canva.com/Akhmad J.
Shenna baru saja memasuki lingkungan sekolah, ia segera mencari keberadaan Gio. Berjalan dengan riang seperti remaja pada umumnya yang antusias untuk ke sekolah. Sesampainya di depan kelas Shenna langsung menaruh tasnya. Shenna sangat berbunga-bunga ketika ia menemukan sosok kekasihnya. Namun, secara bersamaan ia pun merasa bingung melihat Gio bersama dengan perempuan lain.
Shenna berjalan menghampiri kedua orang itu, tepatnya ke arah sang kekasih. Ia memperhatikan perempuan itu seperti ada sesuatu yang berbeda darinya, agaknya perempuan itu menyimpan rasa kepada kekasihnya.
“Gio,” panggil Shenna sembari berjalan ke arah Gio. Lelaki itu tersenyum saat melihat sang pacar, tetapi tidak dengan perempuan yang sendari tadi bersamanya.
“She, kenalin ini Cherry. Dia sahabat aku, kita udah lama gak bertemu dan sekarang kita satu sekolah.” Shenna tersenyum ke arah perempuan itu dengan mengulurkan tangan. Cherry membalasnya dengan memberikan tangan kanannya, namun tidak melemparkan senyuman seperti Shenna.
“Gi, nanti pulang sekolah bisa antar aku beli buku gak?” tanya Shenna.
“Gio, kamu kan udah janji mau ajak aku keliling kota,” celetuk Cherry mengingatkan Gio dengan janjinya.
“Maaf ya She, aku gak bisa. Mungkin besok aku bisa antar kamu, bukan masalah kan?” Gio berusaha memastikan Shenna agar kekasihnya itu tidak kesal.
“Ya sudah kalo kamu gak bisa. Aku ke kelas dulu ya Gi,” pamit Shenna yang pasrah itu. Ia berusaha meninggalkan mereka dengan perasaan campur aduk. Perasaannya mengatakan kalau Cherry menyukai kekasihnya.
Gue gak yakin kalo mereka cuma sebatas sahabatan. persahabatan antara cewek dan cowok itu bisa menimbulkan rasa cinta - batin Shenna
Shenna menatap Gio dari jauh, tidak seperti biasanya. Ia tak menginginkan hal buruk terjadi pada hubunganya, mungkin caranya dengan tetap percaya pada Gio. Bukankah sebuah hubungan itu harus dilandasi dengan kepercayaan? Setidaknya kalimat itu meyakinkannya untuk tetap percaya dengan Gio. Namun nyatanya Shenna keliru, karena seseorang yang sudah dipercaya justru memiliki peluang besar untuk mengecewakan atau bahkan menyakiti kita. Mempecayai seseorang itu diperbolehkan, namun untuk menaruh harapan lebih kepada seseorang tidak dianjurkan.
Gio yang sedang bersama Cherry sebenarnya merasa bersalah karena tidak bisa menemani kekasihnya. Tetapi ia sudah mengikat janji terlebih dahulu dengan Cherry, tak mungkin ia mengingkarinya. Ia berharap Shenna akan mengerti hal ini.
***
Saat Shenna berjalan menuju parkiran, ia tanpa sengaja melihat Gio bersama Cherry layaknya sepasang kekasih. Shenna diam, tak memberi respon sama sekali. Ia kembali melangkahkan kakinya, namun langkahnya berhenti ketika seseorang memanggilnya, “Shenna.” Suara itu bukan milik Gio melainkan Arga.
“She, lo bisa temenin gue buat beli buku gak?” tanya Arga tiba-tiba.
“Kebetulan gue juga mau beli buku Ga,” jawab Shenna. Karena kebetulan ini akhirnya mereka pergi membeli buku bersama. Setelah membeli buku yang dicari mereka memilih untuk mampir di sebuah kafe. Tanpa direncanakan olehnya Shenna harus bertemu dengan Gio dengan Cherry di kafe itu juga, seperti sepasang remaja yang tengah berpacaran. Jelas, meskipun Shenna hanya terdiam dan memperhatikan mereka namun pada lubuk hatinya ia sangat cemburu.
Baik Gio ataupun Cherry mereka terlihat merasa nyaman satu sama lain. Bahkan keberadaan Shenna di tempat itu juga tidak disadari oleh mereka. Sesekali Cherry memberikan sebuah suapan kepada Gio, lelaki itu menerimanya. Gio yang tidak merasa keberatan menerima suapan dari perempuan lain membuat Shenna merasakan sesak di dada. Ia harus menerima kenyataan jika kekasihnya itu tidak bisa menjaga hati.
Hari berlalu, Shenna merasa banyak perubahan dari sosok Gio. Gio sudah berbeda. Semenjak 3 hari yang lalu kekasihnya itu tidak mengabarinya. Shenna tidak tahu alasan mengapa dia melakukan itu, bahkan setiap Shenna menunggu notifikasinya tidak ada tanda jika sang kekasih akan menghubunginya.
Shenna masih mencari keberadaan Gio, tak ada yang memberitahu Shenna tentang kekasihnya. Bahkan saat Shenna bertanya pada sahabat terdekatnya mereka tidak mengetahui keberadaan Gio. Sejak 3 hari pula, ia tidak melihat Gio di sekitar sekolah. Di sisi lain Shenna tidak menyadari kalau sahabat Gio sudah membohonginya, Gio masih berada di sekitar sekolah hanya saja tidak dapat dijangkau oleh Shenna.
Shenna yang kelelahan langsung mengistirahatkan diri dan memilih duduk di taman belakang sekolah. Keberadaan Shenna diketahui oleh Cherry dan membuat perempuan itu mendekati Shenna.
“Gue harap lo gak usah ganggu Gio lagi She!” perintah Cherry. Tanpa ada angin dan hujan perempuan itu mengatakan hal yang tidak seharusnya ia ucapkan kepada Shenna.
“Maksud lo?” tanya Shenna. Ia mencoba untuk meluruskan ucapan Cherry.
Cherry pun menjawab, “Lo pasti tahu maksud gue She. Gue suka sama Gio… Kita kenal sudah lama dan selalu bareng. Jadi, gue mohon lo mundur biar gue yang gantiin posisi lo di hatinya Gio.” Shenna termenung, menyaring kembali ungkapan itu. Ternyata tebakan Shenna benar, bahwa Cherry menyimpan rasa pada kekasihnya.
“Maaf, gue gak mau mundur. Gue sayang sama Gio,” terang Shenna.
“Terserah lo. Pastinya gue bakal ngelakuin banyak cara agar Gio jadi milik gue seutuhnya,” jelas Cherry yang tak mau kalah itu. Setelah Cherry mengutarakan ucapan yang tidak enak didengar itu ia langsung pergi, meninggalkan Shenna yang memiliki ribuan pertanyaan.
Apa kamu juga punya perasaan yang sama kaya Cherry Gi? batin Shenna. Dirinya mulai meragukan hubungannya dengan Gio. Shenna mencoba untuk mengirim pesan pada Gio untuk bertemu dan menjelaskan tentang hubungannya.
***
Malam pun tiba ditemani bintang dan bulan yang memancarkan cahayanya. Ini waktunya untuk Gio menemui Shenna. Namun Cherry kembali menghalangi Gio yang ingin menemui kekasihnya itu, perempuan itu memaksa Gio untuk menemaninya menonton bioskop.
“Gue ada janji sama Shenna, Cher. Sorry gue gak bisa,” ucap Gio yang berusaha menepati janjinya. Tetapi bukan Cherry namanya kalau ia menyerah begitu saja, berusaha ia meminta orang tuanya untuk membujuk Gio agar mau pergi dengannya. Gio menyerah, lelaki itu memilih untuk pergi dengan Cherry dan lupa untuk mengabari Shenna.
Sementara di lain sisi, Shenna berusaha mengejar waktu agar Gio tidak menunggunya terlalu lama. Ia mengendarai motornya dengan cepat, namun sesampainya di tempat tujuan ternyata sosok Gio belum datang. Dengan perasaan pasrah akhirnya Shenna memilih untuk menunggu. Sedangkan Gio yang ditunggu justru sedang jalan dengan orang lain.
Sudah hampir 2 jam Shenna menunggu Gio yang hilang kabar. Gerimis hujan mulai membasahi kota ini. Setelah 2 jam setengah Shenna menunggu yang tak kunjung datang, akhirnya ia memilih untuk pulang.
Saat diperjalanan pulang dengan balutan rasa kecewa, Shenna melihat Gio bersama Cherry melintas. Shenna sekarang paham, dirinya sudah tak berharga bagi Gio. Ia bukan prioritasnya lagi. Shenna hanya bisa melamun di bawah guyuran air hujan yang semakin deras.
“She, lo ngapain hujan-hujanan? Nanti lo sakit She,” ucap Arga dengan perasaan khawatir. Entah dari mana ia muncul di sampingnya. Shenna hanya terdiam. Dirinya hanya merasakan sakit di dadanya, hingga tak mampu menjawab apapun. Arga menepuk pundak gadis itu dengan tujuan untuk menenangkannya.
“She, lo kenapa hujan-hujanan gini? Bukannya lo mau ketemu Gio?” tanya Arga yang tahu soal pertemuan Shenna dengan Gio malam ini. Shenna pun mengangguk dan menjawab, “Gio gak datang Ga… Gue sadar sekarang, kalo gue bukan lagi prioritasnya… Bukan gue orang yang spesial bagi dia. Dia lebih milih jalan sama cewek lain yang berstatus sahabatnya, padahal dia udah janji mau ketemu sama gue.”
“Ga, gue pulang dulu ya,” pamit Shenna.
Sesampainya di rumah Shenna langsung mengurungkan diri, merasakan sakitnya sendiri. Ia harus merasakan sakit hati ketika orang yang sangat dipercayainya itu mengecewakannya.
Shenna melihat notifikasi grub yang berisikan sahabatnya, ternyata mereka sedang membicarakan kekasihnya. Banyak tag untuknya, ia langsung melihatnya dan seketika tubuhnya tak berdaya. Sandra memberitahu Shenna bahwa Cherry dan Gio akan bertunangan seminggu lagi.
“Ini gak mungkin! Gak mungkin Gio akan bertunangan dengan Cherry, gue bahkan belum putus sama Gio… Tapi apa-apaan berita ini? Enggak! Ini gak mungkin!” teriak Shenna di dalam kamarnya. Shenna masih belum tahu kebenarannya langsung dari kekasihnya itu. Namun, jika hal ini memang benar Shenna bersedia untuk meninggalkannya.
Keesokan harinya, Shenna yang akan menemui Gio di kelasnya justru melihat lelaki itu sedang memeluk Cherry dengan erat. Hatinya merasakan kembali sesak tak terkira itu, rasa percayanya kian hancur. Shenna memaksakan diri untuk tetap sekolah agar bisa menemui kekasihnya itu, namun pemandangan yang disuguhkan membuat hatinya semakin hancur. Saat ini rasa sakit pada fisiknya itu tak ada apa-apanya dengan sakit hati yang dirasakan Shenna.
“Gio,” panggil Shenna dengan lirih. Gio memutarkan badannya menghadap ke arah Shenna yang terlihat pucat. Mata Shenna berkaca-kaca tetapi ia masih bisa melemparkan senyum. “Gio, apa benar kalau kamu akan tunangan sama Cherry? Apa berita itu benar?” tanya Shenna. Gio yang seolah menghindari pertanyaan itu mendekatinya.
“Kamu kenapa pucat banget? Kamu sakit?” tanya Gio agak khawatir dengan keadaan Shenna.
“Aku nunggu kamu sampai 2 jam setengah, tapi kamu malah jalan sama dia. Aku gak nyangka kalau kamu Gio, kenapa tiba-tiba kamu seperti ini,” ungkap Shenna.
“Mungkin sekarang aku udah gak dianggap ya Gi? Apa sekarang aku gak berarti lagi? Terima kasih untuk semuanya Gi, terima kasih untuk luka ini. Aku pamit.” Air mata Shenna sudah tak terbendung lagi. Setelah mengungkapkan isi hatinya itu Shenna segera pergi meninggalkan Gio.
“She tunggu! Aku dijodohin She, aku gak bisa nolak.” papar Gio, berusaha mengungkapkan alasannya.
“Mungkin memang sebaiknya begitu. Sejak awal seharusnya kita tidak berhubungan Gi. Kamu lelaki sempurna tidak cocok bersanding dengan cewek kaya aku. Kamu lebih pantas dengannya.” Shenna segera meninggalkan lingkungan sekolah. Ia sudah tidak mempedulikan akhir dari hubungannya ini, biarkan waktu yang menjawabnya.
Gio tak mampu mencegah kepergian Shenna. Ia secepatnya akan menjelaskan pada gadis itu. Gio berinisiatif untuk menghampirinya saat sore, membiarkan Shenna merasa tenang dahulu. Namun, tanpa Gio sadari ia sudah melakukan kesalahan yang fatal, mau tidak mau ia akan kehilangan orang yang mencintainya dengan tulus.
Sore pun tiba, Gio langsung bergegas ke rumah Shenna. Sesampainya di sana, ia melihat bahwa rumah Shenna sangat sepi seperti tak berpenghuni. Ia mencoba mengetuk pintu tapi tidak ada yang menyahut, hingga pada ketukan terakhir seseorang membuka pintu.
“Den Gio, cari Non Shenna?” tanya pembantu di rumah Shenna.
“Iya Bi, She nya ada?”
“Non Shenna pergi Den. Bibi gak tau Non Shenna pergi ke mana.” Jawaban itu mampu membuat jantung Gio memompa lebih cepat. Ia takut untuk kehilangan Shenna secepat ini.
“Ya sudah bi, kalau begitu Gio pergi dulu,” pamitnya.
Gio yang belum menyerah langsung mencari Shenna ke tempat-tempat favorite nya dulu. Namun disayangkan, sosok Shenna tak ada di tempat itu. Gio mencoba menghubungi Shenna namun nomornya tak kunjung aktif. Beberapa teman Shenna pun mulai dihubungi begitu pula dengan Sandra, tetapi mereka tidak mengetahui keberadaan Shena. Gio merasa frustasi akhirnya sadar jika Shenna sudah hilang, seperti sudah ditelan bumi. Penyesalan mulai menyelimutinya. Gio menyesali perbuatannya dan harus kehilangan sosok yang sangat mencintainya dengan tulus.
TAMAT!
Biodata Penulis
Imas Endang Murdaningrum, dilahirkan di belahan Bumi Asia tepatnya di Negara Indonesia pada tanggal 11 Juni 2002. Ima sudah menjadi Mahasiswa Baru di Iain Syekh Nurjati Cirebon. Bagi ima, menulis adalah hal yang mampu mengutarakan atau menyampaikan apa yang dirasakan dan dipikirkannya seolah tak ada jawaban yang mampu melengkapi sebuah teka-teki yang bersarang pada otaknya. Kalian bisa mengenal lebih lanjut di akun social medianya.
Instagram : @imasngrm11 @aksa.imaa @imaastories_
Wattpad : @imaluve_
Email : itsme.imaa33@gmail.com