Suasana di lantai satu Perpustakaan IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Foto : LPM FatsOeN/Nur Azizah

LPM FatsOeN, Cirebon-Keberadaan perpustakaan sangatlah penting bagi mahasiswa di IAIN Syekh Nurjati Cirebon.  Kampus ini sendiri memiliki perpustakaan yang terletak di lingkungan Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam  (FSEI) serta Fakultas Usuludin Adab dan Dakwah (FUAD). Jika ditilik dari dua tahun ke belakang, perkembangan Perpustakaan IAIN Syekh Nurjati Cirebon cukup signifikan. Hal ini bisa dirasakan dari segi pelayanan dan tata ruang perpustakaan. 

Menurut salah satu staff Perpustakaan IAIN Syekh Nurjati Cirebon bernama Tuti , dalam pelayanannya, pengelola perpustakaan menyediakan kotak saran dan mesin antrean untuk pengembalian buku. Informasi yang disediakan pengelola perpustakaan pun cukup lengkap, mulai dari tata cara mengoperasikan katalog elektronik, alur layanan peminjaman buku, hingga ketentuan sanksi keterlambatan pengembalian buku. Dirinya menambahkan, bagi mahasiswa yang terlambat mengembalikan buku pinjaman, akan dikenakan sanksi selving atau literasi kepustakaan sesuai dengan jumlah hari terlambat. Semakin banyak jumlahnya, semakin lama pula literasi kepustakaan yang wajib dilakukan mahasiswa. Tuti mengaku, hal tersebut adalah konsekuensi bagi mahasiswa yang kurang disiplin dan sebagai bentuk peningkatan tanggung jawab mahasiswa dalam menjaga buku. Namun tidak sedikit juga mahasiswa yang mengabaikan tanggung jawabnya untuk literasi kepustakaan. 

 “Tidak sedikit mahasiswa yang tidak mau melakukan itu  (literasi kepustakaan), buktinya adalah kartu yang menumpuk di sini (di perpustakaan), karena kartu itu sebagai jaminan bahwa pemiliknya harus melakukan literasi kepustakaan.” kata Tuti saat detemui LPM FatsOeN, belum lama ini.

Tuti menyampaikan, setiap harinya, pengunjung perpustakaan bisa mencapai 700 mahasiswa, bahkan bisa lebih. Pada tahun 2019, persentase pengujung meningkat hingga 15%. Hal ini menurut Tuti perlu diimbangi dengan jumlah buku yang memadai. Dari penuturannya, anggaran pendanaan buku perpustakaan IAIN Syekh Nurjati Cirebon  berasal dari Anggaran APBN sesuai kebutuhan dosen dan mahasiswa dalam proses pembelajaran, kerja sama dengan penerbit, kerja sama dengan  Dinas dan Arsip Perpustakaan Daerah dan Nasional, kerja sama dengan BI, serta hibah buku dari Alumni.

Lebih lanjut Tuti menjelaskan, dari segi tata ruang, perpustakaan IAIN Syekh Nurjati Cirebon juga sudah cukup baik. Perpustakaan ini memiliki tiga lantai. Lantai satu digunakan untuk pelayanan pengembalian dan perpanjangan buku, ruang input data, ruang kepala perpustakaan, BI Corner, Cirebonese Corner, Panggung Literasi, tempat penyimpanan barang bawaan, toilet, serta pelayanan OPAC (katalog elektronik). Sedangkan di lantai dua, pengunjung dapat menjumpai koleksi buku terkait mata kuliah, novel, maupun buku bacaan lainnya. Di lantai tiga, pengunjung dapat menjumpai koleksi karya ilmiah, seperti skripsi dan tesis.

Sementara itu, Yayat Suryatna selaku Kepala Perpustakaan IAIN Syekh Nurjati Cirebon menyatakan, bahwa ada tiga indikator manajemen yang baik. Pertama, dari segi gedung perpustakaan yang memadai, dapat dilihat dari luas perpustakaan dan jumlah mahasiswa yang seimbang. Kedua, dari segi pelayanan yang memadai, dan yang ketiga adanya prosedur perpustakaan. Ia berharap perpustakaan bisa memberikan pelayanan yang terbaik untuk mahasiswa, salah satunya dengan menyosialisasikan sistem dalam peminjaman buku saat pengenalan mahasiswa baru. Menurutnya, terwujudnya perpustakaan yang baik yaitu ketika semua elemen ikut serta menjaganya. Begitu pun untuk pengunjung perpustakaan, alangkah baiknya ikut menjaga dan merawat, baik ruang perpustakaan, menyimpan buku pada tempatnya, serta tidak sabotase buku. Pihak perpustakaan pun mengimbau kapada pengunjung untuk menjaga barang bawaan, serta tidak teledor sehingga insiden pencurian tidak lagi ada.

“Ada tiga indikator manajemen yang baik. Pertama, dari segi gedung perpustakaan yang memadai, dapat dilihat dari luas perpustakaan dan jumlah mahasiswa yang seimbang. Kedua, dari segi pelayanan yang memadai, dan yang ketiga adanya prosedur perpustakaan,” ujar Yayat.

Di sisi lain Nurkholifah, mahasiswa semester  III IAIN Syekh Nurjati Cirebon merasa kesulitan dalam mencari buku karena letak buku tidak sesuai dengan raknya. Sedangkan menurut Rifatul Mahmudah mahasiswa semester VII IAIN Syekh Nurjati Cirebon kenyamanan pengunjung ketika berada di dalam perpustakaan pun perlu diperhatikan. Selain itu, Rifatul menilai sistem keamanan perpustakaan IAIN Syekh Nurjati Cirebon perlu dibenahi. 

“Loker yang sudah disediakan seharusnya disertakan kunci agar lebih aman. Tidak lupa, pulpen yang disediakan untuk menulis daftar buku pinjaman mahasiswa masih terbatas,” ucap Rifatul. 

Reporter : Siti Aisyah, Casmirah, Ineu Yulyani
Penulis   : Siti Aisyah, Casmirah, Ineu Yulyani
Penampilan Penyanyi Putri Delina di Acara HARPA. Foto : LPM FatsOeN/Putri Gemma Guntari

LPM FatsOeN, Cirebon–Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Paduan Suara Mahasiswa (PSM) IAIN Syekh Nurjati Cirebon menggelar acara bertajuk Harmoni Pagelaran (HARPA), di Halaman Parkir Gedung Fakultas UAD dan Fakultas Syariah pada Sabtu (2/11).

HARPA sendiri merupakan salah satu program kerja tahunan dari UKM PSM IAIN Syekh Nurjati Cirebon. HARPA bertujuan sebagai wadah untuk eksplorasi talenta para anggota. Selain itu HARPA juga dijadikan sebagai ajang silaturahmi antar pengurus, anggota kehormatan, demisioner, dan juga dewan pendiri. 

“Tujuannya sebagai eksplorasi atau acara puncak anak PSM setelah dilatih di UKM PSM. Selain itu juga sebagai ajang siltaruhami antar pengurus, anggota kehormatan, demisioner, dan juga dewan pendiri,” ujar Rudi selaku Ketua Pelaksana kepada LPM FatsOeN, Sabtu (2/11).

Dikatakan Rudi, HARPA juga merupakan salah satu dari rangkaian kegiatan hari ulang tahun UKM PSM IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Tahun ini menjadi tahun ke-24 HARPA diselenggarakan. Dengan tema Wind Beneath My Wings yang berarti seperti sayap burung, HARPA 24 menjadi HARPA yang berbeda dari tahun sebelumnya. 

Menurut Rudi, tahun ini adalah tahun pertama UKM PSM mengadakan konser musik dengan menghadirkan guest stars dari penyanyi nasional, yakni Putri Delina. Selain itu masih banyak penampilan dari band maupun penyanyi lokal seperti Ahsan dan Puja, Excercise, Bang Jem, K-Project, dan lainnya. 

"Untuk HARPA tahun ini, selain kita terlibat dari internal, kita juga melibatkan dari luar seperti Putri Delina. Kita juga bekerjasama dengan beberapa sponsor juga, dan ini hal yang pertama dari PSM,” ungkapnya.

Reporter : Puteri Gemma Guntari
Penulis   : Puteri Gemma Guntari
Sejumlah seniman internasional tampil menghibur di acara Jagakali Art Festival 8. Foto : LPM FatsOeN/Fathnur Rohman

LPM FatsOeN, Cirebon- Pembukaan acara Jagakali Art Festival 8 dilaksanakan di daerah Cadas Ngampar, Kopi Luhur Kelurahan Argasunya, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon. Jum'at (25/10). Jagakali Art Festival ini merupakan acara rutin yang diadakan oleh perkumpulan komunitas seni dan pecinta lingkungan. Acara tahun ini merupakan yang ke 8. 

Salah seorang voullenteer Jagakali Art Festival 8 bernama Telly menjelaskan, 
acara itu bermula dari keresahan seorang seniman bernama Niko terhadap lingkungan. Niko melihat banyak lingkungan yang rusak, serta banyak masyarakat sekitar yang kurang peduli terhadap lingkungan.

Niko kemudian tergerak hatinya untuk mengajak masyarakat sekitar mencintai lingkungan, namun tetap dalam kapasitasnya sebagai seorang seniman. Niko akhirnya mengadakan acara seni yang didalamnya terdapat pesan untuk menjaga lingkungan, yakni Jagakali Art Festival. 

Niko mengawali hal tersebut dengan teman-teman sesama komunitasnya untuk mengadakan acara seni. Tidak hanya itu, mereka menyelipkan pesan agar masyarakat tetap mencintai lingkungannya. Enam kali acara itu berlangsung, dan tepat pada Jagakali Art Festival yang ke 7 acara ini sudah dalam kancah internasional. Mereka mengajak teman atau kenalan dari luar negri untuk ikut serta dalam acara tersebut. 

"Setiap acara Jagakali ini tuh mengambil tempat acaranya beda-beda. Tema setiap acaranya  juga beda dengan maksud dan pesan tertentu yang terkandung di dalamnya." Ucap Telly kepada LPM FatsOeN, Jumat (25/10).

Telly menuturkan, tema yang diangkat dalam Jagakali Art Festival yang ke 8 ini yaitu Cinta Sejati. Maksud dari tema ini adalah sebagai pembuktian sejauh mana cinta kita terhadap Bumi yang sudah memberikan segalanya kepada kita.
 
Banyak rangkaian acara yang ada. Jagakali Art Festival menggaet beberapa seniman ternama, komunitas-komunitas seni, juga beberapa elemen lainnya untuk ikut serta meramaikan acara. Hal itu dilakukan untuk menarik perhatian khalayak agar ikut dalam acara tersebut, dan pesan yang hendak disampaikan bisa diterima oleh lebih banyak orang. 

Tidak hanya itu, Jagalai Art Festival juga mengadakan pra event yang dimana isinya adalah kegiatan menjaga lingkungan seperti membersihkan sungai, dan sebagainya. Hal tersebut dilakukan agar pesan utama yang dimaksud tetap sampai keda masyarakat, yaitu menjaga lingkungan.

Reporter : Ade Rahmawati
Penulis   : Ade Rahmawati
Ogoh-ogoh karya RT 14 Desa Gadingan, bertemakan Anjing Pelacak. Sumber foto : Istimewa. 

LPM FatsOeN, Indramayu- Haul Mbah Buyut Gading yang dilaksanakan pada tanggal 21-23 Oktober 2019, disambut antusias oleh masyarakat setempat. Terutama oleh para pemuda-pemudi di desa Gadingan dan Mekargading. Antusias tersebut dibuktikan dengan kreativitas pemuda antar blok dalam membuat ogoh-ogoh (gegawean). 

Dalam Haul Mbah Buyut Gading, setiap blok di desa Gadingan dan Mekargading, berlomba-lomba membuat ogoh-ogoh terbaik. Ogoh-ogoh tersebut di arak mengelilingi desa di Kecamatan Sliyeg pada puncak acara Haul Mbah Buyut Gading.

Menurut salah seorang pemuda setempat bernama Aryono, biaya yang diperlukan ketika membuat sebuah ogoh-ogoh dengan ukuran tidak terlalu besar berkisar Rp. 3,5 juta. Dirinya menerangkan, untuk mengumpulkan dana tersebut ia dan warga lainya membayar iuran atau patungan. Tahun ini Aryono serta teman-temannya membuat ogoh-ogoh bertemakan anjing pelacak. 

“Kami membutuhkan dana sekitar 3,5 juta karena tahun ini kita membuat ogoh-ogoh yang tidak terlalu besar. Dana tersebut diperoleh dari iuran warga blok setempat dan beberapa orang yang dirasa mampu, kami meminta dana sebesar 100 ribu rupiah per-kepala rumah tangga” ujar Aryono kepada LPM FatsOeN belum lama ini. 

Aryono menambahkan, tujuan pemuda-pemudi membuat ogoh-ogoh bukanlah untuk mendapat hadiah, yang biasanya diberi oleh Pemerintah Desa setempat. Melainkan agar acara Haul Mbah Buyut Gading semakin meriah, sembari mengasah kreativitas mereka. 

Dirinya berharap, supaya acara Haul Mbah Buyut Gading bisa semakin ramai. Sehingga masyarakat di luar Indramayu bisa tertarik untuk melihatnya. Selain itu, Ia juga ingin tradisi Haul Mbah Buyut Gading tidak hilang termakan waktu, agar generasi muda selanjutnya bisa mengingat warisan dari leluhurnya tersebut. 

"Saya berharap semoga di tahun depan acara haul Mbah Buyut Gading ini semakin ramai dan menarik perhatian warga luar kota juga. Diharapkan pula adat seperti ini tidak hilang termakan waktu, agar kita selaku generasi muda selalu mengingat leluhur yang telah tiada” tambahnya. 

Sementara itu, salah satu perangkat desa setempat bernama Lukman mengaku, selain melestarikan tradisi yang ada, acara Haul Mbah Buyut Gading bisa menjadi ikon untuk desa Gadingan dan Mekargading. Ia pun sangat mengapresiasi warga yang memeriahkan acara ini. 

“Kami sangat mengapresiasi acara haul Mbah Buyut Gading ini, di samping untuk melestarikan kebudayaan, juga menjadikan acara ini sebagai salah satu ikon desa Gadingan dan Mekargading, dan kami juga sangat mengapresiasi antusiame dari para warga," ucapnya. 

Reporter : Isah Siti Khodijah
Penulis   : Isah Siti Khodijah


Ilustrasi Matahari Terbit. Sumber foto : Freepik

"Di saat setiap orang menyimpan rahasia yang tak pernah terdeteksi oleh ribuan kata-kata, ketulusan dan bahasa tubuh seseorang bisa menjadi senjata untuk meruntuhkan segala macam pertahanan diri."

Seorang perempuan berhenti di bawah sorot lampu jalan, ia terlihat lelah dari gurat wajahnya yang dirundung kesedihan. Air matanya mulai berjatuhan sejak ia memasuki gang tempatnya tinggal dan pada setiap langkah perjalanannya ia mencoba menghapus tetesan air mata itu. Hingga pada puncaknya ia menyerah, tak sanggup lagi melanjutkan jalan, pun tak sanggup lagi menahan air mata agar tidak terus berjatuhan. Ia berjongkok di tempatnya berdiri, menarik urat wajah yang tertahan, lalu menangis sejadinya. 
 
Di sepanjang jalan yang sepi, tangisnya menjadi satu-satunya sumber suara di tengah-tengah keheningan malam. Ponsel yang digenggamnya bergetar sebab panggilan masuk dari seseorang. Puluhan pesan teks dan panggilan telepon dari seorang laki-laki tak pernah digubris olehnya. Ia marah pada semuanya, pada kehidupan pula. Rasanya disaat seperti ini ia ingin memutuskan hubungan dengan siapa pun, dengan teman-teman, dengan sahabat, bahkan dengan keluarganya sendiri. Dan panggilan itu kembali berakhir sebelah pihak sebelum berhasil dijawab.

Beberapa menit berikutnya, cahaya dari sepeda motor yang dikendarai oleh seorang laki-laki mampu menemukan perempuan itu, ia masih dengan posisi yang sama, berjongkok dan menangis. Laki-laki itu buru-buru menghampirinya, "Kamu kenapa? Kenapa tidak ada kabar sejak tadi sore? Kenapa pesan dan teleponku tidak dijawab? Aku khawatir, takut terjadi apa-apa sama kamu," serunya penuh nada cemas bercampur emosi.

Perempuan itu hanya menangis tak bisa mengeluarkan sepatah kata pun. Bahkan ia bukan marah pada semua orang, tapi ia pun marah pada diri sendiri. Mengapa masih seperti ini saja? Mengapa masih belum menerima takdir? Mengapa masih memikirkan hal-hal yang dibenci? Mengapa setiap masalah itu datang, hanya bisa menangis dan tidak bisa apa-apa? Mengapa?

***
Udara cukup dingin di sore hari. Ditemani semilir angin, aku duduk sembarang di meja-meja bekas yang telah usang dimakan usia. Matahari nampak begitu jingga menembus mata coklatku yang menyala karenanya. Aku berada di atap gedung tempatku tinggal, melamun tanpa arah pemikiran yang jelas. Mataku masih sedikit bengkak bekas menangis semalaman. Emosi yang masih tertahan belum puas aku luapkan, belum puas aku membentak laki-laki itu tadi malam, belum puas aku menyalakan semuanya. Hanya karena persoalan klasik yang aku sendiri sulit lepas dari permasalahan itu. 
Aku memiliki pemikiran yang konyol. Sejak SMA aku berpikir aku tidak akan pernah menikah. Saking tidak ingin menyaksikan perpisahan aku tidak pernah menjalin hubungan dengan siapa pun, lebih dari itu aku hanya takut aku mendapatkan begitu banyak rasa sakit dan kecewa dari hubungan yang aku jalani tersebut. Benar bahwa aku memiliki trauma yang begitu dalam. Aku tidak suka jika ada yang tahu bahwa keluargaku berantakan, aku marah saat ayah dan ibu selalu bertengkar, aku benci menyaksikan semua itu. Aku sangat muak.

Semua itu berjalan dengan bergulirnya waktu yang begitu cepat, tak kusangka aku hidup di tengah-tengah keadaan keluarga yang tidak sehat, 10 tahun menyembunyikan rahasia dari semua orang, menahan semua perasaan sakit hati, selalu mencoba memikirkan kebaikan yang bagiku itu begitu absurd. Mengapa aku disuruh sabar dan pasrah pada Tuhan di tengah-tengah kesendirianku menghadapi masalah ini? Aku tahu sabar itu ada batasannya dan sejak dulu aku sudah muak dengan kesabaranku, dengan kepasrahanku melihat perilaku ayah yang tidak baik pada ibu dan berdampak pada anak-anaknya.

Suatu hari aku pernah mengatakan pada ibu bahwa aku tidak akan pernah menikah dengan alasan rasa takut, lalu ibu marah. Katanya aku harus menikah, aku harus merasakan yang perempuan lain rasakan,  katanya aku juga harus memiliki seorang anak. Aku hanya tidak habis pikir, mengapa ibu masih bisa mengatakan seperti itu disaat hubungan pernikahannya dengan ayah berantakan. Aku hanya menyayangkan keputusan ibu yang tidak bijaksana. Mungkin ibu tahu, aku begitu adalah bentuk protes karena ibu tak lekas bercerai dengan ayah.
Kenapa ibu masih mempertahankan hubungan yang ia sendiri menjalaninya dengan susah payah? Dengan rasa sakit hati yang bertubi-tubi, dengan mencoba diri untuk ikhlas menerima takdir, ibu meyakini bahwa pengorbanannya bisa digantikan dengan kenikmatan di surga nanti. Omong kosong perkara surga, faktanya, ibu menjalani proses menuju surga itu dengan selalu mengeluh padaku, mengeluh tentang perilaku ayah, tentang sikap ayah, tentang keburukan ayah yang sangat aku benci. Kenapa ibu begitu? Selalu memberi kabar padaku bahwa ayah telah begini dan begitu? Membuat aku muak, membuat aku sakit hati, membuat aku ingin bunuh diri saja. Yang pasti aku tidak akan pernah menikah jika Tuhan tetap menyuruhku hidup panjang di masa depan. Itu keputusanku. 

***
Aku masih menikmati matahari yang akan pamit di ufuk barat sana, sendirian di atap gedung tempatku tinggal. Tanpaku sadari ternyata seseorang telah berdiri di sampingku, entah sejak kapan. Dia adalah laki-laki itu, yang selalu menatapku dengan keibaan paling tinggi, seolah-olah ia bisa merasakan apa yang kini kurasakan, seolah-olah ia telah hidup 10 tahun di dalam keluargaku yang hancur. Aku masih belum menyadarinya, sebelum ia menempelkan minuman cup berisi jus jeruk di pipiku. Aku kedinginan lalu menjauhi pipiku dari minuman itu. 

"Melamun saja sih, ini minum dulu," katanya memulai pembicaraan.

Aku diam, tak peduli dan menatap matahari lagi. Semilir angin meniup rambutku berulang kali, itu pun aku tidak peduli. Aku hanya melamun dan memikirkan satu kalimat yaitu aku tidak akan pernah menikah. Tidak akan. Aku tidak akan menyakiti perasaan anak-anakku nanti, tidak akan mengecewakan mereka.

"Sudahlah, sayang, ada aku di sini," laki-laki itu berbisik, meraih puncak kepalaku lalu mengelusnya lembut. Aku menoleh padanya, "Kenapa masih menemaniku? Aku bilang kan aku tidak akan pernah menikah, orangtuamu tidak mengerti hubungan kita bagaimana, 'kan?"

"Bukan begitu. Bapak dan ibu minta maaf atas kejadian kemarin, mereka gak tahu keadaan keluarga kamu bagaimana, aku sudah jelaskan dan mereka mengerti sekarang," sahutnya hati-hati.

Laki-laki itu selalu begitu, dia sangat baik dan berhati-hati merawatku. Sejak dulu ia mengetahui bahwa aku tidak akan pernah menikah, hubungan kami pun tidak diikat oleh status apa pun, meski dulu dia sangat ingin aku menjadi kekasihnya. Aku memberi banyak pemahaman dan begitu aneh, yang pemahaman itu pasti merugikan aku sebagai perempuan. Seperti pasangan lainnya, aku mengizinkannya melakukan apa saja denganku termasuk bersenang-senang di atas ranjang, tapi ia selalu menolak melakukan itu saat kutawarkan. Bagiku tidak menjadi masalah jika aku hamil sekali pun, aku senang jika aku memiliki anak darinya, aku hanya tidak bisa menerima sebuah hubungan dengan status pernikahan, aku hanya tidak ingin perpisahan yang tertulis, aku tidak ingin orang-orang tahu jika mungkin nanti aku gagal dalam pernikahan.

Kemarin malam aku kabur saat berkunjung ke rumahnya, orangtuanya menyuruh aku harus menikah, juga keluargaku harus begini dan begitu. Aku paling tidak suka orang lain dengan seenaknya menyinggung keluargaku. Belum lagi aku baru saja dapat kabar bahwa ayah berulah lagi di rumah. Aku memang sulit, terkadang pikiranku juga sakit, tapi laki-laki itu selalu datang lagi dan lagi meski sudah aku usir beribu kali. 

"Aku salah, aku yang tidak pernah dewasa menyikapi keadaan. Dan aku tetap tidak akan pernah menikah, bagaimana menjelaskan itu pada orangtuamu?" tanyaku.

"Tidak masalah, kamu hanya perlu tahu aku menunggu kamu, begitu juga dengan orangtuaku, sampai kapan pun mereka menunggu kita menikah," katanya memegang kedua pipiku, aku ditatapnya penuh harap, tapi aku hanya mampu meneteskan air mata terus menerus. Sebab aku tidak begitu tega membiarkan waktunya habis untuk menungguku dan membuatnnya kecewa, karena aku tetap memilih untuk tidak menikah.

Penulis : Poni Rahayu
Ilustrasi Alquran. Sumber foto : Republika

LPM FatsOeN, Cirebon – IAIN Syekh Nurjati Cirebon gagal menyabet gelar juara  dalam lomba Tilawatil Quran pada Pekan Ilmiah, Olahraga Seni dan Riset (PIONIR) IX PTKIN yang diselenggarakan tanggal 15-21 Juli 2019 di UIN Maulana Malik Ibrahim, Kota Malang, Jawa Timur. IAIN Syekh Nurjati Cirebon merupakan salah satu peserta PIONIR IX Tahun 2019.

Dalam ajang tersebut, IAIN Syekh Nurjati Cirebon menerjunkan sejumlah kontingen untuk mengikuti beberapa cabang perlombaan seperti dibidang ilmiah, olahraga, seni maupun riset. Dari beberapa cabang lomba itu, kontingen dari IAIN Syekh Nurjati Cirebon tidak semuanya gagal mendapat gelar juara. Beberapa cabang lomba yang meraih juara diantaranya seperti lomba Film Pendek, Hadroh, Kaligrafi, Duta Pionir, Pidato dan juga Karya Tulis Ilmiah.
Akan tetapi pada cabang lomba yang berkaitan dengan baca tulis alquran, kontingen IAIN Syekh Nurjati Cirebon gagal meraih gelar juara. Padahal IAIN Syekh Nurjati Cirebon memiliki program unggulan dalam pembelajaran baca tulis alquran, yakni Pusat Pengembangan Tilawatil Quran atau yang biasa dikenal dengan sebutan PPTQ. PPTQ yang digadang-gadangkan menjadi program unggulan milik kampus IAIN Syekh Nurjati Cirebon ini, ternyata gagal dalam mengantarkan mahasiswanya mengikuti perlombaan Tilawatil Quran pada PIONIR IX Tahun 2019. 

Hingga berita ini ditulis, LPM FatsOeN belum bisa mengkonfirmasi kepada Kepala PPTQ Umamatul Khaeriyah, terkait gagalnya kontingen IAIN Syekh Nurjati Cirebon dalam lomba Tilawatil Qur’an pada PIONIR IX tahun 2019. Namun menurut pengakuan salah satu staff PPTQ, yakni Alex, pendelegasian peserta untuk lomba Tilawatil Qur’an pada PIONIR IX Tahun 2019, pihak kampus tidak berkoordinasi dengan pihak PPTQ.

“Kalau PIONIR kemarin kami tidak tahu informasinya sama sekali, mungkin koordinasinya dengan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Saya sebagai staf tidak tahu menahu, mungkin koordinasinya dengan UKM semacam HTQ, FK3. Namun jika koordinasinya dengan kami, kami menyediakan datanya dengan real, siapa yang layak misalnya dapat nilainya A,” ujarnya, saat ditemui LPM FatsOeN, Senin (14/10).

Alex mengungkapkan, pada tahun-tahun sebelumnya, PPTQ berhasil mengantarkan delegasi dari IAIN Syekh Nurjati Cirebon mendapatkan prestasi. Salah satunya yang disebutkannya, dalam perlombaan di Universitas Brawijaya (UNBRAW), Kota Malang, Jawa Timur pada tahun lalu. Saat itu, peserta yang didelegasikan dari PPTQ berhasil menempati peringkat ke-11.

“Ini kejadian tahun lalu, ketika Wakil Rektor III masih Pak Farihin, merekomendasikan PPTQ dalam mendelegasikan peserta lomba di UNBRAW. Pada waktu itu, dari sekian universitas, kami berada di peringkat ke-11,” jelasnya.

Sementara itu, menurut penuturan Ririn Rahayu, mahasiswa Tadris IPA Biologi semester V yang juga merupakan delegasi cabang lomba Tilawatil Quran dari Kontingen IAIN Syekh Nurjati Cirebon mengatakan, bahwa dirinya menjadi delegasi bukan direkomendasikan oleh PPTQ. Ririn mengaku, jika ia mengikuti sleksi langsung yang diadakan oleh akademik. 

“Kalau lomba PIONIR kemarin saya tidak melalui Lembaga PPTQ, akan tetapi mengikuti seleksi langsung dari akademik,” tutur Ririn.

Ririn menyampaikan, adanya pembelajaran baca dan tulis alquran oleh PPTQ sebenarnya sangat membantu saat perlombaan Tilawatil Quran  di PIONIR IX lalu. Namun meski begitu, dirinya merasa bahwa peserta dari kampus lain sangat berkompeten, sehingga akhirnya dirinya tersisihkan.

“Sebetulnya saya sangat terbantu dengan ilmu yang didapatkan dari pengajaran PPTQ, karena penilaiannya bersangkutan dengan ilmu tajwid juga. Namun, kemampuan dari peserta lainnya lebih bagus jadi saya kalah saing dengan mereka,” ucap dia.

Reporter : Puteri Gemma Guntari, Siti Khotimah
Penulis : Puteri Gemma Guntari
Ilustrasi Mahasiswa IAIN Syekh Nurjati Cirebon, saat menggunakan sarana wifi. Foto : LPM FatsOeN/Fathnur Rohman

LPM FatsOeN, Cirebon - Berbagai macam cara dilakukan mahasiswa agar bisa mengakses sarana wifi yang ada di kampus IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Contohnya  Anggun, mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam semester V. Ia mencoba mengakses wifi, dengan cara meminjam NIM (Nomor Induk Mahasiswa) dari mahasiswa lain atau dengan menggunakan username nama jurusan. 

“Kalau akses wifi kampus, Anggun biasanya pake username nama jurusan sih,  terus paswordnya 123 atau mengggunakan NIM kaka tingkat yang jarang digunakan lagi, soalnya NIM Anggun belum bisa dipakai" ucapnya, saat ditemui LPM FatsOeN. Kamis, (17/10).

Anggun merupakan salah satu dari sekian mahasiswa, yang sedikit kesusahan untuk bisa mengakses fasilitas wifi kampus. Sebenarnya, dalam mengakses fasilitas wifi di kampus cukup mudah. Biasanya mahasiswa hanya perlu menggunakan username NIM sendiri dan password dari nama sendiri. Namun, untuk mahasiswa baru dan tiga tahun kebelakang, mereka memiliki kendala saat mencoba mengaksesnya. Hal tetsebut dikarenakan  NIM mereka belum terdaftar di PTIPD (Pusat Data Informasi dan Pangkalan Data).

Ketua PTIPD, Darwan mengakui hal itu. Kebayakan mahasiswa tersebut belum mempunyai Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) . Padahal KTM merupakan tanda, jika mereka adalah mahasiswa IAIN. Mengingat, yang boleh mengkses wifi kampus hanya mahasiswa, dosen, serta civitas akademik IAIN Cirebon lainnya.

“Tahu dia mahasiswa kita kan ngelihatnya bisa dari KTM” kata Darwan.

Darwan menyampaikan, untuk bisa mengakses wifi membutuhkan KTM. Maka dari itu Darwan memberikan tawaran untuk mahasiswa agar datang langsung ke kantor PTIPD untuk mendaftar.

“Silahkan mahasiswa yang belum bisa mengakses wifi kampus, datang langsung ke PTIPD dengan membawa KTM” tambah Darwan. 

Dirinya juga menyarankan, jika masih ada mahasiswa yang belum mempunyai KTM, maka alternatifnya bisa menggunakan KTM sementara atau dari jurusannya  masing-masing. Pihak jurusan harus melakukan insiatif iventarisir mahasiswanya yang belum bisa mengakses wifi dengan membuat daftar nama, jurusan, NIM, serta passwordnya

Reporter : Nur Azizah
Penulis : Nur Azizah
Resensi novel :
1. Identitas Buku
Judul Buku : Orang-orang Biasa 
Nama Pengarang : Andrea Hirata
Nama Penerbit : Penerbit Bentang (PT. Bentang Pustaka)
Ketebalan Buku : 20,5 cm (xii + 300 halaman)
Tahun Terbit : Februari, 2019.

Buku ini menceritakan tentang seorang Andrea Hirata yang gagal membawa Putri Belianti, seorang anak miskin yang cerdas, masuk ke sebuah fakultas kedokteran di Universitas Bengkulu. Siapa yang tak mengenal Andrea Hirata, seorang penulis hebat juga menginspirasi banyak orang, Indonesia patut bangga memiliki Andrea Hirata. Di dalam novel ini kita dapat melihat kekecewaan berat yang dialami oleh Andrea Hirata. Betapa begitu sulitnya melanjutkan pendidikan di Indonesia, meskipun telah berjuang sampai batas, namun akhirnya gagal karena dipatahkan oleh mahalnya uang muka yang ditawarkan universitas. 

Pengantar buku ini berlatar di sebuah kota yang naif bernama Belantik, yang menceritakan tentang penduduk kota yang begitu apa adanya, tidak munafik. Pada halaman 5 ditegaskan bahwa penduduk kota Belantik adalah penduduk yang jika ada masalah mereka cenderung menyelesaikannya secara kekeluargaan. Mereka bukan orang-orang yang kasar. Mereka berjiwa humor, tak suka melanggar hukum dan respek pada otoritas. Jika mereka miskin mereka bersahaja; jika mereka kaya mereka tidak rakus; jika mereka miskin dan mereka tidak kaya mereka tidak ada. Bagi saya Belantik mencerminkan beberapa karakter penduduk di Indonesia, melihat beberapa isu negara yang berkembang saat ini, masih ada sebagian orang yang tetap santuy menjalani kehidupannya bukan? Begitulah Belantik.

Orang-orang biasa bukanlah kumpulan 10 kawan yang direkrut oleh sang penulis untuk menjadi 10 karakter yang unik dalam sebuah novel. Orang-orang biasa adalah 10 kawan yang dipertemukan sebab memiliki takdir hidup yang sama sewaktu di sekolah. Mereka adalah Debut, Dinah, Salud, Sobri, Handai, Tohirin, Honorun, Rusip, Nihe dan Junilah. Mereka memiliki kesamaan sejak di bangku sekolah dasar, mereka sama-sama dibully, sama-sama bodoh, sama-sama miskin, meskipun begitu mereka tahu bagaimana menikmati hidup dengan sederhana tanpa penuh manipulasi.
Sekumpulan orang-orang biasa yang menjadi karakter dalam sebuah novel bukanlah tugas yang mudah bagi seorang penulis untuk menyelesaikan tulisannya. Dengan cara berpikir Andrea Hirata, ia mampu menjadikan kesepuluh orang-orang biasa ini menjadi 10 orang yang memiliki karakter unik dan mampu melakukan hal-hal hebat. Patutlah kiranya, novel ini bisa menjadi novel bestseller lainnya dari seorang Andrea Hirata. Novel ini benar-benar novel ajaib. Mengapa ajaib? Sebab tidak hanya menguras kegetiran saja saat membacanya, tetapi juga ada humor yang unik, menyinggung bullying, keacuhan seorang guru, kriminalitas, persahabatan, serta penyelesaian masalah dalam novel ini yang tidak dapat ditebak.

Belajar memang hak semua anak bangsa, maka benar seruan Andrea Hirata pada lembar ketiga pada novel ini bahwa, mereka yang ingin belajar, tak bisa diusir. Berkisah tentang Aini seorang anak dari ayah yang meninggal dunia tanpa diketahui sebabnya apa, membuat Aini banting stir menjadi semangat belajar, belum lagi adiknya juga meninggal dunia sebab sakit seperti ayahnya. Ia dan ibunya, Dinah, yang telah menjadi predikat bodoh dalam matematika oleh guru Tri Wulan, berubah siang dan malam tak henti-hentinya belajar dan mencintai matematika. Sampai pada akhirnya ia dinyatakan lulus masuk ke sebuah universitas. Perjuangan Dinah dan ke-9 kawan-kawannya dalam membantu Aini masuk ke fakultas kedokteran bukanlah hal yang main-main. Mereka mengorbankan banyak hal; pikiran, tenaga, dan material, hanya untuk seorang anak miskin yang cerdas. Ini bukan lagi tentang persahabatan yang tumbuh sejak di bangku sekolah dasar tapi tentang perjuangan seorang anak meraih cita-citanya.

Penulis : Poni Rahayu
Film Joker 2019/Dok. DC Pictures

Seperti film Joker yang disutradarai Todd Phillips yang akhir-akhir ini sedang hits. Arthur Fleck sebagai tokoh utama, digambarkan menderita gangguan jiwa. Dia mengalami tekanan mulai dari terisolasi, diintimidasi dan diabaikan oleh masyarakat. Berbagai tekanan tersebut membuatnya berubah menjadi sosok Joker atau yang dikenal sebagai dalang kriminal. Dalam Joker, tindakan Fleck dipicu ketika ia marah, malu, terkejut atau gugup dalam situasi publik.

Menurut data dari World Health Organization (WHO), dalam rentang usia 15 - 29 tahun, satu orang setiap 40 detik dapat melakukan bunuh diri dan upaya bunuh diri. Jika dijumlah, tiap tahunnya hampir 800.000 orang meninggal karena bunuh diri dan lebih dari 20 dengan upaya bunuh diri. Bunuh diri terjadi di semua wilayah di dunia. Faktanya, 79% dari bunuh diri global terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Sementara hubungan antara bunuh diri dan gangguan mental seperti depresi dan gangguan penggunaan alcohol, biasanya terjangkit oleh orang-orang yang sudah mapan, dan banyak yang bunuh diri secara impulsif di saat-saat krisis. 

Di Indonesia sendiri, dari data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi gangguan mental emosional yang ditunjukan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan sebesar 6% untuk usia 15 tahun ke atas atau sekitar 14 juta orang. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia, adalah 1,7 per 1.000 penduduk atau sekitar 400.000 orang. Angka ini meningkat dibandingkan tahun 2013 yaitu sebesar 6%. Penderita gangguan mental di Indonesia banyak yang mengalami perundungan dari orang sekita hingga tak  sanggup berobat. 

Setiap tanggal 10 Oktober menjadi peringatan hari kesehatan jiwa internasional, termasuk Indonesia mengikuti ketetapan World Federation for mental Health (WFMH) sebagai kepedulian global akan pentingnya meningkatkan kepedulian terhadap orang dengan gangguan jiwa. Menurut sejarah, penetapan peringatan hari kesehatan jiwa sedunia dilatarbelakangi dari sebuah program yang dirancang oleh WFMH pada tahun 1992, dengan membawa misi untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran masyarakat seluruh dunia mengenai kesehatan jiwa.

Peringatan hari kesehatan jiwa sedunia tidak sematamata untuk mengenang hari penting yang bersejarah, namun menjadi inspirasi bagi mereja yang mengalami depresi bullying, disebabkan oleh banyak faktor diantaranya faktor sosial dan tekanan dari lingkungan yang mengakibatkan resiko gangguan jiwa ringan maupun berat semakin meningkat. Selain itu, faktor pengalaman kehilangan, kesepian, diskriminasi, putusnya hubungan, masalah keuangan, sakit kronis dan penyakit, kekerasan, pelecehan, dan konflik atau keadaan darurat kemanusiaan lainnya juga menjadi risiko terkuat untuk upaya bunuh diri.

Peringatan hari kesehatan jiwa sedunia tidak sematamata untuk mengenang hari penting yang bersejarah, namun menjadi inspirasi bagi mereja yang mengalami depresi bullying, disebabkan oleh banyak faktor diantaranya faktor sosial dan tekanan dari lingkungan yang mengakibatkan resiko gangguan jiwa ringan maupun berat semakin meningkat. Selain itu, faktor pengalaman kehilangan, kesepian, diskriminasi, putusnya hubungan, masalah keuangan, sakit kronis dan penyakit, kekerasan, pelecehan, dan konflik atau keadaan darurat kemanusiaan lainnya juga menjadi risiko terkuat untuk upaya bunuh diri.

Permasalahan kesehatan mental di Indonesia masih dianggap remeh oleh masyarakat. sehingga tidak heran jika banyak orang yang memiliki masalah dengan kesehatan mentalnya diabaikan. Masyarakat Indonesia masih memberi stigma yang uruk terhadap isu-isu kesehatan mental. Penderita gangguan mental di Indonesia banyak yang menerima perlakuan diskriminatif dan tidak manusiawi. Buruknya penanganan pada penderita gangguan kejiwaan di Indonesia.

Penanganan yang salah sering terjadi. Masih banyak orang-orang dalam masyarakat tradisional yang beranggapan bahwa gangguan kejiwaan disebabkan oleh roh jahat, perbuatan dosa, hingga disebut kutukan. Dimana seharusnya diberikan terapi pendekatan psikologi, para penderita gangguan kejiwaan ini justru dibawa ke paranormal, bahkan sampai ada yang dikurung dan dipasung. 

Kesehatan mental memegang peranan penting dalam diri khususnya bagi para remaja, di mana merupakan fase peralihan dari anak menuju dewasa sehingga terjadi banyak perubahan. Mulai dari perubahan secara fisik, hormon, kecerdasan, emosi dan perilaku. Tuntutan sosial semakin tinggi, situasi juga semakin kompleks. Perubahan gaya hidup dapat memicu terjadinya kebingungan dan stres yang jika tidak tertangani dapat mengarah pada terjadinya suatu gangguan.

Dengan proses masa transisi tersebut, remaja biasanya dinilai sebagai kelompok usia sehat. Namun ternyata, kurang lebih 20% remaja mengalami masalah kesehatan mental. Jenis masalah kesehatan mental yang umum terjadi adalah depresi dan kecemasan. WHO menyatakan bahwa 75% gangguan mental emosional memang umum terjadi sebelum usia 24 tahun. Dalam berbagai kasus, bunuh diri merupakan akibat dari permasalahan kesehatan remaja.Tidak hanya pada remaja, menurut pikiranrakyat.com. Sekitar 78% mahasiswa, selama mejalani studi pernah mengalami masalah gangguan kesehatan mental atau mental health (MH). 40 persen di antaranya selain menimbulkan penderitaaan juga mengganggu prestasi akademisnya‚ dan 33,2% serius memikirkan tindakan bunuh diri. Bunuh diri 3 orang mahasiswa selama 3 bulan di sebuah perguruan tinggi adalah puncak gunung es dari permasalah MH di perguruan tinggi. Hal itu diungkapkan oleh dokter spesialis kejiwaan dr Teddy Hidayat dalam Pelatihan Penanggulangan Pertama terhadap Gangguan Jiwa di Kalangan Mahasiswa (Mental Health First Aid (MHFA) Perguruan Tinggi) yang digelar di Gedung Sate, Jalan Diponegoro Kota Bandung, Sabtu 24 Agustus 2019.

Dunia perkuliahan adalah masa transisi yang menuntut seseorang untuk mulai hidup mandiri dan dapat mengatur segala sesuatunya sendiri, terlebih jika harus tinggal jauh dari orangtua. Stres berat yang diterima selama masa kuliah, baik dari segi tuntutan pembelajaran maupun lingkungan yang beradaptasi, dapat memengaruhi kesejahteraan mental seorang mahasiswa. Tuntutan sosial semakin tinggi, situasi juga semakin lebih mempengaruhi.

Permasalahan kesehatan mental pada mahasiwa di perguruan tinggi, sampai saat ini belum mendapat perhatian lebih. Sehingga masalah mental health pada mahasiswa tidak terdeteksi, tidak diobati, menjadi kronis‚ menambah jumlah yang gangguan kesehatan mental bahkan hingga kematian. 

Selain itu,  bunuh diri dan krisis mental yang berhubungan dengan kesehatan jiwa meningkat, prestasi akademis rendah dan droup out. Akibatnya mahasiswa  berkurangnya kesempatan mengembangkan skill maupun kemampuan dan kehilangan hari-hari produktif. Perubahan gaya hidup dapat memicu terjadinya kebingungan dan stres yang jika tidak teridentifikasi dan tidak tertangani dapat mengarah pada terjadinya suatu gangguan. 

Kesehatan mental sampai saat ini masih belum dianggap penting atau prioritas, padahal kemungkin mereka itu adalah orang terdekat. Pengetahuan dan pemahaman yang terbatas mengenai kesehatan mental menyebabkan banyak masyarakat yang tidak mengetahui apa yang harus mereka perbuat. 

Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO mengajak kepada setiap pemerintah di berbagai negara untuk ikut terlibat dalam permaslahan sosial, kesehatan, serta edukasi kesehatan terutama pada generasi muda. Karena mereka yang masih muda merupakan penerus bangsa di masa depan.

Sebagai mahasiswa, seharusnya memilliki kesadaran akan pentingnya kesehatan mental. Salah satunya dengan merangkul, mendengarkan mereka yang sedang depresi agar sedikit mengurangi beban pikiran yang sedang dialaminya. Selain itu kita sebagai mahasiswa juga dapat memberi pemahaman yang tepat kepada masyarakat bahwa kesehatan mental bukan sebuah hal buruk dan mistis. Apalagi tantangan dan pengaruh kemajuan teknologi yang bisa menimbulkan efek negatif apabila salah dalam menyikapi.

“The worst part of having a mental illness is people expect you to behave as if you don’t.” - Arthur Fleck (Joker)

"Bagian terburuk dari memiliki gangguan mental adalah orang-orang mengharapkan kamu untuk bertingkah seolah kamu tidak memiliki gangguan mental."

Penulis : Zainab Muazzaroh
Cuplikan Film Gundala 2019/Dok. Screenplays

Yang menarik dari film Gundala salah satunya karena Film ini menyorot kesenjangan kelas sosial yang sangat kita akrabi dalam struktur masyarakat kita. 

Ada kelas elit yang direpresantikan oleh DPR dengan pakaiannya yang selalu rapih, mengendarai mobil mewah dan rapat-rapat di kantor. Konflik di kelad ini berkutat soal sikut menyikut antar golongan demi kepentingan masing-masing.

Tidak terlalu jauh dari gedung DPR, para pemuda dan anak-anak hidup dalam dunia yang kacau dan serba terbatas. Bangunan-bangunan kumuh mengingatkan saya pada lanskap kampung miskin kota yang pengap dan berjubel. Kampung kota yang hanya melahirkan para kriminal dan orang-orang  brutal level mampus. Sebuah distopia di tengah kemewahan dan gedung-gedung tinggi.

Sancaka kecil (Muzakki Ramdhan) lahir dan besar di tengah-tengah distopia itu. dunia yang kumuh dan brutal membuat dia terampil berlari dan berkelahi. Dua keahlian yang mengantarkannya menjadi laki-laki dewasa dan kelak menjadi Gundala.

Gundala adalah tokoh super hero berkekuatan petir. Film ini menjadi pembuka Jagat Sinema Bumi Langit yang akan melahirkan tokoh berkekuatan super lain. Sebagai film pembuka saya rasa Gundala gagal menghidangkan aksi seorang super hero. Beberapa bagian yang penting justru  diekseskusi terburu-buru seperti ketika Gundala mendapat kekuatan petir dan dia membuat kostum super heronya sendiri.

Ekpetasi keseruan menikmati aksi super hero juga berkurang akibat koreografer yang payah. Perkelahian antara Gundala dan musuh-musuhnya terasa lambat dan hambar.

Saya ingin mengatakan bahwa Sancaka (Abimana Aryasatya) lebih menarik perhatian ketimbang ketika dia memakai kostum menjadi Gundala. Alasannya karena tagline patriotisme film ini.

"Negri ini butuh patriot". Akibat tagline ini, ekpetasi saya film gundala akan menyuguhkan tema patriotisme yang sama dengan film-film yang berlatar kemerdekaan yang saban 17 agustus diputar stasiun televisi. Ekpetasi saya itu nyatanya salah belaka sampai kemudian Ridwa Bakri (Lukman Sardi) yang seorang politisi, mengeluarkan petatah petitih soal membela Negara kepada Gundala. Semenjak itu ternyata tema patriotisme Gundala tidak jauh beda dengan tema patriotisme ala film-film 17an itu.

Semenjak dikenal publik karena keberhasilannya melawan para pengacau terekam kamera cctv dan tersebar di jejaring internet, Gundala menjadi harapan besar semua orang untuk bisa menyelesaikan semua urusan negara yang sedang terjadi.

Masa dimana urusan negara selesai dengan kekerasan dan senjata sudah selesai pasca runtuhnya kolonialisme Belanda. Perubahan selanjutnya dimotori oleh orang yang mengorganisir diri dan berserikat. Kepahlawanan Gundala yang kuat seorang diri hanya melahirkan tokoh idola yang akan disembah sujud.

Idola adalah sekumpulan harapan kita tentang sesuatu yang tidak akan pernah bisa kita miliki yang kita bebankan kepada orang lain. Terjebak di dalamnya membuat kita terlena dan kian rentan. Adalah Pengkor (Bront Palarae) yang justru menjadi musuh Gundala yang menyadarkan kita soal itu.

"Apa yang berbahaya adalah simbol Harapan. Harapan bagi rakyat adalah candu. Dan Candu itu bahaya” katanya. Dan rasa-rasanya saya setuju.

Penulis : Firdaus Habibu Rohman

PISA merupakan sistem ujian yang diinisiasi oleh Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD), untuk mengevaluasi sitem pendidikan dari 72 negara di seluruh dunia. Setiap tiga tahun, siswa berusia 15 tahun dipilih secara acak, untuk mengikuti tes dari tiga kompetinsi dasar yaitu membaca, matematika  dan sains. Indonesia sudah bergabung dengan PISA sekitar tahun 2000 dan pada tahun 2015 Indonesia mengalami kenaikan nilai dari setiap tesnya dibanding dengan tes sebelumnya dengan rincian nilai sains 403 poin, matematika 386 poin dan membaca 397 poin. Dimana nilai rata-rata dari OECD adalah 500 poin. Indonesia pada saat itu menduduki peringkat 62 untuk sains, 61 untuk membaca dan 63 untuk matematika dari 69 negara yang dievaluasi. Yang menduduki peringat pertama di evaluasi ini adalah Singapura.

Hal ini menunjukkan kemampuan berpikir analisis siswa Indonesia masih terbilang rendah karena soal-soal yang diujuikan pada tes PISA terbilang membutuhkan daya pemiikran yang tinggi. Hal ini dapat pula disebabkan karena siswa di luar negeri  lebih sering terbiasa mengerjakan soal-soal yang terbilang HOT. Jika  siswa di Indonesia lebih suka soal-soal yang mudah, berupa pilihan ganda atau sama dengan contoh yang diberikan. Bahkan ada yang sekedar hanya ingin mendapatkan nilai ia tidak benar-benar mendalami materi yang diajarkan, siswa yang sekolah belum tentu ia belajar. Bahkan siswa PAUD di luar negeri sudah ditekankan budaya membaca sejak dini agar terbiasa hingga dewasa, sementara di Indonesia siswa PAUD tidsk ditekankan kepada budaya membaca melainkan sebuah belajar sambil bermain. Padahal 90 % pertumbuhan otak terjadi pada usia balita. Bahkan setelah siswa memasuki SD dan SMP pun minat bacanya masih terbilang rendah. Kurangnya arahan guru untuk mengajak siswanya  banyak membaca, dan kurangnya bahan buku bacan menjadi pemicu siswa di Indonesia kurang menyukai membaca. Biasanya perpustakaan di sekolah-sekolah hanya menyediakan buku-buku paket saja ataupun jika ada buku bacaan lainnya hanya ada beberapa saja jadi siswa merasa bosan, berbeda dengan negara lain seperti Eropa yang menyediakan bahan  bacaan dengan sangat banyak sehingga  siswa menjadi minat untuk membaca karena  banyak referensi bacaan. Para orang tua juga terkadang menghalang- halangi anak untuk berpikir analis misalnya ketika seorang anak bertanya kepada ibunya mengapa harus begini? Buat apa? Untuk apa ? atau sebagainya biasanya orang tua merasa kesal jika ada anak anak yang banyak bertanya bahkan ada yang sampai metamaharinya apabila terus-menerus bertanya sehingga nanti ketika sekolah anak akan malu untuk bertanya padahal pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh anak tersebut itu adalah sebagai pengembangn pola berfikir seorang anak.
 
Dan Guru-guru di negara maju pun rata-rata sampai jenjang S2 sehingga metode pengajaran menjaadi lebih baik karena guru tersebut memiliki banyak pengalaman. Kurangnya motivasi belajar yang diberikan guru juga mempengaruhi terhadap semangat belajar siswa. Guru di Indonesia kebanyakan hanya sekedar memenuhi tugasnya saja jika sudah memberikan materi yang sesuai bahan ajar dirasa semua tugas sudah terselesaikan. Padahal seorang guru selain memberikan materi harus mampu membuat siswa menjadi semakin semangat dalam belajar, menjadikan belajar sebagai kebutuhan guna menambahkan kemampuan berfikir siswa. Karena kurangnya semangat belajar sehingga siswa di Indonesia masih kurang menghargai waktu ketika waktu belajar di Sekolah ia tidak benar-benar memanfaatkannya ketika guru sedang menjelaskan masih ada yang mengobrol, mencoret-coret kertas ataupun sebagainya terutama dalam pembelajaran matematika sehinggaa  siswa di Indonesia sebagian kurang menguasai konsep dan ketika dihadaapkan dengan permasalahan atau soal yang komplek mereka tidak langsung memahami bagaimana menyelesaikannya. Bahkan ketika diberikan tugas siswa banyak mengeluh sehingga terjadilah kasus contek-mencontek bukan kerjasama padahal siswa akan memahami lagi jika memperdalam lagi di rumah. Anehnya  siswa Indonesia banyak yang mengininkan cita-cita tinggi tetapi apa yang ia usahakan tidak sebanding dengan apa yang di inginkan sehingga terjadilah mendapat pekerjaan yang tidak sesuai dengan apa yang ditempuh.

Penulis : Nisa Nurhasanah
(Ilustrasi : Printerst) 
Manusia itu makhluk ciptaan tuhan yang diciptakan dengan berbagai karakter, dengan berbagai model, berbagai sifat dan berbagai lainnya yang intinya mereka berbeda-beda. Ada yang mempunyai banyak sudut pandang yang bisa mereka gunakan namun ada juga yang hanya menggunakan satu sudut pandang yang dengan keegoisannya membenarkan segalanya. Manusia itu makhluk sosial benarkan ? Tapi apakah semua manusia itu harus bersosialisasi dengan gaya yang sama ? Dan  itulah kawan pertanyaan yang bisa kita jawab dengan menggunakan sudut pandang masing-masing . Terserah penafsiranmu seperti apa ? Kau bebas berekspresi dengan segala sudut pandang yang kau punya bagaimanapun cara pandangmu itu hakmu. Tidak ada yang melarang tidak akan ada yang menghakimi kan ?? (mungkin). Begitu pun dengan aku, aku bebas menggunakan sudut pandangku bebas mengekspresikan apa yang ada pada diriku. Hmm itu sih sebenarnya poin utama dari cerita ini. Cerita anak manusia yang seolah dipandang tidak ada keberadaannya padahal manusia itu saling membutuhkan ralat jika aku boleh sombong aku tidak membutuhkan mereka manusia-manusia yang tidak perlu kujelaskan, tapi sayang hukum alam tidak memperbolehkan ku seperti itu. Aku tidak bisa menolak kenyataan kan ? Kalian pasti tahu cerita ini akan dibawa ke mana ?

Berjuta tanya dalam pikiranku itu terkadang tidak akan pernah ada jawabannya. Aku yang tidak bisa memahami mereka atau mereka yang tidak bisa memahami ku. Drama memang  jika selalu dipertanyakan, bukannya kita semua tahu teorinya bahwasanya manusia harus saling memahami untuk bisa saling berhubungan ? Tapi sayang jika aku boleh sombong  (lagi) aku tidak mau memahami mereka dan bisa ditarik kesimpulan aku tidak ingin berteman dengan mereka. Dan kalian pasti tahu kan apa alasanku ?? Mereka itu hanya ingin dipahami tanpa bisa memahamiku (Baca : Mereka bukan golongan ku) . Tapi sekali lagi aku tidak bisa menolak kan ? Sudah hukum alam ingat! Untuk orang-orang seperti ku tentunya.

Mereka bilang “Kamu ini manusia aneh”
Mereka bilang “Kamu ini manusia kaku”
Mereka bilang “Kamu ini manusia dengan dunia sempit”
Mereka bilang “Kamu ini manusia yang tidak punya kawan”
Mereka bilang “Kamu ini manusia yang tidak bisa berkomunikasi”
Mereka bilang

Aahh cukup. Stop tidak lagi ingin kudengar ocehan mereka. Mereka itu tidak tahu aku bagaimana ? Mereka itu hanya tahu namaku tanpa mengenalku. Mereka bahkan tidak tahu bagaimana indahnya duniaku. Duniaku itu sangat indah, Indah sekali. Jika aku ceritakan bagaimana indahnya duniaku , sini  jadi temanku tapi sayang butuh seleksi khusus hehe. Jika aku menuliskan indahnya duniaku dalam cerita ini maaf aku tidak bisa karena apa ? Tidak akan pernah selesai. Seberapa banyak halaman pun tetap saja aku tidak akan puas. Dan mungkin percuma juga karena kalian tidak akan memahamiku.

Tapi tenang aku tetap akan menuliskannya walaupun ya hanya sebagian kecil dari keindahan itu. Karena seperti yang sudah kubilang percuma saja banyak cerita namun kalian tetap tidak memahamiku.
Kalian bilang Aku ini manusia aneh ??
Bagaimana aku menjelaskannya ya ? Mungkin benar aku ini aneh. Aneh karena memilih berdiam diri tanpa suara saat keramaian itu ada. Bahkan memilih pergi dan berteman dengan kesendirian. Kalian tahu tidak ? Kesendirian ku itu sangat menarik indah untuk dinikmati dari pada beramai-ramai yang tujuannya saja kadang masih dipertanyakan ? Iya masih dipertanyakan menurutku. Sendiri itu bebas, Berbicara dengan imaji apapun itu tanpa ada manusia lain yang menghakimi karena perbedaan. Aku perjelas SENDIRIKU LEBIH MENYENANGKAN DENGAN KERAMAIAN KALIAN. Apa masih aneh ?

Okeh terserah.

Kalian bilang Aku ini manusia kaku ?
Hmmm... mungkin ada benarnya tapi coba deh kalian tanya kepada manusia-manusia yang telah lulus seleksi menjadi “Teman” ku itu. Tanya saja mereka. Untuk pembelaan kali ini aku jelaskan yaa Aku itu bukan manusia kaku hanya kalian saja yang tidak beruntung (baca : Tidak lulus Seleksi menjadi makhluk bernama “Temanku”).  Okeh bagaimana ? Sudah mulai paham ?

Kalian bilang Aku ini manusia dengan Dunia Sempit ?
Boleh aku tanya ? Seberapa luas dunia kalian ? Ah iya manusia kan memang seperti itu merasa dirinya paling besar hmm hukum alam (lagi) . Dunia ku mungkin memang sempit karena saking sempitnya kalian tidak bisa memasukinya benar kan ? Hey dunia kita itu memang berbeda aku tahu dunia kalian seperti apa ? Dan maaf aku tidak minat. Kalian saja yang tidak tahu bagaimana luasnya dunia ku . Oh iya aku beri satu rahasia ya ternyata Dunia imaji itu lebih menyenangkan daripada dunia nyata. Ga percaya kan ? Coba deh biar kalian tahu bagaimana luas dan indahnya duniaku itu hehe.
Kalian bilang apa lagi ya tentang ku ?
Kalian bilang Aku tak punya kawan ya ??
Hmm bagaimana menjelaskannya ini ? Sebenarnya aku tidak suka bercerita seperti itu karena itu sudah melewati batas heyy!!. Batas yang aku buat karena jika dilanjutkan pasti akan membentuk ketidaknyamanan terhadap diri ini hmm mari berpikir. Tapi karena memang tujuan awalnya seperti itu oke aku rela berada dalam ketidaknyamanan itu. Aku itu punya kawan ya walaupun tidak sebanyak kalian eh sebentar kalian lupa ya kalau yang menjadi temanku itu harus melewati seleksi yang panjang dan hanya orang yang beruntung saja kan hehe. O iya jika kalian lupa lagi Aku itu makhluk istimewa yang suka berkawan dengan imaji menyendiri menikmati dunia sesungguhnya. Ya seperti itu.

Dan terakhir kalian bilang apa ?
Kalian bilang Aku tidak dapat berkomunikasi dengan baik ?
Untuk kali ini aku sedikit membenarkan kadang aku bingung aku ini manusia apa ? Aku sendiri lebih memilih diam dan menuliskan semuanya. Tapi bukan kah kita memang berbeda. Jika menurut kalian definisi komunikasi dengan baik itu seperti itu seperti yang kalian inginkan maaf aku menolak dengan keras. Aku lebih suka diam menyendiri bercerita dengan imaji menuliskan semuanya dan pada akhirnya semua itu tersimpan menjadi cerita seperti yang kuinginkan tanpa ada manusia yang mengatur tanpa ada manusia yang menghakimi. Aku bebas mengomunikasikan segalanya terserah inginku bagaimana. Bermain dengan segala huruf  yang menjadi kata berubah lagi menjadi kalimat lalu paragraf kemudian menjadi halaman dan akan terus berlanjut sampai aku sendiri yang menutup halaman itu.

Sudah Paham ?

Terserah ingin kalian bagaimana tapi satu hal sebenarnya manusia seperti ku ini istimewa.

Sangat istimewa. Aku memang Aneh Aku memang kaku dan apapun persepsi kalian tapi yang jelas jangan ganggu hidupku ini dengan segala persepsi kalian yang jujur aku risih aku muak dengan semuanya. Duniaku ya duniaku dan duniamu ya duniamu. Definisi kehidupan kita berbeda kan ?

Sampai sini paham ?

Penulis : Nurul Chotimah

Ilustrasi : Google Images
Suatu hari di sebuah daerah yang tak terpencil juga tak bisa disebut sebagai wilayah maju dan modern, hidup seorang pemuda yang duduk di bangku sekolah menengah atas. Dia adalah orang yang punya penampilan tenang namun mata hitamnya memancarkan tatapan tajam. Teman-temannya biasa memanggilnya dengan sebutan Bang. Sekolah tempatnya belajar adalah sekolah yang terkenal dengan siswanya yang kotor dan serampangan. Guru di sana sudah tak mampu lagi memperbaiki sifat peserta didiknya.

Bang yang risih dengan orang-orang yang kotor dan biasa membuang sampah sembarangan pun sudah tak tahu harus bagaimana. Dia hanya bisa beradaptasi dengan lingkungan sekolahnya, sampai suatu hari saat dia sedang makan di kantin salah satu geng lewat dan membuang sampah plastik tepat di meja tempat Bang menyantap makanannya. Merasa terganggu, dia memanggil salah seorang yang membuang sampah tersebut.

“Woy, lu. Jangan buang sampah sembarangan di sini!” ujar Bang dengan nada sedang, menahan emosi. Si pelaku yang dimaksud si Bang menghentikan langkahnya dan berbalik.

“He? Lu ngomong sesuatu? Kuping gue belum siap tadi,” balas si lelaki yang membuang sampah itu.

Bang berdecak sambil berdiri meninggalkan kursinya dan berkata, “Oh, oke. Jadi gini bro—“

“—dah jangan banyak basa-basi, langsung ajah!” potong si lelaki dengan nada menyolot. Dia mengangkat kepalanya dan menatap sinis kepada Bang.

Bang menarik napas pendek dan mendekat ke hadapan lelaki itu dengan kepala mengangguk-angguk. Setelah menelan ludah beberapa kali, Bang menggeberak salah satu meja kantin yang terbuat dari kayu jati. Suaranya cukup keras sampai seluruh orang di kantin memusatkan pandangan kepada mereka.

"Gue suka gaya lo. Laki-laki nggak usah banyak omong. Kita ke lapangan sekarang,” ujar Bang dengan nada yang sangat tenang. Suara siulan terdengar dari salah satu orang dalam komplotan si lelaki pembuang sampah itu.

Lelaki itu tersenyum kecut. Ia menatap sekeliling sebelum mengarahkan pandangan tajamnya ke arah Bang dan berkata, “Gue ladenin.” Satu kalimat itu sudah cukup untuk menaikkan tensi seluruh orang dalam ruang kantin. Belum sampai sepuluh detik, informasi mulai merambat seperti api yang membakar jerami.

Berbondong-bondong orang mengikuti Bang dan si lelaki pembuang sampah itu sampai ke lapangan. Sebuah lingkaran terbentuk di tengah lapangan sekolah yang panas. Tanpa basa-basi, Bang langsung menyerang si lelaki itu. Perkelahian tak bisa terelakkan lagi. Melihat temannya hampir babak belur, komplotan si lelaki itu memasuki arena dan membuat Bang kewalahan.

Perkelahian menjadi lebih panas ketika Bang berlari ke arah gedung sekolah. Geng yang menjadi lawannya mengejar. Bang yang kewalahan, memanfaatkan setiap belokan di lorong depan kelas dan peralatan yang ada, sampai ia berdiri mengalahkan semua orang dalam geng yang memang sudah menjadi provokator dan pelopor keserampangan perilaku dalam sekolah. Tak ada yang berani dengan mereka, bahkan guru sekalipun. Itu karena orang tua si lelaki pembuang sampah yang juga ketua geng tersebut memiliki pengaruh politik yang kuat di kota tersebut.

Bang yang bercucur keringat, luka, dan air mata, berjalan melewati semua orang yang mengelilinginya. Bahkan ia tak memedulikan guru yang khawatir kepadanya, dan menatap sinis kepada guru yang mengetahui apa yang terjadi namun berencana menyalahkan semua yang terjadi kepadanya. Bang terus berjalan sekuat tenaga sampai ia sampai di ruang guru.

Dia menatap semua orang yang ada di sana. Mereka kebingungan melihat Bang yang penuh luka. Dia menuju sebuah perangkat audio yang terhubung dengan speaker di seluruh sudut sekolah. “Pinjam ini sebentar, Pak, Bu,” ujarnya, lemah. Kemudian dia mulai berbicara.

“Kepada seluruh warga sekolah, aku Bang. Langsung saja, bagaimana jika matahari tidak terbit lagi esok hari? Bagaimana jika bunga sudah tak mekar lagi, dan tumbuhan sudah menghilang dari muka bumi? Apakah tujuan kita ada di sekolah ini? Apakah kalian hanya ingin menentukan siapa yang paling kuat? Jangan bercanda! Persetan dengan sekolah ini. Semua orang harus melawan jika ingin sebuah perubahan. Jika ada sebuah kesalahan, maka sekolah di negeri ini adalah sebuah kesalahan.

Kenapa menjadi orang yang bersih disebut sebagai kriminal? Mengapa mereka yang memberikan ludah mereka dan merampas milik kita menjadi seorang pahlawan? Mengapa membuang sampah pada tempatnya menjadi sebuah kejahatan? Seseorang, tolong lawan ketidakbenaran ini. Aku sudah bosan meladeni mereka setiap hari. Para guru pun sudah lumpuh. Jadi tak ada jalan lain selain perubahan dari kita.

Mungkin besok kalian tidak akan melihatku lagi. Mungkin aku tak akan dikenal sebagai orang yang merubah dan menjadi penjahat abadi dalam catatan sekolah. Namun, jika masih ada yang mau menjadi kriminal sepertiku, tolong dengarkan aku. Ini adalah pesanku. Tolong bersihkan kotoran di sekolah kita.”

Terdengar suara pelantang yang diletakkan tanpa dinonaktifkan. Seorang lelaki dengan lengan terkulai berjalan terpapah-papah keluar dari gerbang sekolah. Ia terhapus oleh debu yang terbawa angin.

Penulis : Alfarabi Maulana

"Semoga ada bangku kosong di bus selanjutnya." Doa ku untuk kesekian kalinya.

Yaaa, kalian bisa tebak dimana aku sekarang. Yap. Di tempat persinggahan, bertemunya orang yang hendak pergi maupun pulang. Ini terminal yang paling dekat dengan tempat tinggal ku. Aku kesini menggunakan transportasi umum. Angkot yang kutumpangi hanya bisa mengantarkanku sampai sini, karena memang jalurnya berbeda dengan tempat tujuan ku. Tempat tujuan ku kali ini memang harus menggunakan bus untuk sampai kesana.

Aku akan pergi ke kota. Liburan kuliah ku semester ini sudah usai, waktunya kembali ke rutinitas ku yang seharusnya. Berangkat kuliah, organisasi, rapat,  sesekali ke perpustakaan untuk kebutuhan tugas. Kosan ku sudah lama menunggu, rumah kedua ku untuk saat ini. Tempat melepas penat saat setelah seharian bergelut dengan masalah kampus. Walaupun rumah yang beberapa saat lalu ku tinggalkan itu merupakan tempat ternyaman yang tidak bisa digantikan.

"Ayo mba, naik mba." Kondektur bus itu mengagetkan ku dan langsung membantu membawa beberapa tas yang tak bisa kupegang sendiri. Terlihat hanya ada satu kursi kosong setelah beberapa orang yang menunggu berbarengan dengan ku masuk duluan. Tak berapa lama bus berangkat, melanjutkan perjalanan.

15 menit kemudian bus berhenti di pemberhentian selanjutnya. Sebelumnya sudah ada beberapa penumpang yang turun di tengah perjalanan. Namun setelah semua naik ternyata ada beberapa  penumpang yang tidak kebagian kursi. Salah satunya ada satu ibu-ibu yang sedang hamil besar menarik perhatian ku. Beliau berdiri tepat disamping kursi ku.

"Ibu, silahkan duduk. Biar saya yang berdiri." Aku berdiri menghampiri ibu tadi dan menawarkan kursi ku kepada ibu itu.

"Ga usah neng,  biar ibu saja yang berdiri."

"Ngga bu, saya pegel dari tadi duduk. Jadi, ibu saja yg duduk. Gantian bu." Aku menganggukkan kepala sambil berusaha tersenyum ramah.

"Oh yasudah terimakasih ya neng."

"Iya ibu, sama sama." Aku akhirnya
menggantikan posisi ibu tadi berdiri.

Aku sedikit kesal sih kepada lelaki yang duduk disamping ku. Harusnya ia tahu ada yang lebih membutuhkan kursi itu dibanding dia. Tapi, aku juga tidak bisa sepenuhnya menyalahkan dia. Mungkin saja dia memang sedang banyak pikiran, lelah, atau apapun itu yang aku tidak tau.
Aku jadi kepikiran ibu ku yang sudah mulai  menua di rumah. Ia tak jarang harus pulang pergi menggunakan bus untuk membeli keperluan kerajinannya. Iya, lumayan.

Kata ibu, "Bosan di rumah, kerjaannya diem terus. Mending bikin sesuatu yang menghasilkan."

Ibu memang orang yang tidak betah jika berdiam diri dalam waktu lama. Ada saja kegiatan yang ia lakukan untuk mengisi waktu luangnya. Entah apapun itu, dalam benak ibu sepertinya yang penting gerak.
Setelah sampai di pemberhentian tujuannya, ibu itu turun. Membawa tas selempangnya yang lumayan besar juga perutnya yang sedang mengandung sang buah hati.

"Neng, makasih yaa. Semoga kebaikan Neng dibalas lebih oleh Allah ya, Neng."

"Aamiin, Bu."  Balas ku kepada ibu yang langsung turun, sepertinya ia buru-buru.
Aku langsung kembali duduk di tempat ku semuala. Pemberhentianku masih di depan. Tak berapa lama kemudian, handphone ku bergetar. Aku ambil handphone disaku, dan setelah dilihat ternyata ibu yang menelpon.

''Halloo, Nak."

"Hallo, Bu. Ada apa, Bu? Ada barang Tita yang ketinggalan?" Tanya ku heran, kenapa Ibu menelpon padahal belum satu hari aku pergi.

"Ah, ngga Nak. Ibu cuma mau cerita. Tadi kan ibu abis belanja keperluan kerajinan kaya biasa. Pas pulang ibu bawa banyak barang, dan di bus Ibu ga kebagian tempat duduk. Terus ada seorang perempuan yang menawarkan tempat duduknya sama Ibu. Seusia kamu, Nak. Ibu jadi keinget kamu tadi, makanya Ibu langsung menelpon kamu." Cerita ibu dengan nada sedikit antusias.

"Oh, alhamdulillah kalau begitu, Bu." Aku berusaha menampilkan senyum, walau pasti Ibu tak akan melihatnya.

"Kamu hati-hati di jalan ya Nak. Semoga selamat sampe tujuan. Jaga diri baik-baik."

"Iyaa, Bu. Ibu juga jaga diri ya disana. Jangan lupa istirahat, Bu."

"Yasudah, Ibu mau lanjut pekerjaan Ibu dulu ya. Assalamualakum."

"Waalaikumsalam, Bu."

Setelah aku mematikan telfon dan memasukan handphone ku kedalam tas, aku menarik nafas panjang dan melihat kearah jendela. Allah memang Maha Baik. Doa Ibu tadi yang sempat duduk di kursi ku ini secepat itu dikabulkan. Allah akan selalu membalas kebaikan dengan kebaikan, meski tidak langsung kepada kita. Mungkin melalui Ibuku tadi salah satu contohnya.

Penulis : Ade Rahmawati

Ilustrasi : Shuterstocks

Malam hari yang sunyi, diiringi hujan yang menyapa. Ketika sebuah keinginan yang tak sesuai dengan harapan, mungkin hati ini akan begitu sakit. Namun, aku mencoba meyakinkan hati bahwa semua ini sudah menjadi garis hitam di dalam hidupku.

“hoaaammmmm” terdengar suaraku dipagi hari terbangun dari tidur pulasku. Ku pandangi jam dindingku sudah menunjukkan pukul 06.00 wib, segara ku bergegas menuju kamar mandi karena aku tidak ingin terlambat sekolah. lalu itu aku segera menuju ke ruang makan untuk sarapan dengan keluargaku dan setelah itu aku berangkat sekolah. Sesampainya di sekolah tepat sekali pukul 07.00 bel pun berbunyi “Teng..teng..teng..” dan pembelajaranpun dimulai.

“Halo boy...” guru kesenian dikelasku seketika menyapa.

“Hai ibu nisa” jawabku dengan senyuman.

“Boy, nanti ada pentas seni disekolah dan kamu menjadi pemeran utamanya yaa.”

Jawab ibu nisa dengan ajakannya dan aku hanya menjawab dengan anggukan kepala serta senyuman.

Bel pulangpun berbunyi dan itu bel yang selalu aku tunggu-tunggu. Sesampainya dirumah akupun segera melepaskan seragam yang telah ku pakai dan aku pun langsung merebahkan diriku di kasur yang paling nyaman dan seketika ku terlelap dengan pulas.

Tiba-tiba ku terdengar jeritan Ibuku “boy!! Boy!! Bangun kau ini kerjaannya hanya tidur saja” dan aku pun terbangun dari mimpi indah yang membuatku tidur sangat nyenyak. Itulah Ibuku yang selalu membangunkanku dari tidur yang pulas dengan suara yang sangat nyaring sekali. Setiap kali ku tertidur hingga petang ibuku seperti kebakar api hanya untuk membangunkanku. Ah sudahlah.. pikirku yang selalu mengabaikan ocehan ibu. “Aku akan segera mandi bu” gumamku dengan suara seperti kodok yang baru bangun dari tidurnya.

Segera ku beranjak ke kamar mandi, badanku kembali segar dan wangi langsung ku beranjak menuju ke dapur. Dapur adalah tempat dimana ku berkumpul dengan keluarga namun hanya beberapa menit saja. Orang tuaku selalu menyibukkan diri dengan gedgetnya masing-masing. Tanpa mempedulikan keberadaan anaknya, hari-hariku selalu seperti ini tak ada yang berubah. Setelah makan kami semua beranjak dan melakukan aktifitasnya masing-masing.
Malampun tiba, seketika aku berfikir mengenai guruku yang menawarkan aku sebagai pemeran utama dalam pentas seni, “siapakah yang akan menjadi pasanganku nanti di pentas seni”, gumamku dalam hati.

Seketika akupun tertidur dengan pulas.
Pagi yang cerah pun dating kembali, dimana aku harus beranjak ke sekolah dan sesampainya di sekolah, aku bertemu dengan guruku “boy, setelah bel pulang sekolah segera kumpul di aula ya, siang ini latihan untuk pentas seni.” Ujarnya, dan akupun menganggukkan kepala dengan tersenyum kepadanya.
Bel pun berbunyi dan aku pun segera beranjak menuju aula…

Setibanya di aula ibu nisa menghampiriku dengan jasmine teman sekelasku, “Boy, kamu berpasangan dengan jasmine ya sebagai rama dan shinta.” Ujarnya, dengan ekspresi mukaku yang tercengang, sontak aku hanya menganggukkan kepala.
Segera aku menghafalkan dialog yang diberikan oleh ibu nisa dan mempraktikkan dialog tersebut dengan jasmine. 20 menit berlalu, aku dan jasmine memutuskan untuk beristirahat sejenak, lalu tanpa disadari aku dan jasmine tertidur.

15 menit kemudian, kami terbangun dan tanpa disadari aku memeluk jasmine. Kami berdua teriak dengan histeris. Lalu aku berlari keluar dari aula dan tanpa berpamitan dengan ibu nisa aku menyegerakan untuk pulang. Saat aku berjalan kaki menuju kerumah, seketika aku memikirkan kejadian tadi “apa yang telah aku lakukan dengan jasmine, apakah aku telah melakukan hubungan seperti orang yang sudah menikah? Melakukan hubungan seperti difilm-film dewasa? Ah itu tidak mungkin.” Ocehanku dalam hati.

Sesampainya di rumah aku berinisiatif untuk menanyakan tentang apa yang terjadi kepada kakakku. Aku segera menuju kekamar kakakku dan pintu kamar kakakku tidak terkunci, lalu aku melihat kakakku dan teman-temannya sedang menonton adegan seperti seorang suami istri. Dan kakak dan teman-temannya seketika menolehkan pandangannya kepadaku dengan ekspresi wajah yang sangat terkejut lalu kakakku mengatakan “ngapain kamu dating kekamar tanpa mengetuk ! sana pergi!” dengan wajah yang sangat bingung segera ku keluar dari kamar kakakku. Setelah ku memikirkan dengan matang-matang akan hal itu, aku bersedia untuk bertanggung jawab.

Keesokan harinya, ku temui jasmine dan segera ku katakana bahwa aku akan bertanggung jawab dengan apa yang telah terjadi. Setiap hari dan tak sedetikpun aku meninggalkan jasmine ketika berada di sekolah, aku selalu menuruti segala kemauan jasmine dengan menggunakan uang hasil jual game yang aku punya.
Pada saat perjalanan pulang menuju kerumah, aku melihat ibu-ibu yang perutnya membesar

“ibu kenapa perutmu membesar, apakah ada sesuatu di perutmu?” ujarku dengan sangat penasaran.

Lalu ibu hamilpun menjawab dengan tersenyum “didalam perutku ada bayi mungil yang akan segera mengenal dunia nak.”

“apakah ada cara untuk bayi itu segera keluar dari perutmu?” tanyaku untuk kesekian kalinya.

“dengan memakan buah nanas, bayi yang ada diperut akan segera keluar” gumamnya dengan segera aku lari mencari buah nanas.

Keesokan harinya, aku membelikan buah nanas yang begitu banyak untuk jasmine. Aku menunggu dia yang sedang melahap buah nanas tersebut.

“jasmine ayo habiskan buah nanasnya” ujarku dengan nada yang sangat tergesa-gesa.

“boy.. aku sudah tak tahan, perutku sakit karena sudah terlalu banyak memakan buah nanas.” Jawab jasmine sembari menangis.

Lalu aku segera membantunya untuk menghabiskan buah nanas tersebut. Tiba-tiba jasmine jatuh pingsan. ibu guru menghampiri kami berdua dan terkejut, langsung dibawa lah jasmine ke rumah sakit.

Ketika jasmine tersadar, saat itu pula orang tua mereka datang dan dokter memberikan arahan kepada orang tua. “perlu kita ketahui, pengawasan orang tua terhadap anak yang masih dibawah umur itu sangat penting, terlebih persoalan seks education yang memang minim sekali pengetahuan dan penerapan orang tua terhadap anak. Lihatlah anak yang masih dibawah umur ini, mereka sangat awam sekali tentang seks education yang mengakibatkan mereka berfikir sangat jauh. Untuk itu kita sebagai orang tua harus mengajarkan tentang seks education sejak dini, agar terhindar dari hal-hal yang merugikan untuk diri sendiri dan orang lain.” Ujar dokter. Dan setelah para orang tua diberi arahan dan gambaran oleh dokter, mereka seketika mengeluarkan air mata dan meminta maaf kepada anak mereka masing-masing.

Beberapa waktu kemudian, orang tua boy pun kini lebih memperhatikan boy dan mereka hidup dengan damai serta bahagia.

Penulis : Wita Noviyanti
(Ilustrasi : Pinterst) 
Hari bahagiaku sebentar lagi akan terwujud. Aku sudah memantaskan diri untuk menjadi seorang belahan jiwa bagi kekasih hatiku Gabriel Alexander. Kami menjalani hubungan kasih  sangat lama. Bulan lalu, kekasih hatiku melamar aku dengan suasana yang sangat romantis. Dua bulan lagi adalah hari bahagia kita berdua, kita akan mengucapkan janji sehidup semati di hadapan Tuhan.

Untuk keperluan resepsi pernikahan, kita sepakat untuk melakukannya sendiri. Seperti hari ini, aku melakukan fitting baju pengantin. Tiba-tiba ponselku berdering.

“Hallo Mas, kenapa?”, sautku menjawab telepon.“Sayang maaf, hari ini aku gak bisa nganter kamu fitting baju. Sekarang pesawat aku gak bisa landing karena kendala cuaca”, sambung Gabriel.“Yah. Serius? Terus gimana, kan kita sudah janji sama mereka. Gak enak tahu”. Jawabku padanya.“Ya sudah begini saja, kamu pergi sendirian, pilih yang kamu suka dulu, gak enak juga kan kalo kita berdua ngebatalin janji. Ntar bilang saja kalo mas lagi ada kerjaan yang gak bisa ditunda” Perintahnya.

Akhirnya aku berangkat sendirian untuk fitting baju pernikahan. Setelah sampai aku langsung diantar untuk menemui designer. Setelah aku masuk pintu dibuka: aku menatapnya, bertatap muka dengan designer tersebut dan dia ternyata. Raka.
Mata kami bertemu secara langsung. Bibir ini tak sanggup untuk hanya sekedar mengucapkan kata hallo. Kaki ini tak sanggup untuk melangkah maju atau mundur. Dan jantung ini berdebar sangat kencang. Ada apa ini?, apa yang harus aku lakukan?.

Raka adalah laki-laki pertama temanku, laki-laki pertama sahabatku, dan laki-laki pertama yang mengisi hatiku. Kenapa kita harus bertemu lagi dalam keadaan seperti ini?. Kenapa kita tidak bertemu lagi dua atau lima tahun yang lalu?. Pikiran ini berkecamuk di dalam kepala.

“Ananta Maria?”, tanya Raka. “Hai. Iya. Kamu designer di sini”, jawabku. “Iya. Kamu mau menikah?, wah selamat ya. Oh iya calon suaminya mana?, kenalin dong sama aku”.

Berbagai pertanyaan yang dilontarkan Raka seakan-akan dia tidak merasakan apa yang aku rasakan sekarang. Tega-teganya dia langsung berbicara seperti itu. Apakah dia tidak sama sekali gugup seperti yang aku rasakan?

“Hmhm… calon suami lagi ada kerjaan. Mending kita langsung fitting baju saja hahaha”. Jawabku singkat.

Bagaimana mungkin aku akan bersama dia untuk melakukan fitting baju dengan perasaan seperti ini. Seolah-olah hati yang sudah diisi oleh Gabriel Alexander selama lebih dari lima tahun tersingkir oleh laki-laki pertama yang mampu membius perasaan ini. Ya tuhan bagaimana ini?. Aku tidak bisa. Aku tidak mampu. Akhirnya: “Raka, sorry sepertinya aku harus pulang tiba-tiba kepalaku sakit, nanti saja aku kesini lagi bareng calon suami aku. Maaf ya. Terimakasih”. Aku keluar dari ruangan tanpa menghiraukan Raka.

Bahkan saat aku sampai rumah perasaan ini masih tidak karuan. Ya tuhan bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi kembali dalam hidupku. Aku akan menikah ya tuhan. Aku memerlukan diri untuk berdo’a kepada-Nya agar diberikan ketenangan dan ketenteraman bathin.

Dua pekan berlalu. Aku dan Gabriel mengunjungi kembali Raka sebagai designer untuk melakukan fitting baju. Sebelumnya aku sudah meminta izin kepada Gabriel untuk ganti designer, tetapi dia menolak karena aku gak bisa ngasih alasan yang konkret menurut dia.

Akhirnya kita melakukan fitting baju pernikahan bersama Raka. Senyumnya masih sama seperti dahulu, wajah itu bukannya seharusnya sudah mulai menua, tetapi kok masih fresh seperti dulu. Astaga Ananta apa sih yang kamu pikirkan, tolong singkirkanlah pikiran dan perasaan ini.
Dia memegang tubuhku dengan meteran untuk melakukan pengukuran. Seketika aku kabur ke toilet. Aku gak kuat. “Maaf aku harus ke toilet”. Tanpa mendengar gubrisan mereka aku langsung kabur. Aku perlukan minum sampai dua botol air mineral.

Hampir 100% persiapan pernikahan kami sudah rampung. Tetapi, hati ini masih belum juga rampung 100% untuk siap membina rumah tangga bersamanya. Gabriel pria yang sangat baik. tetapi kenapa hati ini belum saja pulih semenjak pertemuan kembali aku dengan Raka.

Segala cara sudah aku lakukan seperti aku tidak ada hentinya memohon kepada tuhan agar ditetapkan hati ini untuk memilih dia (Gabriel), sudah berusaha sebisa mungkin tidak pernah mengingat kenanganku bersama Raka dan lain-lain. Tetapi, hati ini tetap saja tidak bisa.

Rasa cinta dan sayang kepada Gabriel semuanya hilang dalam sekejab. Aku tidak pernah menyalahkan siapa-siapa atas gejolak hatiku ini. Aku hanya menyalahkan diriku sendiri. Menyalahkan hati ini. Aku pikir kembalinya perasaan pada laki-laki pertama yang berhasil menaklukan hatiku ini hanya beberapa hari saja ada di dalam hatiku. Tatapi, sampai sekarang perasaan itu masih melekat dan terus menghantui aku.

Kurang lebih satu bulan lagi pernikahan kami akan dilaksanakan. Dengan perasaan seperti ini? Perasaan ragu. Aku tidak bisa!. Aku tidak bisa menikah dan menjalani hidup dengan perasaan mencintai laki-laki lain selain suamiku nanti. Aku tidak bisa. Tidak sanggup.

Setelah menjernihkan pikiran selama berhari-hari. Aku beranikan diri untuk menemui semua anggota keluargaku termasuk keluarga calon suamiku. Aku kumpulkan mereka semua, aku siap dicaci maki, bahkan aku sudah mempersiapkan sejumlah uang untuk mengganti rugi semua kerugian persiapan pernikahan.
“Maaf. Aku tidak bisa menikah dengan Gabriel”. Ucapku mengawali pembicaraan.
Suasana hening. Tidak ada yang berbicara. Semuanya heran. Ada apa dengan wanita bodoh di depan ini. Apakah dia sudah gila. Ya. Aku gila. Gila karena perasaan tak karuan ini.

“Apa maksud kamu nak?”, ucap mama dengan nada mendayu-dayu.“Maafkan aku. Mama, papa, Gabriel, dan keluarga. Aku tidak bisa menikah dengan laki-laki sebaik kamu (Gabriel), aku gak bisa. Jujur ada separuh bahkan lebih hatiku tidak untukmu. Ini terjadi begitu cepat. Aku tidak bisa mengontrol semua ini. Carilah wanita yang jauh lebih baik dari aku. Aku percaya banyak di luar sana wanita baik yang akan mencintaimu dengan sepenuh hati. Maafkan aku sekali lagi”.

“Apakah kamu mencintai laki-laki lain”?, jawab Gabriel. “Itu tidak bisa diungkapkan, karena tidak pantas untuk didengar dan disampaikan”. Tegasku.

Dari raut wajah seluruh keluargaku aku dapat melihat mereka sangat kecewa dan malu atas perbuatan diriku ini. Aku mungkin manusia yang tidak dapat termaafkan. Mama dan papa tidak bisa berkata apa-apa. Mereka diam. Diam nya mereka aku sangat tahu. Mereka sangat kecewa terhadap putrinya yang sudah memalukan nama keluarga besar.

Persiapan pernikahan sudah mendekati 100% undangan sudah jadi, cetering, gaun, sanak-saudara yang jauh sudah dikabari perihal hari bahagia ini. Hanya hatiku yang belum siap. Gabriel menepuk pundakku dan memeluku dan tidak bisa berkata-kata. Betapa baiknya laki-laki ini. Sampai teganya aku mempermalukan dia dan keluarganya. Hanya karena perasaan sialan ini.

Setelah aku memberanikan diri dengan tindakanku. Apakah aku akan mengemis cinta kepada pujaan hatiku yang sebenarnya si Raka itu?, jawabannya tidak. Dan tidak akan pernah. Aku mengetahui fakta bahwa Raka sudah berkeluarga. Dia memiliki dua anak laki-laki kembar dan seorang istri yang sangat cantik. Tentu keluarga yang bahagia. Aku tidak sanggup untuk merusaknya.



Satu tahun berlalu dengan sangat cepat. Suatu hari aku membicarakan keputusan terpenting keduaku kepada orang tua.
“Mama dan Papa. Izinkanlah putrimu yang sangat memalukan ini untuk menjadi hamba seutuhnya Tuhan. Aku ingin mengabdikan seluruh hidupku untuk tuhan. Maafkan putrimu ini wahai mama dan papa”.

Mereka mengerti maksudku. Mereka memelukku dan aku rasai mereka masih sangat mencintai putrinya yang sangat mengecewakan ini. Aku pamit. Untuk meninggalkan gemerlapnya dunia dan mengabdi kepada Tuhanku. Inilah pilihanku. Aku pamit.

Penulis : Isah Siti Khodijah


Subagio bercerita dalam sajaknya,

“perempuanlah yang melahirkan aku di bumi

Perempuan juga yang mengajarkan aku nafsu tak terkendali

Tapi perempuan yang membuat aku putus asa dan mendorong melakukan bunuh diri
Perempuan yang mengajak aku tidur abadi tanpa khawatir apa yang akan terjadi di esok hari

Perempuan adalah ilham untuk hidup dan ilham untuk mati”

Ku kemas bait itu menjadi sosok lelaki yang kucintai. Dari watak, hingga perawakan yang begitu mirip. Ia bukan hanya fiksi, namun nyata adanya. Tungkai kakinya panjang, dada bidang, postur tubuh sempurna yang cocok dipakaikan baju apa saja. Kala Ia tersenyum, bunga bermekaran. Saat Ia merengut, daun  berguguran.
Tapi Tuhan Maha Adil. Aku merapalnya berkali-kali, jangan jatuh, jangan jatuh, jangan jatuh hati. Ternyata wajah rupawan bukanlah tolak ukur untuk menjadi dermawan. Ia bisa memikat segala jenis wanita, dari mulai Neng Geulis sampai Cah Ayu. Dikumpulkannya dewi-dewi dunia dalam satu catatan hitam yang disebut mantan. Segala hal itu, hanya untuk memuaskan nafsunya barang satu sampai dua malam. Atau terlebih, ia mencicipi mana yang pantas, mana yang tidak, dinilainya perempuan bak jajanan pasar. Terlepas dari semua itu, segala rasa kecewa dari puan-puan menurutnya hanyalah bualan.

“Nanti juga mereka sembuh sendiri”

Ia meyakinkan semua insan, bahwa cinta dan lara hanya terjadi sementara, jika sudah menemukan pengganti, rasa itu akan segera sirna.

Sialnya, kebetulan buruk menimpaku, yang mengharuskanku berkomunikasi banyak dengannya. Ini hanya kebetulan, tapi kata Fiersa, “kebetulan, adalah takdir yang menyamar” ternyata, jahat sekali takdir ini. Sepatah kata “hai” mematahkanku jadi berbagai bentuk. Benteng yang kubangun susah payah runtuh, lagi-lagi aku berkata “jangan jatuh, jangan jatuh, jangan jatuh hati” dibagian diri yang lainnya berkata, sudah, nikmati saja rasa sakitnya.

Di segala tata letak keteraturan, hancur berkeping-keping. Kepercayaan akan iman, jadi terlupakan. Satan tertawa riang, kelemahan Adam adalah Hawa, dan juga hawa nafsunya.  Aku dan aku berselisih, pertarungan sengit melawan diri sendiri.
“Katamu, nikmati saja rasa sakitnya. Segalanya telah berlalu. Ia menempatkanmu hanya sesuatu yang sekelebat muncul bagai bintang jatuh, cahayamu sirna bahkan sebelum ia mengedipkan mata. Dan ia adalah malam panjang yang tak berkesudahan. Juga, masih banyak bintang-bintang lain yang bertebaran.”

Punggung itu masih sulit didaki, hingga aku patah kaki, sementara ia pura-pura mati. Andai ia lihat hitamnya sepi di balik punggungnya.

Jeritanku melapisi atmosfer malam. Jerit yang tak bisa di dengar siapa-siapa bahkan oleh semut merah yang berbaris di dinding. Mereka tidak mampu menatapku curiga, tidak pula bertanya.

Kisah berlanjut, ia mulai pamit kepadaku, tapi bukan untuk mencari-cari dewi. Ia bilang, ia akan menyematkan janji di jari manisnya dengan sebuah cincin. Didampingi keyakinan bulat Ia temui teman kecilnya saat di madrasah dulu.

“Sekali lagi, maaf”

Itu kalimat terakhirnya, yang menutup sabdanya sebelum nanti janur kuning melengkung. Jauh, ia pergi, semua air akan kembali ke samudra. Lalu aku bagaimana? aku adalah salah satu saksi perjalanan panjanganya. Ia terus-menerus berkelana dan berujung pada satu insan cinta pertamanya dulu. Masih melangkah, dengan air mata kudoakan semoga berbahagia di kemudian hari. Sementara aku linglung senyum-senyum sendiri.

“ternyata, cinta sejati nyata adanya”

Meski itu bukan untukku.

Penulis : Zulfa Azhar
Sistem demokrasi yang diterapkan di Indonesia semakin dikuasai oleh oligarki, sehingga tujuan daripada demokrasi yang pada awalnya bertujuan untuk memeratakan kekuasaan dan ekonomi nyatanya  justru berjalan kearah yang sebaliknya.

Hari ini, pembangunan Indonesia yang dikomandoi oleh Presiden Jokowi tampaknya mulai menjauh dari nilai-nilai kemanusiaan. Di banyak wilayah, pembangunan infrastruktur tidak merepresentasikan kebutuhan masyarakat kecil; petani, nelayan atau buruh.  Apa yang dilakukan Jokowi dengan menggenjot pembangunan infrastruktur walaupun menghabiskan dana yang fantastis, sebenarnya sudah tepat. Di era persaingan global yang demikian ketat, ketersediaan infrastruktur yang memadai tentu diperlukan.

Meskipun demikian, proyek pembangunan infrastruktur yang dilakukan pemerintahan Jokowi selama ini dinilai sejumlah kalangan mengenyampingkan pada nilai-nilai kemanusiaan. Dalam praktiknya, acapkali dilakukan dengan melanggar hak-hak dasar manusia.

Komisi Untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (KontraS) misalnya menyebut selama tiga tahun kepemimpinan Jokowi, terdapat tidak kurang dari 300 kasus pelanggaran HAM terkait konflik Sumber Daya Alam dan hak atas tanah. Kasus yang banyak ditemui adalah pengusiran paksa dan perampasan lahan yang disertai intimidasi dan tindakan represif dari oknum aparat keamanan.  Kasus tersebut diantaranya terjadi di Rembang Sukoharjo, Palembang, Sukolilo dan yang paling mutakhir di Kulon Progo. Pelanggaran itu umumnya melibatkan setidaknya tiga pihak, yakni oknum pemerintah daerah, aparat keamanan dan pihak perusahaan.

Developmentalisme & Ekowisata

Model pembangunan ekonomi Indonesia yang sedang berjalan sebenarnya merupakan adopsi dari konsep developmentalisme. Konsep tersebut pertama kali dimunculkan oleh para ahli ekonomi Barat. Salah satu ciri developmentalisme ialah pembangunan infrastruktur secara masif. Pembangunan sarana fisik diyakini akan membuka lapangan pekerjaan, meningkatkan konsumsi domestik dan tentunya berakibat positif pada pertumbuhan ekonomi. Developmentalisme didesain sebagai model pembangunan negara dunia ketiga agar mampu mengejar ketertinggalan ekonomi dari negara-negara yang sudah maju, sekaligus meredam potensi kembalinya ideologi sosialisme-komunisme.

Namun dalam perkembangannya, developmentalisme gagal menyejahterakan negara-negara dunia ketiga dan justru menjadi pintu masuk bagi negara-negara maju untuk mengendalikan perekonomian negara miskin-berkembang. Sebagai anak kandung kapitalisme, developmentalisme memiliki watak eksploitatif. Pembangunan fisik maupun pengolahan sumber daya alam kerapkali tidak memperdulikan perihal kelestarian lingkungan dan nilai-nilai kemanusiaan.

Melalui kebijakan dan program Kawasan Startegis Pariwisata Nasional (KSPN) pemerintahan Joko Widodo – Jusuf Kalla, meletakkan sektor pariwisata masuk dalam 5 besar agenda utamanya, termaktub dalam naskah NAWACITA. Merujuk beragam data resmi dari pemerintah tentang kebijakan pengembangan KSPN (Kementrian Pariwisata, Kantor Sekretariat Presiden, BAPENNAS dan Kelompok Kerja Percepatan Pembangunan 10 Destinasi Prioritas, Kementrian Pariwisata, 2016), menunjukkan lima argumen utama mengapa penting KSPN ini dilaksanakan sebagai program prioritas pemerintahan Jokowi –Jusuf Kalla ini yaitu;  (1) Pentingnya mengakhiri sumber pendapatan negara dari industri ekstraktif SDA, (2) pariwisata sebagai sumber devisa nasional yang cepat dan belum optimal, (3) pariwisata dapat untuk meningkatkan daya saing bangsa di mata global, (4) pariwisata sebagai lapangan baru investasi pertumbuhan ekonomi nasional, (5) KSPN untuk menunjang percepatan perluasan infrastrktur untuk integrasi dan interkoneksi. Dalam data ini disebutkan bahwa perolehan devisa nasional dari dari sektor pariwisata menempati rangking 4 setelah: minyak dan gas bumi, batubara, minyak kelapa sawit. Sehingga diharapkan di tahun 20120 dapat menjadi sumber devisa utama melebihi 3 komuditas lainnya.

Kebijakan ekowisata bertopeng lingkungan dan konservasi cenderung dianggap “netral” dan bebas kepentingan ekonomi-politik. Ketika disebut kebijakan pembangunan ekowisata, sebagaimana ditanyakan berulang dalam wawancara studi ini (di semua lokasi studi), masyarakat merasa program KSPN ini seolah pasti baik, dan menghormati prinsip keberlanjutan ekologis.Ekowisata dianggap jawaban model pembangunan yang tidak merusak lingkungan dan hormat pada hak kelola rakyat.Seolah urusan ekologis tidak terkait dengan kepentingan ekonomi-politik.Hal ini ditemukan di semua lokasi studi. Namun ketika dijelaskan ulang bahwa rencana pembangunan KSPN akan diprioritaskan urusan aksesibilitas berupa infrastruktur, bandara, jalan tol, hotel, dst, masyarakat langsung bertanya: oleh siapa? akan dibangun dimana, bagaimana hak masyarakat atas tanah dan sumberdaya alam mereka? Masyarakat aakan dilibatkan menjadi apa? dan seterusnya.   Praktik yang terjadi di semua lokasi studi ini meunjukkan bahwa orientsi pembangunan infrastuktur: hotel, jalan raya, bandara, penginapan, lebih utama dan tidak melibatkan kekuatan potensi ekonomi local. Terlebih seluruh desain rencana pembangunan penunjang wisata tersebut masih minim memperhatikan “rambu-rambu” (apa yang boleh dan tidak boleh) menurut masyarakat sendiri. Singkatnya, atas nama ekowisata pada praktiknya adalah pembangunan infrasturktur danperampasan ruang hidup rakyat atas nama ekowisata dan konservasi (green grabbing).

Pembangunan ekonomi yang dijalankan rezim Jokowi tidak jauh berbeda dengan pembangunan di zaman rezim Suharto. Cara-cara militeristik dipakai rezim Suharto ketika proyek pembangunannya berseberangan dengan pihak-pihak tertentu. Alhasil, pembangunan di era Suharto menyisakan sejumlah persoalan kemanusiaan.  Penggusuran, pengusiran paksa, perampasan aset disertai intimidasi dan teror adalah pola-pola klasik yang dilanggengkan rezim Jokowi. Dalam filsafat, sosok Suharto dan Jokowi bisa diklasifikasikan sebagai penganut utilitarianisme.

Oligarki Demokrasi

Widjojo Nitisastro dalam bukunya The Indonesian Development Experience menyebut bahwa pembangunan ekonomi seharusnya tidak abai pada nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan. Laju pertumbuhan ekonomi memang penting bagi sebuah negara, terlebih dalam kancah persaingan ekonomi global. Namun, peningkatan kualitas manusia melalui pembangunan di bidang kesehatan dan pendidikan mutlak jauh lebih penting. Begitupun sesuai dengan landasan nilai-nilai pancasila di ayat kedua dan kelima.
Di dalam kepemimpinannya ini, masyarakat berharap Jokowi tampil sebagai pahlawan bagi wong cilik, kelompok masyarakat yang selalu dijadikan idiom khas parpol yang mengusungnya. Apalagi hal ini diperparah oleh munculnya oligarki kekuasaan sebagai ekses negatif dari otonomi daerah. Oknum politisi yang  bersekutu dengan pemilik modal dan aparat hukum yang korup terlibat dalam persekutuan jahat yang mengangkangi hukum dan etika. Apalagi tipe oligarki yang sedang berdiri di Indonesia adalah tipe oligarki penguasa kolektif, yang memiliki kekuasaan dan berkuasa secara kolektif melalui lembaga yang memiliki norma atau aturan main. Pada kebanyakan kasus, kekuasaan kolektif dilembagakan dalam suatu badan pemerintah yang isinya oligarki semua.

Dari salah salah satu cirinya oligarki memilki jangkauan kekuasaan yang sangat luas dan sistematik. Menurut analisis Politik Northwestern Universuty, Jeffrey winters mengatakan bahwa oligarki dan elit politik di Indonesia sudah menguasai sistem demokrasi dan mengontrol, sehingga Indonesia mempunyai oligarki demokrasi.

Berkembangnya sistem deokrasi justru memicu semakin merajalelanya oligarki. Hal demikian bukan karena sistem demokrasi yang salah, akan tetapi hukum yang lemah.
Ekonomi eksklusif, yang hanya dikuasai oleh sekelompok kecil pemilik modal, menurut Daron akan menutup akses masyarakat luas untuk berpartisipasi aktif dalam pembangunan. Menjadi wajar jika pembangunan infrastruktur kemudian hanya dirancang untuk memfasilitasi kepentingan pemilik modal. Masyarakat berharap agar ia mampu bersikap tegas pada oligarki kekuasaan lokal yang mengeksploitasi kekayaan daerah tanpa pertimbangan kemanusiaan dan kelestarian lingkungan. Ia sepatutnya juga berani memberikan sangsi hukum bagi oknum korporasi nakal yang menelikung hukum demi keuntungan finansial.


Bukan perihal menolak pembangunan, akan tetapi pembangunan yang seperti apakah yang harus dibangun? Jika pembangunan yang digencarkan hanya dirasakan oleh segelintir orang, namun mengorbankan banyak darah dan tangisan dari rakyat, pembangunan tidak perlu  dilakukan. Karena Negara ini didirikan di atas dasar pengakuan pada nilai kesetaraan. Pancasila sebagai dasar negara harus diakui tidak cocok terhadap pola pikir utilitarian yang tidak peduli soal kemanusiaan. Pembangunan dalam kerangka pikir Pancasila memiliki tujuan agung; yakni terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Negara, dalam hal ini harus memastikan bahwa tidak ada satu pun yang terabaikan dan termarginalkan (no one left behind) oleh arus pembangunan.

Penulis : Siti Khotimah