Sumber Ilustrasi: (Dictio.id)
Terkadang orang-orang sering kali berekspektasi berlebihan tentang suatu hal yang sedang ia lakukan, berharap akan berakhir sesuai dengan yang dia inginkan jauh-jauh hari. Tapi, kemudian kenyataan yang ia dapat berbeda, itu akan membuat dia terpuruk karena sesuatu yang ia harapkan dan inginkan tidak pernah terwujud.
Hal itu hanya membawa kita pada suatu
emosi yang negatif. Misalnya kita berusaha mati-matian untuk mendapat nilai
bagus di sekolah dengan segala cara, mencontek dan cara apapun dilakukan. Namun
kita tidak pernah tahu hasil akhirnya entah guru itu killer atau teman
tugas kita yang malas, jika nilai yang keluar tak sesuai dengan yang kita
harapkan, maka kita lebih nyesek daripada orang yang memikirkan nilainya
pas-pasan.
Karena kebanyakan orang banyak masih saja mengharapkan
hal-hal yang diluar kendalinya bakal sama seperti yang ada di pikirannya. Saya
mengutip dari Enchiridion karya Epictetus “Some thongs are up to us, some
things are not up to us,” yang artinya “Ada hal-hal di bawah kendali kita,
ada hal-hal yang tidak di bawah kendali kita”.
Epictetus merupakan tokoh kaum stoa,
kaum stoa adalah julukan bagi orang-orang yang menganut pemikiran Stoikisme.
Stoikisme, juga disebut stoa adalah sebuah aliran atau mazhab filsafat
Yunani kuno yang didirikan di kota Athena, Yunani, oleh Zeno dari Citium pada
awal abad ke-3 SM.
Prinsip dari pemikiran ini adalah
menekankan manusia untuk memprioritaskan dimensi internal manusia, dan ia bisa
disebut bahagia ketika tidak terpengaruh oleh hal-hal di luar dirinya.
Singkatnya kita hanya bisa mengendalikan pemikiran kita dengan sebaik-baiknya,
dan tidak mengandalkan hal-hal dari luar.
Contohnya saat kita menyatakan cinta
kepada seseorang, lalu kita berharap agar orang itu membalas cintanya, tapi
setelah itu orang tersebut menolak dan mematahkan harapan, kita benar-benar
akan nyesek. Tapi jika kita tidak mengharap cintanya dan mengantisipasi
bakal ditolak, kita tidak benar-benar nyesek karena tidak benar-benar
berharap pada orang yang bukan dalam kendali kita.
Dalam buku Filosofi Teras karya Henry
Manampiring, saya teringat kata-kata tentang “kita tidak bisa memili situasi
kita, tetapi kita selalu bisa menentukan sikap kita atas situasi yang sedang
dialami”.
Penulis: Iswanto
Typo-nya bikin ambigu kak 🙄
BalasHapusPosting Komentar