(Dok. Mahasiswa Gegesik) |
Kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari kegiatan ekonomi. Dalam kegiatan tersebut pelaku usaha dan konsumen saling menguntungkan atau dengan kata lain melakukan simbiosis mutualisme.
Di
Indonesia sendiri kegiatan ekonomi tidak terlepas dari adanya Usaha Mikro Kecil
Menengah atau biasa disebut dengan UMKM. Dalam Undang-Undang No. 20/2008 UMKM
dijelaskan sebagai “perusahaan kecil yang dimiliki dan dikelola oleh seseorang
atau dimiliki oleh sekelompok kecil orang dengan jumlah kekayaan dan pendapatan
tertentu”. UMKM ini mempunyai peran yang sangat besar bagi perekonomian di
Indonesaia.
Saat ini
Indonesia sudah memasuki era industri Ekonomi Kreatif, di mana dalam
perekonomiannya tidak hanya dilakukan secara langsung, tetapi juga dapat dilakukan melalui digital.
Era digital
saat ini atau biasa yang dikenal dengan online, sangat memudahkan para
pelaku usaha untuk memasarkan dagangannya. Apalagi di masa pandemi seperti saat ini, jual beli yang dilakukan
secara online menjadi solusi yang tepat bagi masyarakat, khususmya para
pelaku usaha.
Mahasiswa
IAIN Syekh Nurjati yang berasal dari Desa Gegesik dalam kegiatan KKN-DR
melakukan wawancara dengan pelaku UMKM yang berada di Desa Gegesik. Pelaku UMKM
tersebut berjualan Cilok khas Cirebon bernama Ibu Darsina. Dalam wawancara yang
dilakukan, beliau menjelaskan bahwa awal mula berjualan cilok tersebut karena
usaha suaminya. Akan tetapi suami Ibu Darsina meninggal dunia, sehingga usaha
tersebut diambil alih oleh beliau.
Ibu Darsina
lebih memilih berjualan cilok daripada jenis makanan yang lain karena awal
mulanya berawal dari hobi. Beliau menjelaskan bahwa sebenarnya membuat cilok
tidaklah mudah dan memakan banyak waktu juga tenaga. Akan tetapi karena membuat
cilok sudah menjadi hobinya, Ibu Darsina tetap membuat dan melanjutkan usaha
tersebut.
Untuk
berjualan cilok, Ibu Darsina hanya mengeluarkan modal awal sebesar Rp. 300.000,-
dan dari modal tersebut beliau selalu berusaha untuk mengembangkan usahanya
hingga mampu bertahan sampai sekarang.
Masa
pandemi seperti saat ini juga memberikan efek yang sangat signifikan bagi
pelaku UMKM. Ibu Darsina menjelaskan di masa pandemi seperti sekarang jika dihitung-hitung
tidak mendapatkan keuntungan. Beliau mengatakan saat-saat seperti ini bisa
makan dari hasil jualan saja sudah merupakan sebuah keuntungan.
Pandemi
tentu saja berpengaruh terhadap penjualan produk para pelaku UMKM. Ibu Darsina
selaku penjual Cilok Khas Cirebon menjelaskan bahwa sebelum pandemi, penjualan cilok sangat cepat sehingga bisa menghabiskan bahan
baku sebanyak 20 kg tepung dalam satu minggu. Akan tetapi di masa pandemi
penjualan menurun drastis. Tepung yang dihabiskan hanya 5 kg saja per minggu
imbas adanya pandemi ini.
Untuk
pemasaran Cilok khas Cirebon sendiri pada awalnya suami Ibu Darsina menjual cilok
menggunakan sepeda ke berbagai desa yang berada di Kecamatan Gegesik selama
beberapa tahun.
Namun saat
ini, Ibu Darsina berjualan di rumahnya dengan menambahkan dekorasi menggunakan
spanduk bertuliskan Cilok Khas Cirebon. Rumah tersebut juga dipersiapkan
dan dibuat senyaman mungkin untuk pelanggan yang datang.
Pemasaraan
yang dilakukan Ibu Darsina saat ini ialah pemasaran secara online. Ibu Darsina menawarkan produknya di media sosial Facebook sehingga
memudahakan calon pembeli untuk menemukan produk tersebut.
Media online
sangat membantu dalam kegiatan ekonomi yang terjadi setiap hari. Cara digital
tersebut memudahkan pelaku usaha untuk menawarkan produknya secara lebih luas,
apalagi di tengah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) seperti
sekarang.
Penulis: Mahasiswa Gegesik
Mantap
BalasHapusPosting Komentar