(Suasana saat Mahasiswa jurusan PMI dibubarkan oleh kelas lain tepat pada pelaksanaan MK berlangsung. Foto: Akhmad Jiharka/FatsOeN) |
Apakah Anda merasakan sensasi sulitnya mencari ruangan kelas?; Apakah Anda pernah merasakan getirnya pengusiran dari yang empunya kelas?; atau mungkin melawan teriknya takdir merasakan perkuliahan tatap muka di ruang kelas tanpa adanya pendingin ruangan.
Perkuliahan Offline Tatap Muka menambah khazanah pengetahuan insani di Kampus lagi kali ini dan lagi menambah masalah yang ada setelah era Pandemi dan Online Class telah usai. Lagi-lagi, selain Mahasiswa, Pegawai atau Staf kampus juga dibuatnya bingung, hectic, dan membuatnya bekerja lebih ekstra dari sebelum-sebelumnya.
"Seharusnya tadi pagi PMI kelas 5B melakukan kegiatan MK (matakuliah), ternyata setelah beberapa menit kita diusir oleh kelas lain," celoteh mahasiswa bernama Abdul Malik (20).
"Nah, hal tersebut telah membuat sedikit kesal dari temen-temen kelas dan pihak dosen karena kelasnya belum ada ketentuan (belum pasti) nah, baru aja kita belajar beberapa menit tapi malah disuruh keluar dan parahnya lagi kita tidak dapat tempat gantinya. Akhirnya kami dari kelas MK tersebut dibubarin dan tidak melanjutkan MK dan tidak ada kelas untuk hari ini," tegas Malik (20).
Seperti halnya cita-cita Karl Marx yang mengharapkan tidak adanya kelas-kelas di masyarakat, mahasiswa juga senang menggunakan pemahaman revolusioner ini, yang hanya tahu dan hanya ingin kesetaraan bak adaptasi sila ke-5 Pancasila yang berbunyi, "Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
"Tapi, saya kira cuma kelas kita aja yang gak dapet kelas dan ternyata malah banyak juga yang lain, yang gak dapat kelas dan nasibnya sama seperti PMI 5B," tambah Malik (20).
"Pemakaian kelas itu malah seolah-olah rebutan," ujar Hamdan Hamdani selaku dosen pengajar Fakultas UAD yang mengajar pada Selasa, (13/9/2022).
"IAIN, ya, seperti ini kelasnya, tuh, bisa dikatakan rebutan gitu. Tapi, ya, kadang diusir juga. Nah, itu gimana gitu, masih dilema para Mahasiswa juga, sedangkan kita para mahasiswa membayar UKT dengan nominal yang cukup mahal juga dan tidak pernah telat sama sekali. Mohon kepada pihak lembaga kampus segera memberikan solusinya," tambah Malik lagi dengan logat Indramayu-nya yang khas.
Belum ada tanggapan dari pihak lembaga mengenai kondisi yang dirasakan mahasiswa saat ini.
Dari pengamatan reporter, SEMA-F UAD juga kali ini sedang membuka kotak aspirasi bagi mahasiswa FUAD. Hal ini dapat digunakan untuk menyuarakan pendapat di sana lalu diproses serta diadvokasi lebih lanjut.
Hal ini kembali menjadi sebuah sinyal untuk membumikan budaya kritis mahasiswa dengan lantang bersuara kepada kebenaran, tak hanya itu, tak lupa juga jangan meninggalkan berkarya, berkontribusi pada almamater dan idealisme tercinta.
Reporter: Akhmad Jiharka/FatsOeN
Editor: R. A. Wafi/FatsOeN
Posting Komentar