak di berbagai bidang salah satunya bidang lingkungan. Kolaborator Kebaikan ID mengadakan aksi clean up dalam rangka memperingati Hari Pahlawan 2024 di Pantai muara Sungai Kalijaga, Mundu Pesisir, Kabupaten Cirebon (10/11/2024).

Tidak seperti umumnya yang memperingati Hari Pahlawan dengan upacara-upacara, KK.ID memperingatinya langsung dengan aksi nyata. Aksi yang digelar dalam upaya membersihkan sampah di sekitar bibir Pantai Muara Sungai Kalijaga, mundu, pesisir. Dihadiri kurang lebih 50 hingga 60 relawan, mulai dari pelajar/mahasiswa, komunitas, dinas pemerintah dan masyarakat setempat, aksi ini diawali dengan apel pagi yang dimulai pada pukul 08.00-selesai. 

Apelnya diisi dengan beberapa sambutan yang diawali oleh sambutan dari kordinator lapangan dalam kegiatan itu, Rafiqhi. 

"Terima kasih kepada para relawan yang sudah hadir dan masyarakat yang bergabung dalam aksi clean up,” ujarnya. 

Sambutan yang selanjutnya datang dari warga yang diwakili oleh Eko Winarno. 

Dia mengatakan, “Selamat datang di Pantai Muara Kalijaga pesisir dan mohon maaf apabila dalam penyambutan kami masih kurang," katanya. 

Setelah sambutan dari warga, sambutan selanjutnya disampaikan oleh CEO Kolaborator Kebaikan ID, yaitu Omar Qad Panity. Dalam sambutannya, dia menekankan pentingnya aksi nyata dalam memperingati hari pahlawan, tidak hanya sekedar seremonial belaka tetapi dengan kontribusi nyata yang juga bermanfaat bagi banyak orang dan lingkungan.

Dengan diadakannya aksi clean up ini, dia berharap hal itu bisa menambah kesadaran para peserta dan masyarakat setempat dalam upaya menjaga kebersihan lingkungan, khususnya Pantai Muara Sungai Kalijaga. Bukan hanya itu, masyarakat juga diharapkan dapat mengimplementasikan aksi clean up ini dalam kehidupan sehari-harinya.

Aksi clean up ini memiliki dampak yang cukup signifikan, karena berhasil membersihkan sekitar 80% mengumpulkan sampah-sampah yang ada di sekitar bibir Pantai Muara Sungai Kalijaga. Manfaat dari aksi ini bukan sekedar menciptakan lingkungan bersih dan nyaman, lebih dari itu untuk jangka panjang pantai ini diproyeksikan sebagai tempat wisata. 

Seperti yang disampaikan oleh Iwan, perwakilan warga, yang mengatakan bahwa “Pantai Muara Sungai Kalijaga atau yang lebih dikenal dengan sebutan PIJ diharapkan bisa mendapatkan perhatian untuk dikelola agar dapat menjadi salah satu wisata pesisir di desa," ujarnya. 

Clean up selesai sebelum masuk adzan dzuhur dengan banyaknya relawan yang mencuci tangan di mobil tangki air yang sudah standby dan memakan roti yang diberikan oleh penyelenggara. 

Salah satu relawan, Adel, mengatakan, dirinya sangat senang bisa berkontribusi dalam kegiatan tersebut. 

“Senang bisa berkontribusi dalam aksi clean up ini, bisa bertemu dengan teman-teman baru dan bisa mengambil pelajaran dari aksi clean ini dan bisa mengimplementasikan aksi kebersihan tersebut dalam kehidupan saya," imbuhnya. 

Di lain sisi, CEO KK.ID juga mengucapkan terima kasih kepada Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dan segenap stakeholder lain yang turut menjadi pihak kolaborator dari kegiatan mereka. 

“Tak lupa ucapan terima kasih kepada segenap stakeholder yang telah mensukseskan acara ini, seperti DLH, BPBD, PDAM, dan PSC 119 serta lainnta lewat kontribusinya masing-masing,” ujar Omar. 


Penulis: Tim Kolaborator Kebaikan. ID

Editor: Ega Adriansyah

 

Sumber Foto: Official Poster 

Film "Home Sweet Loan" menceritakan tentang kehidupan Kaluna sebagai anak bungsu yang masih tinggal bersama keluarganya, termasuk orangtua, kedua kakaknya yang sudah menikah, dan 2 keponakan dalam satu rumah. 

Diceritakan sosok Kaluna merupakan anak bungsu yang bekerja keras menggeluti pekerjaan di kantor hingga freelance sebagai model. Dari hasil pekerjaannya selama bertahun-tahun, membuatnya memiliki tabungan sebanyak 350+ juta. Ia memiliki mimpi untuk memiliki rumah sendiri untuk menikmati waktu isirahat setelah keseharian yang melelahkan dan jauh dari keributan keluarga. 

Kaluna memiliki budgeting untuk mengatur pengeluaran agar memenuhi target membeli rumah, dia mencatat semua pengeluaran dan hanya mengeluarkan uang apabila memang benar-benar butuh. Karakter wanita mandiri yang dimiliki Kaluna sebagai pekerja keras dan bertekad dalam mengejar mimpinya tanpa bergantung pada orang lain benar-benar terlihat jelas dalam alur film itu. 

Kaluna juga ditampilkan sebagai orang yang memiliki pendirian, contohnya ketika saudara iparnya berniat meminjam uang tabungan, Kaluna dengan tegas menolak karena dia tahu betul bagaimana susahnya mengumpulkan uang dan tidak mungkin mengembalikan uang dalam waktu dekat.

Bahkan setelah Kaluna merelakan uang tabungannya untuk melunasi hutang pinjol kakaknya, dia tetap memiliki keinginan untuk mempertahankan keluarganya meski kerja kerasnya untuk membeli rumah harus lenyap dalam sekejap.

Pentingnya memiliki pasangan yang setara dari segi keuangan, memberi dukungan dan memahami keadaan, lalu bersama-sama bangkit kembali serta dukungan dari teman yang senantiasa menemani susah senang bersama menjadi alasan Kaluna tetap tegar, pentingnya mempunyai support system dikala masa sulit sangat membantu daripada menyimpan semua masalah sendirian.

Karakter Kaluna yang tetap memprioritaskan keluarga sangat menunjukan bahwa Kaluna adalah orang dengan pemikiran dewasa dengan beripikir panjang sebelum mengambil keputusan yang akan berdampak pada seluruh keluarganya. Dengan lapang dada memaafkan orangtua dan kakaknya yang seringkali melupakan keberadaan Kaluna, namun jika ada masalah baru mereka merepotkan Kaluna. 

Dari kedua kakaknya yang sudah menikah namun masih tinggal di rumah orang tua ini mengajarkan bahwa sebelum menikah, sebaiknya harus mempunyai finansial stabil dan pengelolaan anggaran yang dapat lebih mudah merencanakan dan mengelola anggaran bersama demi menghindari konflik terkait uang.


Penulis: Kholifah 

Editor: Ega Adriansyah


Sumber Foto: Official Poster 


Identitas Film:

Judul Film: My Annoying Brother (Adaptasi)

Tanggal Rilis: 23 Oktober 2024 (Indonesia)

Durasi: 114 Menit

Genre: Drama, Komedi, Olahraga

Sutradara: Dinna Jasanti

Produser: Sheila Timothy, Justim Kim, Aoura Lovenson Chandra

Produser Eksekutif: Sang Hyun Yoon, Jerry K. Ko, Vinny Mulyadi, Shanty Harmayn, Tanya Yuson, Lisbeth Simarmata, Luna Maya

Penulis: Sheila Timothy, Delieza Tamara, dan Tumpal Tampubolon

Pemeran: 

1. Angga Yunanda (Kemal)

2. Vino G. Bastian (Jaya)

3. Kristo Immanuel (Fauzan)

4. Caitlin Halderman (Amanda)

Penata Musik: Ricky Lionardi

Sinematografer: Tri Adi Prasetyo

Editor: Umar Syarif Yahman

Perusahaan Produksi: LifeLike Pictures, Base Entertainment, dan CJ Entertaiment

Sinopsis Film:

Film "My Annoying Brother" versi Indonesia, yang tayang pada 24 Oktober 2024, mengisahkan perjalanan emosional dua beraudara, Kemal dan saudaranya, Jaya, yang baru keluar dari penjara. Dalam cerita ini, Kemal, seorang mantan atlet judo dikisahkan kehilangan penglihatan akibat kecelakaan harus bergantung pada saudaranya yang terasing. Meskipun awalnya hubungan mereka dipenuhi dengan ketegangan dan konflik, seiring berjalannya waktu, mereka mulai menemukan kembali ikatan yang hilang.

Dibalik tawa dan momen-momen komedi yang menghibur, film ini menyampaikan pesan mendalam tentang pentingnya dukungan keluarga. Melalui interaksi yang lucu dan kadang-kadang menyentuh, penonton diajak untuk merenungkan bagaimana hubungan antarsaudara dapat terjalin kembali meskipun ada banyak rintangan. Film ini menunjukkan bahwa meskipun ada perbedaan dan kesalahpahaman, tetapi cinta dan pengertian terkadang dapat mengatasi segala hal.

Kisah ini juga menggambarkan bagaimana pengalaman pahit dapat menjadi jembatan untuk memperkuat hubungan. Kemal dan saudaranya belajar untuk saling mendukung dan memahami satu sama lain, menciptakan momen-momen yang tidak hanya mengundang tawa, tetapi juga mengharukan. Dengan latar belakang komedi, film ini berhasil menyajikan dinamika kekeluargaan yang realistis dan relatable, membuat penonton merasa terhubung dengan karakter-karakternya.

Secara keseluruhan, "My Annoying Brother" adalah sebuah film yang tidak hanya menghibur, tetapi juga mengajak penonton untuk menyelami makna sejati dari kekeluargaan, mengingatkan kita bahwa dibalik setiap tawa, ada cerita dan emosi yang mendalam.

Kelemahan Film:

Meskipun film diadaptasi dengan baik, tetapi alur cerita terlalu mirip dengan versi aslinya, sehingga kurang memberikan kejutan atau inovasi baru.

Kelebihan Film:

Vino G. Bastian (Jaya) dan Angga Yunanda (Kemal) berhasil menampilkan chemistry yang kuat, sehingga membuat interaksi antara karakter terasa alami dan menghibur. Film ini berhasil menggabungkan elemen komedi dan drama dengan baik, menciptakan momen-momen yang mengundang tawa sekaligus tercipta emosi mengharukan dan mendalam melalui akting mereka yang memukau. Film ini menyampaikan pesan tentang pentingnya dukungan keluarga dan bagaimana menghadapi kesulitan bersama. Ini membuat film tidak hanya menghibur, tetapi juga memberikan pelajaran berharga tentang kekeluargaan.


Penulis: Cindra Dewi

Editor: Ega Adriansyah

 

Sumber Foto: Official Poster 


Tahun: 2024  

Sutradara: Reka Wijaya  

Penulis: Junisya Aurelita, Santy Diliana, Rezy Junio  

Pemeran: Prilly Latuconsina, Pradikta Wicaksono, Surya Saputra, Dominique Sanda, Widi Mulia, Gracia JKT48, Antonio Blanco Jr., Kristo Immanuel, Ummi Quary  

Produser: Sinemaku Picture, Legacy Pictures  

Sinopsis:

Film ini mengangkat kisah seorang perempuan bernama Tari, yang berjuang menghadapi trauma akibat kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi di keluarganya. Tari adalah anak kedua dari pasangan Devi dan Pras.

Setelah kepergian kakaknya, Bunga, Tari harus berjuang sendirian menghadapi situasi keluarga yang penuh kekerasan. Meskipun menyimpan rasa trauma yang mendalam, Tari akhirnya bergabung dengan Support Group, sebuah komunitas tempat berbagi pengalaman hidup, yang membantu dirinya menemukan kekuatan untuk bertahan.

Di Support Group, Tari bertemu dengan seorang pria bernama Bhaskara, yang juga memiliki masalah pribadi. Bhaskara adalah putra seorang atlet basket nasional yang terjebak dalam tuntutan besar dari ayahnya. Mengidap gangguan temperamental, Bhaskara sering terlibat masalah karena sulit menyesuaikan diri dengan ekspektasi ayahnya.

Hari demi hari, permasalahan semakin menumpuk di keluarga Tari. Ibunya terpaksa melepaskan usaha kuenya karena biaya listrik yang mahal, sementara Ayah Tari akhirnya dipecat dari pekerjaannya akibat masalah transparansi. Tari pun memutuskan untuk pergi dari rumah bersama ibunya dan menumpang sementara di kos Bhaskara. Ayahnya kemudian berusaha mencari mereka hingga mendatangi tempat kerja Tari dan komunitas yang diikutinya.

Dalam pencarian, ayah Tari akhirnya menemukan lokasi mereka melalui komunikasi dengan ibunya. Konflik memuncak ketika ayah Tari datang ke kos Bhaskara dan meminta Tari serta ibunya untuk pulang. Pertengkaran pun terjadi hingga Bhaskara tidak sengaja memukul Ayah Tari dalam upaya melerai.

Konflik juga berlanjut di rumah saat Ayah Tari menuduh Tari sengaja ingin memisahkan orang tuanya, bahkan sampai menampar Tari. Dalam kondisi ini, Tari mencari bantuan dari Support Group dan memutuskan untuk pergi kembali bersama ibunya.

Pada akhirnya, Ayah Tari juga ikut bergabung dengan Support Group. Dalam komunitas tersebut, ia mengungkapkan pengalamannya tumbuh di bawah didikan ayah yang keras, yang kini tanpa sadar ia terapkan dalam keluarganya sendiri. Kesadaran pun tumbuh, dan ia berjanji untuk mengubah pola didiknya.

Kekurangan Film:  

Naskah drama cenderung tidak seimbang karena hanya menyoroti konflik Tari dan keluarganya, tanpa memberikan ruang untuk konflik karakter lain.

Kelebihan Film:

Film ini berhasil mengangkat isu kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dengan alur cerita yang jelas dan mudah dipahami, serta memberikan klimaks yang menyentuh hati penonton.

Saran:

Secara keseluruhan, film yang diangkat dari kisah nyata ini sangat menarik dan mengharukan. Banyak pelajaran berharga yang dapat dipetik oleh penonton. Oleh karena itu, film ini mungkin cocok untuk direkomendasikan sebagai tontonan akhir pekan.


Penulis: Zakariya Robbani

Editor: Ega Adriansyah


Sumber Foto: Zakariya Robbani 

Cirebon, LPM FatsOeN – KPU Kota Cirebon menyelenggarakan acara nonton bareng (Nobar) film "Tepatilah Janji" di Auditorium Fakultas Dakwah Komunikasi Islam (FDKI), UIN SSC. Acara ini berlangsung pada hari Senin (28/10/2024). 

Nobar ini merupakan salah satu program sosialisasi KPU untuk pemilih pemula dan pemilih pemuda menjelang Pilkada. Selain itu, acaranya juga dimaksudkan sebagai bagian dari peringatan Hari Sumpah Pemuda. Ketua Pelaksana Nobar, Hasan Basri mengatakan, acara ini diadakan sesuai dengan arahan dari KPU. 

Acaranya juga diadakan lebih khusus untuk partisipan muda atau mahasiswa. 

"Acara ini diadakan khususnya untuk generasi muda," ujar Basri. 

Di lain tempat, Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) UIN SSC, Arief Rachman mengatakan, bahwa berdasarkan refleksi dari film, dirinya mengajak kepada masyarakat untuk menjadi pemilih yang bijak dan cerdas. 

Film yang disutradarai oleh Garin Nugroho ini menceritakan tentang proses Pilkada di tingkat kabupaten/kota. Sosok Bupati dalam filmnya diperankan oleh Bima Zeno (Adam), yang merupakan tokoh utama dalam film. 

Adam merupakan anak dari keluarga sederhana yang bekerja di lingkungan pemerintahan daerah (Pemda) Pancawarna. Mendekati Pilkada, Adam diusung untuk menjadi Bupati Pancawarna oleh Pak Widodo yang merupakan mertua Adam.

Untuk menarik suara masyarakat, Adam pun membuat janji kepada masyarakat akan melakukan revitalisasi sebuah waduk di daerah Pancawarna. Janji tersebut awalnya sempat terhambat lantaran ada janji lain yang disampaikan Adam kepada Ramli, seorang pengusaha tambang untuk memperoleh izin usaha pertambangan (IUP) ketika dirinya berhasil menjadi Bupati.

Masyarakat sempat mendemo Adam untuk menepati janjinya. Adam menagih janjinya kepada Ramli. Namun, hal tersebut sempat diabaikan. Ramli menyuruh Adam untuk membuat program lain agar masyarakat tidak ingat dengan program utamanya yaitu revitalisasi waduk.

Dari Film tersebut, terdapat adegan yang menggambarkan sebuah kecurangan Pilkada yang berupa money politik yang dilakukan oleh Adam dan Ramli.

Seorang mahasiswa UIN SSC bernama Fuad, yang menonton film itu mengaku teredukasi dan akan menjadi pemilih yang bijak dalam penyelenggaraan Pilkada 27 November mendatang.

"Cukup teredukasi dengan baik, kita harus memilih lebih cermat calon-calon yang terindikasi lebih baik. Harapannya mudah-mudahan politik uang tidak lagi berlaku dikalangan anak muda jaman sekarang," pungkasnya.


Penulis: Hamdan Nursalim

Editor: Ega Adriansyah


Sumber Foto: Panitia Penyelenggara 

Cirebon, LPM FatsOeN – Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) FatsOeN dan Himpunan Mahasiswa Filsafat (Himafil) menyelenggarakan acara Nonton Bareng (Nobar) & Diskusi Pesta Oligarki di parkiran gedung SBSN, UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon pada, Sabtu (26/10/2024). 

Nobar & Diskusi Pesta Oligarki diselenggarakan untuk menjadi wadah bagi mahasiswa UIN SSC yang ingin merefleksikan nilai-nilai jurnalisme. 

Pemimpin Umum LPM FatsOeN, Raihan Athaya Mustafa mengatakan, acara ini merupakan acara internal LPM FatsOeN yang tujuannya adalah untuk edukasi tentang jurnalistik. 

"Acara ini diadakan untuk internal LPM FatsOeN dan kegiatan jurnalistik yang ada di UIN SSC," ujar Raihan. 

Sementara itu, Ketua Umum Himafil, Vipaldi Desta mengatakan, bahwa acara ini selaras dengan kegiatan Sabtu ke Sabtu milik Himafil. 

Hal inilah yang menurutnya menjadi latar belakang mengapa kemudian Himafil menjalin kolaborasi kegiatan dengan LPM FatsOeN. 

"Yang pertama, ini menguntungkan Himafil, yang mana kami sebenarnya rutin melakukan diskusi setiap hari Sabtu, dengan nama kegiatan Sabtu ke Sabtu," ujar Desta.

Mulanya, acara ini bertempat di Pojok Fasya. Namun karena hujan, acara ini berpindah tempat ke parkiran gedung SBSN. Acara dibuka dengan penampilan puisi dari salah seorang anggota UKM LPM Fatsoen bernama Ibnu. Setelahnya, baru dilanjut dengan acara Nobar & Diskusi Pesta Oligarki.

Acaranya sendiri diharapkan bisa menjadi sesuatu yang mampu menjaga kewarasan jurnalisme dalam menanggapi isu-isu demokrasi di Indonesia. 

Sebagaimana diketahui, isu demokrasi di Indonesia dua tahun kebelakang tengah disorot. Sehingga, para mahasiswa barangkali dinilai perlu untuk mengetahui dan paham dengan nilai-nilai jurnalistik supaya pikirannya tetap kritis dan mampu menanggapi isu-isu demokrasi di Indonesia, atau misalnya di kampus UIN SSC dengan bijak. 


Penulis: Hamdan Nursalim

Editor: Ega Adriansyah

Sumber Foto: Panitia Penyelenggara

Cirebon, LPM FatsOeN – Himpunan Mahasiswa Jurusan Bahasa Indonesia (HIMABI) Universitas Islam Negeri (UIN) Siber Syekh Nurjati Cirebon (SSC) menggelar acara Festival Bulan Bahasa dan Dies Natalis Ke-9 HIMABI yang bertempat di gedung IAIN Cirebon Center (ICC) pada Kamis (24/10/2024).

Acara ini merupakan acara rutin yang diadakan oleh HIMABI dalam rangka memperingati bulan bahasa sekaligus ulang tahun HIMABI yang kesembilan. Adapun bulan bahasa sendiri diadakan sebagai ajang peringatan bagaimana bahasa Indonesia terlahir sampai akhirnya menjadi bahasa persatuan negara Republik Indonesia.

Acara ini akan dilaksanakan dalam dua waktu, yakni Kamis, 24 Oktober 2024 diadakannya seminar jurnalistik tingkat nasional yang menghadirkan pemateri Dewi Pujawati. yang merupakan ahli pertama pranata siaran LPP RRI Cirebon, mengadakan lomba tingkat nasional, dan internasional yang diikuti peserta lebih dari sembilan negara. Puncak acara dari dies natalis HIMABI sendiri akan digelar pada Senin, 11 November 2024 yang akan diisi dengan penampilan-penampilan dari para mahasiswa jurusan Bahasa Indonesia.

Acara ini mendapat respon yang antusias dari para peserta, lebih dari 160 orang datang menghadiri acara ini. Seminar pun berjalan dengan meriah, hal tersebut dibuktikan dengan para peserta yang ikut aktif bertanya pada sesi tanya jawab.

Adapun yang membedakan acara pada tahun ini dengan tahun sebelumnya adalah tema. Tema yang diambil tahun lalu mengenai sastra puisi sedangkan tahun sekarang mengenai jurnalistik. Tema tersebut diambil karena ingin membangkitkan jiwa kritis anak muda untuk menghadapi perkembangan zaman dengan hoaks-hoaks yang tersebar di dalamnya dan menjadi bekal bagi orang-orang yang ke depannya menginginkan profesi jurnalistik.

Tamu yang hadir adalah Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yaitu Saifuddin, serta Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat dari Pemerintah Kabupaten Cirebon yaitu Iik Ahmad Ri'fai 

Adapun untuk persiapan dari acara ini sudah dari sejak akhir bulan Mei 2024 lalu yaitu dimulai dari pembentukan awal kepanitiaan. Kesulitan yang ditemui adalah panitia harus benar-benar bisa memanage waktu di tengah kesibukannya masing-masing untuk mengurus acara ini namun hal tersebut dapat diselesaikan dengan komunikasi antar panitia yang baik.

Perwakilan panitia, M. Tholhah Husaen Al Baladi selaku ketua pelaksana berharap dengan diadakannya acara ini bisa menjadi pemacu untuk membangkitkan semangat dan sadar identitas sebagai mahasiswa serta mampu menerapkan ilmu-ilmu yang telah disampaikan oleh pemateri. Selain itu M. Tholhah Husaen Al Baladi juga berharap untuk acara dies natalis di tahun yang akan datang acara bisa lebih meriah dan lancar segala kekurangan yang ada di acara pada tahun ini bisa menjadi evaluasi dan perbaikan di acara dies natalis di tahun berikutnya.


Penulis: Meina Maspupah

Editor: Ega Adriansyah

Sumber Foto: Dokumentasi Panitia

Cirebon, LPM FatsOeN – Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) FatsOeN UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon telah menggelar acara Pelatihan Jurnalistik Tingkat Dasar(PJTD) di Pesantren Madinatunnajah, Jl. Cirebon Permai, Kecapi, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon . Acara ini berlangsung selama 2 hari mulai dari tanggal 19 sampai 20 Oktober 2024.

PJTD adalah kegiatan kaderisasi awal yang bertujuan untuk memberikan pelatihan dasar tentang jurnalistik kepada calon anggota magang LPM FatsOeN.

Acara ini mengusung tema “Bersinergi Menumbuhkan Semangat Jurnalis Muda yang Independen dan Beretika di Era Digital ”. Tujuan diangkatnya tema ini adalah untuk menumbuhkan kembali semangat para calon jurnalis muda, supaya tetap memegang prinsip independen dan memegang teguh etika kejurnalistikan di era digital.

"Di era digital, tantangan seorang jurnalis semakin kompleks, pelatihan ini diadakan untuk membekali kalian dengan pengetahuan dan keterampilan, untuk menjadi jurnalis yang tidak hanya beretika, tapi juga independen dan responsif," kata Ketua Pelaksana PJTD, Irsyad.

Rangkaian acara pada hari pertama diisi dengan materi yang dibawakan oleh Pemimpin Redaksi LPM FatsOeN, Tina Lestari; Jurnalis Kompas TV, Muhammad Syahri Romdhon; serta Project Manager Dialog Cirebon, Deri Yusvira.

Dalam acara ini, peserta tampak antusias sekali. Antusias peserta dalam acaranya dapat dilihat dari respon peserta yang aktif bertanya selama sesi pemberian materi. Setelah pemaparan materi selesai, para peserta diarahkan untuk membuat produk jurnalistik secara berkelompok. 

Setelah pembuatan produk, para peserta kembali ke ruangan untuk mendapatkan review hasil produk kelompoknya sekaligus sharing bersama demisioner dan alumni LPM FatsOeN.

Selanjutnya, rangkaian acara hari kedua yaitu senam, penampilan kelompok serta harapan dan impian peserta PJTD.

PJTD ini ditutup dengan pemberian sertifikat kepada seluruh peserta. 

Harapannya kegiatan ini mampu menjadi langkah awal bagi calon anggota magang LPM FatsOeN untuk menumbuhkan minat dan bakat di bidang jurnalistik, serta mencetak jurnalis muda yang kompeten.


Penulis: Nuria Febrianti

Editor: Ega Adriansyah

Sumber Foto: Dokumentasi Penulis 

Belakangan ini, Smart Campus, platform layanan akademik digital yang digunakan oleh banyak mahasiswa di UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon, sering mengalami gangguan teknis yang memicu keresahan terutama di kalangan mahasiswa tingkat akhir. Mahasiswa yang tergantung pada sistem ini untuk berbagai keperluan akademik, seperti mengakses nilai, mencetak transkrip, dan mendaftar sidang. Mereka merasa sangat dirugikan dengan seringnya platform ini mengalami eror.

Sejak adanya pengalihan layanan ke Portal Akademik untuk mahasiswa angkatan tahun 2022 dan seterusnya, Smart Campus seolah menjadi platform yang mulai diabaikan. Meskipun demikian, angkatan 2021 ke bawah masih sepenuhnya bergantung pada platform ini untuk memenuhi persyaratan akademik mereka. Karena itu, ketika Smart Campus mengalami gangguan, dampaknya sangat terasa, terutama di kalangan mahasiswa yang sedang berada di masa-masa kritis, seperti persiapan sidang skripsi dan penyelesaian studi.

Smart Campus sering disalahgunakan oleh pihak tidak bertanggung jawab dan berubah menjadi situs judi online. Ini menunjukkan adanya kelemahan besar dalam sistem keamanan siber kampus. Dalam era digital seperti sekarang, keamanan data menjadi prioritas yang tidak bisa diabaikan. Ketika platform yang mengelola data akademik mahasiswa rentan terhadap serangan siber, ini tentu menimbulkan kekhawatiran besar. Pihak kampus diharapkan dapat berinvestasi lebih banyak dalam pengembangan dan mendukung infrastruktur keamanan siber untuk melindungi data mahasiswa, yang seharusnya dijaga dengan baik.

Sayangnya, hingga saat ini, tindakan perbaikan dari pihak kampus masih belum terlihat signifikan. Hal ini menimbulkan spekulasi bahwa kampus mungkin sengaja mengabaikan Smart Campus karena platform ini hanya digunakan oleh angkatan terakhir yang segera lulus. Banyak yang berpendapat bahwa karena kampus sudah beralih ke Portal Akademik, Smart Campus seolah dibiarkan begitu saja hingga masanya berakhir.

Bagi mahasiswa tingkat akhir, Smart Campus sekali lagi adalah sistem yang krusial, terutama dalam mengurus kebutuhan administratif untuk kelulusan. Ketika platform ini mengalami gangguan, mereka harus menghadapi berbagai kendala, mulai dari kesulitan mencetak transkrip nilai hingga keterlambatan dalam pendaftaran sidang. Situasi ini jelas menambah beban dan tekanan di masa-masa akhir perkuliahan yang sudah berat.

Mahasiswa merasa geram karena Smart Campus yang seharusnya berfungsi sebagai pendukung akademik malah menjadi penghalang. Ketika platform digital yang diandalkan justru sering eror dan tidak bisa diakses, mereka kehilangan akses terhadap layanan akademik yang sangat dibutuhkan. Situasi ini juga mencerminkan kurangnya perhatian kampus terhadap kebutuhan mahasiswa, terutama di momen-momen penting seperti penyelesaian studi.

Kampus memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan bahwa semua layanan akademik, termasuk platform digital seperti Smart Campus, berjalan dengan baik hingga akhir. Mengingat pentingnya platform ini bagi kelancaran proses akademik mahasiswa, pihak kampus diharapkan dapat segera mengambil tindakan konkret untuk memperbaiki sistem dan meningkatkan keamanan sibernya. Selain itu, kampus juga harus memberikan kepastian kepada mahasiswa bahwa hak-hak mereka sebagai pengguna layanan akademik akan dilindungi, terlepas dari apakah mereka termasuk angkatan terakhir pengguna Smart Campus atau bukan.

Jika Smart Campus memang akan dihapus setelah angkatan terakhir selesai, kampus tetap harus memastikan bahwa selama platform tersebut masih aktif, fungsinya tetap berjalan dengan baik. Jangan sampai platform ini dibiarkan rusak begitu saja, karena ini akan semakin mencoreng reputasi kampus di mata mahasiswa.

Dalam jangka panjang, pembenahan sistem layanan akademik digital harus menjadi prioritas kampus. Era digitalisasi menuntut transparansi, efisiensi, dan keamanan dalam pengelolaan data akademik. Ketidakmampuan untuk mengelola sistem ini dengan baik hanya akan merugikan semua pihak, terutama mahasiswa yang merupakan pengguna utama layanan tersebut.


Penulis: Zakariya Robbani

Editor: Ega Adriansyah

Ilustrator: Zakariya Robbani 

Tahun 2024 kiranya menjadi tahun yang panas. Sebagaimana kita ketahui, tahun ini menjadi puncak dari segala peralihan kepemimpinan politik, di mana pion-pion catur, mulai dari papan atas sampai papan bawah, orang lama sampai orang baru, hingga kelas teri dan kakap. Disadari atau tidak, peta politik di Indonesia terkesan hanya dikuasai oleh genggaman jari jemari segelintir orang saja, dan kesannya seperti sangat jauh dari sistem kenegaraan yang dianut, yakni demokrasi.

Dalam urusan politik, para penguasa yang sedang menjabat pastinya berupaya untuk mempertahankan kekuasaannya. Contohnya dengan cara mendiasporakan keluarga serta kerabat-kerabatnya untuk menempati kedudukan atau posisi tertentu di lingkungan politik yang strategis. 

Ketika pemilu dan pilkada mulai digelar, banyak topeng-topeng kebaikan bermunculan. Entah itu dalam bentuk pendekatan kepada pemuda, bakti sosial masyarakat, blusukan ke desa terpencil, atau bahkan masuk gorong-gorong sekalipun, yang kemudian didokumentasikan. Di tahapan awal menjelang pemilihan, biasanya banyak sekali orang-orang yang mendadak baik dengan peci di kepala dan baju partai kebanggaan di tubuhnya.  

Apakah itu salah? Sejatinya tidak sama sekali. Tetapi, yang sangat disayangkan ialah masih banyak kebaikan yang mereka lakukan hanya untuk memperoleh empati dan suara masyarakat (elektabilitas), serta kebaikannya hanya berlaku ketika sampai terpilih saja. Ketika pemilu selesai, selesai juga kebaikan yang mereka lakukan. Seakan-akan menghilang di luar jangkauan, seperti sinyal ketika di atas  Gunung Ciremai. 

Sebenarnya, jika memang siapapun berencana untuk menjadi pemimpin atau wakil rakyat, maka harus siap dengan konsekuensi melayani rakyat. Ketika rakyat mulai berpendapat dan berbicara, realitanya, masih banyak di antara pemimpin dan wakil rakyat kita yang tidak pernah mendengarkan. 

Mereka seakan lupa bahwa ada adagium yang berbunyi "vox populi, vox dei" yang berarti suara rakyat, suara Tuhan. Selain itu, para pemimpin seyogyanya harus tau apa keinginan, permasalahan, dan keluhan rakyatnya. Coba kita sama-sama merenungi puisi yang ditulis oleh Lao Tzu, salah satu tokoh filsafat, penyair, dan pendiri aliran Taoisme dari Cina (Tiongkok). 

Datangilah rakyat

Hiduplah bersama mereka

Belajarlah dari mereka

Cintailah mereka

Mulailah dari yang mereka tahu Bangunlah dengan apa yang mereka milik

Ketahuilah pemimpin yang terbaik ialah ketika pekerjaan selesai dan tugas dirampungkan

Serta rakyat berkata, "Kami sendirilah yang mengerjakannya."

Dari puisi di atas, kita dapat mengambil hikmah serta belajar tentang hakikat seorang pemimpin, serta kesadaran bahwa menjadi pemimpin harus banyak berkorban melayani, bukan malah memperkaya diri sendiri. Sudah lupakah mereka dengan sosok Harun al-Rasyid, Umar bin Khattab, Umar bin Abdul Aziz? Yang benar-benar menunjukan karakter sejati seorang pemimpin  rakyat, yang melayani, bukan malah mengkhianati atau menyusahkan rakyat. Yang paling saya ingat ialah ketika malam hari Khalifah Umar bin Khatab memastikan turun langsung ke masyarakat, mendengar  suara tangisan anak kecil, seketika dia berhenti dan menyelidiki apa sebenarnya yang sedang terjadi. 

Alhasil, ketika dia sampai tepat di depan pintu rumah yang menjadi sumber tangisan anak kecil tadi, tak terasa, dia meneteskan air mata, dikarnakan melihat peristiwa seorang ibu yang memasak batu untuk mengelabui anaknya supaya lapar yang dirasanya berkurang. Setelah itu, dia langsung bergegas lari, membawa makanan pokok dari gudang penyimpanan (baitul mal), untuk diberikan kepada ibu dan anak tadi.

Pertanyaannya, apakah  masih ada karakter pemimpin kita di Indonesia yang seperti Khalifah Umar bin Khattab? Jika tidak, seharusnya ini dapat menjadi evaluasi bersama dan membuat para pemimpin dan wakil rakyat kita sadar bahwa suatu kebijakan haruslah berpihak kepada masyarakat, bukan malah menindas rakyat (dalam konteks kebijakan apapun).


Penulis: Sulthon

Editor: Ega Adriansyah

Sumber Foto: Dokumentasi Fatsun 

Cirebon, LPM FatsOeN – "Selamat dan sukses atas peresmian kampus komersil", begitulah kalimat dari mahasiswa yang terpampang dalam sebuah spanduk pada sebuah aksi demonstrasi. Sebagaimana diketahui, sejumlah mahasiswa dari berbagai jurusan di UIN Siber Syekh Nurjati (SSC) melakukan aksi demonstrasi di depan gedung rektorat pada, Jumat (18/10/2024).

Aksi yang diinisiasi Dewan Eksekutif Mahasiswa Universitas (Dema-U) ini menuntut adanya penambahan sarana dan prasarana (sarpras) kampus, juga mendesak kepala bagian (kabag)  umum dan fakultas untuk mempermudah peminjaman sarana dan prasarana kemahasiswaan.

Selain persoalan tadi, tuntutan mahasiswa juga terkait dengan permasalahan dosen, dari mulai jadwal mata kuliah yang diubah semena-mena, hingga dosen yang melakukan komersialisasi pendidikan di lingkungan kampus. Komersialisasi pendidikan yang dimaksud meliputi praktik jual beli buku, pakaian dinas harian (PDH), hingga jual beli saham, yang mana dilakukan dengan ancaman pengurangan nilai bagi mereka yang tidak membeli produk-produk dosen tersebut.

Aksi tersebut berujung audiensi antara para mahasiswa dengan pihak rektorat dan dekanat. Rektor UIN SSC, Aan Jaelani berjanji, akan lebih membenahi fasilitas dan berkomitmen bahwa sarana dan prasarana kampus merupakan milik bersama, yang dapat digunakan oleh seluruh sivitas akademik. 

Selain itu, dirinya juga menghimbau kepada seluruh dekan fakultas untuk mengumpulkan dan mengevaluasi dosen-dosen yang dinilai bermasalah pada Senin 21 Oktober mendatang. 

"Silahkan buat tabel buat tindak lanjutnya," ucap Aan sebagai responnya terhadap tuntutan mahasiswa.

Secara tegas, Aan menyatakan akan menindak dosen yang terbukti mengotak-atik jadwal dan melakukan komersialisasi pendidikan. Bahkan, dalam hal ini dia tak segan untuk memberhentikan dosen yang tetap nakal (setelah dievaluasi atau dipanggil). 


Penulis: Fadhil Muhammad Razka

Editor: Ega Adriansyah


Ilustrasi: Pinterest 

Generasi yang akrab dengan teknologi, realitanya akan mengalami kemajuan dan kemunduran secara bersamaan. Hal itulah yang dialami generasi Z, khususnya di Indonesia. Pola hidup manusia terus mengalami perubahan seiring berkembangnya zaman. Tidak dapat dipungkiri, bahwa setiap masa melahirkan generasi dengan karakteristiknya yang berbeda satu sama lain. Saat ini, generasi yang tengah memasuki usia emas adalah generasi Z alias gen Z. Orang-orang yang lahir dalam kurun waktu 1997 sampai 2010. Gen Z merupakan generasi yang sangat bersahabat dengan teknologi, khususnya sosial media. Mereka tumbuh beriringan dengan berbagai perkembangan sosial media. Seolah menjadi kebutuhan primer, memiliki akun sosial media merupakan hal wajib bagi mereka. 

Banyak dari mereka yang meluapkan berbagai ekspresinya di sosial media. Bahkan banyak juga yang menjadikan konten-konten sosial media sebagai standar pedoman hidup.

Berbagai jenis sosial media seperti Instagram, Facebook, X, dan TikTok, dianggap memiliki kegunaannya masing masing bagi gen Z. Di Facebook, umumnya mereka melakukan transaksi jual beli, dan sarana untuk mencari teman-teman lama. Sedangkan X dan Instagram, banyak dari gen Z menggunakannya untuk memamerkan pencapaian dan keresahan terhadap kehidupan sehari-harinya. Adapun TikTok, tak sedikit kita jumpai berbagai kutipan yang seolah menjadi sumber relevansi bagi kehidupan gen Z. Hal inilah yang disebut sebagai 'Standar TikTok’. TikTok sudah tidak hanya menjadi sarana hiburan, melainkan juga sebuah platform yang kontennya diianggap sebagai standar dalam kehidupan. 

Beberapa hal yang sering dijadikan acuan dari konten TikTok diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Standar Mencari Pasangan

Dikutip dari Kumparan, sejak konten-konten bucin atau percintaan membanjiri TikTok, kriteria remaja sekarang memiliki selera yang tinggi dalam memilih pasangan [Fahmi, 2022]. Banyak anak muda yang dituntut untuk memenuhi kriteria yang sedang hits di sosial media. Salah satu kriteria yang dimaksud adalah memiliki typing ganteng, yaitu cara penulisan dalam room chat tanpa diawali huruf kapital, kemudian ada juga memanjangkan huruf pada akhir kosakata, memakai emoticon tertentu pada akhir kalimat, dan masih banyak lagi. Selain itu, standar lain dalam memilih pasangan yang banyak diambil dari TikTok adalah kriteria kendaraan, outfit, hingga potongan rambut, hingga perlakuan khusus terhadap pasangan.

2. Generalisasi selera hingga penampilan

Selain standar mencari pasangan, berbagai selera penampilan seperti gaya rambut, musik, hingga tempat nongkrong sering kali menjadi hal yang diperdebatkan. Hal ini yang memicu adanya standar penampilan dan gaya hidup. Tak jarang mereka saling singgung di sosial media, khususnya TikTok hanya karena perbedaan selera penampilan. The nuruls untuk para wanita berjilbab, baju rajut, dan hobi berburu makanan seblak. Anak Skena untuk style kaos band, celana gombrang, dan playlist lagu pop-punk, hingga Anak Casual untuk mereka yang memakai brand mewah, dan gemar menonton sepakbola.

3. Standar pendidikan

Apabila generasi sebelumnya berlomba-lomba untuk mengharumkan nama kampus, maka mirisnya mayoritas gen Z justru ingin harum dibalik nama kampus. Banyak dari generasi Z berlomba-lomba untuk masuk sekolah maupun universitas impiannya, dan tidak jarang kita menemui orang-orang yang mengaku 'terpaksa' masuk sebuah kampus, karena ditolak oleh kampus impiannya itu. Akibat dari gengsi tersebut, mereka kian merasa malas dan tak bergairah untuk menempuh pendidikan. Bahkan tak sedikit juga yang memilih jeda terlebih dahulu di dunia pendidikan demi mengikuti tes masuk universitas impian mereka ditahun berikutnya. Kesalahan pola pikir semacam ini justru seolah dinormalisasi. Sebagai mahasiswa, seharusnya kita bangga dengan nama kampus yang telah menaungi pendidikan kita, dan berusaha semaksimal mungkin untuk mengharumkan namanya agar setara dengan kampus-kampus impian kita.

4. Standar pergaulan

Satu lagi standar TikTok yang paling mengerikan adalah banyak konten yang seolah menormalisasi hal-hal negatif. Tak sedikit kita jumpai akun yang dengan bangganya memamerkan kenakalan-kenakalan remaja yang sangat minim moral. Tawuran pelajar, seks pra-nikah, hingga minum minuman keras, justru banyak dijadikan acuan bagi seseorang untuk dicap sebagai “orang paling gaul”. Hal ini sangat miris dan jelas mencoreng moral generasi bangsa, khususnya gen Z.

Itulah tadi standar TikTok yang menjadi salah satu peran utama dalam terdegradasinya moral generasi bangsa. Dari mulai standar yang terkesan sepele, hingga yang paling berpengaruh dampaknya terhadap moral. TikTok sebagai platform yang sangat banyak digunakan oleh anak muda, banyak memengaruhi pola pikir mereka. Standar yang tinggi tersebut, akhirnya merusak mentalitas dan moral para generasi Z, karena mereka akan minder alias 'insecure' apabila standar kebahagiaannya tidak terpenuhi. Akibat konten-konten sosial media tersebut, mereka justru gusar dan risau apabila tidak mengikuti trend dan berbeda dari yang lain. Hal ini berbanding dengan generasi-generasi sebelumnya yang cenderung lebih sederhana dalam membahagiakan diri. 

Akhirnya, banyak dari gen Z yang melek teknologi, namun justru melakukan riset lebih jauh terhadap pengaruhnya.

Oleh sebab itu, ada baiknya sebagai generasi yang berada di usia emas untuk bisa berpikir kritis dan jernih. Jangan sampai mentalitas kita jatuh karena konten-konten tanpa data yang disebarluaskan melalui sosial media. Media sosial memang membuat hidup lebih memiliki banyak pilihan. Namun bagaimanapun, kehidupan yang realistis sesuai kemampuan justru lebih menenangkan dan menyenangkan, ketimbang diselimuti ketakutan dan berlomba dengan gengsi demi mengejar standar kebahagiaan publik semata.


Penulis: Fadhil

Editor: Ega Adriansyah