(Sumber Gambar: Kompasiana)
(Sumber Gambar: Kompasiana)


Negara menjadi puncak dari perwujudan mengorganisir kelompok yang didalamnya terdapat bagian yang saling bersangkut-paut untuk menopang satu dengan yang lainnya dalam bentuk mencapai tujuan tertentu. Telah diketahui, bahwa secara literal istilah negara membuat interpretasi yang diadaptasi dari kosa kata asing, yakni state (bahasa Inggris), ada juga staat (bahasa Belanda dan Jerman) serta etat (bahasa Perancis).

Kata state, staat, etat, yakni hasil reduksi dari bahasa latin yaitu status atau statum yang memiliki arti tegak dan tetap atau sesuatu yang memiliki sifat tegak dan tetap. Beragamnya istilah negara dalam aneka bahasa juga bermacam-macam negara dalam penyebutan istilah tentunya merupakan hasil dari penyesuaian secara sosio-kultural.

Adapun, secara terminologi pada umumnya negara yakni suatu organisasi dari kelompok atau beberapa kelompok manusia yang mempunyai cita-cita untuk bersatu, hidup pada daerah tertentu yang mempunyai pemerintahan berdaulat. Sebutan negara dengan berbagai ragamnya penyebutan secara etimologis diambil oleh orang-orang Eropa dari bahasa latin pada abad ke-15.

Istilah negara tersebut kentara bersamaan dengan munculnya kata Lo Stato yang dipopulerkan Niccolo Machiavelli lewat karyanya yang berjudul “II Principe”. Pada waktu itu, Lo Stato didefinisikan sebagai suatu perangkat tugas dan fungsi kolektif serta instrument perlengkapan yang teratur dalam wilayah tertentu.

Di Indonesia sendiri, sebutan “negara” berawal dari bahasa sanskerta yaitu nagara atau nagari yang berarti kota. Pada sekitar abad ke-5 istilah Negara sudah dikenal dan dipakai di Indonesia dengan dibuktikan oleh adanya kerajaan bernama Tarumanagara di Jawa Barat. Selain itu juga, sebutan “negara” digunakan sebagai penamaan kitab Majapahit yakni nagara Kertagama yang ditulis oleh empu Prapanca, jadi sebutan “negara” sudah dikenal terlebih dahulu di Indonesia jauh sebelum bangsa Eropa.

Sebagai sebuah kelompok masyarakat yang telah mempunyai kehendak atau tujuan yang sama untuk membangun masa depan secara bersama-sama. Kelompok masyarakat tersebut memiliki rasa senasib sepenanggungan untuk menjalankan hidup bersama-sama di dalam suatu wilayah di permukaan bumi yang kekuasaannya baik politik, militer, ekonomi, sosial, maupun budayanya yang dapat membentuk organisasi masyarakat dan memiliki pemerintahan yang sah untuk mengatur warga atau masyarakatnya.

Sebagai formalistik syarat bagi terciptanya sebuah negara harus memiliki; pertama, wilayah sebagai suatu daerah yang menjadi tempat kekuasaan bernaung dan menjadi tempat bermukim masyarakatnya. Wilayah dalam sebuah negara mewujudkan unsur yang harus ada, sebab mustahil ada negara tanpa mempunyai batas-batas teritorial yang jelas, wilayah dalam suatu negara mencakup daratan, perairan, serta udara.

Kedua, penduduk yang bermukim pada sebuah wilayah yang ikut serta pada berdirinya pemerintahan. Penduduk yakni unsur penting bagi berdirinya sebuah negara, sebab secara konkret penduduklah yang memiliki kepentingan agar negara berjalan dengan baik.

Yang ketiga, adanya pemerintahan sebagai organisasi yang bertindak menjalankan kepentingan-kepentingan bersama atas nama negara dan melaksanakan poin-poin negara serta melaksanakan peran kesejahteraan bagi seluruh penduduk yang berada dalam wilayah kekuasaannya.

Kemudian yang keempat ialah kekuasaan tertinggi untuk membuat undang-undang dan melaksanakannya dengan cara yang tersedia. Negara memiliki kekuasaan atas pendudukannya, oleh sebab itu, negara menuntut loyalitas mutlak dari negaranya sebagai kesatuan yang utuh bagi seluruh penduduk.

Syarat berdirinya sebuah negara yang sudah dijelaskan di atas tersebut beserta dengan pengertian yang disimpulkan pada konteks yang di mana masyarakat belum terpapar adanya kemajuan teknologi dan informasi. Tapi, dewasa ini semuanya telah berubah, pada era di mana teknologi dan informasi merupakan senjata utama dalam perebutan wilayah kekuasaan juga kedaulatan sebuah bangsa serta hirup-pikuk kehidupan ditentukan atas kuasa teknologi dan informasi sehingga filosofi kian tidak berarti untuk diwacanakan.

Perkembangan teknologi dan informasi yang begitu pesat menghasilkan tren transformatif, dimana penguasaan data yang diiringi informasi menjadi momok utama untuk menguasai apa saja, sebagai instrumen yang signifikan tentunya di abad ke-21 ini teknologi dan informasi sedang di atas angin.

Artinya untuk membangun sebuah Negara sudah bisa dilakukan dengan cara-cara yang tidak formalistik sebagaimana yang sudah dijelaskan tadi. Sebab dengan adanya kuasa teknologi informasi kini masyarakat sedang dalam dua perspektif, yaitu perspektif yang nyata dan perspektif dunia maya, yang keduanya sedang dirasakan secara bersama terjadi paradoksal di mana yang nyata menjadi dunia maya dan yang dunia maya menjadi nyata.

Lahirnya perspektif dunia maya ditengarai sebagai dampak dari kemajuan teknologi informasi yang mampu menyihir khalayak banyak untuk terbiasa hidup berdampingan dalam dua perspektif sekaligus. Perspektif dunia maya dibuat nyata dengan banyaknya platform-platform sebagai sebuah ruang yang mampu menampung banyak penduduk yang di dalamnya masyarakat bisa berbagi segala aktivitas.

Negara dalam perspektif dunia maya yang dimaksud yakni Facebook dan Instagram dengan seorang presiden yang bermana Mark Zuckerberg. Presiden Facebook sekaligus Instagram ini memiliki penduduk dalam perspektif mayanya dikutip dari KOMPAS.com pada kuartal kedua 2020 dengan Facebooknya mencapai lebih dari 2,7 miliar. Kemudian secara global kuantitas pengguna aktif dalam Instagram sebagai negara bagian yang diciptakan Zuckerberg mencapai 1 miliar.

Jika ditotalkan maka negara Zuckerberg dalam perspektif dunia mayanya memiliki total jumlah penduduk 3,7 miliar. Hal itu merupakan angka yang fantastis bagi sebuah negara dengan mempunyai kekuatan demografi sebesar itu, ditambah dengan penguasaan Zuckerberg dalam aspek lainnya yang dimana negara dalam perspektif nyatapun tidak akan mau untuk berperang melawan presiden Zuckerberg dengan negaranya tersebut.

Apabila negara dalam perspektif nyata mencari penghasilan negaranya dengan tarif pajak kepada penduduk, eksploitasi sumber daya alam, perdagangan internasional, pengelolaan aset dan lain sebagainya, maka negara dalam perspektif dunia maya tidak melakukan semua itu untuk mendapatkan penghasilan.

Namun, Zuckerberg sebagai presiden negara maya mampu menghasilkan Rp 10,5 Miliar (USD. 770.000) dari Facebook dan itu hanya untuk seorang presiden Zuckerberg, belum total kekayaan keseluruhan dari sahamnya. Setiap tahun sejak IPO Facebook Zuckerberg telah menambahkan rata-rata Rp. 122 Triliun (USD. 9 Miliar) untuk kekayaannya, saham Facebook telah meningkat lebih dari 408 % untuk kapitalisasi pasar yang saat ini berkisar kurang lebih Rp. 7.567 Triliun (USD. 547 Miliar).

Nampaknya penghasilan Zuckerberg sudah mampu menyaingi APBN negara nyata dunia ketiga. Dalam negara perspektif dunia maya terkhusus yang dipimpin oleh presiden Zuckerberg seperti Facebook dan Instagram, masyarakat yang hidup di dalamnya bisa melakukan aktivitas sosial, politik, ekonomi, budaya, dan hal-hal lainnya.

Dari segi sosial dalam Negara perspektif dunia maya para penduduk bisa berinteraksi satu sama lainnya secara efisien. Kemudian mampu melihat segala aktivitas penduduk secara cepat, berbagi aktivitas individu atau kelompok ternyata lebih ramai di negara maya ketimbang negara nyata.

Bahkan aktivitas politik negara nyata sering ikut berperang memakai tempat negara perspektif dunia maya. Di dalamnya negara perspektif dunia maya seluruh informasi negara nyata terakit dengan kondisi dan situasi politiknya bisa diketahui secara langsung. Kerap kali, aktivitas politik diwarnai dengan saling melempar propaganda, riuh akan penggiringan opini, dan juga konfrontasi politik lainnya.

Kemudian penduduk negara perspektif dunia maya juga bisa melakukan aktivitas ekonomi. Banyak penduduk yang menggantungkan penghasilannya berpaku pada hierarki sosial yang ada pada masyarakat perspektif dunia maya tersebut. Semakin tinggi seseorang secara hierarki sosial dalam perspektif dunia maya, maka semakin mudah mendapatkan penghasilan, kira-kira itu ialah peribahasa ekonomi dalam negara perspektif dunia maya.

Dalam negara perspektif dunia maya masyarakat hidup dengan corak budaya yang heterogen. Bermacam-macam budaya bertumpah-ruah dalam satu wilayah, akan tetapi hal demikian tidak menjadi persoalan yang diperdebatkan oleh para penduduknya, sehingga masyarakat dunia maya dibiasakan hidup dengan aneka ragam yang mutlak harus dijunjung tinggi.

Lalu hukum yang digunakan oleh masyarakat dalam negara perspektif dunia maya yakni hukum sosial yang tidak tertulis. Hukum sebagai pengendalian sosial akan digunakan tatkala adanya ketidaksesuaian dengan norma yang ada maka akan langsung dilakukan hujatan secara verbal oleh kelompok sependapat soal hal tertentu, hal seperti itu merupakan salah satu bentuk dari pengendalian sosial yang ada.

Selain dari Negara perspektif dunia maya yang didirikan oleh presiden Zuckerberg, ada negara competitor lain yaitu bernama Twitter. Dalam sebuah buku yang di tulis oleh kolumnis The New York Times, Nick Bilton, yang mengungkapkan sejarah Twitter, buku tersebut mencatat intrik-intrik dibalik pendirian jejaring sosial 140 karakter tersebut. Buku yang berjudul “Hatching Twitter: A True Story Of Money, Power, Friendship, and Betrayal” berpusat pada empat karakter pendiri Twitter serta CEO saat ini, Dick Costolo.

Twitter didirikan oleh Evan Williams, Jack Dorsey, Christopher Stone, dan Noah Glass, pada tahun 2006. Jejaring sosial berbasis microblog itu lahir setelah ode, start up perusahaan rintisan yang dibangun oleh Glass dan Williams pada tahuan 2005, dilansir dari CNN Indonesia jumlah pengguna aktif bulanan Twitter mencapai 330 juta pada Januari-Maret 2018.

Cara bernegara dalam dimensi maya di wilayah Twitter tidak jauh berbeda dengan negara Facebook dan Instagram. Namun sistem pertahanan dari kedua Negara itu mengandalkan data dan informasi yang terakumulasi dan dihimpun dalam jumlah yang besar, sehingga pada era teknologi informasi ini siapa saja yang mampu menguasai data dan informasi sampai pada hal-hal yang privat maka dia adalah pemenangnya. Sebab kini, perang bisa dilakukan dengan cara halus, tapi mematikan.


Penulis: Dimas Adam Maldini


(Dok. SEMA FITK)

Selasa (22/06), SEMA FITK IAIN Syekh Nurjati Cirebon mengadakan acara Paripurna POK & SOP Ormawa FITK. Acara tersebut bertempat di ruang auditorium lantai 5 gedung FITK, dan dihadiri oleh perwakilan dari 10 Himpunan Mahasiswa Jurusan FITK, Ketua DEMA, dekan FITK, wadek 3 FITK, serta tamu undangan.

Dengan mengambil tema Revitalisasi Semangat Berorganisasi Ormawa FITK dengan Menjunjung Tinggi Nilai-Nilai Demokrasi Serta Tertib Administrasi, acara yang dibuka oleh Dekan FITK.

Dalam sambutannya, Ketua Umum SEMA FITK Fatihul Fauzi mengatakan, "Paripurna ini dimaksudkan agar terciptanya produk hukum yaitu UUD Ormawa FITK, mulai dari persuratan, administrasi, dan lainnya," tuturnya.

Ketua Umum HMJ EDSA Tadris Bahasa Inggris, Fajar Novtian selaku peserta mengungkapkan kepada Fatsoen, acara ini merupakan kelanjutan dari rangkaian pertemuan dalam pembahasan POK & SOP, "Sebelumnya telah dilakukan rapat dengar pendapat 1 dan rapat dengar pendapat 2. Jadi acara ini merupakan tindak lanjut dan peninjauan kembali. Dan kami sudah siap dengan draft yang akan diusulkan," ungkapnya.

Tak lupa acara ini tetap memperhatikan protokol kesehatan, dan berjalan tertib lancar. 

Dekan FITK, Farihin berharap dalam sambutannya, agar Ormawa FITK selalu berada dalam track yang sesuai dengan POK & SOP yang akan disahkan, "Dan saya berpesan kepada peserta (HMJ FITK) agar selalu istiqomah dalam menjalani organisasi," tutupnya. 

(Tim LPM Fatsoen)

 


Identitas Film:

Sutradara : Herwin Novianto

Produser : Zairin Zain

Penulis : Wiraputra Basri

Penulis cerita : Amirudin Olland

Pemeran:

  1. Deddy Mizwar (Aktor Sagala)
  2. Syifa Hadju (Gina)
  3. Umay Shahab (Wisnu)

Penata musik : Tya Subiakto

Sinematografer : Yudi Datau

Penyunting : Bayu Samantha Agni

Perusahaan produksi : Citra Sinema & MD Pictures

Distributor : Disney + Hotstar

Tanggal rilis : 23 Oktober 2020 (Indonesia)

Durasi : 97 menit

 

Sinopsis Film: 

Buat Aktor Sagala (Deddy Mizwar) hidup adalah perjuangan untuk membahagiakan Gina (Syifa Hadju), putri satu-satunya. Bagi Gina yang utama adalah menghentikan penderitaan Papanya. Kenapa? Karena mereka, bapak dan anak yang saling mencintai.

Kata Aktor “Gina… kau berjalan dua langkah saja, aku sudah rindu”. Dan kata Gina “Izinkan Gina menghentikan episode-episode kehidupan Papa yang penuh penderitaan”.

Sebagai seorang single parent, Aktor dituntut sebagai pencari nafkah, mengurus berbagai keperluan rumah tangga dan hal paling penting, ia bertekad bahwa Gina harus tumbuh dengan baik dan berpendidikan tinggi. Aktor adalah sosok ayah yang selalu bersikap hangat kepada Gina. Sosok pelindung dan pengayom. Ia tak pernah mencoba untuk menutupi kenyataan hidup yang dihadapinya sebagai figuran dalam tiap produksi film. Banyak peran yang dimainkan oleh Aktor Sagala, tapi peran yang paling disukai adalah peran menjadi Papa Gina.

Gina, tumbuh sebagaimana umumnya remaja usia SMA. Gaul dan punya prestasi bagus di sekolahnya. Di antara kehangatan cinta mereka, hadir Wisnu (Umay Shahab) teman satu sekolah Gina yang datang dengan cinta pula. Mereka bicara cinta, tapi tak satu pun terucap kata cinta. Bagi mereka cinta harus berwujud nyata, bukan sekedar kata-kata.

 

Ulasan Film: 

Film ini menceritakan tentang gigihnya seorang ayah (Aktor Sagala) yang bekerja demi putrinya (Gina). Ayah Gina bekerja sebagai pemain peran, walaupun hanya sebagai pemain figuran, namun ayah Gina tetap berusaha agar putrinya bisa sekolah sampai bangku perkuliahan. Segala cara ayah Gina lakukan agar Gina bahagia, mulai dari menjadi pemeran figuran, menjadi badut, dan berutang ke tetangga bahkan temannya untuk membuat Gina bahagia.

Gina merupakan gadis cantik dan pintar. Tak heran banyak cowok yang suka pada dirinya. Termasuk Wisnu. Wisnu adalah teman sekelas Gina. Nasib Gina dan Wisnu juga hampir sama, keduanya sama-sama ditinggal ibunya sejak kecil. Bedanya, ayah Wisnu orang kaya sedangkan ayah Gina orang sederhana. Wisnu lah yang membantu Gina saat Gina kesulitan mengikuti ujian Try Out berbasis Online, Wisnu yang meminjamkan Handphone agar Gina bisa mengikuti Try Out tersebut. 

 

Simpulan: 

Film ini cocok untuk para pelajar, agar lebih bersyukur. Karena, masih banyak orang tua lain di luar sana yang banting tulang demi kebahagiaan dan pendidikan anaknya. Apapun pekerjaan orang tua Anda, Anda harus bangga. Karena mereka ingin Anda bahagia, mereka tidak meminta balasan. Cukup dengan sekolah yang benar agar bisa membanggakan orang tua dengan prestasinya.

 

Penulis : Anita Syafianti

(Source : kompasiana.com)


Literasi akhir-akhir ini menjadi kata yang tidak asing bagi sebagaian orang, salah satu penyebabnya adalah menjamurnya kegiatan literasi di daerah-daerah, gerakan literasi kadang digawangi oleh pemerintah melalui berbagai macam program literasinya, atau oleh gerakan kolektif dari masyarakat, atau mahasiswa dengan berbagai macam cara seperti membentuk komunitas, organisasi, lapak baca, klub diskusi, bahkan gerakan literasi pun ada dalam berbagai macam akun media sosial yang mereka klaim akan digunakan untuk kampanye-kampanye literasi.

Tentu hal ini kabar baik bagi kita di tengah sepinya minat baca di Indonesia gerakan-gerakan literasi ini tentu dapat menjadi harapan untuk meningkatkan minat baca di Indonesia, namun apakah gerakan literasi hanya sebatas kegiatan membaca, menulis, dan diskusi yang dilakukan berulang-ulang? Mungkin untuk menjawab ini kita telaah dulu apa makna literasi dan bagaimanakah sejarahnya.

Literasi

Menurut wikipedia literasi adalah segala sesuatu yang merujuk kepada kemampuan dan kemampuan dalam individu dalam membaca, menulis, membaca, menghitung, dan memecahkan masalah. Menurut UNESCO badan khusus PBB yang menangani urusan pendidikan, keilmuan dan kebudayaan mendefinisikan literasi sebagai seperangkat keterampilan yang nyata khususnya keterampilan kognitif dalam membaca dan menulis yang terlepas di mana dan siapa pengetahuan dan keterampilan tersebut diperoleh. Menurut UNESCO pemahaman literasi ini dipengaruhi oleh berbagai macam faktor seperti akademik, institusi, nilai-nilai budaya, serta pengalaman.

Jika kita lihat secara etimologi, kata literasi berasal dari bahasa latin literatus yang berarti orang yang belajar. Kemendikbud dalam Peta Jalan Gerakan Literasi Nasional menjadikan makna literasi memiliki cakupan yang lebih luas. Literasi tidak hanya diartikan sebagai kemampuan membaca dan menulis tetapi juga sebagai praktik sosial yang penerapannya dipengaruhi oleh konteks, proses literasi mencakup juga sebagai suatu kegiatan untuk menyelidiki, mengkritisi, dan menelaah berbagai macam gagasan, ide, pemikiran, dan produk budaya yang beredar luas di masyarakat.

Ini membuktikan bahwa literasi adalah suatu kegiatan yang kompleks dan luas yang memiliki dampak dan manfaat yang luas serta jangka panjang. Literasi dapat memengaruhi suatu karakter atau sikap dari seseorang yang menggelutinya.

Gerakan Literasi Awal di Eropa

Salah satu faktor pendukung pencerahan di Eropa adalah gerakan literasi. Pada masa itu di Eropa gerakan literasi berkembang pesat sekitar abad 17 dan 18. Gerakan literasi pada masa ini terkenal dengan sebutan Republik of Lattres suatu sebutan untuk sebuah republik imajiner di mana orang-orang yang menggeluti dunia literasi saling terhubung antara satu dengan yang lain.

Orang-orang yang menggeluti literasi pada masa itu saling berkorespondensi dengan satu intelektual dengan intelektual lain, penulis dengan pembaca, penulis satu dengan penulis lain, sastrawan dengan sastrawan, dan lain sebagainya. Mereka membentuk suatu jaringan yang luas antara satu pegiat dengan pegiat lain tanpa batas wilayah dan negara. Ini dilakukan agar khazanah pengetahuan mereka dapat berkembang secara luas. Kegiatan berkorespondensi inilah yang melahirkan suatu republik imajiner yang bernama Republic of Latterss.

Ada tiga faktor yang menjadi penyebab berkembangnya gerakan literasi di Eropa pada saat itu, salah satunya adalah ditemukannya mesin cetak oleh Johanas Gutenbreg. Penemuan ini menjadi suatu tonggak penting dalam dunia literasi. Jika dulu setiap tulisan yang ingin disebarkan harus disalin menggunakan tangan secara manual sehingga membutuhkan biaya yang cukup mahal. Namun setelah ditemukannya mesin cetak, penyalinan manual menggunakan tangan seperti ini sudah tidak digunakan karena digantikan secara otomatis oleh mesin.

Faktor yang kedua adalah adalah berkembangnya jaringan korespondensi antara satu pegiat dengan pegiat lain. Mereka berkomunikasi dan bertukar ide dengan satu dan yang lain yang melahirkan berbagai macam institusi keilmuan pada masa itu. Institusi ini digunakan untuk mengumpulkan para intelektual sesuai bidangnya masing-masing kegiatan seperti ini juga dikenal dengan masyarakat intelektual.

Ketiga adalah munculnya berbagai macam warung kopi atau caffe shop di kota-kota di Eropa. Warung kopi atau caffe pada masa itu digunakan oleh para pegiat literasi sebagai tempat pertemuan untuk berdiskusi, berdialektika, dan presentasi. Mereka saling bertukar pikiran antara satu intelektual dengan intelektual lain mereka saling menyanggah bahkan berdebat satu sama lain di warung kopi. Salah satu alasan mengapa warung kopi atau caffe menjadi sarana perkembangan intelektual adalah karena pada masa itu institusi pendidikan masih belum berkembang.

Literasi pada masa ini juga tidak sekadar kegiatan membaca atau menulis tapi sebagai suatu upaya untuk penghalusan budi pekerti, mengasah pikiran, melatih mental, menyelesaikan masalah, dan menanggapi suatu fenomena budaya. Mereka dituntut untuk menghasilkan kerangka moral menurut pemikiran mereka sendiri. Pada masa ini juga lahir banyak kritikus yang saling mengkritik satu sama lain.

Jadi dapat diambil simpulan bahwa gerakan literasi tidak sekadar gerakan untuk membaca dan menulis tapi juga sebagai suatu upaya untuk menghaluskan budi pekerti, menanamkan kepedulian, simpati dan empati, melatih fikiran kritis, mengontrol emosi, merespons berbagai macam produk budaya dan kemampuan untuk menyelesaikan masalah.


Oleh: Fahmi Labibinajib

 


(IAIN Syekh Nurjati Cirebon 03/06/2021)—NATIONAL WEBINAR SERIES 2021 hari kedua yang diselenggarakan oleh English Department Student Association (EDSA) IAIN Syekh Nurjati Cirebon tetap melalui Zoom Meeting.

Pada hari kedua ini National Webinar Series 2021 yang dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 06 Mei 2021 dimulai pada pukul 08:20 WIB diisi oleh pemateri yang sangat luar biasa yaitu Dr. A Gumawang Jati, M.A., yang merupakan President of i-TELL (Indonesia Technology Enhanced Language Learning Association).

Acara Webminas 2021 pada hari kedua ini dihadiri oleh sekitar 300 lebih participant dari berbagai universitas di Indonesia. Mr. Rifai yakni Dosen ELTD IAIN Syekh Nurjati Cirebon berperan sebagai moderator di acara tersebut.



Pada acara hari kedua itu Dr. A Gumawang Jati, M.A., selaku narasumber, membawakan materi yang berjudul “Personalized Sopport System For Material Development“. Dalam materi tersebut Dr. A Gumawang Jati, M.A. memberikan dua pembahasan kepada para participant yaitu Artificial Intelligence (AI) for Teachers dan Artificial Intelligence (AI) for Student.

Acara terakhir Webminas 2021 yaitu closing yang berisi sambutan penutup dari Mr. Fajar Novtian selaku Ketua Umum English Department Student Association (EDSA), kemudian dilanjutkan dengan sambutan penutup oleh Mr. Tedy Rohadi selaku Kepala Jurusan Tadris Bahasa Inggris IAIN Syekh Nurjati Cirebon yangsekaligus menutup acara tersebut.

 



English Department Student Association (EDSA) kembali menyelenggarakan seminar pendidikan yaitu EDSA NATIONAL WEBINAR SERIES 2021 dengan tujuan meningkatkan dan mengembangkan mutu pendidikan di abad 21. Acara ini memiliki tema “What Axioms Inform your Material Development?".Acara Webinas Series 2021 diagendakan selama dua hari yakni pada tanggal 02—03 Juni 2021.

Acara dimulai dengan opening ceremony yang dilaksanakan pada hari Rabu, 02 Juni 2021, di ruang Auditorium gedung FITK melalui media Zoom Meeting. Acara ini dihadiri oleh pengurus EDSA periode 2021—2022 dan para tamu undangan, diantaranya Wakil Dekan (Wadek) III Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) sebagai perwakilan Rektor dan Dekan (institusi), Ketua Umum DEMA FITK,  Ketua Umum SEMA FITK, Ketua Umum 9 HMJ FITK, dan peserta yang telah mendaftar melalui link yang telah disebar. Diketahui jumlah audience yang mendaftar dapat dikalkulasikan sebanyak 330 dari berbagai daerah.

Kemudian untuk upacara pembukaan atau opening ceremony acara Webinas 2021 yang didampingi oleh Idan Fakhry Wildan sebagai MC acara dibuka dengan pembacaan ayat suci Al-Quran oleh saudari Maylu Sakinah pada pukul 08:20 WIB. Lalu acara dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya oleh kelompok paduan suara Melodic Angel.Selanjutnya sambutan-sambutan dari Ketua Pelaksana yaitu Vishal Georgy Alpherantzi, Ketua Umum DEMA FITK yaitu M. Wahyu Amrullah, dan Wadek III yaitu Dr. H. Saefudin, M.Ag.. Opening ceremony ditutup dengan pembacaan doa oleh Saudara Wangun Adistia Galih.

Acara inti Webinas 2021 dimulai pada pukul 08:53 s.d. 12:13 WIB dengan dua tema yaitu Principles in ELT Material Development (Content) yang akan disampaikan oleh Mr. Joko Priyana, M.A., Ph.D. yang mengambil judul EFL Learning Contents for The 21th Century Indonesian Learners, dan Principles in ELT Material Development Language Learning (Pedagogy) dengan pembicara Mr. Wakhid Nashruddin, Ph.D. yang mengambil judul Principles in ELT Material Development: Pedagogy in the 21th Century. Kedua pembicara ini sama-sama didampingi oleh Mrs. Haira Rizka sebagai Moderator 1. Acara diawali dengan pembacaan CV Moderator 1 oleh MC acara, dilanjut dengan Pembacaan CV Pemateri 1 dan 2 oleh Moderator 1. Pembahasan materi diakhiri dengan sesi tanya jawab pada masing-masing bagiannya, closing remarks dari masing-masing pembicara, serta penutupan webinar oleh moderator.