Menurut
pria, membaca pikiran dan hati seorang wanita merupakan hal tersulit. Layaknya
menyelesaikan teka-teki, begitulah rasanya jika pria disuruh untuk
menebak-nebak apa yang doi-nya inginkan ketika dia bilang,
"Terserah."
Bahkan
sampai ada satu buku dengan judul Everything Men Know About Women by Dr Alan
Francis yang terdiri dari 128 halaman kosong, mungkin saking sulitnya membaca
pikiran dan hati seorang wanita. Namun, hal yang jarang kita sadari terutama
bagi wanita, sebenarnya pikiran dan hati pria justru lebih sulit ditebak
ketimbang rahasia hati wanita. Itulah topik yang diangkat dalam buku Rahasia
Hati karya Natsume Soseki.
𝐒𝐢𝐧𝐨𝐩𝐬𝐢𝐬
Rahasia
hati menceritakan mengenai tokoh Aku yang berteman dengan seorang lelaki yang
berumur lebih tua darinya, sebut saja Sensei. Sensei merupakan orang yang sulit
berinteraksi dengan manusia, tetapi sekali seumur hidupnya ia mau berteman
dengan Aku. Aku yang setiap waktu semakin dekat dengan Sensei, makin penasaran
dengan sifat dan sikap Sensei, mengapa ada orang seperti Sensei?
Apa
yang menyebabkan Sensei muak akan manusia termasuk dirinya sendiri? Itulah yang
selalu membayangi pikiran Aku. Hingga akhirnya, Sensei menceritakan masa
lalunya mengenai kisah cinta segitiganya.
𝐊𝐞𝐬𝐚𝐧
𝐏𝐞𝐫𝐭𝐚𝐦𝐚
Ketika
membaca buku ini, saya merasa agak asing dengan bahasa yang digunakan dalam
buku. Tidak seperti terjemahan penerbit Haru atau penerbit Mai, bahasa yang
digunakan tergolong agak asing dan kuno. Namun, ketika terus membaca sampai 80
halaman, gaya bahasanya seperti bahasa 'standar' tidak seperti di halaman awal.
Mungkin bahasanya mengikuti gaya bahasa Jepang aslinya, entah saya tak paham.
𝐀𝐥𝐮𝐫
Layaknya
buku klasik lain seperti Norwegian Wood, buku ini memiliki alur yang lambat.
Walaupun hanya terdiri dari 256 halaman rasanya seperti membaca buku 400-an
halaman. Namun, karena alurnya yang lambat, watak karakter tiap tokoh akhirnya
dapat terjelaskan secara detail satu persatu sehingga cerita menjadi lebih
jelas dan tidak biasa.
𝑨𝒑𝒂
𝒚𝒂𝒏𝒈
𝒎𝒆𝒏𝒂𝒓𝒊𝒌
𝒅𝒂𝒓𝒊
𝒃𝒖𝒌𝒖
𝒊𝒏𝒊?
Satu
hal yang membuatku tertarik membaca buku ini sampai habis adalah topik.
Pemilihan topik yang cukup simpel mengenai hubungan Aku dan Sensei, ternyata
tidak terlihat sesimpel itu.
Masa
lalu demi masa lalu yang disuguhkan sangat menggambarkan manusia saat ini. Sisi
kejam manusia sungguh diperlihatkan, walaupun hanya dengan konflik sepele,
tetapi dampaknya sangat hebat. Sebut saja tentang perebutan warisan,
sebaik-baiknya manusia jika digoda oleh uang pasti sisi jahatnya lambat laun
akan muncul.
Selain
topik yang menarik, cerita yang disuguhkan juga agak relatable dengan diri
pribadi. Contohnya mengenai cerita kuliah sang Aku yang sebentar lagi wisuda atau
ketika sang Aku berkuliah jauh di Tokyo meninggalkan kedua orangtuanya di desa.
Benar,
bahwa setiap orang memulai perjalanan hidupnya di universitas dengan menaruh
harapan-harapan besar, seperti orang yang berangkat dalam perjalanan panjang,
dan bahwa setelah setahun dua tahun, kebanyakan mahasiswa tiba-tiba menyadari
lambatnya kemajuan mereka, dan setelah mengetahui bahwa saat lulus itu tak jauh
lagi, mereka pun mendapatkan dirinya dalam keadaan kecewa. (Hal. 177)
𝐊𝐞𝐬𝐢𝐦𝐩𝐮𝐥𝐚𝐧
Terlepas
dari gaya bahasanya yang menurut saya agak asing di telinga, buku ini sangat
direkomendasikan dibaca sekali seumur hidup. Bukan karena buku ini merupakan
karya fenomenal Natsume Soseki, tetapi buku ini mengangkat tema yang sensitif
terutama bagi kaum pria.
Pria
nampaknya sulit berkomunikasi dengan sesama pria, apalagi sampai bertukar
rahasia hati dengan sesama. Hal yang dapat dipahami dalam buku ini adalah
curhat itu perlu apalagi mengenai masalah percintaan.
Penulis : Cepri Lupianto
Posting Komentar