Sumber: canva.com |
Suap, pungli, dan pemerasan sekilas terlihat sama pada proses penerimaan uang. Namun, setelah mencari tahu, penulis mengerti tentang perbedaan ketiga istilah tersebut. Kita bisa melihat proses pemberian uangnya. Suap merupakan pemberian uang dari orang atau kelompok kepada pemberi layanan untuk melancarkan suatu proses yang menyalahi prosedur. Adapun pungli terjadi ketika pengguna layanan memberikan kepada pemberi layanan tanpa ada maksud apapun. Sedangkan Pemerasan adanya penawaran aktif untuk memberikan jasa, atau meminta imbalan dari suatu proses.
Akhir-akhir ini penulis menemukan fakta terkait pemerasan yang dilakukan oleh oknum anggota Organisasi Mahasiswa Ekstra kepada temannya. Oknum melancarkan pemerasan sebagai pemberi layanan. Temannya yang di posisi sebagai korban, hanya mengharapkan ditemani untuk mencairkan uang beasiswa. Kejanggalan tiba ketika ada kalimat menenangkan dari oknum tersebut, dengan menawarkan untuk segala urusan beasiswa sebaiknya dibantu olehnya. Namun korban tidak terlalu menghiraukan, karena ia masih berpikir selayaknya teman seperjuangan pencari beasiswa dan melihat pelaku sekaligus fasilitator dari HMJ.
Singkat cerita, hari pencairan uang beasiswa pun tiba. Tepat seperti penjelasan tentang pemerasan di paragraf awal, pelaku menghubungi korban untuk memberikan jasa. Namun korban yang masih berpikir positif pun menghampiri pelaku untuk berangkat bersama. Korban mulai curiga, jasa penting apa yang diberikan oleh pelaku dalam proses mencairkan beasiswa? Ia tersadar bahwa dari pagi menjelang siang, mereka (pelaku dan korban) hanya duduk di bawah pohon menunggu nomor antrean pencairan beasiswa korban. Tidak ada proses yang membutuhkan “orang dalam” yang harus melibatkan pelaku sebagai anggota ormek. Kemudian pencairan pun selesai, korban pulang ke rumah dengan aman karena pelaku ada urusan mendadak.
Sore harinya korban di-chat oleh pelaku dengan alibi meminjam uang melalui proses transfer. Kebetulan sore itu korban tidak memungkinkan pergi ke ATM atau Minimarket untuk mentransfer karena kendaran dan saldo yang tidak ada. Beberapa hari kemudian, ketika korban pergi ke kampus dan berpapasan dengan pelaku, ia ditegur dengan menanyakan kabar beasiswa yang dianggap melempem oleh pelaku. Korban bingung menanggapi teguran tersebut, konteks teguran tersebut sudah jelas membicarakan uang persenan bagi si pelaku.
Kasus lain dengan target mendapatkan uang juga dilakukan oleh pelaku. Informasi ini ditemukan ketika korban menanyakan terkait pengalamannya kepada teman yang kebetulan berada di dua organisasi yang sama dengan pelaku. Ia membenarkan pengalaman korban, karena dalam organisasi, pelaku sering mencari celah mendapatkan uang demi melancarkan tempat berteduhnya; organisasi ekstra.
Catatan:
- Nama penyintas atau pelaku dirahasiakan, sebab itu keinginan penyintas.
- Jika teman-teman melihat atau menjadi korban ketimpangan di kampus, bisa bercerita ke email fatsoen redolfatsoen@gmail.com. Kami menjamin kerahasiaan dan privasi yang diusulkan pengirim.
Penulis: Raihan
Reporter: Tim Litbang LPM Fats𝘖eN
Editor: Tim Editorial LPM Fats𝘖eN