Kecil dulu, Ia selalu berseru sebelum adzan maghrib berkumandang.
Ia tak seperti orang yang menunggu di pintu dengan gagang sapu di tangan.
Nak, pulang.. tuturnya. Mandi dan sholat kegiatan selanjutnya.
Anak di luar rumah tertawa, lalu berkata, “Ibu jadi imam ya, besok Kau yang jadi imam”
Mengalihkan pandangan ku pada jendela rumah
Entah siapa imam itu, dalam benaku.
Setelah salat, Ibu menjulurkan tangan untukku
menciumnya
Ia mengiris bawang dengan perkataanya
“Hanya waktu yang Ibu kasih, karena
investasi hari tuaku. Ibu tak menagih bonus perusahaanmu, atau meminta jatah
atas terjualnya karyamu.”
Ku balas dalam hati “Aku lelaki, Bu, bisanya Kau memasak perasanku dengan mengiris bawang langkah pertamanya”
Iya Bu, aku akan pulang. Menghangatkan perasaanku yang hampir basi.
Hanya satu pintanya,
"Jangan melihat tanganku yang mengiris bawang."
Penulis: Raihan Athaya
Posting Komentar