Foto: canva.com Ilustrasi Mengaji |
Allaahumma nawwir quluubanaa bi tilaawatil qur'aan, wa zayyin akhlaaqonaa bijaahil qur'aan, wa hassin a’maalanaa bi dzikril qur'aan, wa najjinaa minan naari bi karoomatil qur'aan, wa adkhilnal jannata bi syafaa'atil qur'aan.
Artinya: “Ya Allah sinarilah hati kami sebab membaca Al-Qur'an, hiasilah akhlak kami dengan kemuliaan Al-Qur'an, baguskanlah amalan kami karena berdzikir lewat Al-Qur'an, selamatkanlah kami dari api neraka karena kemuliaan Al-Qur'an, masukkanlah kami ke dalam surga dengan syafa’at Al-Qur'an."
Hari Nuzulul Qur'an 17 Ramadhan 1441 H jatuh pada hari ini Jum'at, 7 April 2023 M. Fyi, Nuzulul Qur'aan atau Hari turunnya Al-Qur'an ini, turun setiap tanggal 17 Ramadhan, yap! Dalam ranah praksisnya, apakah kalian bingung menyikapi harus apa dalam rangka momentum hari turunnya Al-Qur'an ini?
Mari, semenit lebih dekat membahas dan merefleksi diri dengan kiat-kiat berikut ini:
1. Mengunjungi surau terdekat
Dalam momentum Nuzul Al-Qur'an (Hari turunnya Al-Qur'an) ini, baiknya kita ndak hanya ndlongop melongok pada keseharian yang biasa-biasa saja. Buatlah, malam kali ini lebih berkesan daripada malam-malam biasanya dan semalam suntuk yang anda rasakan biasanya. Mulailah bergerak dan tergerak untuk selangkah lebih dekat dengan Rumah Allah.
Berdiamdirilah di rumah Tuhanmu yang berkamuflase baik dalam bangunan-bangunan ringkih dan tak megah itu ataupun dalam bangunan yang biasanya, yang istimewanya dapat buatmu tenang ketika berada di dalamnya. Terakhir, ucaplah niat itikafmu itu—Tentunya, hindari perkataan dan perbuatan-perbuatan yang tidak senonoh, ya!
2. Mengaji Al-Qur'an dan Mengaji diri
Mengajilah walau ngajimu terbata-bata, terbolak-balik, terkotak-kotak, atau bagaimana pun bentuk dan model pengucapan ngajinya. Sementara, tidak ada yang dapat menyangkal bahwa kamu masihlah pelajar dan pembelajar dalam seumur hidup—Lifelong Learner-lah atau apapun itu sebutannya. Ibarat kata, Hiduplah dan mengajilah seolah engkau mati besok, dan belajarlah meng-kaji seolah-olah untukmu hidup selamanya. Semata-mata agar hidup ndak tersesat-tersesat amat dan ndak kufur-kufur amat, ya, kan?
3. Berpuasalah
Sebagaimana berpuasa di bulan puasa dihukumi wajib, ya!, dan berpuasa (~menahan) tidak lepas dari yang kelihatan dari luar saja, tetapi dari dalam juga. Seperti halnya kita menahan diri untuk tidak tergoda menghampiri warteg; nasi padang, dan jajarannya. Pun cobalah juga sesekali untuk otaknya tidak untuk diisi dengan yang maniez-maniez saja~ dan yang hanya makan-makan saja. Seperti halnya perkataan sufis dari Mahmud Syabistari dalam tiga tahap kematian sufi:
1. Dia mati setiap saat dari sifat duniawi. (Ia mematikan dirinya dari keinginan akan hasrat-hasrat dunia.)
2. Ketika kehendaknya telah hilang. (Ia menghilangkan kehendaknya menjadi kehendak-Nya.)
3. Ketika tubuh dan jiwanya terpisah. (keluarnya ruh dari tubuh).
Berpuasa mengajak kita untuk berzuhud sejengah dari hiruk-pikuk kebiasaan yang biasa kita lakukan di bulan selain Ramadan. Tidak lagi tertarik dari apa yang tertahan dalam diri sendiri dan mulai meletakkan segala kehendak yang ada; yang kita punya untuk memercayai apa-apa yang jadi kehendak yang diberikan-Nya pastilah berakhir baik. Setelah jalan jauh, tidak ada salahnya kita untuk mencoba 'pulang' dan berserah diri sejenak dari ke-hectic-an kita hari-hari belakangan ini. Lalu, setelahnya bolehlah dilanjut untuk mencoba ikhtiar; berusaha lagi.
4. Bersyukur
Tidak hanya mantan yang baru putus dengan doinya saja yang mesti kita syukuri. Namun, kita mesti bersyukur atas segala apa-apa hal kecil yang telah kita dapati selama ini. Kehendak-Nya mungkin lebihlah indah daripada perempuan bernama Indah. Alhamdulillah, atas segala apa yang telah terjadi dan yang tengah kita jalani hari ini, semoga apa yang disemogakan tersemogakan. Ya Allah, yaa Rahim, lancarkanlah, ridailah kami, pertemukanlah kami dengan malam Lailatul Qadar, dan berilah kami segala akhir yang baik! Aamiin yra.
Wallahua'lam bisshowaab
Selamat memperingati Nuzulul Qur'an, Teman-teman!
Penulis: Jiharka
Posting Komentar