(Sumber Gambar: Pinterest)

Pada akhirnya aku mencoba-coba.

Mungkin karena sudah merasa waktunya.

Setelah sebelumnya benar terlalu lama,

berdiam saja.

 

Aku mencoba mengenali beberapa.

Aku mencoba menyelami dan menyapa.

Aku, mencoba.

 

Tetapi ternyata memang perihal kehidupan

tidak selalu indah.

Atau memang indah itu tercipta karena adanya

perselingan dari bahagia dan derita.

 

Pada intinya, aku menerima.

Bagian ini. Episode ini.

Pengalaman ini, pembelajaran.

Untuk langkah-langkahku kedepan.

 

Aku tak menyesali.

Aku tak mengecewai diri sendiri.

Aku baik-baik saja dengan ini.

Aku, menikmati semua bagian ini.

Penulis: Aisha Firdaus

(Sumber Gambar: Himski)


IAIN, LPM FatsOeN - Dalam rangka memeriahkan Semarak Akbar 2021,HMJ Sejarah Kebudayaan Islam IAIN Syekh Nurjati Cirebon, meluncurkan secara resmi Museum Virtual dan Digitalisasi Naskah berbasis QR Code, pada Jum'at (26/11) di Auditorium Fuad. Acara ini dihadiri oleh Dema FUAD dan Perwakilan Wadek 2.

Tujuan dari diluncurkannya Museum Virtual dan Digitalisasi Naskah berbasis QR Code ialah untuk mendigitalisasikan naskah-naskah kuno, serta untuk memudahkan masyarakat dalam hal menggali informasi kebudayaan dari masa lalu.

Seperti yang dilansir dari web www.hmjskiiain.com Digitalisasi Naskah merupakan langkah dari HIMSKI untuk mempermudah masyarakat dalam membaca naskah tanpa perlu takut naskah tersebut rusak. 

"Tujuan dari digitalisasi naskah ini untuk mendigitalisasikan naskah-naskah kuno yang memang hampir punah dan orang juga sudah jarang merawatnya. Akhirnya kita lestarikan dengan cara mendokumentasikan dalam bentuk digital melalui barcode," ujar Fahmi.

Museum Digital merupakan program lanjutan dari HIMSKI yang dinaungi oleh Divisi 3 Heuritik. Dimana dalam Museum Digital ini mencangkup informasi tentang peninggalan-peninggalan sejarah di masa lalu, khususnya yang berada di wilayah Ciayumajakuning. Seperti dari Museum Taman Purbakala Cipari, Museum penyimpanan benda pustaka Keraton Kanoman, Dinas Kearsipan Kota Cirebon, dll.

Penulis: Anita Syafianti

(Vaksinasi yang diadakan oleh HMJ SKI. Sumber Gambar: Himski)

IAIN, LPM FatsOeN
- Jum'at (26/11) di Gedung IAIN Cirebon Center diselenggarakan Program vaksinasi tahap 1 dan 2. Program ini diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam yang bekerjasama dengan polres kota Cirebon merupakan runtutan dari Semarak Akbar 2021.  

Selain itu, di Auditorium Fuad dilaksanakan acara pembukaan Semarak Akbar sekaligus peluncuran buku antologi puisi dan museum digital yang dihadiri oleh Dema FUAD dan Perwakilan Wadek 2. 

Acara yang mengusung tema "Kebudayaan di Era Digital" ini dilatarbelakangi karena perkembangan jaman yang serba menggunakan telepon pintar. Dengan tujuan melestarikan kebudayaan Indonesia yang tidak lekang dimakan waktu. 

"Tema ini di ambil karena relevan dengan perkembangan teknologi. Walaupun saat ini berada di era digital kebudayaan Indonesia jangan sampai hilang begitu saja. Maka dari itu kebudayaan Indonesia tetap dilestarikan dengan cara digitalisasi atau dalam bentuk bentuk video," ujarnya. 

Sebelumnya pada tanggal (24/10) telah dibuka pendaftaran perlombaan dengan beberapa cabang perlombaan yaitu; lomba tari, lomba fotografi, mobile legends, dan lomba essay.

Penulis dan reporter: Rizka, Eka, Anita

(Sumber Gambar: Pinterest.com

 Siapa yang mengajarimu telungkup dalam dosa satu malam, yang nantinya ditembus rindu beribu windu? Sampai nanti, sampai mati. 

***

Sedang diputar, Melebur Semesta–Sal Priadi.

***

Di luar hujan. Debur deras mengetuk-ketuk jendela. 

Malam ini dingin terasa dua kali lebih menusuk. Namun tubuhmu masih tidak terbalut apa-apa. Duduk di pinggir jendela telanjang dada, dengan kepulan asap membumbung di udara. 

Apa yang membuat dingin?

Hujan, malam? Atau punggungmu yang kian kekar dan makin sulit untuk didaki? 

Hingga aku patah kaki dan kau semakin pintar dalam berpura-pula tuli. 

Puntungmu habis. Dipan kembali berdenyit. Keningmu menyerngit. 

Ada yang beda, bukan panas ini yang kita cari. 

Bukan ini yang aku cari, atau justru ini yang kamu cari? 

Semesta lebur yang tadinya dingin, berganti jadi gejolak panas dengan kehampaan yang masih terasa. 

Terjadi ledakan. Bigbang! Bintang tercerai-berai. Berjauhan. 

Panas kembali jadi dingin yang menusuk. 

Kau terkulai lemas. Aku mengemas. 

Penulis : Zulva

(Dok. Tim LPM FatsOeN)


IAIN, LPM FatsOeN - Jum'at (26/11) Himpunan Mahasiswa Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam Mengadakan Pembukaan Semarak Akbar 2021 dengan Tema "Kebudayaan Di Era Digital" di Auditrium Fukultas Ushuludin Adab dan Dakwah. 

Ketua Pelaksana Himpunan Mahasiswa Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam, Agam Rahmat Prayogo menyampaikan bahwa pengambilan tema tersebut karena dinilai relevan untuk jaman sekarang yang serba menggunakan telepon pintar. 

"Walaupun sekarang berada di era digital jangan sampai kebudayaan di Indonesia hilang begitu saja, kebudayaan di Indonesia harus tetap dilestarikan dengan cara digitalisasikan atau bisa juga dibuat dalam bentuk video," ujarnya. 

Adapun dimulainya acara pada tanggal 24 Oktober 2021 dengan pendaftaran perlombaan, dilanjut dengan acara Pembukaan dan vaksinasi pada tanggal 26 November 2021, puncaknya akan diselenggarakan pada tanggal 29 November 2021, akan dihadiri oleh Wakil Walikota Cirebon yaitu Ibu Dra. Hj. Eti Herawati, juga ada Bapak Kapolres Cirebon beserta pemateri dan diakhiri dengan acara penutupan tanggal 29 November 2021.


Reporter : Eka, Anita, Rizka

Penulis : Eka

 

(Doc. Fatsun


Beberapa kejadian sepele dalam hidup kita, bisa jadi alasan uring-uringan seharian. Entah itu lupa membawa charger, balik lagi ke rumah untuk memastikan keran air sudah dimatikan, atau kesandung ujung meja yang mengenai jari kaki terimut kita, kelingking.

Satu hal sepele yang bikin Saya badmood adalah sedotan kertas. Saya pecinta kopi, entah itu kopi bubuk, kopi kotakan –jadi mirip nasi, nasi kotak, atau kopi sachet juga tidak apa-apa. Yang Saya butuh adalah kafein yang bisa mendongkrak mata Saya untuk beraktifitas lebih lanjut. Di tengah kecintaan Saya terhadap kopi, Saya jadi langganan ke Indoapril untuk membeli Nescafe yang kotak. Sekitar satu tahun lalu, masih banyak Nescafe yang menggunakan sedotan plastik. Cukup dengan pilih barisan yang paling belakang dari deretan kopi, maka Nescafe yang belum ditarik dari peredaran pasar masih bisa ditemukan. Mungkin lebih tepatnya tidak ditarik, tapi menunggu habis sendiri.

Mungkin judulnya selamatkan bumi, ganti sedotan plastik jadi sedotan kertas, -yaa walaupun masih sama-sama dibungkus dengan plastik. Pertama kali Saya mencoba sedotan kertas rasanya aneh. Sedotan plastik akan bertahan lama. Ngopi, kan, tidak seperti minum air putih yang sekali tengguk langsung habis. Perlu didiamkan lama, sedot lagi, aktifitas, sedot lagi. Saya temui sedotan kertas melempem, mlenyot. Apa padanan mlenyot dalam KBBI? Selain melempem, sedotan kertas pula rentan basah. Lagi-lagi saat menyedot kopi, sedotan kertas meresap air kopi yang akan disedot. Bicara soal kenyamanan, Saya lebih nyaman menggunakan sedotan plastik.

Ini hanya bicara soal selera saja, mungkin ada pula yang merasa lebih keren memakai barang-barang yang menyelamatkan bumi. Atau alternatifnya, bawa sedotan sendiri. Tapi bila masih keberatan, mungkin kita bisa buat satu aliansi atau komunitas anti sedotan kertas, dengan slogan besar pada banner ber-font merah. Katakan tidak pada mlenyot!

Penulis: Zulva Azhar

(Sumber Gambar: Pinterest.com)

 

Dalam koran harian Kompas di tahun 1997, terdapat anekdot feminis yang berjudul ‘Cantik’ oleh Ariel Heryanto. Alien keheranan ketika berkunjung ke bumi dan tidak seorang wanita pun berkeliaran pada malam hari. Manusia menjawab, bahwa kala malam datang, pusat kota kurang aman, maka wanita dan anak-anak lebih baik berada di dalam rumah. Alien masih belum puas, bahwa di planet mereka, bila ada binatang buas yang berbahaya bagi umum maka binatangnya yang dipenjarakan, bukan korbannya. Bila alien benar-benar bertanya akan hal ini, mari kita menjawabnya.

Tuan alien, mungkin memang di planet asalmu binatang buas yang dipenjarakan. Namun bagaimana jika yang terjadi, pemangsa lebih banyak daripada yang dimangsa? Masalahnya lagi, di bumi ini antara predator dan yang bukan sangat sulit untuk dibedakan. Harimau akan terlihat bahaya dari taring dan cakarnya, ular kelihatan berbahaya dari gerakannya yang cepat. Namun semua manusia terlihat sama, yang lebih parahnya, ada beberapa manusia yang kelihatan baik namun nyatanya pemangsa ulung. Bahaya bukan?

Pun di negara Saya, beberapa hukum memang melindungi wanita. Tapi beberapa hukum juga bisa menjadi pasal karet. Saya membaca berita tentang seorang wanita yang diadukan telah melakukan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) padahal ia marah-marah karena suaminya yang pulang mabuk-mabukan. Lalu lebih kecil dari negara, kampus, terdapat pula berita tentang seorang mahasiswi yang mendapat pelecehan seksual dari dosen pembimbing skripsinya, ia pergi ke jurusan malah ditertawakan, bahkan dituntut karena pencemaran nama baik.

Menjadi seorang wanita memang menarik. Segala lekuk tubuhnya menggiurkan. Saat terdapat pelecehan verbal lalu menuntut aduan, wanita kembali dijadikan target. “Mengapa memakai pakaian terbuka?” dalam agama Saya memang wanita diwajibkan untuk menutup aurat, seperti halnya pria yang diharuskan menjaga pandangan. Itu imbang, namun dalam impementasinya, Tuan Alien, hal kedua sering kali dilupakan. Kembali ke nomor satu, wanita harus menjaga pakaiannya.

Lagi-lagi alien, saat ini, di bumi logika bisa dibolak-balik. Jadi daripada serba salah, para korban hanya bisa pasrah walau sebetulnya ada PSGA. Pun mereka yang bukan korban masih terbawa sudut pandang menyalahkan yang menjadikan wanita sebagai objek. Atau beberapa hanya bisa jadi pendengar kisah tragis sambil ngeri-ngeri sendiri, berharap hal yang serupa tidak terjadi pada dirinya.

Jadi begitu Tuan Alien, bumi menyeramkan bukan?

Penulis: Zulva Azhar

(Sumber Gambar: Freepik.com)

Tidak jarang kita menemukan sekelompok orang yang memang memiliki circle nya sendiri dalam berteman bahkan bersosial. Contoh mudahnya di ranah perguruan tinggi atau ranah sekolah SMA, SMP, maupun SD, orang-orang menyebutnya sebagai geng. Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam bersosial terlebih berteman, kita memerlukan kenyamanan dan kecocokan baik ketika mengobrol ringan atau pun berdiskusi berat. Bagaimana mungkin kita merasa nyaman saat berbicara dengan orang yang tidak nyambung ketika mengobrol dengan kita? Atau bagaimana bisa kita humble dengan orang-orang yang sama sekali memang jarang berinteraksi dengan kita? 

Disadari atau tidak, teman-teman pun akan terseleksi dengan sendirinya. Ketika cocok maka akan tahan lama atau dekat, dan ketika dirasa kurang pun maka akan biasa saja dan terkesan jauh. Bahkan menurut para ahli bahwa circle pertemanan tersebut bisa juga diartikan sebagai sahabat. Tidak hanya itu, dalam istilah islam pun telah masyhur kata-kata bahwa "bertemanlah dengan pedagang minyak wangi dan jangan dengan tukang pindai besi." Hal ini bisa disimpulkan bahwa dengan siapa kita berteman, demikian mencerminkan bagaimana karakter dan titik nyaman kita.

Menurut Rubin (2004), persahabatan adalah multidimensi dalam sifat dan melayani manusia dalam berbagai cara (seperti kesenangan, harapan dan ketakutan, menyediakan afeksi, dukungan dan keamanan emosi).

Menurut Owens (2002), mengartikan persahabatan sebagai hal berkenaan dengan dibangunnya hubungan dyadic antara dua anak yang dikarakteristikkan dengan perasaan saling suka yang kuat.

Menurut Shaffer (2005), persahabatan diartikan sebagai sebuah hubungan yang kuat dan bertahan lama antara dua individu yang dikarakteristikkan dengan kesetiaan, kekariban, dan saling menyayangi.

Berdasarkan pendapat para ilmuan tersebut, telah terpapar jelas bahwa penyebab dari adanya circle pertemanan atau bisa juga disebut dengan persahabatan adalah karena atas dasar suka sama suka, nyaman, saling menyayangi, dan yang tepenting karena satu visi dan frekuensi.


Penulis: Alfi

(Sumber Gambar: Pinterest.com)

Ketika kau baru saja berpisah dengannya
Kau datang kepadaku untuk berbagi cerita
Sebuah pertemuan tanpa tawa
Yang ada hanyalah luka dan duka

Kau bilang hatimu tengah patah
Langkah kakimu hilang arah, 
Ragamu goyah, pikiranmu membuncah

Kau memintaku mendegarkan ceritamu, aku dengarkan
Kau memintaku menangis bersamamu, tangis ku curahkan
Kau memintaku memberi saran, aku berikan kau wejangan

Aku menyarankanmu agar beribadah
Sabar, ikhlas, bersembah, kepada-Nya engkau berserah
Kehidupan memang selalu diselimuti masalah
Aku yakin kau kuat, bertahanlah!

Tapi tak kusangka, tiba-tiba kau memakiku bengis 
Saranku tak kau gubris
Kau bilang aku ceriwis, sok agamis

Tersadar aku mencium bau alkohol
Dibalik sakumu terselip lempengan tramadol
Matamu menonjol, nafsumu tak terkontrol

Hei! Apa yang kau lakukan, kawan?
Kau kalah oleh keadaan
Tenggelam meratapi penyesalan

Engkau lelaki kuat, tabahlah!
Susah memang melewatinya, namun bukan berarti tidak bisa
Luka itu hanya sementara
Ia akan berganti dengan bahagia

Kau hanya butuh waktu untuk dapat menerimanya
Berprasangka baiklah kepada-Nya
Ikhlaslah dengan segala skenario-Nya
Sandarkan seluruh harapan hanya kepada-Nya

Teruntuk jiwa yang tertatih-tatih
Tidakkah lelah engkau bersedih
Mau sampai kapan kau merasakan perih
Bukankah kau memiliki impian, kebahagiaan dan masa depan untuk diraih.

Lihatlah! Mentari bersinar cerah
Langit-langit biru merekah
Setelah tadi malam hujan tercurah
Alam tersenyum begitu indah.

Penulis: Avi Afian Syah

 

(Sumber Gambar: Pinterest)


Senja itu, ada matahari yang menggantung di langit yang ia tatap. Bulat oranye, sendirian di tengah langit yang berlarik antara biru dan jingga. Seorang gadis berdiri tegap, seperti tengah upacara kemerdekaan. Di hadapannya, seorang pria dengan tas punggung yang hanya membebani satu pundaknya.

“Aku pamit,”

Simpul senyuman mengambang di wajahnya, seperti tidak ada beban untuk mengucapkan perpisahan. Lagi pula ini bukan perpisahan. Mereka masih akan tetap berdiri di bumi yang sama meski tidak saling berhadap-hadapan.

Namun tidak dengan gadis itu. Rasanya berat, tawanya seperti badut yang terus menerus menghibur orang lain di balik kesedihannya. Ia tidak lagi mau bersandiwara untuk saat ini, pura-pura tegar atau pura-pura tidak peduli.

Diambilnya belati yang ia kantungi. Gadis itu menancapkan belati tadi ke dadanya. Merobeknya, mengambil hati yang masih menetes dipenuhi darah. Dengan lirih, ia membelah segenggam hati tadi jadi dua. Satu bagian ia simpan lagi di dalam dada yang masih menganga, satunya ditaruh di kresek dan diserahkan pada sang pria.

“Bawa ini sebelum pergi.” gadis itu menyodorkan kantung kresek berisi separuh hati.

“Aku tidak butuh ini,” pria mengembalikannya lagi.

“Memang kamu tidak butuh, tapi aku butuh memberikannya,”

Pria akhirnya tidak bisa menolak. Ia bawa sekantung kresek berisi hati sebelum pergi.

Penulis: Zulva

Mungkin nama Asif asing di telinga orang-orang. Beliau hanyalah salah satu pengajar di pondok Saya dulu. Kala itu, di tahun 2016 bulan Ramadhan selepas salat subuh, kami selalu mengadakan kultum (yang sebetulnya lebih dari tujuh menit) rutinan. Ratusan manusia bermukena putih yang memenuhi Masjid Jami’ kebanyakan dalam posisi merunduk, bukan karena seperti padi semakin berisi makin merunduk, namun dikarenakan mengantuk.

Saya masih ingat baju putih beliau yang seakan bersinar memantulkan lampu yang menggantung tepat di atas mimbar. Ceramah dimulai dengan suara lembut yang menggema karena pengeras suara yang tersebar di tiap tembok.

“Saat di Al-Azhar dulu, saya ke Makkah dan bertemu teman lama di sana,”

Ceritanya dimulai dari bagian beliau bernostalgia. Pertemuan dengan kawan lamanya itu dipenuhi nostalgia-nostalgia lainnya.

“Setelah ngobrol tentang zaman dulu di pondok bagaimana, kawan Saya bertanya Saya kuliah di mana, Saya jawab, di Azhar. Ditanya lagi ambil jurusan apa, Saya jawab filsafat. Lalu spontan teman Saya nyeletuk ‘jangan, sesat’”

Ustad Asif terdiam sejenak. Di tengah lautan manusia yang manggut-manggut antara ngantuk tapi memaksakan diri untuk duduk. Saya sepenuhnya sadar membuka mata dan menyimak. Pembicaraan tambah asik setelah mendengar kata ‘sesat’.

“Akhirnya Saya kasih PR ke dia, untuk cari tau sesuatu, Akhi, apa Allah itu Al-awal? Dia jawab, ya tentu. Lalu Saya tanya, apakah Allah Khaliq(Maha Mencipta)? Dia jawab, Iya, buktinya ada mahluk yang diciptakan. Lalu, sebelum seluruh dunia ini ada, sebelum adanya mahluk di dunia ini, apakah Allah bisa dikatakan Khaliq? Seorang penulis yang belum pernah menulis, apakah tetap dikatakan penulis? Seorang pembicara, ketika belum bernah berbicara, apa kita akan mengakuinya sebagai pembicara?”

Ia menjeda kalimatnya. Memberikan waktu bagi kami untuk memutar otak. Mensinkronkan ajaran yang sudah lama dijejalkan dengan kemampuan berpikir kritis. Bahkan kala itu pula terbersit dalam benak Saya, ‘apa boleh, mempertanyakan hal ini?’

“Teman Saya kembali ke pernyataan-pernyataan seperti, wah, tidak boleh bertanya soal ketuhanan begini, otak manusia gak mampu, lebih baik ga usah difikirkan,”

“Memang jawabannya gimana Stadz?”

Seorang temanku yang duduk paling depan tidak sabar untuk menunggu jawaban.

“Waktu itu Saya jadikan itu PR ke dia. Beberapa minggu setelahnya qodarullah kita bertemu lagi. Rupanya dia menanyakan hal itu ke Masyayikh(bentuk jamak dari Syekh-syekh), tetap, jawaban mereka sama,”

“Memang jawaban sebenernya apa Stadz?”

Jamaah yang lain, yang masih bangun kembali mempertanyakan.

“Saya mengeluarkan belati yang saat itu Saya bawa. Saya pegang tangannya. Lalu Saya tanya dia, Akhi, kalau Saya tebas tangan kamu pakai ini kamu mau tidak? Dia tentunya jawab jangan. Saya tanya lagi, kan belum dibuktikan. Kata dia, tetap saja belati itu terlihat tajam,”

Sampai di kalimat itu kami mulai menyusun puzzle. Antara hal yang belum dilakukan, tapi sudah dicap tajam. Walau belati itu baru dilihat temannya pertama kali, namun sudah muncul spekulasi tajam, meski belum pernah dibuktikan di depan mata.

“Sifat belati ini tajam. Ketika menebas dan berdarah, itu pembuktiannya. Sifat Allah Khaliq, Mahluk adalah pembuktiannya.” Pungkasnya.

Lalu ingatan Saya kembali pada, penulis, pembicara yang belum pernah menulisa dan berbicara bagaimana? Pertanyaan ini belum sempat Saya lontarkan saat itu. Namun pencarian Saya berujung pada, penulis dan pembicara bukan termasuk sifat, melainkan profesi.

Penulis: Zulva 

(Sumber Gambar: Twitter.com)

LPM FatsOeN- Narasi Newsroom dalam akun Youtube-nya menguak sisi lain dari mentoring poligami berbayar. Potongan wawancara Narasi kepada Hafidin selaku mentor poligami beredar di media sosial. Warganet mengambil tangkapan layar dari pernyataan yang dilontarkan Hafidin.
"Kalau Saya pernah menikahi enam perempuan, yang kedua itu karena sudah menopause, kemudian karena sudah menopause," tutur Hafidin dalam tangkapan layar yang dibagikan akun @bibliopil.
pernyataan menopause ini rupanya menuai kontra warganet. Mereka beranggapan bahwa Hafidin berbicara soal perempuan seperti membicarakan barang. 
Beberapa bahkan menuliskan ketidakmauan memiliki pasangan yang terlalu islami, seperti berpeci dan bersorban. Bahkan @adittyatech menyatakan bahwa orang yang beragama malah menjadi fanatik dan melihat perempuan menjadi objek seksualitas saja. @Pradiktaak menyangkal bahwa seseorang yang agamanya benar, maka tidak akan merendahkan wanita.  
Satu tangkapan layar yang disebarkan akun @bibliopil memantik akun lain untuk menyebarkan tangkapan layar pula. 
(Sumber Gambar: Twitter.com)


"Bila suami tidak reaksi baik kepada kita. Marah gak? perlu marah gak kita? Tidak perlu marah, kenapa? Karena Saya berbakti kepada kamu karena ingin dapat pahala dari Allah," terang seorang mentor dalam tangkapan layar akun @laparr247. 
Hal ini kembali memicu reaksi warganet, beranggapan bahwa apa yang dilontarkan dalam tangkapan layar tersebut merupakan cacat pikir. Menurut @strqberi bahwa buta karena belajar agama memang menyeramkan, namun lebih seram lagi dibutakan ajaran agama yang didapat kurang tepat. 
"Positif aja nder(panggilan pengirim twit), itu suaminya nanti pengen berat dihisabnya." Tulis @azlraa menanggapi tangkapan layar yang dibagikan.

Penulis: Zulva 


(Sumber Video: GIF Tenor)

Saya kira kenapa banyak orang yang sering suka untuk bersikap tidak realistis adalah karena mereka memiliki daya imajinasi yang mereka sendiri tidak bisa kontrol. Imajinasi ini muncul karena dorongan dari rasa egois tanpa mempertimbangkan segela potensi ketidakmungkinan yang akan terjadi. Karena dalam realitanya kita terlalu mudah untuk berimajinasi tetapi tidak sesuai dengan pertimbangan dan kenyataan yang ada.

Kenyataan atau realitas adalah akumulasi dari berbagai macam imajinasi dan segala ketidakmungkinan yang mengikutinya yang akhrinya membentuk sebuah pengalaman.

Mungkin beberapa hal ini kadang tidak kita sadari karena sudah naluri alamiah manusia untuk berimajinasi. Apalagi imajinasinya bertujuan untuk mencapai sesuatu yang bertujuan baik bahkan mulia. Dorongan imajinasi inilah yang membuat mereka untuk semangat dan terus bergerak karena didasari oleh daya imajinasi yang demikian kuat.

Kekuatan imajinasi tidak bisa kita sepelakan begitu saja. Walapun kadang daya imajinasi akan membuat kita terjebak dalam realitas yang tidak sesuai dengan expetasi imajinasi kita, namun hal ini wajar karena sangat sulit untuk menciptakan imajinasi yang sempurna yang sesuai dengan harapan kita.

Realitas hanya bisa dilawan dengan fikiran imajinasi yang terkontrol, kemampuan untuk menerima, dan mensyukuri serta mengapresiasi apa yang telah kita lakukan untuk memperjuangkan imajinasi kita sendiri.

Jangan sampai kita menjadi denail dan tidak percaya atas realitas yang ada dihadapan kita, sehingga kita malah menyalahi fakta yang sudah ada. Fakta yang ada harusnya dijadikan bahan refleksi kita untuk meneelaah dan mempelajari kembali bagaimana suatu ide atau imajinasi yang kita harapkan tidak sesuai dengan yang kita inginkan, lalu melakukan langkah langkah kongkrit dan realitas agar relaitas yang sudah kita hadapi sekarang tidak menjadi sedemikian parah dan tidak terkendali karena imajinasi kita sendiri yang terlalu tinggi.

Ah sial teryata saya malah berimajinasi lagi.

Penulis: Fahmi Labibinajib

 

(sumber gambar: Liputan6)

Menonton film di layar lebar atau bioskop tentunya primadona sebagai tempat rekreasi, mencari hiburan melepas sejenak beban pekerjaan atau tugas-tugas yang terus datang menghampiri. Ada juga yang tujuannya ingin menikmati film yang sudah lama dinantikan tayang di bioskop, dengan pemeran aktor yang diidolakan. Namun, ketika kita berencana menonton film di bioskop harus memperhatikan aturan-aturan yang berlaku agar tidak mengganggu penonton di sekitar, serta terciptanya rasa nyaman serta kondusif saat berlangsungnya penayangan film.

Salah satu aturan yang harus menjadi perhatian bagi kita semua adalah tidak boleh melakukan pembajakan atau merekam tayangan film (illegal recording) dalam bentuk apa pun baik berupa gambar atau video singkat, hal tersebut sudah terpampang jelas di layar bioskop sebelum film diputar. Dalam hal ini pembajakan yang dimaksud, yakni merekam video (illegal recording) dengan latar belakang film, lalu mengunggahnya di akun media sosial pribadi. Sehingga berpengaruh terhadap penuruan jumlah penonton dan tentunya berdampak pada terhadap pemenuhan hak ekonomi atas ciptaan yang mereka miliki. Entah apa alasan tujuan melakukan hal demikian, yang jelas tindakan tersebut berlebihan apabila dianggap keren dan eksis. Dan sudah termasuk kategori pelanggaran hak cipta yang bisa dikenai sanksi pidana penjara dan membayar denda bagi yang melanggarnya.

Tentu hal tersebut jangan sampai dilakukan karena akan merugikan diri sendiri dan membuat keluarga terdekat kita menanggung malu. Sudah banyak contoh kasus yang terjadi pada pelanggaran hak cipta yang dilakukan masyarakat, bahkan artis papan atas sekalipun pernah melakukan hal serupa yang membuat dirinya diterpa kecaman dari netizen. Dalam alur prosedur hukum jika pelaku terbukti merekam atau memotret film, akan terlebih dahulu ditegur oleh petugas bioskop, hingga menyita perangkat perekam bila tetap bandel melakukannya. Lalu, oleh pihak bioskop akan melaporkan kepada pemilik hak cipta atau pemilik karya sinematografi untuk ditindaklanjuti. Berdasarkan Pasal 43 huruf (d) UUHC, apabila pemegang hak cipta merasa keberatan yang ditunjukkan dengan jumpa pers keberatan atau surat panggilan baik lisan maupun tertulis, kepada pihak yang mengunggah cuplikan film tersebut walaupun tidak digugat ke pengadilan. Maka perbuatan tersebut termasuk sebagai pelanggaran hak cipta.

Hak Cipta sendiri berdasarkan UU No. 28 Tahun 2014 pasal 9 ayat (1) huruf b, salah satu hak ekonomi pencipta atau pemegang hak cipta adalah “penggandaan ciptaan dalam segala bentuknya”. Dengan begitu sudah mutlak yang bukan pemilik hak cipta atau pemilik karya sinematografi dilarang merekam film yang sedang diputar dalam bioskop untuk kepentingan komersial. Sanksinya dengan tegas diatur dalam pasal 113 ayat (3) yang berbunyi “Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)”, dan selanjutnnya diatur pada pasal 113 ayat (4) yang berbunyi “Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

Tidak hanya itu, pelanggaran atau pembajakan secara online (melalui aplikasi atau media sosial) juga diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Pada Pasal 32 ayat (1) diatur bahwa setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum dengan cara apa pun mengubah, menambah, mengurangi, melakukan transmisi, merusak, menghilangkan, memindahkan, menyembunyikan suatu informasi elektronik atau dokumen elektronik milik orang lain atau milik publik dipidana penjara paling lama 8 tahun dan denda paling banyak Rp2.000.000.000 (dua miliar rupiah). Pada ayat selanjutnya menjelaskan bahwa tindakan perekaman sekaligus pendistribusian juga terancam pidana penjara paling lama 9 tahun dan denda paling banyak Rp3.000.000.000 (tiga miliar rupiah).

Dalam hal ini kedua Undang-Undang tersebut menitikberatkan bahwasanya apa pun bentuk karya cipta yang dikomersialkan akan mendapatkan sanksi atas pelanggarannya. Namun, bukan berarti yang bertujuannya untuk eksistensi diri tidak mendapat sanksi, tetap mendapat sanksi sebagai tindakan melanggar hak cipta yang sudah dipaparkan tadi. Sanksi sering dikenakan kepada pengunggah jika konten yang diunggahnya terbukti menyebabkan penurunan jumlah penonton film di bioskop. Pemegang hak cipta film, yaitu produser dapat mengajukan gugatan perdata untuk menuntut ganti rugi atas penurunan jumlah penonton, hal ini sering dilaporkan ke polisi sebagai tindakan pembajakan untuk penyiaran secara luas (tanpa izin dari pemegang hak cipta). Dengan begitu, dalam kasus pengunggahan cuplikan film yang dianggap pembajakan, para pelakunya kerap dikenai sanksi pidana.

Karena telah berlakunya kedua Undang-Undang tersebut, maka peraturan-peraturan yang terkandung di dalamnya bersifat mengikat dan harus ditaati oleh semua warga negara Indonesia. Peningkatan kesadaran hukum menjadi aspek penting dalam proses penegakan hukum (law enforcement). Tanpa adanya kesadaran yang baik dari masyarakat akan mengakibatkan ketidakpastian hukum meskipun telah tercantum dalam perundang-undangan. Perlu disadari juga bahwa Undang-Undang di atas merupakan upaya dari negara untuk melindungi hak ekonomi dan hak moral Pencipta, serta pemilik hak ekslusif sebagai unsur penting dalam pembangunan kreativitas nasional. Bagi produser membuat film itu bukan tujuan utamanya untuk mencari keutungan semata. Tetapi, adalah karya mereka bisa ditonton, dinikmati, dan diapresiasi oleh publik. Dengan cara membeli tiket, lalu menontonlah dengan tenang dan tidak merekam serta menyebarluaskannya secara ilegal.

Dengan demikian, diharapkan pemerintah lebih gencar lagi dalam sosialisasi akan pentingnya menghargai karya cipta seseorang kepada masyarakat. Dan harus bertindak tegas dalam menghukumi pelaku yang terlibat dalam kasus pelanggaran hak cipta di Indonesia. Sehingga masyarakat sadar betul akan pentingnya kesadaran menghargai karya seseorang.

Penulis: Fadlih Abdul Hakim

(Sumber Gambar: Freepik.com)

Menciptakan lingkungan yang sehat sehingga tidak mudah terserang berbagai penyakit seperti demam berdarah, muntaber, bersin dan lainnya. Lingkungan rumah adalah suatu tempat tinggal manusia untuk bertahan hidup, rumah juga adalah suatu kebutuhan pokok manusia, bisa dibayangkan apabila kita tidak mempunyai rumah maka hidup sehari-hari kita tidak akan nyaman. Maka dari itu rajinlah untuk membersihkan ruang lingkup di sekitar rumah karena kalau rumah itu bersih, nyaman, sehat mana ada sih. kuman yang betah di tempat kita. Bagaimana, sih, menjaga supaya rumah kita bersih dan sehat ? Nah, di sini ada tipsnya untuk menjaga kebersihan:

A.    Selalu merapihkan tempat tidur

Biasakanlah sesudah bangun tidur langsung membereskannya, merapihkan bantal, guling, melipat selimut, dan yang lainnya. Tepuk tepuklah pada semua permukaan tempat tidur supaya debu debunya tidak menetap di permukaan itu,

B.     Bersihkan kamar mandi

Rutinlah membersihkan sekitar kamar mandi dan mengganti air di dalam bak (menguras) dan sikatlah pada bagian lantai maupun pada permukaan yang lainnya,

C.     Menyapu dan mengepel lantai setiap hari

Agar debu- debu hilang dan menjadikan lantai bersih, di tambah dengan pengharum lantai, lantaipun menjadi wangi dan segar,

D.    Mencuci pakaian setiap hari

Agar pakaian kotor tidak menumpuk berlama – lama, maka cucilah pakaian tiap hari,

E.     Pastikan barang – barang di rumah semua bersih : sapu, kemoceng, lap, pelan, tempat sampah,dan barang – barang lainnya,

F.      Menyiram tanaman dan halaman rumah,

G.    Membuang sampah pada tempatnya,

H.    Mengelap kaca, kursi , dan barang–barang yang lain

Rumah merupakan tempat yang harus diutamakan dalam penerapan perilaku hidup bersih. Ketika rumah bersih ketika itupun penghuni rumah akan terjaga kesehatannya . sebaliknya, ketika rumah tidak terjaga kebersihannya tidak terjaga pula kesehatan penghuni rumah,bahkan rawan terkena penyakit.

Terkait hal tersebut, salah satu solusinya dengan cara membagi pekerjaan rumah dengan tujuan agar dapat terselesaikan dalam waktu yang relatif singkat. Seperti ibu tugasnya mencuci baju, masak dan mengontrol tugas kerja yang diperintahkan kepada penghuni rumah. Ada yang membersihkan kamar mandi dan mencuci piring, ada yang menyapu, mengepel, ada yang mengelap kaca, menyiram tanaman, dan yang lainnya. Nah, seperti itu pekerjaan dapat terlaksanakan dengan baik. Nah selain dari menjaga kebersihan di lingkungan rumah juga otomatis sebelum ke rumah dipastikan para penghuninya juga harus sehat dong, nah bagaimanasih supaya tubuh kita menjadi kuat dan sehat? diantaranya yaitu:

·         Pastikan selalu mengkonsumsi makan–makanan empat sehat lima sempurna. (makanan pokok, lauk pauk, sayur mayur, buah–buahan, susu)

·         Kurangi makan makanan pedas

·         Tidak jajan di tempat sembarangan

·         Hindari makanan berbahan pengawet

Selain mengkonsumsi makanan yang sehat, kita juga disarankan untuk berolahraga karena kalau kita selalu bergerak, berkeringat tubuh pun menjadi sehat dan lebih fresh. Bisa dijadwalkan berapa kali dalam seminngu kita dapat berolahraga. Nah, apalagi sekarang kita di jaman kehidupan yang sedang terkena penyakit Covid 19  maka kita harus selalu menjaga lingkungan sekitar kita apalgi khusunya rumah kita sendiri, menjaga pola makan, menjaga imun kita dan tidak lupa memakai masker di saat berpergian.

Ajakalah tetangga untuk selalu mejaga kebersihan bersama, lebih bagusnya dalam 2 minggu sekali mengadakan gotong royong bersama, agar ruang lingkup kita menjadi nyaman, damai dan tentram. Pun bisa menjadi contoh bagi para penduduk warga yang lain, dan yang pastinya, kita akan merasa puas atas apa yang kita usahakan apalagi bekerja sama dengan orang–orang yang satu lingkup dengan kita.

   Sebagaimana dalam hadist pun sudah di sebutkan ;

 “KEBERSIHAN ITU SEBAGIAN DARI  PADA IMAN “  

  Hadist Riwayat Tirmidzi menyebutkan :

  “Sesungguhnya Allah SWT  suci yang menyukai hal –hal yang suci Dia Maha Bersih yang menyukai kebersihan, Dia Maha Mulia yang menyukai kemuliaan, Dia Maha Indah yang menyukai keindahan, karena itu bersihkanlah tempat–tempatmu.

Dari beberapa uraian di atas dapat di simpulkan menjaga kebersihan memiliki berbagai manfaat, seperti terhindar dari penyakit, lingkungan lebih menjadi sejuk, bebas dari polusi udara air lebih bersih dan untuk di minum. Serta lebih tenang dalam menjalankan aktivitas sehari–hari.

Lingkungan akan lebih baik jika semua orang sadar dan bertanggung jawab akan kebersihan lingkungan itu hal tersebut harus ditanamkan sejak dini. Mulailah dari diri sendiri dengan cara memberi contoh kepada masyarakat bagaimana menjaga kebersihan lingkungan rumah dan sekitarnya. Sertakan para pemuda untuk ikut aktif menjaga kebersihan lingkungan, pelajari teknologi terkait kebersihan seperti pembuatan kompos dari samapah organik agar dapat di manfaatkan kembali untuk pupuk. Dan yang terpenting bekerjasamalah dengan masyarakat untuk kegiatan membersihkan lingkungan.

Ayo jagalah kebersihan pada lingkungan rumah, dan sekitarnya agar kita hidup merasa lebih sehat dan segar.

Penulis: Syifa Aulia Dwi



 

(Sumber Gambar: Istockphoto.com)

Ketua itu bukan manusia yang sempurna yang tidak pernah salah. Ia bukan seorang dewa yang menjelma sebagai manusia yang paling bijaksana atau sebagai ratu adil yang memerintah dengan penuh keadilan. Juga bukan sebagai seorang Imam Mahdi atau Isa Almasih yang menyelamatkan umat manusia. Ketua juga bukan hero layaknya Supermen dan Spiderman yang bisa tiba- tiba langsung datang untuk menolong orang ketika mereka kesusahan, Ketua hanyalah orang biasa yang punya banyak kekurangan, yang sama seperti kalian kadang ngga mood, punya urusan, ada orentasi yang harus dikejar, cape dan lain sebagainya, ketua tidak bisa memenuhi segala expetasi kalian.

Saya mengira, mengapa banyak orang yang menganggap ketua adalah orang yang sempurna adalah karena kebiasaan kita untuk sering dijejali oleh berbagai macam kisah-kisah heroik tentang kepemimpinan, yang akhirnya membentuk imajinasi mereka tentang pemimpin. Padahal seorang pemimpin dalam realitanya tidak hanya bisa digambarkan lewat imajinasi heroik mereka. Saya kira pemimpin tidak sesederhana itu, kisah-kisah kepemimpinan yang membentuk imajinasi mereka hanyalah sebuah serpihan cerita yang tidak cukup hanya untuk mendefinisikan bagaimana pemimpin itu dalam memimpin. Semuanya mempunyai masanya masing masing, ada yang hanya perlu untuk dikenang tetapi tidak harus memaksa untuk diteledani, karena setiap pemimpin mempunyai tantangan dan cara penyelesaianya masing masing.

Begitupun dengan anggota tidak ada yang namanya anggota yang sempurna, semuanya punya celah untuk berbuat salah, karena mereka pun sama seperti ketua yang merupakan manusia biasa. Dalam sebuah organisasi baik ketua atau anggota harusnya hanyalah bagian dari sebuah ekosistem yang saling melengkapi, saling menutupi kekurangan masing-masing, jika ada yang tidak bisa dilakukan, janganlah kau hujat atau kerdilkan tetapi cobalah untuk dibantu. Organisasi haruslah didasari oleh keinginan untuk bergerak secara kolektif, saling mendukung dan tidak saling menjatuhkan.

Karena kita semua adalah sama.

Penulis: Fahmi Labibinajib