(Sumber Gambar: Pinterest.com) |
Dalam koran harian
Kompas di tahun 1997, terdapat anekdot feminis yang berjudul ‘Cantik’ oleh
Ariel Heryanto. Alien keheranan ketika berkunjung ke bumi dan tidak seorang
wanita pun berkeliaran pada malam hari. Manusia menjawab, bahwa kala malam datang,
pusat kota kurang aman, maka wanita dan anak-anak lebih baik berada di dalam
rumah. Alien masih belum puas, bahwa di planet mereka, bila ada binatang buas
yang berbahaya bagi umum maka binatangnya yang dipenjarakan, bukan korbannya.
Bila alien benar-benar bertanya akan hal ini, mari kita menjawabnya.
Tuan alien, mungkin
memang di planet asalmu binatang buas yang dipenjarakan. Namun bagaimana jika
yang terjadi, pemangsa lebih banyak daripada yang dimangsa? Masalahnya lagi, di
bumi ini antara predator dan yang bukan sangat sulit untuk dibedakan. Harimau
akan terlihat bahaya dari taring dan cakarnya, ular kelihatan berbahaya dari
gerakannya yang cepat. Namun semua manusia terlihat sama, yang lebih parahnya,
ada beberapa manusia yang kelihatan baik namun nyatanya pemangsa ulung. Bahaya
bukan?
Pun di negara Saya,
beberapa hukum memang melindungi wanita. Tapi beberapa hukum juga bisa menjadi
pasal karet. Saya membaca berita tentang seorang wanita yang diadukan telah
melakukan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) padahal ia marah-marah karena
suaminya yang pulang mabuk-mabukan. Lalu lebih kecil dari negara, kampus, terdapat
pula berita tentang seorang mahasiswi yang mendapat pelecehan seksual dari
dosen pembimbing skripsinya, ia pergi ke jurusan malah ditertawakan, bahkan dituntut
karena pencemaran nama baik.
Menjadi seorang wanita
memang menarik. Segala lekuk tubuhnya menggiurkan. Saat terdapat pelecehan verbal
lalu menuntut aduan, wanita kembali dijadikan target. “Mengapa memakai pakaian
terbuka?” dalam agama Saya memang wanita diwajibkan untuk menutup aurat,
seperti halnya pria yang diharuskan menjaga pandangan. Itu imbang, namun dalam
impementasinya, Tuan Alien, hal kedua sering kali dilupakan. Kembali ke nomor
satu, wanita harus menjaga pakaiannya.
Lagi-lagi alien, saat
ini, di bumi logika bisa dibolak-balik. Jadi daripada serba salah, para korban
hanya bisa pasrah walau sebetulnya ada PSGA. Pun mereka yang bukan korban
masih terbawa sudut pandang menyalahkan yang menjadikan wanita sebagai objek.
Atau beberapa hanya bisa jadi pendengar kisah tragis sambil ngeri-ngeri sendiri, berharap hal yang
serupa tidak terjadi pada dirinya.
Jadi begitu Tuan Alien,
bumi menyeramkan bukan?
Penulis: Zulva Azhar
Posting Komentar