Suasana di lantai satu Perpustakaan IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Foto : LPM FatsOeN/Nur Azizah

LPM FatsOeN, Cirebon-Keberadaan perpustakaan sangatlah penting bagi mahasiswa di IAIN Syekh Nurjati Cirebon.  Kampus ini sendiri memiliki perpustakaan yang terletak di lingkungan Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam  (FSEI) serta Fakultas Usuludin Adab dan Dakwah (FUAD). Jika ditilik dari dua tahun ke belakang, perkembangan Perpustakaan IAIN Syekh Nurjati Cirebon cukup signifikan. Hal ini bisa dirasakan dari segi pelayanan dan tata ruang perpustakaan. 

Menurut salah satu staff Perpustakaan IAIN Syekh Nurjati Cirebon bernama Tuti , dalam pelayanannya, pengelola perpustakaan menyediakan kotak saran dan mesin antrean untuk pengembalian buku. Informasi yang disediakan pengelola perpustakaan pun cukup lengkap, mulai dari tata cara mengoperasikan katalog elektronik, alur layanan peminjaman buku, hingga ketentuan sanksi keterlambatan pengembalian buku. Dirinya menambahkan, bagi mahasiswa yang terlambat mengembalikan buku pinjaman, akan dikenakan sanksi selving atau literasi kepustakaan sesuai dengan jumlah hari terlambat. Semakin banyak jumlahnya, semakin lama pula literasi kepustakaan yang wajib dilakukan mahasiswa. Tuti mengaku, hal tersebut adalah konsekuensi bagi mahasiswa yang kurang disiplin dan sebagai bentuk peningkatan tanggung jawab mahasiswa dalam menjaga buku. Namun tidak sedikit juga mahasiswa yang mengabaikan tanggung jawabnya untuk literasi kepustakaan. 

 “Tidak sedikit mahasiswa yang tidak mau melakukan itu  (literasi kepustakaan), buktinya adalah kartu yang menumpuk di sini (di perpustakaan), karena kartu itu sebagai jaminan bahwa pemiliknya harus melakukan literasi kepustakaan.” kata Tuti saat detemui LPM FatsOeN, belum lama ini.

Tuti menyampaikan, setiap harinya, pengunjung perpustakaan bisa mencapai 700 mahasiswa, bahkan bisa lebih. Pada tahun 2019, persentase pengujung meningkat hingga 15%. Hal ini menurut Tuti perlu diimbangi dengan jumlah buku yang memadai. Dari penuturannya, anggaran pendanaan buku perpustakaan IAIN Syekh Nurjati Cirebon  berasal dari Anggaran APBN sesuai kebutuhan dosen dan mahasiswa dalam proses pembelajaran, kerja sama dengan penerbit, kerja sama dengan  Dinas dan Arsip Perpustakaan Daerah dan Nasional, kerja sama dengan BI, serta hibah buku dari Alumni.

Lebih lanjut Tuti menjelaskan, dari segi tata ruang, perpustakaan IAIN Syekh Nurjati Cirebon juga sudah cukup baik. Perpustakaan ini memiliki tiga lantai. Lantai satu digunakan untuk pelayanan pengembalian dan perpanjangan buku, ruang input data, ruang kepala perpustakaan, BI Corner, Cirebonese Corner, Panggung Literasi, tempat penyimpanan barang bawaan, toilet, serta pelayanan OPAC (katalog elektronik). Sedangkan di lantai dua, pengunjung dapat menjumpai koleksi buku terkait mata kuliah, novel, maupun buku bacaan lainnya. Di lantai tiga, pengunjung dapat menjumpai koleksi karya ilmiah, seperti skripsi dan tesis.

Sementara itu, Yayat Suryatna selaku Kepala Perpustakaan IAIN Syekh Nurjati Cirebon menyatakan, bahwa ada tiga indikator manajemen yang baik. Pertama, dari segi gedung perpustakaan yang memadai, dapat dilihat dari luas perpustakaan dan jumlah mahasiswa yang seimbang. Kedua, dari segi pelayanan yang memadai, dan yang ketiga adanya prosedur perpustakaan. Ia berharap perpustakaan bisa memberikan pelayanan yang terbaik untuk mahasiswa, salah satunya dengan menyosialisasikan sistem dalam peminjaman buku saat pengenalan mahasiswa baru. Menurutnya, terwujudnya perpustakaan yang baik yaitu ketika semua elemen ikut serta menjaganya. Begitu pun untuk pengunjung perpustakaan, alangkah baiknya ikut menjaga dan merawat, baik ruang perpustakaan, menyimpan buku pada tempatnya, serta tidak sabotase buku. Pihak perpustakaan pun mengimbau kapada pengunjung untuk menjaga barang bawaan, serta tidak teledor sehingga insiden pencurian tidak lagi ada.

“Ada tiga indikator manajemen yang baik. Pertama, dari segi gedung perpustakaan yang memadai, dapat dilihat dari luas perpustakaan dan jumlah mahasiswa yang seimbang. Kedua, dari segi pelayanan yang memadai, dan yang ketiga adanya prosedur perpustakaan,” ujar Yayat.

Di sisi lain Nurkholifah, mahasiswa semester  III IAIN Syekh Nurjati Cirebon merasa kesulitan dalam mencari buku karena letak buku tidak sesuai dengan raknya. Sedangkan menurut Rifatul Mahmudah mahasiswa semester VII IAIN Syekh Nurjati Cirebon kenyamanan pengunjung ketika berada di dalam perpustakaan pun perlu diperhatikan. Selain itu, Rifatul menilai sistem keamanan perpustakaan IAIN Syekh Nurjati Cirebon perlu dibenahi. 

“Loker yang sudah disediakan seharusnya disertakan kunci agar lebih aman. Tidak lupa, pulpen yang disediakan untuk menulis daftar buku pinjaman mahasiswa masih terbatas,” ucap Rifatul. 

Reporter : Siti Aisyah, Casmirah, Ineu Yulyani
Penulis   : Siti Aisyah, Casmirah, Ineu Yulyani
Penampilan Penyanyi Putri Delina di Acara HARPA. Foto : LPM FatsOeN/Putri Gemma Guntari

LPM FatsOeN, Cirebon–Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Paduan Suara Mahasiswa (PSM) IAIN Syekh Nurjati Cirebon menggelar acara bertajuk Harmoni Pagelaran (HARPA), di Halaman Parkir Gedung Fakultas UAD dan Fakultas Syariah pada Sabtu (2/11).

HARPA sendiri merupakan salah satu program kerja tahunan dari UKM PSM IAIN Syekh Nurjati Cirebon. HARPA bertujuan sebagai wadah untuk eksplorasi talenta para anggota. Selain itu HARPA juga dijadikan sebagai ajang silaturahmi antar pengurus, anggota kehormatan, demisioner, dan juga dewan pendiri. 

“Tujuannya sebagai eksplorasi atau acara puncak anak PSM setelah dilatih di UKM PSM. Selain itu juga sebagai ajang siltaruhami antar pengurus, anggota kehormatan, demisioner, dan juga dewan pendiri,” ujar Rudi selaku Ketua Pelaksana kepada LPM FatsOeN, Sabtu (2/11).

Dikatakan Rudi, HARPA juga merupakan salah satu dari rangkaian kegiatan hari ulang tahun UKM PSM IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Tahun ini menjadi tahun ke-24 HARPA diselenggarakan. Dengan tema Wind Beneath My Wings yang berarti seperti sayap burung, HARPA 24 menjadi HARPA yang berbeda dari tahun sebelumnya. 

Menurut Rudi, tahun ini adalah tahun pertama UKM PSM mengadakan konser musik dengan menghadirkan guest stars dari penyanyi nasional, yakni Putri Delina. Selain itu masih banyak penampilan dari band maupun penyanyi lokal seperti Ahsan dan Puja, Excercise, Bang Jem, K-Project, dan lainnya. 

"Untuk HARPA tahun ini, selain kita terlibat dari internal, kita juga melibatkan dari luar seperti Putri Delina. Kita juga bekerjasama dengan beberapa sponsor juga, dan ini hal yang pertama dari PSM,” ungkapnya.

Reporter : Puteri Gemma Guntari
Penulis   : Puteri Gemma Guntari
Sejumlah seniman internasional tampil menghibur di acara Jagakali Art Festival 8. Foto : LPM FatsOeN/Fathnur Rohman

LPM FatsOeN, Cirebon- Pembukaan acara Jagakali Art Festival 8 dilaksanakan di daerah Cadas Ngampar, Kopi Luhur Kelurahan Argasunya, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon. Jum'at (25/10). Jagakali Art Festival ini merupakan acara rutin yang diadakan oleh perkumpulan komunitas seni dan pecinta lingkungan. Acara tahun ini merupakan yang ke 8. 

Salah seorang voullenteer Jagakali Art Festival 8 bernama Telly menjelaskan, 
acara itu bermula dari keresahan seorang seniman bernama Niko terhadap lingkungan. Niko melihat banyak lingkungan yang rusak, serta banyak masyarakat sekitar yang kurang peduli terhadap lingkungan.

Niko kemudian tergerak hatinya untuk mengajak masyarakat sekitar mencintai lingkungan, namun tetap dalam kapasitasnya sebagai seorang seniman. Niko akhirnya mengadakan acara seni yang didalamnya terdapat pesan untuk menjaga lingkungan, yakni Jagakali Art Festival. 

Niko mengawali hal tersebut dengan teman-teman sesama komunitasnya untuk mengadakan acara seni. Tidak hanya itu, mereka menyelipkan pesan agar masyarakat tetap mencintai lingkungannya. Enam kali acara itu berlangsung, dan tepat pada Jagakali Art Festival yang ke 7 acara ini sudah dalam kancah internasional. Mereka mengajak teman atau kenalan dari luar negri untuk ikut serta dalam acara tersebut. 

"Setiap acara Jagakali ini tuh mengambil tempat acaranya beda-beda. Tema setiap acaranya  juga beda dengan maksud dan pesan tertentu yang terkandung di dalamnya." Ucap Telly kepada LPM FatsOeN, Jumat (25/10).

Telly menuturkan, tema yang diangkat dalam Jagakali Art Festival yang ke 8 ini yaitu Cinta Sejati. Maksud dari tema ini adalah sebagai pembuktian sejauh mana cinta kita terhadap Bumi yang sudah memberikan segalanya kepada kita.
 
Banyak rangkaian acara yang ada. Jagakali Art Festival menggaet beberapa seniman ternama, komunitas-komunitas seni, juga beberapa elemen lainnya untuk ikut serta meramaikan acara. Hal itu dilakukan untuk menarik perhatian khalayak agar ikut dalam acara tersebut, dan pesan yang hendak disampaikan bisa diterima oleh lebih banyak orang. 

Tidak hanya itu, Jagalai Art Festival juga mengadakan pra event yang dimana isinya adalah kegiatan menjaga lingkungan seperti membersihkan sungai, dan sebagainya. Hal tersebut dilakukan agar pesan utama yang dimaksud tetap sampai keda masyarakat, yaitu menjaga lingkungan.

Reporter : Ade Rahmawati
Penulis   : Ade Rahmawati
Ogoh-ogoh karya RT 14 Desa Gadingan, bertemakan Anjing Pelacak. Sumber foto : Istimewa. 

LPM FatsOeN, Indramayu- Haul Mbah Buyut Gading yang dilaksanakan pada tanggal 21-23 Oktober 2019, disambut antusias oleh masyarakat setempat. Terutama oleh para pemuda-pemudi di desa Gadingan dan Mekargading. Antusias tersebut dibuktikan dengan kreativitas pemuda antar blok dalam membuat ogoh-ogoh (gegawean). 

Dalam Haul Mbah Buyut Gading, setiap blok di desa Gadingan dan Mekargading, berlomba-lomba membuat ogoh-ogoh terbaik. Ogoh-ogoh tersebut di arak mengelilingi desa di Kecamatan Sliyeg pada puncak acara Haul Mbah Buyut Gading.

Menurut salah seorang pemuda setempat bernama Aryono, biaya yang diperlukan ketika membuat sebuah ogoh-ogoh dengan ukuran tidak terlalu besar berkisar Rp. 3,5 juta. Dirinya menerangkan, untuk mengumpulkan dana tersebut ia dan warga lainya membayar iuran atau patungan. Tahun ini Aryono serta teman-temannya membuat ogoh-ogoh bertemakan anjing pelacak. 

“Kami membutuhkan dana sekitar 3,5 juta karena tahun ini kita membuat ogoh-ogoh yang tidak terlalu besar. Dana tersebut diperoleh dari iuran warga blok setempat dan beberapa orang yang dirasa mampu, kami meminta dana sebesar 100 ribu rupiah per-kepala rumah tangga” ujar Aryono kepada LPM FatsOeN belum lama ini. 

Aryono menambahkan, tujuan pemuda-pemudi membuat ogoh-ogoh bukanlah untuk mendapat hadiah, yang biasanya diberi oleh Pemerintah Desa setempat. Melainkan agar acara Haul Mbah Buyut Gading semakin meriah, sembari mengasah kreativitas mereka. 

Dirinya berharap, supaya acara Haul Mbah Buyut Gading bisa semakin ramai. Sehingga masyarakat di luar Indramayu bisa tertarik untuk melihatnya. Selain itu, Ia juga ingin tradisi Haul Mbah Buyut Gading tidak hilang termakan waktu, agar generasi muda selanjutnya bisa mengingat warisan dari leluhurnya tersebut. 

"Saya berharap semoga di tahun depan acara haul Mbah Buyut Gading ini semakin ramai dan menarik perhatian warga luar kota juga. Diharapkan pula adat seperti ini tidak hilang termakan waktu, agar kita selaku generasi muda selalu mengingat leluhur yang telah tiada” tambahnya. 

Sementara itu, salah satu perangkat desa setempat bernama Lukman mengaku, selain melestarikan tradisi yang ada, acara Haul Mbah Buyut Gading bisa menjadi ikon untuk desa Gadingan dan Mekargading. Ia pun sangat mengapresiasi warga yang memeriahkan acara ini. 

“Kami sangat mengapresiasi acara haul Mbah Buyut Gading ini, di samping untuk melestarikan kebudayaan, juga menjadikan acara ini sebagai salah satu ikon desa Gadingan dan Mekargading, dan kami juga sangat mengapresiasi antusiame dari para warga," ucapnya. 

Reporter : Isah Siti Khodijah
Penulis   : Isah Siti Khodijah


Ilustrasi Matahari Terbit. Sumber foto : Freepik

"Di saat setiap orang menyimpan rahasia yang tak pernah terdeteksi oleh ribuan kata-kata, ketulusan dan bahasa tubuh seseorang bisa menjadi senjata untuk meruntuhkan segala macam pertahanan diri."

Seorang perempuan berhenti di bawah sorot lampu jalan, ia terlihat lelah dari gurat wajahnya yang dirundung kesedihan. Air matanya mulai berjatuhan sejak ia memasuki gang tempatnya tinggal dan pada setiap langkah perjalanannya ia mencoba menghapus tetesan air mata itu. Hingga pada puncaknya ia menyerah, tak sanggup lagi melanjutkan jalan, pun tak sanggup lagi menahan air mata agar tidak terus berjatuhan. Ia berjongkok di tempatnya berdiri, menarik urat wajah yang tertahan, lalu menangis sejadinya. 
 
Di sepanjang jalan yang sepi, tangisnya menjadi satu-satunya sumber suara di tengah-tengah keheningan malam. Ponsel yang digenggamnya bergetar sebab panggilan masuk dari seseorang. Puluhan pesan teks dan panggilan telepon dari seorang laki-laki tak pernah digubris olehnya. Ia marah pada semuanya, pada kehidupan pula. Rasanya disaat seperti ini ia ingin memutuskan hubungan dengan siapa pun, dengan teman-teman, dengan sahabat, bahkan dengan keluarganya sendiri. Dan panggilan itu kembali berakhir sebelah pihak sebelum berhasil dijawab.

Beberapa menit berikutnya, cahaya dari sepeda motor yang dikendarai oleh seorang laki-laki mampu menemukan perempuan itu, ia masih dengan posisi yang sama, berjongkok dan menangis. Laki-laki itu buru-buru menghampirinya, "Kamu kenapa? Kenapa tidak ada kabar sejak tadi sore? Kenapa pesan dan teleponku tidak dijawab? Aku khawatir, takut terjadi apa-apa sama kamu," serunya penuh nada cemas bercampur emosi.

Perempuan itu hanya menangis tak bisa mengeluarkan sepatah kata pun. Bahkan ia bukan marah pada semua orang, tapi ia pun marah pada diri sendiri. Mengapa masih seperti ini saja? Mengapa masih belum menerima takdir? Mengapa masih memikirkan hal-hal yang dibenci? Mengapa setiap masalah itu datang, hanya bisa menangis dan tidak bisa apa-apa? Mengapa?

***
Udara cukup dingin di sore hari. Ditemani semilir angin, aku duduk sembarang di meja-meja bekas yang telah usang dimakan usia. Matahari nampak begitu jingga menembus mata coklatku yang menyala karenanya. Aku berada di atap gedung tempatku tinggal, melamun tanpa arah pemikiran yang jelas. Mataku masih sedikit bengkak bekas menangis semalaman. Emosi yang masih tertahan belum puas aku luapkan, belum puas aku membentak laki-laki itu tadi malam, belum puas aku menyalakan semuanya. Hanya karena persoalan klasik yang aku sendiri sulit lepas dari permasalahan itu. 
Aku memiliki pemikiran yang konyol. Sejak SMA aku berpikir aku tidak akan pernah menikah. Saking tidak ingin menyaksikan perpisahan aku tidak pernah menjalin hubungan dengan siapa pun, lebih dari itu aku hanya takut aku mendapatkan begitu banyak rasa sakit dan kecewa dari hubungan yang aku jalani tersebut. Benar bahwa aku memiliki trauma yang begitu dalam. Aku tidak suka jika ada yang tahu bahwa keluargaku berantakan, aku marah saat ayah dan ibu selalu bertengkar, aku benci menyaksikan semua itu. Aku sangat muak.

Semua itu berjalan dengan bergulirnya waktu yang begitu cepat, tak kusangka aku hidup di tengah-tengah keadaan keluarga yang tidak sehat, 10 tahun menyembunyikan rahasia dari semua orang, menahan semua perasaan sakit hati, selalu mencoba memikirkan kebaikan yang bagiku itu begitu absurd. Mengapa aku disuruh sabar dan pasrah pada Tuhan di tengah-tengah kesendirianku menghadapi masalah ini? Aku tahu sabar itu ada batasannya dan sejak dulu aku sudah muak dengan kesabaranku, dengan kepasrahanku melihat perilaku ayah yang tidak baik pada ibu dan berdampak pada anak-anaknya.

Suatu hari aku pernah mengatakan pada ibu bahwa aku tidak akan pernah menikah dengan alasan rasa takut, lalu ibu marah. Katanya aku harus menikah, aku harus merasakan yang perempuan lain rasakan,  katanya aku juga harus memiliki seorang anak. Aku hanya tidak habis pikir, mengapa ibu masih bisa mengatakan seperti itu disaat hubungan pernikahannya dengan ayah berantakan. Aku hanya menyayangkan keputusan ibu yang tidak bijaksana. Mungkin ibu tahu, aku begitu adalah bentuk protes karena ibu tak lekas bercerai dengan ayah.
Kenapa ibu masih mempertahankan hubungan yang ia sendiri menjalaninya dengan susah payah? Dengan rasa sakit hati yang bertubi-tubi, dengan mencoba diri untuk ikhlas menerima takdir, ibu meyakini bahwa pengorbanannya bisa digantikan dengan kenikmatan di surga nanti. Omong kosong perkara surga, faktanya, ibu menjalani proses menuju surga itu dengan selalu mengeluh padaku, mengeluh tentang perilaku ayah, tentang sikap ayah, tentang keburukan ayah yang sangat aku benci. Kenapa ibu begitu? Selalu memberi kabar padaku bahwa ayah telah begini dan begitu? Membuat aku muak, membuat aku sakit hati, membuat aku ingin bunuh diri saja. Yang pasti aku tidak akan pernah menikah jika Tuhan tetap menyuruhku hidup panjang di masa depan. Itu keputusanku. 

***
Aku masih menikmati matahari yang akan pamit di ufuk barat sana, sendirian di atap gedung tempatku tinggal. Tanpaku sadari ternyata seseorang telah berdiri di sampingku, entah sejak kapan. Dia adalah laki-laki itu, yang selalu menatapku dengan keibaan paling tinggi, seolah-olah ia bisa merasakan apa yang kini kurasakan, seolah-olah ia telah hidup 10 tahun di dalam keluargaku yang hancur. Aku masih belum menyadarinya, sebelum ia menempelkan minuman cup berisi jus jeruk di pipiku. Aku kedinginan lalu menjauhi pipiku dari minuman itu. 

"Melamun saja sih, ini minum dulu," katanya memulai pembicaraan.

Aku diam, tak peduli dan menatap matahari lagi. Semilir angin meniup rambutku berulang kali, itu pun aku tidak peduli. Aku hanya melamun dan memikirkan satu kalimat yaitu aku tidak akan pernah menikah. Tidak akan. Aku tidak akan menyakiti perasaan anak-anakku nanti, tidak akan mengecewakan mereka.

"Sudahlah, sayang, ada aku di sini," laki-laki itu berbisik, meraih puncak kepalaku lalu mengelusnya lembut. Aku menoleh padanya, "Kenapa masih menemaniku? Aku bilang kan aku tidak akan pernah menikah, orangtuamu tidak mengerti hubungan kita bagaimana, 'kan?"

"Bukan begitu. Bapak dan ibu minta maaf atas kejadian kemarin, mereka gak tahu keadaan keluarga kamu bagaimana, aku sudah jelaskan dan mereka mengerti sekarang," sahutnya hati-hati.

Laki-laki itu selalu begitu, dia sangat baik dan berhati-hati merawatku. Sejak dulu ia mengetahui bahwa aku tidak akan pernah menikah, hubungan kami pun tidak diikat oleh status apa pun, meski dulu dia sangat ingin aku menjadi kekasihnya. Aku memberi banyak pemahaman dan begitu aneh, yang pemahaman itu pasti merugikan aku sebagai perempuan. Seperti pasangan lainnya, aku mengizinkannya melakukan apa saja denganku termasuk bersenang-senang di atas ranjang, tapi ia selalu menolak melakukan itu saat kutawarkan. Bagiku tidak menjadi masalah jika aku hamil sekali pun, aku senang jika aku memiliki anak darinya, aku hanya tidak bisa menerima sebuah hubungan dengan status pernikahan, aku hanya tidak ingin perpisahan yang tertulis, aku tidak ingin orang-orang tahu jika mungkin nanti aku gagal dalam pernikahan.

Kemarin malam aku kabur saat berkunjung ke rumahnya, orangtuanya menyuruh aku harus menikah, juga keluargaku harus begini dan begitu. Aku paling tidak suka orang lain dengan seenaknya menyinggung keluargaku. Belum lagi aku baru saja dapat kabar bahwa ayah berulah lagi di rumah. Aku memang sulit, terkadang pikiranku juga sakit, tapi laki-laki itu selalu datang lagi dan lagi meski sudah aku usir beribu kali. 

"Aku salah, aku yang tidak pernah dewasa menyikapi keadaan. Dan aku tetap tidak akan pernah menikah, bagaimana menjelaskan itu pada orangtuamu?" tanyaku.

"Tidak masalah, kamu hanya perlu tahu aku menunggu kamu, begitu juga dengan orangtuaku, sampai kapan pun mereka menunggu kita menikah," katanya memegang kedua pipiku, aku ditatapnya penuh harap, tapi aku hanya mampu meneteskan air mata terus menerus. Sebab aku tidak begitu tega membiarkan waktunya habis untuk menungguku dan membuatnnya kecewa, karena aku tetap memilih untuk tidak menikah.

Penulis : Poni Rahayu
Ilustrasi Alquran. Sumber foto : Republika

LPM FatsOeN, Cirebon – IAIN Syekh Nurjati Cirebon gagal menyabet gelar juara  dalam lomba Tilawatil Quran pada Pekan Ilmiah, Olahraga Seni dan Riset (PIONIR) IX PTKIN yang diselenggarakan tanggal 15-21 Juli 2019 di UIN Maulana Malik Ibrahim, Kota Malang, Jawa Timur. IAIN Syekh Nurjati Cirebon merupakan salah satu peserta PIONIR IX Tahun 2019.

Dalam ajang tersebut, IAIN Syekh Nurjati Cirebon menerjunkan sejumlah kontingen untuk mengikuti beberapa cabang perlombaan seperti dibidang ilmiah, olahraga, seni maupun riset. Dari beberapa cabang lomba itu, kontingen dari IAIN Syekh Nurjati Cirebon tidak semuanya gagal mendapat gelar juara. Beberapa cabang lomba yang meraih juara diantaranya seperti lomba Film Pendek, Hadroh, Kaligrafi, Duta Pionir, Pidato dan juga Karya Tulis Ilmiah.
Akan tetapi pada cabang lomba yang berkaitan dengan baca tulis alquran, kontingen IAIN Syekh Nurjati Cirebon gagal meraih gelar juara. Padahal IAIN Syekh Nurjati Cirebon memiliki program unggulan dalam pembelajaran baca tulis alquran, yakni Pusat Pengembangan Tilawatil Quran atau yang biasa dikenal dengan sebutan PPTQ. PPTQ yang digadang-gadangkan menjadi program unggulan milik kampus IAIN Syekh Nurjati Cirebon ini, ternyata gagal dalam mengantarkan mahasiswanya mengikuti perlombaan Tilawatil Quran pada PIONIR IX Tahun 2019. 

Hingga berita ini ditulis, LPM FatsOeN belum bisa mengkonfirmasi kepada Kepala PPTQ Umamatul Khaeriyah, terkait gagalnya kontingen IAIN Syekh Nurjati Cirebon dalam lomba Tilawatil Qur’an pada PIONIR IX tahun 2019. Namun menurut pengakuan salah satu staff PPTQ, yakni Alex, pendelegasian peserta untuk lomba Tilawatil Qur’an pada PIONIR IX Tahun 2019, pihak kampus tidak berkoordinasi dengan pihak PPTQ.

“Kalau PIONIR kemarin kami tidak tahu informasinya sama sekali, mungkin koordinasinya dengan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Saya sebagai staf tidak tahu menahu, mungkin koordinasinya dengan UKM semacam HTQ, FK3. Namun jika koordinasinya dengan kami, kami menyediakan datanya dengan real, siapa yang layak misalnya dapat nilainya A,” ujarnya, saat ditemui LPM FatsOeN, Senin (14/10).

Alex mengungkapkan, pada tahun-tahun sebelumnya, PPTQ berhasil mengantarkan delegasi dari IAIN Syekh Nurjati Cirebon mendapatkan prestasi. Salah satunya yang disebutkannya, dalam perlombaan di Universitas Brawijaya (UNBRAW), Kota Malang, Jawa Timur pada tahun lalu. Saat itu, peserta yang didelegasikan dari PPTQ berhasil menempati peringkat ke-11.

“Ini kejadian tahun lalu, ketika Wakil Rektor III masih Pak Farihin, merekomendasikan PPTQ dalam mendelegasikan peserta lomba di UNBRAW. Pada waktu itu, dari sekian universitas, kami berada di peringkat ke-11,” jelasnya.

Sementara itu, menurut penuturan Ririn Rahayu, mahasiswa Tadris IPA Biologi semester V yang juga merupakan delegasi cabang lomba Tilawatil Quran dari Kontingen IAIN Syekh Nurjati Cirebon mengatakan, bahwa dirinya menjadi delegasi bukan direkomendasikan oleh PPTQ. Ririn mengaku, jika ia mengikuti sleksi langsung yang diadakan oleh akademik. 

“Kalau lomba PIONIR kemarin saya tidak melalui Lembaga PPTQ, akan tetapi mengikuti seleksi langsung dari akademik,” tutur Ririn.

Ririn menyampaikan, adanya pembelajaran baca dan tulis alquran oleh PPTQ sebenarnya sangat membantu saat perlombaan Tilawatil Quran  di PIONIR IX lalu. Namun meski begitu, dirinya merasa bahwa peserta dari kampus lain sangat berkompeten, sehingga akhirnya dirinya tersisihkan.

“Sebetulnya saya sangat terbantu dengan ilmu yang didapatkan dari pengajaran PPTQ, karena penilaiannya bersangkutan dengan ilmu tajwid juga. Namun, kemampuan dari peserta lainnya lebih bagus jadi saya kalah saing dengan mereka,” ucap dia.

Reporter : Puteri Gemma Guntari, Siti Khotimah
Penulis : Puteri Gemma Guntari
Ilustrasi Mahasiswa IAIN Syekh Nurjati Cirebon, saat menggunakan sarana wifi. Foto : LPM FatsOeN/Fathnur Rohman

LPM FatsOeN, Cirebon - Berbagai macam cara dilakukan mahasiswa agar bisa mengakses sarana wifi yang ada di kampus IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Contohnya  Anggun, mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam semester V. Ia mencoba mengakses wifi, dengan cara meminjam NIM (Nomor Induk Mahasiswa) dari mahasiswa lain atau dengan menggunakan username nama jurusan. 

“Kalau akses wifi kampus, Anggun biasanya pake username nama jurusan sih,  terus paswordnya 123 atau mengggunakan NIM kaka tingkat yang jarang digunakan lagi, soalnya NIM Anggun belum bisa dipakai" ucapnya, saat ditemui LPM FatsOeN. Kamis, (17/10).

Anggun merupakan salah satu dari sekian mahasiswa, yang sedikit kesusahan untuk bisa mengakses fasilitas wifi kampus. Sebenarnya, dalam mengakses fasilitas wifi di kampus cukup mudah. Biasanya mahasiswa hanya perlu menggunakan username NIM sendiri dan password dari nama sendiri. Namun, untuk mahasiswa baru dan tiga tahun kebelakang, mereka memiliki kendala saat mencoba mengaksesnya. Hal tetsebut dikarenakan  NIM mereka belum terdaftar di PTIPD (Pusat Data Informasi dan Pangkalan Data).

Ketua PTIPD, Darwan mengakui hal itu. Kebayakan mahasiswa tersebut belum mempunyai Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) . Padahal KTM merupakan tanda, jika mereka adalah mahasiswa IAIN. Mengingat, yang boleh mengkses wifi kampus hanya mahasiswa, dosen, serta civitas akademik IAIN Cirebon lainnya.

“Tahu dia mahasiswa kita kan ngelihatnya bisa dari KTM” kata Darwan.

Darwan menyampaikan, untuk bisa mengakses wifi membutuhkan KTM. Maka dari itu Darwan memberikan tawaran untuk mahasiswa agar datang langsung ke kantor PTIPD untuk mendaftar.

“Silahkan mahasiswa yang belum bisa mengakses wifi kampus, datang langsung ke PTIPD dengan membawa KTM” tambah Darwan. 

Dirinya juga menyarankan, jika masih ada mahasiswa yang belum mempunyai KTM, maka alternatifnya bisa menggunakan KTM sementara atau dari jurusannya  masing-masing. Pihak jurusan harus melakukan insiatif iventarisir mahasiswanya yang belum bisa mengakses wifi dengan membuat daftar nama, jurusan, NIM, serta passwordnya

Reporter : Nur Azizah
Penulis : Nur Azizah
Resensi novel :
1. Identitas Buku
Judul Buku : Orang-orang Biasa 
Nama Pengarang : Andrea Hirata
Nama Penerbit : Penerbit Bentang (PT. Bentang Pustaka)
Ketebalan Buku : 20,5 cm (xii + 300 halaman)
Tahun Terbit : Februari, 2019.

Buku ini menceritakan tentang seorang Andrea Hirata yang gagal membawa Putri Belianti, seorang anak miskin yang cerdas, masuk ke sebuah fakultas kedokteran di Universitas Bengkulu. Siapa yang tak mengenal Andrea Hirata, seorang penulis hebat juga menginspirasi banyak orang, Indonesia patut bangga memiliki Andrea Hirata. Di dalam novel ini kita dapat melihat kekecewaan berat yang dialami oleh Andrea Hirata. Betapa begitu sulitnya melanjutkan pendidikan di Indonesia, meskipun telah berjuang sampai batas, namun akhirnya gagal karena dipatahkan oleh mahalnya uang muka yang ditawarkan universitas. 

Pengantar buku ini berlatar di sebuah kota yang naif bernama Belantik, yang menceritakan tentang penduduk kota yang begitu apa adanya, tidak munafik. Pada halaman 5 ditegaskan bahwa penduduk kota Belantik adalah penduduk yang jika ada masalah mereka cenderung menyelesaikannya secara kekeluargaan. Mereka bukan orang-orang yang kasar. Mereka berjiwa humor, tak suka melanggar hukum dan respek pada otoritas. Jika mereka miskin mereka bersahaja; jika mereka kaya mereka tidak rakus; jika mereka miskin dan mereka tidak kaya mereka tidak ada. Bagi saya Belantik mencerminkan beberapa karakter penduduk di Indonesia, melihat beberapa isu negara yang berkembang saat ini, masih ada sebagian orang yang tetap santuy menjalani kehidupannya bukan? Begitulah Belantik.

Orang-orang biasa bukanlah kumpulan 10 kawan yang direkrut oleh sang penulis untuk menjadi 10 karakter yang unik dalam sebuah novel. Orang-orang biasa adalah 10 kawan yang dipertemukan sebab memiliki takdir hidup yang sama sewaktu di sekolah. Mereka adalah Debut, Dinah, Salud, Sobri, Handai, Tohirin, Honorun, Rusip, Nihe dan Junilah. Mereka memiliki kesamaan sejak di bangku sekolah dasar, mereka sama-sama dibully, sama-sama bodoh, sama-sama miskin, meskipun begitu mereka tahu bagaimana menikmati hidup dengan sederhana tanpa penuh manipulasi.
Sekumpulan orang-orang biasa yang menjadi karakter dalam sebuah novel bukanlah tugas yang mudah bagi seorang penulis untuk menyelesaikan tulisannya. Dengan cara berpikir Andrea Hirata, ia mampu menjadikan kesepuluh orang-orang biasa ini menjadi 10 orang yang memiliki karakter unik dan mampu melakukan hal-hal hebat. Patutlah kiranya, novel ini bisa menjadi novel bestseller lainnya dari seorang Andrea Hirata. Novel ini benar-benar novel ajaib. Mengapa ajaib? Sebab tidak hanya menguras kegetiran saja saat membacanya, tetapi juga ada humor yang unik, menyinggung bullying, keacuhan seorang guru, kriminalitas, persahabatan, serta penyelesaian masalah dalam novel ini yang tidak dapat ditebak.

Belajar memang hak semua anak bangsa, maka benar seruan Andrea Hirata pada lembar ketiga pada novel ini bahwa, mereka yang ingin belajar, tak bisa diusir. Berkisah tentang Aini seorang anak dari ayah yang meninggal dunia tanpa diketahui sebabnya apa, membuat Aini banting stir menjadi semangat belajar, belum lagi adiknya juga meninggal dunia sebab sakit seperti ayahnya. Ia dan ibunya, Dinah, yang telah menjadi predikat bodoh dalam matematika oleh guru Tri Wulan, berubah siang dan malam tak henti-hentinya belajar dan mencintai matematika. Sampai pada akhirnya ia dinyatakan lulus masuk ke sebuah universitas. Perjuangan Dinah dan ke-9 kawan-kawannya dalam membantu Aini masuk ke fakultas kedokteran bukanlah hal yang main-main. Mereka mengorbankan banyak hal; pikiran, tenaga, dan material, hanya untuk seorang anak miskin yang cerdas. Ini bukan lagi tentang persahabatan yang tumbuh sejak di bangku sekolah dasar tapi tentang perjuangan seorang anak meraih cita-citanya.

Penulis : Poni Rahayu
Film Joker 2019/Dok. DC Pictures

Seperti film Joker yang disutradarai Todd Phillips yang akhir-akhir ini sedang hits. Arthur Fleck sebagai tokoh utama, digambarkan menderita gangguan jiwa. Dia mengalami tekanan mulai dari terisolasi, diintimidasi dan diabaikan oleh masyarakat. Berbagai tekanan tersebut membuatnya berubah menjadi sosok Joker atau yang dikenal sebagai dalang kriminal. Dalam Joker, tindakan Fleck dipicu ketika ia marah, malu, terkejut atau gugup dalam situasi publik.

Menurut data dari World Health Organization (WHO), dalam rentang usia 15 - 29 tahun, satu orang setiap 40 detik dapat melakukan bunuh diri dan upaya bunuh diri. Jika dijumlah, tiap tahunnya hampir 800.000 orang meninggal karena bunuh diri dan lebih dari 20 dengan upaya bunuh diri. Bunuh diri terjadi di semua wilayah di dunia. Faktanya, 79% dari bunuh diri global terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Sementara hubungan antara bunuh diri dan gangguan mental seperti depresi dan gangguan penggunaan alcohol, biasanya terjangkit oleh orang-orang yang sudah mapan, dan banyak yang bunuh diri secara impulsif di saat-saat krisis. 

Di Indonesia sendiri, dari data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi gangguan mental emosional yang ditunjukan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan sebesar 6% untuk usia 15 tahun ke atas atau sekitar 14 juta orang. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia, adalah 1,7 per 1.000 penduduk atau sekitar 400.000 orang. Angka ini meningkat dibandingkan tahun 2013 yaitu sebesar 6%. Penderita gangguan mental di Indonesia banyak yang mengalami perundungan dari orang sekita hingga tak  sanggup berobat. 

Setiap tanggal 10 Oktober menjadi peringatan hari kesehatan jiwa internasional, termasuk Indonesia mengikuti ketetapan World Federation for mental Health (WFMH) sebagai kepedulian global akan pentingnya meningkatkan kepedulian terhadap orang dengan gangguan jiwa. Menurut sejarah, penetapan peringatan hari kesehatan jiwa sedunia dilatarbelakangi dari sebuah program yang dirancang oleh WFMH pada tahun 1992, dengan membawa misi untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran masyarakat seluruh dunia mengenai kesehatan jiwa.

Peringatan hari kesehatan jiwa sedunia tidak sematamata untuk mengenang hari penting yang bersejarah, namun menjadi inspirasi bagi mereja yang mengalami depresi bullying, disebabkan oleh banyak faktor diantaranya faktor sosial dan tekanan dari lingkungan yang mengakibatkan resiko gangguan jiwa ringan maupun berat semakin meningkat. Selain itu, faktor pengalaman kehilangan, kesepian, diskriminasi, putusnya hubungan, masalah keuangan, sakit kronis dan penyakit, kekerasan, pelecehan, dan konflik atau keadaan darurat kemanusiaan lainnya juga menjadi risiko terkuat untuk upaya bunuh diri.

Peringatan hari kesehatan jiwa sedunia tidak sematamata untuk mengenang hari penting yang bersejarah, namun menjadi inspirasi bagi mereja yang mengalami depresi bullying, disebabkan oleh banyak faktor diantaranya faktor sosial dan tekanan dari lingkungan yang mengakibatkan resiko gangguan jiwa ringan maupun berat semakin meningkat. Selain itu, faktor pengalaman kehilangan, kesepian, diskriminasi, putusnya hubungan, masalah keuangan, sakit kronis dan penyakit, kekerasan, pelecehan, dan konflik atau keadaan darurat kemanusiaan lainnya juga menjadi risiko terkuat untuk upaya bunuh diri.

Permasalahan kesehatan mental di Indonesia masih dianggap remeh oleh masyarakat. sehingga tidak heran jika banyak orang yang memiliki masalah dengan kesehatan mentalnya diabaikan. Masyarakat Indonesia masih memberi stigma yang uruk terhadap isu-isu kesehatan mental. Penderita gangguan mental di Indonesia banyak yang menerima perlakuan diskriminatif dan tidak manusiawi. Buruknya penanganan pada penderita gangguan kejiwaan di Indonesia.

Penanganan yang salah sering terjadi. Masih banyak orang-orang dalam masyarakat tradisional yang beranggapan bahwa gangguan kejiwaan disebabkan oleh roh jahat, perbuatan dosa, hingga disebut kutukan. Dimana seharusnya diberikan terapi pendekatan psikologi, para penderita gangguan kejiwaan ini justru dibawa ke paranormal, bahkan sampai ada yang dikurung dan dipasung. 

Kesehatan mental memegang peranan penting dalam diri khususnya bagi para remaja, di mana merupakan fase peralihan dari anak menuju dewasa sehingga terjadi banyak perubahan. Mulai dari perubahan secara fisik, hormon, kecerdasan, emosi dan perilaku. Tuntutan sosial semakin tinggi, situasi juga semakin kompleks. Perubahan gaya hidup dapat memicu terjadinya kebingungan dan stres yang jika tidak tertangani dapat mengarah pada terjadinya suatu gangguan.

Dengan proses masa transisi tersebut, remaja biasanya dinilai sebagai kelompok usia sehat. Namun ternyata, kurang lebih 20% remaja mengalami masalah kesehatan mental. Jenis masalah kesehatan mental yang umum terjadi adalah depresi dan kecemasan. WHO menyatakan bahwa 75% gangguan mental emosional memang umum terjadi sebelum usia 24 tahun. Dalam berbagai kasus, bunuh diri merupakan akibat dari permasalahan kesehatan remaja.Tidak hanya pada remaja, menurut pikiranrakyat.com. Sekitar 78% mahasiswa, selama mejalani studi pernah mengalami masalah gangguan kesehatan mental atau mental health (MH). 40 persen di antaranya selain menimbulkan penderitaaan juga mengganggu prestasi akademisnya‚ dan 33,2% serius memikirkan tindakan bunuh diri. Bunuh diri 3 orang mahasiswa selama 3 bulan di sebuah perguruan tinggi adalah puncak gunung es dari permasalah MH di perguruan tinggi. Hal itu diungkapkan oleh dokter spesialis kejiwaan dr Teddy Hidayat dalam Pelatihan Penanggulangan Pertama terhadap Gangguan Jiwa di Kalangan Mahasiswa (Mental Health First Aid (MHFA) Perguruan Tinggi) yang digelar di Gedung Sate, Jalan Diponegoro Kota Bandung, Sabtu 24 Agustus 2019.

Dunia perkuliahan adalah masa transisi yang menuntut seseorang untuk mulai hidup mandiri dan dapat mengatur segala sesuatunya sendiri, terlebih jika harus tinggal jauh dari orangtua. Stres berat yang diterima selama masa kuliah, baik dari segi tuntutan pembelajaran maupun lingkungan yang beradaptasi, dapat memengaruhi kesejahteraan mental seorang mahasiswa. Tuntutan sosial semakin tinggi, situasi juga semakin lebih mempengaruhi.

Permasalahan kesehatan mental pada mahasiwa di perguruan tinggi, sampai saat ini belum mendapat perhatian lebih. Sehingga masalah mental health pada mahasiswa tidak terdeteksi, tidak diobati, menjadi kronis‚ menambah jumlah yang gangguan kesehatan mental bahkan hingga kematian. 

Selain itu,  bunuh diri dan krisis mental yang berhubungan dengan kesehatan jiwa meningkat, prestasi akademis rendah dan droup out. Akibatnya mahasiswa  berkurangnya kesempatan mengembangkan skill maupun kemampuan dan kehilangan hari-hari produktif. Perubahan gaya hidup dapat memicu terjadinya kebingungan dan stres yang jika tidak teridentifikasi dan tidak tertangani dapat mengarah pada terjadinya suatu gangguan. 

Kesehatan mental sampai saat ini masih belum dianggap penting atau prioritas, padahal kemungkin mereka itu adalah orang terdekat. Pengetahuan dan pemahaman yang terbatas mengenai kesehatan mental menyebabkan banyak masyarakat yang tidak mengetahui apa yang harus mereka perbuat. 

Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO mengajak kepada setiap pemerintah di berbagai negara untuk ikut terlibat dalam permaslahan sosial, kesehatan, serta edukasi kesehatan terutama pada generasi muda. Karena mereka yang masih muda merupakan penerus bangsa di masa depan.

Sebagai mahasiswa, seharusnya memilliki kesadaran akan pentingnya kesehatan mental. Salah satunya dengan merangkul, mendengarkan mereka yang sedang depresi agar sedikit mengurangi beban pikiran yang sedang dialaminya. Selain itu kita sebagai mahasiswa juga dapat memberi pemahaman yang tepat kepada masyarakat bahwa kesehatan mental bukan sebuah hal buruk dan mistis. Apalagi tantangan dan pengaruh kemajuan teknologi yang bisa menimbulkan efek negatif apabila salah dalam menyikapi.

“The worst part of having a mental illness is people expect you to behave as if you don’t.” - Arthur Fleck (Joker)

"Bagian terburuk dari memiliki gangguan mental adalah orang-orang mengharapkan kamu untuk bertingkah seolah kamu tidak memiliki gangguan mental."

Penulis : Zainab Muazzaroh
Cuplikan Film Gundala 2019/Dok. Screenplays

Yang menarik dari film Gundala salah satunya karena Film ini menyorot kesenjangan kelas sosial yang sangat kita akrabi dalam struktur masyarakat kita. 

Ada kelas elit yang direpresantikan oleh DPR dengan pakaiannya yang selalu rapih, mengendarai mobil mewah dan rapat-rapat di kantor. Konflik di kelad ini berkutat soal sikut menyikut antar golongan demi kepentingan masing-masing.

Tidak terlalu jauh dari gedung DPR, para pemuda dan anak-anak hidup dalam dunia yang kacau dan serba terbatas. Bangunan-bangunan kumuh mengingatkan saya pada lanskap kampung miskin kota yang pengap dan berjubel. Kampung kota yang hanya melahirkan para kriminal dan orang-orang  brutal level mampus. Sebuah distopia di tengah kemewahan dan gedung-gedung tinggi.

Sancaka kecil (Muzakki Ramdhan) lahir dan besar di tengah-tengah distopia itu. dunia yang kumuh dan brutal membuat dia terampil berlari dan berkelahi. Dua keahlian yang mengantarkannya menjadi laki-laki dewasa dan kelak menjadi Gundala.

Gundala adalah tokoh super hero berkekuatan petir. Film ini menjadi pembuka Jagat Sinema Bumi Langit yang akan melahirkan tokoh berkekuatan super lain. Sebagai film pembuka saya rasa Gundala gagal menghidangkan aksi seorang super hero. Beberapa bagian yang penting justru  diekseskusi terburu-buru seperti ketika Gundala mendapat kekuatan petir dan dia membuat kostum super heronya sendiri.

Ekpetasi keseruan menikmati aksi super hero juga berkurang akibat koreografer yang payah. Perkelahian antara Gundala dan musuh-musuhnya terasa lambat dan hambar.

Saya ingin mengatakan bahwa Sancaka (Abimana Aryasatya) lebih menarik perhatian ketimbang ketika dia memakai kostum menjadi Gundala. Alasannya karena tagline patriotisme film ini.

"Negri ini butuh patriot". Akibat tagline ini, ekpetasi saya film gundala akan menyuguhkan tema patriotisme yang sama dengan film-film yang berlatar kemerdekaan yang saban 17 agustus diputar stasiun televisi. Ekpetasi saya itu nyatanya salah belaka sampai kemudian Ridwa Bakri (Lukman Sardi) yang seorang politisi, mengeluarkan petatah petitih soal membela Negara kepada Gundala. Semenjak itu ternyata tema patriotisme Gundala tidak jauh beda dengan tema patriotisme ala film-film 17an itu.

Semenjak dikenal publik karena keberhasilannya melawan para pengacau terekam kamera cctv dan tersebar di jejaring internet, Gundala menjadi harapan besar semua orang untuk bisa menyelesaikan semua urusan negara yang sedang terjadi.

Masa dimana urusan negara selesai dengan kekerasan dan senjata sudah selesai pasca runtuhnya kolonialisme Belanda. Perubahan selanjutnya dimotori oleh orang yang mengorganisir diri dan berserikat. Kepahlawanan Gundala yang kuat seorang diri hanya melahirkan tokoh idola yang akan disembah sujud.

Idola adalah sekumpulan harapan kita tentang sesuatu yang tidak akan pernah bisa kita miliki yang kita bebankan kepada orang lain. Terjebak di dalamnya membuat kita terlena dan kian rentan. Adalah Pengkor (Bront Palarae) yang justru menjadi musuh Gundala yang menyadarkan kita soal itu.

"Apa yang berbahaya adalah simbol Harapan. Harapan bagi rakyat adalah candu. Dan Candu itu bahaya” katanya. Dan rasa-rasanya saya setuju.

Penulis : Firdaus Habibu Rohman