Anak
bungsu yang selalu di cap kalo bungsu itu manja, sangat bergantung dengan orang
tua, gak bisa jauh dari orang tua, tidak bisa melakukan apa-apa sendiri,
hidupnya paling enak, minta apa aja sama orang tua pasti di kasih. Mengapa anak
bungsu selalu dinilai anak yang egois dan manja? Padahal tidak semua anak
bungsu memiliki karakter yang sama.
Menurut
saya, anak bungsu yang saya rasakan itu seperti harapan terakhir bagi orangtua,
saya tidak di tuntut lebih dari kakak-kakak saya, tapi sebagai bungsu yang
beranjak dewasa ini berfikir ingin lebih dari kakak-kakak.
Dulu
sebelum 2 kakak saya menikah, kehidupan bungsu yang di cap oleh beberapa orang
seperti manja, minta apa saja kepada orang tua pasti di kasih. Itu semua benar,
saya selalu di manja, seperti apapun yang saya minta pasti orang tua kasih.
Saya
kelas 12 di SMA LENTERA BANGSA, pada keadaan pandemic covid-19, pastinya
kegiatan belajar dilakukan daring dari rumah. Setiap pagi sarapan pasti sudah
ada di meja dapur, tapi … karena saya sejak pagi sudah duduk di depan laptop
dengan beberapa buku pelajaran dan buku tulis, saya mengabaikan untuk mengambil
sarapan yang sudah di sediakan oleh ibu, jadi… setiap pagi ibu selalu
membawakan nya ke kamar, supaya saya tetap sarapan dan fokus belajar. Setelah
selesai sarapan biasanya piring dan gelas tersebut saya taruh di meja kamar,
“Nanti aja ah taro nya selesai zoom kelas”. Tapi, pada nyata nya piring dan
gelas itu saya lupakan. Setelah kelas selesai, saya langsung mengambil ponsel dan
merebahkan tubuh ini di Kasur dan sampai akhirnya tertidur, “loh kemana piring
dan gelas nya?” kaget! Ternyata sudah di rapihkan oleh ibuku.
Ibu
masuk ke dalam kamar dan menyuruhku untuk makan siang “Dek.. ayo makan dulu
abis itu solat zuhur”, saya keluar kamar dan sudah tersedia banyak lauk yang
saya minta masakan oleh ibu tempo hari, ibu selalu masak yang saya minta di
hari sebelumnya supaya saya mau makan, karena dulu itu saya kalo makan suka
pilih lauk, kalua lauk nya tidak selera dengan saya pasti saya makan hanya
sedikit.
Hari-
- hari berjalan seperti itu
Sampai
dimana saya akan menuju jenjang Pendidikan selanjutnya yaitu kuliah, saya
sangat ingin sekali merantau ke kota Semarang, karena kota nya bersih dan
udaranya sehat.
Saya
daftar jalur SNMPTN, SBMPTN, SPAN-PTKIN, Politeknik, , UMPTKIN dan Ujian
Mandiri. Saya sudah percaya diri tinggi kalo saya pasti diterima di salah satu
Universitas Negeri yang ada di Semarang. Ternyata pada saat pengumuman tidak
diterima, berkali-kali saya mendapatkan kata “SEMANGAT”, tentu nya kata-kata
itu tidak mematahkan saya untuk terus coba jalur pendaftaran lain.
Hingga
pada akhirnya kakak saya menanyakan “udah dapet kampus dimana?” saya jawab
“Tentu saja belum sampai hari ini, ini mau coba UMPTKIN, mau daftar uin”. Kakak
saya menawarkan 3 kampus swasta ternama dan mahal yang ada di Jakarta, tentu
saja saya menolak saat melihat ukt per semester-nya. Saya tetep gak nyerah gitu
aja, saya daftar UMPTKIN, dan saat pengumuman saya diterima di Daerah Istimewa
Yogyakarta.
FINALLY!!!
Walau
bukan kota yang saya tuju tapi tetap akan saya ambil Universitas tersebut
karena saya ingin sekali merantau dan juga akan mematahkan cap orang-orang
terhadap si bungsu tentang manja, gak bisa jauh dari orang tua, dan tidak bisa
melakukan apa-apa sendiri.
Dulu
saya tidak bisa mencuci pakaian dan menyetrika baju, bahkan orang tua saya
sendiri tidak pernah menyuruh mencuci pakaian, mencuci piring, menyetrika baju,
memasak, dan membersihkan rumah. Tetapi, semenjak hidup di perantauan di kota
orang yaitu Yogyakarta, perlahan saya bisa masak nasi, menyetrika baju, mencuci
baju dan lainnya.
Apalagi
saya hidup di perantauan benar-benar sendiri dan tidak ada saudara maupun
keluarga, si bungsu ini juga bisa mandiri loh di kota orang.
Gak
selamanya bungsu egois dan manja, kalo memang iya seperti itu ya semua nya
perlu waktu untuk menjadi dewasa.
Jadi,
menurutku menjadi bungsu itu juga gak seenak yang kalian lihat, kita sebagai
bungsu juga punya beban pastinya seperti harapan terakhir keluarga dan harus lebih
sukses atau lebih pintar dari kakak-kakaknya. Sebagi bungsu yang di cap “ANAK
MANJA” saya ga setuju sih, karena sekarang saya bisa melakukan hal-hal yang
dianggap oleh orang-orang kalo saya tidak bisa mengerjakannya, tapi lihat
sekarang si bungsu ini sudah menjadi dewasa, bisa melakukan hal tersebut dan
kuat hidup di perantauan. Oh iyaa! Ingat ya tidak semua anak bungsu memiliki
karakter yang sama.
Posting Komentar